Anda di halaman 1dari 22

KASUS : Psikotik Pada Anak 1

No. ID dan Nama Peserta : / dr. Wa Ode Linda Ika Wahyuni D.


No. ID dan Nama Wahana: / RSUD Kota Kendari
Topik: Depresi Berat pada Anak dengan Gejala Psikotik
Tanggal (kasus) : 26 Desember 2017
Nama Pasien : An. AS No. RM : 12 98 xx
Tanggal presentasi : Pendamping: dr. Putu Gede Darmadi
dan dr. Winarto
Tempat presentasi:
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Seorang anak laki-laki, 8 tahun MRS dengan keluhan sering terlihat ketakutan,
murung, menyendiri, hilang minat, sulit berkonsentrasi, sulit tidur, malas makan.
Tujuan: mendiagnosis pasien dengan Gangguan Depresi dan memberikan penanganan awal
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien Nama :An AS No Register: 12 98 xx


Nama Klinik

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Anak laki-laki, 8 tahun masuk melalui poli psikiatri RSUD Kota Kendari dengan
keluhan sering terlihat ketakutan. Menurut orang tuanya OS juga tampak murung, Hilang
minat, mengeluh sulit tidur, kurang konsentrasi, malas makan, dan malas berkomunikasi
dengan orang sekitar. Hal ini dialami sejak 3 bulan yang lalu dan memberat beberapa
hari terakhir.
Keluhan ini dirasakan pasien pertama kali semenjak ada tetangga pasien yang menakut
nakuti pasien sambil membawa benda tajam ketika pasien masih duduk di bangku kelas 2
SD. Sejak saat itu, pasien mulai mengurung diri dan menjadi pendiam. Pasien juga
mengeluh sering mendengar dan melihat bayangan – bayangan hitam yang ingin
menyakiti dirinya. . Dia juga yakin bahwa bayangan-bayangan itu terus mengejar-ngejar
dirinya. Keluhan tidak dirasakan secara terus menerus, lebih sering terjadi jika pasien
KASUS : Psikotik Pada Anak 2

tinggal di rumah orang tuanya, sejak saat itu pasien tinggal di rumah neneknya dan
selama beberapa saat tidak dapat tidur di kamar . Selama ± 3 bulan terakhir ke sekolah
pun pasien harus ditemani oleh orang tua pasien.
2. Riwayat Pengobatan :
Belum pernah berobaat di klini jiwa sebeumnya
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
-
4. Riwayat Keluarga :
. Riwayat keluarga mengalami gangguan jiwa yang sama sebelumnya tidak ada
5. Riwayat pekerjaan :
Pasien merupakan siswa SD kelas 5
6. Lain-lain :
Kondisi lingkungan sosial dan fisik :OS hidup di lingkungan warga yang ramah.
Daftar Pustaka:
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III.
Jakarta : PT Nuh Jaya.2001.
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical manual of mental
disorder: fift Edition(DSM V). United States of America : APA 2013; hal 87-154.
3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar psikiatri Klinis. Edisi ke-2.
Cetakan 2010. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC, 2010 Hal 147-156, 169-187.
4. Mardiati R, Riyadi A, Anna S et all. Pharmaceutical Care unntuk Penderita Gangguan
Depresif. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2007.
5. Fitrisari A, Determinasi Depresi pada Anak dan Remaja. Bagian Psikiatri Fakultas
Kedokteran Univ Diponegoro, 2003.
6. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lundbeck Insitutes 2010.
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui Definisi Depresi pada anak
2. Etiologi Gangguan depresi pada anak
3. Kriteria dan Klasifikasi Gangguan Depresi pada Anak
4. Manifetasi Klinis Depresi dan Gangguan Psikotik pada Anak
5. Terapi Gangguan depresi dan Gangguan Psikotik pada anak
6. Prognostik gangguan depresi pada anak

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:

1. Subyektif:
KASUS : Psikotik Pada Anak 3

Anak laki-laki, 8 tahun masuk melalui poli psikiatri RSUD Kota Kendari dengan keluhan
sering terlihat ketakutan. Menurut orang tuanya OSI juga tampak murung, hilang minat,
mengeluh sulit tidur, kurang konsentrasi, dan malas berkomunikasi dengan orang sekitar.
Hal ini dialami sejak 3 bulan yang lalu dan memberat beberapa hari terakhir.
Keluhan ini dirasakan pasien pertama kali semenjak ada tetangga pasien yang menakut
nakuti pasien sambil membawa benda tajam ketika pasien masih duduk di bangku kelas
2 SD. Sejak saat itu, pasien mulai mengurung diri dan menjadi pendiam. Pasien juga
mengeluh sering mendengar dan melihat bayangan –bayangan hitam yang ingin
menyakiti dirinya. . Dia juga yakin bahwa bayangan-bayangan itu terus mengejaar-ngejar
dirinya Keluhan tidak dirasakan secara terus menerus, lebih sering terjadi jika pasien
tinggal di rumah orang tuanya, sejak saat itu pasien tinggal di rumah neneknya dan
selama beberapa saat tidak dapat tidur di kamar . Selama ± 3 bulan terakhir ke sekolah
pun pasien harus ditemani oleh orang tua pasien.

Riwayat premorbid (RPM)


 Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 thn)
Pasien lahir spontan, cukup bulan, dan ditolong bidan, ibu pasiendalam keadaan
sehat. Tidak mengkongsumsi obat-obatan selama hamil. Pasien tumbuh dan
berkembang dengan baik.
 Riwayat kanak awal( 1-3 tahun)
Pasien termasuk anak yang sehat dengan proses tumbuh kembang dan tingkah laku
normal seperti anak seusianya.
 Riwayat kanak pertengahan (4-8 tahun).
Prestasi pasien di sekolah biasa-biasa saja, pergaulan dengan teman-temannya
tergolong normal hingga menginjak kelas 2 SD.

Riwayat Keluarga (RK)


 Anak ke 4 dari 4 bersaudara (,♀,♀,♀,♂, ).
 Pasien belum menikah
 Pasien tinggal bersama neneknya di rumah neneknya
 Tidak ada gangguan jiwa dalam keluarga

Riwayat Penyakit sebelumnya (RPS)


 Trauma (-)
KASUS : Psikotik Pada Anak 4

 Infeksi (-)
 Kejang (-)
 Alkohol (-)
2. Obyektif :
a. Deskripsi Umum
Penampilan
Seorang anak laki-laki usia 8 tahun, wajah kesan sesuai umur, berkulit agak gelap,
memakai baju kemeja lengan pendek berwarna biru dan memakai celana panjang hitam,
rambut pendek, lurus,potongan rapi, perawatan diri baik. Wajah tampak datar, kesan
seperti kehilangan minat.
Kesadaran : komposmentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Cukup tenang
Pembicaraan : Sedikit bicara, Spontan, lancar, intonasi suara kecil.
Sikap Terhadap pemeriksa : Kooperatif.
b. Keadaan Afektif, Mood dan Empati
Mood : hipotimik
Afek : depresif
Empati :dapat dirabarasakan.
c. Fungsi Kognitif
Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Sesuai dengan tingkat pendidikan pasien
Daya konsentrasi
cukup
Orientasi
1. Waktu: Baik
2. Tempat: Baik
3. Orang: Baik
Daya ingat
1. Jangka panjang: Baik
2. Jangka sedang: Baik
3. Jangka pendek: Baik
KASUS : Psikotik Pada Anak 5

4. Jangka segera: Baik


Pikiran abstrak
terganggu
Bakat kreatif
Tidak ada.
Kemampuan menolong diri sendiri
Terganggu
d. Gangguan Persepsi
Halusinasi
Halusinasi auditorik (+), pasien sering mendengar bisikan-bisikan yang menganggu
dirinya dan ingin menyakiti dirinya.
Halusinasi visual (+), pasien melihat bayangan hitam yang mngejar-ngejar dirinya.
Ilusi
Tidak ada.
Depersonalisasi
Tidak ada.
Derealisasi
Tidak ada.
e. Proses Berpikir
Arus pikiran
1. Produktifitas
Cukup.
2. Kontinuitas
Cukup relevan.
3. Hendaya berbahasa
Tidak ada.
Isi Pikiran
1. Preokupasi : Tidak ada.
2. Gangguan isi pikir :
Waham kejaran (+) : pasien yakin ada bayangan-bayangan hitam mengejar-ngejar
KASUS : Psikotik Pada Anak 6

dirinya untuk menyakiti dirinya.


f. Pengendalian Impuls
Terganggu.
g. Daya Nilai
Norma sosial:Terganggu
Uji daya nilai: baik
Penilaian realitas: Terganggu
h. Tilikan
Derajat 4, yaitu Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan , namun tidak memahami
sakitnya.

i. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya.
j. Pemeriksaan Dianostik Lebih Lanjut
Pemeriksaan Fisik
Status Internus :
Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 84 x/menit, frekuensi pernapasan 20 x/menit, suhu tubuh 36.90C. Konjungtiva
tidak pucat, sklera tidak ikterus, jantung dan paru dalam batas normal, ekstrimitas atas dan
bawah tidak ada kelainan.
Status Neurologi:
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan isokor
3mm/3mm, reflex cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat ekstrimitas dalam
batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

3. Assesment:
A. PENDAHULUAN
Masyarakat awam selama ini menganggap gangguan depresi sebagai suatu kelainan
yang terjadi pada orang dewasa saja dengan prevalensi cukup tinggi. Pendapat bahwa
anak dan remaja juga dapat merasakan dan mengalami gangguan depresi baru diterima
sejak 20 tahun terakhir ini.
KASUS : Psikotik Pada Anak 7

Beban anak sebenarnya cuku berat yaitu tumbuh kembang, belajar, dan memenuhi
tuntutan oran tua dan pendidik yang menginginkan supaya anak senangtiasa pandai dan
berprilaku baik. Pada umumnya beban tersebut tidak dirasakan anak karenan sifat dasar
anak yang ceria dan cenderung untuk bermain-main. Tuntutan yang berlebihan tersebut
betul-betul menjadi beban jika ternyata tuntutan tersebut lebih besar dari kemampuan
yang mereka miliki.
Anak menggunakan suatu pola pertahanan tertentu untuk menghindari atau supaya
tidak merasakan gejala depresi. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis depresi
pada anak lebih sulit dibanding pada orang dewasa. sedangkan pada remaja pola
pertahanan yang digunakan hampir sama dengan orang dewasa tergantung dari
kematangan kepribadiannya. Cara penegakan diagnosis depresi pada anak dan remaja
sama dengan penegakan diagnosis psikiatri pada umumnya. Yaitu dengan wawancara
terhadap orang lain misalnya keluarga, pengasuh, guru, atau orang yang paling dekat
dengan penderita (alloanamnesis) dan pemeriksaaan klinis langsung pada penderita
untuk mencari gejala (autoanamnesis). Tentu saja hal ini terutama autoanamnesis pada
anak lebih sulit dibanding pada remaja atau orang dewasa.

B. DEFINISI
Depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik
(kehilangan kegembiraan atau gairah) disertai dengan gejala-gejala lain, seperti
gangguan tidur dan menurunnya selera makan

C. EPIDEMIOLOGI
Angka prevalensi gangguan depresi pada anak dan remaja sangat bervariasi,
Pevalensi gangguan depresi pada bayi, balita dan anak sampai saat ini belum mempunyai
data yang pasti, namun berdasarkan studi epidemiologik yang dilakukan di Amerika
Serikat dilaporkan bahwa insidensi depresi sebesar 0,9% pada anak pra sekolah, 1,9 %
pada anak usia sekolah, dan 4,7 % pada remaja.
Data lain menyebutkan insidensi depresi pada anak semakin meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Depresi berat (severe depression) atau depresi mayor, angka
kejadiannya 9 dari 1000 anak pada umur pra sekolah, 20 kejadian setiap 1000 anak umur
KASUS : Psikotik Pada Anak 8

sekolah (6-11 tahun) , hampir 50 kejadian dari 1000 remaja (12-18 tahun)

D. ETIOLOGI
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap etiologi depresi khusunya pada anak dan
remaja adalah :
1. Faktor genetik
Meskipun penyebab depresi secara pasti tidak dapat ditentukan, faktor genetik
mempunyai peran besar. gangguan alam perasaan cenderung terdapat dalam suatu
keluarga tertentu. Bila suatu keluarga salah satu orang tuanya menderita depresi, maka
anaknya beresiko dua kali lipat dan apabila orang tuanya menderita depresi maka resiko
untuk mendapat gangguan perasaan (mood) sebelum usia 18 tahun mencapai empat kali
lipat.
2. Faktor sosial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua, jumlah sanak saudara,
status sosial keluarga, perpisahan orang tua, fungsi perkawinan atau struktur keluarga
banyak berperan dalam gangguan depresi pada anak. Llevita et al (1998)16 dan Weiss et
al (1999) melaporkan adanya hubungan yang signifikan antara riwayat penganiyaan fisik
atau seksual dengan depresi, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti. Diyakini
bahwa faktor non-genetik seperti fisik maupun lingkungan merupakan pencetus
kemungkinan terjadinya depresi pada anak dengan riwayat genetik.
3. Faktor biologis lainnya
Dua hipotesis yang menonjol mengenai mekanisme gangguan perasaan terfokus pada :
terganggunya regulator sistem monoamin neurotransmiter, termasuk norepinefrin dan
serotonin (5-hidroxytriptamine). Hipotesis lain menyatakan bahwa depresi yang terjadi
erat hubungannya dengan perubahan keseimbangan adrenergik –asetilkolin yang ditandai
dengan meningkatnya kolinergik, sementara dopamine secara fungsional menurun.

E. MANIFESTASI KLINIS
A. Manifestasi Klinis Gangguan Depresi pada Anak.
Gambaran klinis yang tampak pada anak dipengaruhi oleh usia dan pengalaman
psikologis anak. Hingga usia 7 tahun, umumnya anak belum dapat mengekspresikan
perasaannya dengan kata-kata, tetapi hanya dengan tingkah laku. Komunikasi verbal
anak yang belum berkembang akan mempersulit diagnosis depresi pada anak sebelum
usia 7 tahun. Komunikasi non-verbal seperti ekspresi wajah dan postur tubuh dapat
KASUS : Psikotik Pada Anak 9

membantu menegakkan diagnosis pada anak yang lebih muda. Anak yang lebih muda
akan menunjukkan fobia, gangguan cemas perpisahan, keluhan somatik dan perubahan
tingakah laku.
Semakin meningkat usia anak, semakin meningkat keluhan anhedonia, variasi diurnal,
keputusasaan, retardasi psikomotor, dan halusinasi. Menurut Ryan et al (1987), gambaran
depresi pada anak yang menonjol adalah keluhan somatik, agitasi psikomotor, cemas
perpisahan dan fobia, sedangkan pada anak remaja adalah anhedonia, hipersomnia, putus
asa, perubahan berat badan dan penyalahgunaan obat. Pada anak dengan depresi psikotik,
gambaran klinis yang lebih dominan adalah halusinasinya, sedangkan pada anak remaja
dan dewasa delusinasinya.
Tanda eksternal depresi pada anak dan remaja :
1. Usia pra sekolah / awal sekolah dasar
Anak kelihatan seperti sakit serius, tidak bersemangat, lekas marah (iritable),
bersedih seperti sedang mengalami frustasi, bahkan dapat mencederai dirinya
sendiri.
2. Usia akhir SD hingga remaja.
Anak memperlihatkan tingkah laku, bermasalah dengan teman dan penurunan
prestasi belajar. Kadang-kadang bertingkah laku agresif, lekas marah (irritable), dan
berbicara tentang bunuh diri.

B. Manifestasi Klinis Gangguan Psikotik


 Waham
Waham merupakan keyakinan tentang suatu pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan
atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya, biarpun
dibuktikan kemustahilan hal tersebut. Waham itu banyak jenisnya diantaranya sebagai
berikut. 8
 Waham kejaran : pasien yakin bahwa ada orang atau komplotan yang sedang
mengganggunya atau bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau dikejar.
 Waham somatik/hipokondrik : keyakinan tentang sebagian tubuhnya yang tidak
mungkin benar, misalnya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada
seekor kuda dalam perutnya.
 Waham kebesaran : bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian, atau
kekayaan yang luar biasa. Misalnya dialah ratu Andil, dapat membaca pikiran
orang lain, mempunyai puluhan rumah dan mobil.
 Waham pengaruh : yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi
KASUS : Psikotik Pada Anak 10

aatau dipengaruhi oleh orang lain atau oleh suatu kekuatan aneh
 Waham nihilistik : yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa dia sendiri
dan orang lain sudah mati.
 Halusinasi
Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi indera tanpa adanya rangsangan eksternal.
Halusinasi berbeda dari ilusi, atau distorsi persepsi, yang merupakan kesalahan persepsi
dari stimulasi eksternal.
Halusinasi dapat terjadi terjadi pada salah satu dari lima pancaindera, dan mengambil
hampir semua bentuk, yang mungkin termasuk sensasi sederhana seperti melihat dan
berinteraksi dengan hewan, mendengar suara dan memiliki sensasi taktil kompleks.
Dasar dari sebuah halusinasi bisa saja oleh karena penyebab organik, fungsional, psikotik
maupun histerik.
Halusinasi mempunyai berbagai jenis, misalnya :

Halusinasi penglihatan (visual, optik) : sesuatu tak berbentuk (sinar, kilapan, atau
cahaya) atau berbentuk (orang, binatang atau barang), berwarna atau tidak.

Halusinasi pendengaran (auditif /akustik): suara manusia, hewan atau mesin,
kejaadian alamiah atau musik.

Halusinasi penciuman (olfaktorik) : mencium suatu bau

Halusinasi pengecapan (gustatorik) : rasa mengecap sesuatu

Halsinasi perabaan (taktil) :merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti
ada ulat bergerak dibwah kulitnya.

Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang.

Halusinasi visceral :perasaan tertenu timbul di dalam tubuhnya.3,4,5
 Ilusi
Ilusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salam.contih : pasien melihat tali
namun bisa ditafsirkan sebagai ular. Ilusi biasa terjadi pada pasien dengan panas yang
tinggi disertai kegelisahan, dan kadang-kadang diikuti oleh perubahan kesadaran
(delirium).ilusi juga sering terjadi pada kasus-kasus epilepsi (khusnya epilepsi lobus
temporalis. Dan keadaan keadaan dengan kerusakan otak permanen.
 Tilikan yang memburuk
Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada bukti adanya perubahan
prilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau minum obat atau tidak mau diajak berobat,
atau bila ada waham dianggap mau meracuni. Keadaan yang merasa tidak sakit ini akan
mempersulit pengobatan.
Tilikan yang buruk ini merupakan ciri khas pasien psikotik. Disini peran keluarga
penting. Jika memang menemukan gejala tersebut seperti waham, halusinaasi dan ilusi,
KASUS : Psikotik Pada Anak 11

segera berkonsultasi kepada tenaga kesehatan jiwa.3,4,5


F. KRITERIAN DIAGNOSIS GANGGUAN DEPRESI PADA ANAK
Menurut DSM-IV-TR gejala inti dari episode depresi mayor pada anak-anak dan
dewasa adalah sama, meskipun beberapa data menyebutkan beberapa karakteristik gejala
dapat berubah sesuai umur. Beberapa gejala seperti keluhan somatik, iritabilitas dan
adaptasi sosial yang buruk adalah gejala yang palin sering pada anak-anak. Sedangkan
kemunduran psikomotor, bnanyak tidur dan waham lebih sering pada anak-anak pra
pubertas dibandingkan remaja dan dewasa.
DSM-IV-TR membagi depresi menjadi tiga bagian besar gangguan depresi mayor
/mayor depressive disorder (MDD), distimia dan depresi yang tidak terklarifikasikan.
A. Gangguan Depresi Mayor
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Episode Depresi Mayor

A Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan
memperlihatkan perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood
depresi (2) kehilangan minat.
1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hati diindikasikan
dengan laporan subyektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat orang
sekitar. Note :pada anak dan remaja dapat mudah marah.
2. Ditandai dengan hilangnya minat di semua hal atau hampir semua hal.
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet atau penurunan atau
peningkatan nafsu makan hampir setiap hari Note : pada anak-anak bisa
berat badan yang naik.
4. Insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain,
bukan perasaan yang dirasakan secara subyektif dengan kelelahan atau
lamban)
6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yag berlebihan (bisa terjadi
delusi
8. Tidak konsentrasi atau berpikir hampir setiap hari
9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa
perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan
B Gejala-gejala tidak memenuhi episode campuran

C Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara
klinis

D Gejala tidak disebabkan laangsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat) atau
kondisi medis umum.

E Gejala yang muncullebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement


KASUS : Psikotik Pada Anak 12

B. Distimia
Kriteria Diagnostik DSM-TR-IV Distimia

A Mood depresi hampir sepanjang hari, untuk beberapa hari lalu tidak,
diindikasikan dengan subyek atau dilihat oleh orang lain, paling tidak selama 2
tahun. Notee: pada anak dan remaja mood sangat iritable dan durasinya minimal
1 tahun

B Kondisi saat depresi dua atau lebih.


1. Nafsu makan yang buruk atau berlebihan
2. Insomnia atau hiperinsomnia
3. Sedikit tenaga atau kelelahan
4. Harga diri yang rendah
5. Sulit berkonsentrasi atau membuat suatu keputusan
6. Putus asa
C Selama 2 tahun (1 tahun pada anak) tdapat gangguan, tidak pernah tanpa gejala-
gejala pada kriteria A dan B lebih dari 2 bulan pada satu waktu

D Tidak terdapat episode depresi mayor selama 2 tahun awal gangguan (1 tahun
untuk anak dan dewasa)gangguan ini lebih baik tidak dihitung sebagai episode
depresi mayor

E Tidak pernah ada episode mania, episode campuran, atau hipomania dan tidak
termasuk dalam gangguan siklotimia

F Gangguan tidak terjadi saat terdapatnya gangguan psikotik kronik, seperti


skizofrenia atau gangguan waham

G Gejala bukan karena efek fisiologis dari suatu zat( penyalahgunaan obat- obatan
terlarang), atau kondisi medis umum (hipotiroid).

H Gejala menunjukkan dengan jelas distress dan gangguan pada kehidupan sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

C. Gangguan Depresi yang tidak Terspesifikasi


Contoh-contoh gangguan depresi yang tidak dapat dispesifikasikan
 Gangguan disforik pre menstrual: pada kebanyakan siklus menstruasi yang
sudah berlangsung selama satu tahun,gejala biasanya terjadi pada minggu
akhir fase luteal, dan membaik beberapa hari dari waktu menstruasi
 Gangguan depresi minor : episode terjadi selama 2 minggu dari gejala depresi
KASUS : Psikotik Pada Anak 13

tetapi lebih sedikit dari lima kategori untuk MDD


 Gangguan depresi singkat berulang : episode depresi yang berlangsung 2 hari
sampai 2 minggu, paling tidak satu kali dalam satu bulan dalam waktu 12
bulan dan tidak berhubungan dengan siklus menstruasi.
 Gangguan depresi post psikotik skizofrenia: pada episode depresi mayor yang
terjadi saat fase skizofrenia residual
 Episode depresi mayor ikutan : gangguan waham, gangguan psikotik yang
tidak tergolongkan, atau fase aktif skizofrenia.
 Keadaan dimana dokter sudah menyimpulkan adalah depresi yang terjadi
tetapi tidak secara primer karena suatu kondisi medis atau karena zat.

Klasifikasi berdasarkan sub tipe dan tingkat Keparahan Depresi


A. Berdasarkan Sub tipe
Sub Tipe dan spesifikasi MDD berdasarkan DSM _IV-TR
Sub Tipe Spesifikasi Kunci
Depresi Melankolis Dengan gambaran Mood non reaktif, anhedonia,
melankolis kehilangan berat badan, rasa
bersalah, agitasi dan retardasi
psikomotorik, moodyang
memburukpada pagi hari,
terbangun di pagi buta.
Depresi Atipikal Dengan gambaran atipikal Mood reaktif, terlalu banyak
tidur,makan berlebihan,
paralisis yang dibuat, sensitif
terhadap penolakan
interpersonal
Depresi psikotik (waham) Dengan gambaran psikotik Halusinasi /waham
Depresi katatonik Dengan gambaran katatonik Katalepsi, katatonik,
negativism, mutisme,
mannerism,ekolalia, ekopraksia
(tidak lazim pada klinis sehari-
hari)
Depresi kronik Gambaran kronis Dua tahun atau lebih dengan
kriteria MDD
Gangguan afektif musiman Musiman Onset yang seperti biasa dan
kambuh pada saat musim
tertentu (biasanya musim gugur
atau dingin)
Depresi Post partum Post partum Onset depresi selama empat
minggu post partum

B. Tingkat Keparahan
Derajat Keparahan Depresi
KASUS : Psikotik Pada Anak 14

Keparahan Kriteria DSM –IV-TR Kriteria ICD-10 Kriteria PPDGJ


Depresi Ringan  Mood depresi atau  Dua gejala  Sekurang-kurangnya 2
kehilangan minat + 4 tipikal dari 3 gejala utama
gejala depresi lainnya  Dua gejala inti  Sekurang-kurangnya 2
 Gangguan minor lainnya dari gejala lainnya
sosial/pekerjaan  Berlangsung minimal 2
minggu
 Sedikit kesulitan dalam
pekerjaan dan kegiatan
sosial yang biasa
dilakukannya

Depresi Sedang  Mood depresi atau  Dua gejala  Sekurang-kurangnya 2


kehilangan minat + 4 tipikal dari 3 gejala utama
atau lebih gejala depresi  Tiga atau lebih  Sekurang-kurangnya 2
lainnya inti lainnya dari gejala lainnya
 Gangguan sosial atau  Berlangsung minimal 2
pekerjaan yang minggu
bervariaasi  Menghadapi kesulitan
nyata untuk kegiatan
sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga

Depresi Berat  Mood depresi atau 3 gejala tipikal  Semua gejala utama
kehilangan minat + 4 4/ lebih gejala depresi harus ada
atau lebih gejala depresi inti lainnya  Sekurang-kurangnya 4
lainnya juga dapat gejala lainnya
 Gangguan sosial atau dengan atau  Berlangsung minimal 2
pekerjaan yang berat tanpa gejala minggu
atau ada gambaran psikotik  Sangat tidak mungkin
psikotik pasien mampu
meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang
sangat terbatas

H. PENATALAKSANAAN

1. Psikofarmakologi
KASUS : Psikotik Pada Anak 15

a. Pada Gangguan Psikotik


Pada umumnya terapi pada gangguan psikotik adalah anti psikotik. Obat anti psikotik
mencaku dua kelas utama yaitu antagonis reseptor dopamine (DA) dan antagonis
serotonin-dopamine (SDA)
Antagonis Reseptor Dopamine (DA) Antipsikotik Tipikal.
Beberapa yang tergolong dalam anti psikotik ini adalah : Chlorpromazine, Thioridazine,
Fluphenazine, Haloperidol, dll. Obat antipsikotik tipikal mengurangi gejala psikotik
dengan menghambat pengikatan dopamine pada reseptor dopamine D2. Efek anti
psikotik tampak berasal dari inhibisi neurotransmisi dopaminergik pada tonjolan
dopamine mesokortikal. Sedangkan efek samping parkinson terjadi akibat blokade jaras
nigrostriatal.
Antagonis reseptor dopamine efektif untuk penatalaksanaan skizofrenia jangka panjang
maupun jangka pendek, gangguan skizofreniform, gangguan skizoafektif, gangguan
waham, gangguan psikotik singkat,episode manik, dan gangguan depresi berat dengan
ciri psikotik. Obat ini mengurangi gejala akut dan mencegah perburukan di masa
mendatang. Antagonis reseptor dopamine umumnya juga efektif terhadap gejala psikotik
akibat penyebab organik. Agitasi dan psikosis akibat keadaan neurologis seperti
demensia tipe alzaimer juga berespon terhadap terapi antipsikotik.
Antagonis Serotonin-Dopamine Antipsikotik Generasi Kedua.
Antagonis serotonin-dopamine (SDA) juga disebut sebagai generasi kedua, obat anti
psikotik atipikal atau baru. Golongan obat ini dapat mencakup risperidone, olanzapine,
quetiapine, clozapine, dan ziprasideone. Obat ini memperbaiki dua jenis hendaya yang
menjadi ciri khas skizofrenia. (1) gejala positif seperti halusinasi, waham, pikiran
terganggu, dan agitasi serta (2). Gejala negatif seperti menarik diri, datar, anhedonia,
miskin bicara, katatonia, dan hendaya kognitif. SDA mempunyai resiko ekstrapiramidal
yang lebih kecil dibandingkan antagonis reseptor dopamine, yang menghilangkan
kebutuhan penggunaan antikolinergik dan efek sampingnya yang mengganggu. SDA
juga efektif untuk terapi gangguan mood dengan ciri psikotik atau manik dan untuk
gangguan prilaku yang terkait dengan demensia
KASUS : Psikotik Pada Anak 16

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran


No Nama Generik Sediaan Dosis
1 Klorpromazin Tablet 25 dan 100 mg 150-600 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
2 Haloperidol Tablet 0,5 mg,1,5 mg, 5-15 mg/hari
5mg
Injeksi 5mg/ml
3 Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12-24 mg/hari
4 Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10-15 mg/hari
5 Flufenazin Dekanoat Injeksi 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu
6 Levomeprazin Tablet 25 mg 25-50 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
7 Trifluperazin Tablet 1 mg, 5 mg 10-15 mg/hari
8 Tioridazin Tablet 50 mg, 100 mg 150-600 mg/hari
9 Sulpirid Tablet 200 mg 300-600 mg/hari
Injeksi 50mg/ml
10 Pimozid Tablet 1 mg, 4 mg 1-4 mg/hari
11 Risperidon Tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg 2-6 mg/hari

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik


Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat
penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah
terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional
gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra
Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar
tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak
dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan
kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya
benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek
samping ini.
Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan
mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan
terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah
dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional
mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional
dengan antipsikotik atipikal.
KASUS : Psikotik Pada Anak 17

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga
banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk
mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti
dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.
Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan
obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet
dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.
Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana
timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan
komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan
penanganan yang segera

b. Psikofarmakologi Gangguan Depresi pada Anak.


Saat ini, belum ada obat yang direkomendasikan oleh food and drug administration
( FDA). Pengobatan secara farmakoterapi masih kontroversial pada anak dan remaja.
Farmakoterapi yang sering digunakan :
a. Golongan anti depresi trisiklik : amitriptilin, imipramin, dan desipramin.
Berbeda dengan orang dewasa pada anak tidak menunjukkan perbedaan yang berarti
antara anti depresi gol trisiklik dengan plasebo. Obat ini bersifat kardiotoksik dan
cenderung berakibat fatal bila melampaui dosis.
b. Golongan obat yang bekerja spesifik menghambat abilan serotonin : fluoxetin dan
sertralin. Obat ini memberikan harapan yang crah terhadap pengobatan depresi pada
anak dan remaja. Merupakan obat pilihan pertama pada anak dan remaja karena
dapat ditoleransi dengan baik dan efek yang merugikan lebih sedikit dibandingkan
dengan anti depresi golongan trisiklik. Sayangnya, sedikit sekali penelitian tentang
pengobatan rumatan (maintanance) pada anak dan remaja. Dibandingkan dengan
usia dewasa, pada masa remaja cenderung berkembang untuk agitasi atau menjadi
mania bila mereka mendapat SSRIs. Obat ini juga dapat menurunkan libido.
c. Lithium karbonat. Obat ini telah digunakan untuk pengobatan anak dan remaja yang
mengalami agresi mania, depresi mania dan masalah tingkah laku, tetapi lebih
berguna pada kasus yang berisiko menjadi bipolar
KASUS : Psikotik Pada Anak 18

2. Terapi Psikososial
Secara umum tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur kepribadian,
mematangkan kepribadian, memperkuat ego, meningkatkan citra diri, memulihkan
kepercyaan diri yang semuanya itu untuk mencapai kehidupan yang berarti dan bermanfaat.
a) Psikoterapi suportif
Untuk memberi dukungan, semangat, dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa
dan semangat juang dalam menghadapi hidup ini tidak kendur atau menurun
b) Psikoterapi re-edukatif
Untuk memberi pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di
waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama
dengan baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
c) Psikoterapi re-konstruktif
Untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi pribadi
yang utuh seperti semula sebelum sakit.
d) Psikoterapi kognitif
Untuk memulihkan kembali daya kognitif ( daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga
mampu membedakan nila-nilai moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh
dan tidak, mana yang halal dan haram dan sebaginya.
e) Psikoterapi psikodinamik
Psikodinamik adalah suatu pendekatan konseptual yang memandang proses-proses mental
sebagai gerakan dan interaksi kuantitas-kuantitas energi psikis yang berlangsung intra-
individual dan inter-individual (antar orang)
Untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan
seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya. Diharapkan penderita
dapat memahami kelebihan dan kelemahan dirinya dan mampu menggunakan mekanisme
perubahan diri dengan baik.
f) Psikoterpi prilaku
Untuk memulihkan gangguan prilaku yang terganggu menjadi prilaku yang adaptif
( mampu menyusuaikan diri) kemampuan adaptasi penderita perlu dipulihkanagar
KASUS : Psikotik Pada Anak 19

penderita mampu berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di
rumah, di sekolah, dan lingkungan sosialnya.
g) Psikoterapi keluarga
Untuk memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya diharapkan keluarga dapat
memahami mengenai gangguan jiwa skizofrenia dan dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan penderita.
h) Psikososial
Diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan
banyak bergaul.
D.B Larson dkk,dalam penelitiannya sebagimana termuat dalam religious Commitment
and health menyatakan antara lain bahwa agama (keimanan) amat penting dalam
meningkatkan seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta
mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Synderman menyatakan
bahwa terapi edis tanpa doa (agama) tidak lengkap sedangkan sebaliknya agama (doa) saja
tanpa terapi medis tidak efektif.

3. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)


Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat
kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara
pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan
pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan
pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun
aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan
penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di
rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri,
kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan
untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat
KASUS : Psikotik Pada Anak 20

perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki
kualit`as hidup.—
Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit
yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo cerleti(1887-
1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti

I. PROGNOSIS
Prognosis depresi tergantung penyebab, bentuk klinis, pikiran buuh diri,kepribadian
premorbid dan keluarga dengan gangguan jiwa serta umur saat terjadinya depresi.
Apabila depresi berat tidak diobati dan terus berlangsung (waktu 7-12 bulan) akan
berlanjut menjadi episode depresi berulang (rekuren). Dengan gangguan sosial yang
persisten antara dua episode. Usaha bunuh diri (suicide atem) dan bunuh diri (suicide)
merupakan komplikasi yag sering timbul. Semakin muda usia mulainya depresi, semakin
jelek prognosisnya, tetapi erat hubungannya dengan faktor genetik. Remaja yang
mengalami depresi berat cenderung untuk menderita depresi beraat berulang dan
gangguan bipolar. Kebanyakan yang sembuh dalam beberapa bulan, kembali relaps satu
sampai dua tahun kemudian

4. Plan:
Diagnosis: Evaluasi Multiaksial
A. Aksis I
Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa, didapatkan adanya keluhan sering merasa
ketakutan. Hal ini menimbulkan penderitaan (distress) dan disabilitas (kerja, fungsi sosial
dan penggunaan waktu senggang) bagi pasien sehingga dapat disimpulkan sebagai
Gangguan Jiwa. Gangguan organobiologik tidak ditemukan maka pasien digolongkan
ke Gangguan Jiwa Non Organik Berdasarkan DSM-IV-TR pasien ini memenuhi
kriteria untuk diagnosis Gangguan Depresi Mayor dengan ditemukannya afek depresif
disertai gejala berupa hilang minat, murung,sulit berkonsentrasi, malas makan dan suli
tidur yang dialami hampir kurang lebih 3 bulan. Adanya keluhan waham kejaran dan
halusinasi auditorik berupa bisikan seseorang yang ingin menyakiti dirinya serta
halusinasi visual berupa bayangan-bayangan hitam yang juga ingin menyakiti dirinya
menujukkan pasien tergolong Sub tipe Depresi Psikotik. Dalam pedoman DSM-IV-TR
KASUS : Psikotik Pada Anak 21

disebutkan bahwa adanya gangguan depresi yang diikuti gejala psikotik menujukkan
bahwa pasien dalam Episode Depresi Berat. . Berdasarkan Pedoman Penggolongan
Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) dan DSM-IV-TR maka pasien inni
didiagnosis dengan Depresi berat dengan gejala psikotik. Diagnosis banding pada
pasien ini adalah Gangguan Campuran Tingkah laku dan Emosi (F92).
B. Aksis II
Ciri kepribadian belum terbentuk
C. Aksis III
Tidak ada diagnosis.
D. Aksis IV
A
E. Aksis V
GAF scale pasien berada pada range 60-51, yaitu gejala sedang (moderate),disabilitas
sedang..
Penatalaksanaan:
 Psikofarmakoterapi:
 Risperidone 0,25 mg
Heximer 0,25 mg da in caps
B6 ½ tab 2 dd 1
Asam folat ¼ tab

 Psikoterapi
 Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan
dan isi hati serta perasaan pasien sehingga pasien lega.
 Sosioterapi
Memberikan sosioterapi kepada keluarga. Memberikan penjelasan kepada keluarga,
mengenai keadaan pasien sehingga dapat menerima dan menciptakan lingkungan
yang baik untuk membantu proses penyembuhan pasien. (care giver)
Pendidikan:
Menjelaskan prognosis penyakit kepada orang tua pasien dan komplikasi yang dapat terjadi.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan sarana
dan prasarana yang lebih memadai.

Pinrang , September 2016

Peserta Pembimbing I Pembimbing II


KASUS : Psikotik Pada Anak 22

dr. Andi Ita Maghfirah dr. H. Rifai, M.Kes dr. Agus Salim

Anda mungkin juga menyukai