tinggal di rumah orang tuanya, sejak saat itu pasien tinggal di rumah neneknya dan
selama beberapa saat tidak dapat tidur di kamar . Selama ± 3 bulan terakhir ke sekolah
pun pasien harus ditemani oleh orang tua pasien.
2. Riwayat Pengobatan :
Belum pernah berobaat di klini jiwa sebeumnya
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
-
4. Riwayat Keluarga :
. Riwayat keluarga mengalami gangguan jiwa yang sama sebelumnya tidak ada
5. Riwayat pekerjaan :
Pasien merupakan siswa SD kelas 5
6. Lain-lain :
Kondisi lingkungan sosial dan fisik :OS hidup di lingkungan warga yang ramah.
Daftar Pustaka:
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III.
Jakarta : PT Nuh Jaya.2001.
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical manual of mental
disorder: fift Edition(DSM V). United States of America : APA 2013; hal 87-154.
3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar psikiatri Klinis. Edisi ke-2.
Cetakan 2010. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC, 2010 Hal 147-156, 169-187.
4. Mardiati R, Riyadi A, Anna S et all. Pharmaceutical Care unntuk Penderita Gangguan
Depresif. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2007.
5. Fitrisari A, Determinasi Depresi pada Anak dan Remaja. Bagian Psikiatri Fakultas
Kedokteran Univ Diponegoro, 2003.
6. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lundbeck Insitutes 2010.
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui Definisi Depresi pada anak
2. Etiologi Gangguan depresi pada anak
3. Kriteria dan Klasifikasi Gangguan Depresi pada Anak
4. Manifetasi Klinis Depresi dan Gangguan Psikotik pada Anak
5. Terapi Gangguan depresi dan Gangguan Psikotik pada anak
6. Prognostik gangguan depresi pada anak
1. Subyektif:
KASUS : Psikotik Pada Anak 3
Anak laki-laki, 8 tahun masuk melalui poli psikiatri RSUD Kota Kendari dengan keluhan
sering terlihat ketakutan. Menurut orang tuanya OSI juga tampak murung, hilang minat,
mengeluh sulit tidur, kurang konsentrasi, dan malas berkomunikasi dengan orang sekitar.
Hal ini dialami sejak 3 bulan yang lalu dan memberat beberapa hari terakhir.
Keluhan ini dirasakan pasien pertama kali semenjak ada tetangga pasien yang menakut
nakuti pasien sambil membawa benda tajam ketika pasien masih duduk di bangku kelas
2 SD. Sejak saat itu, pasien mulai mengurung diri dan menjadi pendiam. Pasien juga
mengeluh sering mendengar dan melihat bayangan –bayangan hitam yang ingin
menyakiti dirinya. . Dia juga yakin bahwa bayangan-bayangan itu terus mengejaar-ngejar
dirinya Keluhan tidak dirasakan secara terus menerus, lebih sering terjadi jika pasien
tinggal di rumah orang tuanya, sejak saat itu pasien tinggal di rumah neneknya dan
selama beberapa saat tidak dapat tidur di kamar . Selama ± 3 bulan terakhir ke sekolah
pun pasien harus ditemani oleh orang tua pasien.
Infeksi (-)
Kejang (-)
Alkohol (-)
2. Obyektif :
a. Deskripsi Umum
Penampilan
Seorang anak laki-laki usia 8 tahun, wajah kesan sesuai umur, berkulit agak gelap,
memakai baju kemeja lengan pendek berwarna biru dan memakai celana panjang hitam,
rambut pendek, lurus,potongan rapi, perawatan diri baik. Wajah tampak datar, kesan
seperti kehilangan minat.
Kesadaran : komposmentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Cukup tenang
Pembicaraan : Sedikit bicara, Spontan, lancar, intonasi suara kecil.
Sikap Terhadap pemeriksa : Kooperatif.
b. Keadaan Afektif, Mood dan Empati
Mood : hipotimik
Afek : depresif
Empati :dapat dirabarasakan.
c. Fungsi Kognitif
Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Sesuai dengan tingkat pendidikan pasien
Daya konsentrasi
cukup
Orientasi
1. Waktu: Baik
2. Tempat: Baik
3. Orang: Baik
Daya ingat
1. Jangka panjang: Baik
2. Jangka sedang: Baik
3. Jangka pendek: Baik
KASUS : Psikotik Pada Anak 5
3. Assesment:
A. PENDAHULUAN
Masyarakat awam selama ini menganggap gangguan depresi sebagai suatu kelainan
yang terjadi pada orang dewasa saja dengan prevalensi cukup tinggi. Pendapat bahwa
anak dan remaja juga dapat merasakan dan mengalami gangguan depresi baru diterima
sejak 20 tahun terakhir ini.
KASUS : Psikotik Pada Anak 7
Beban anak sebenarnya cuku berat yaitu tumbuh kembang, belajar, dan memenuhi
tuntutan oran tua dan pendidik yang menginginkan supaya anak senangtiasa pandai dan
berprilaku baik. Pada umumnya beban tersebut tidak dirasakan anak karenan sifat dasar
anak yang ceria dan cenderung untuk bermain-main. Tuntutan yang berlebihan tersebut
betul-betul menjadi beban jika ternyata tuntutan tersebut lebih besar dari kemampuan
yang mereka miliki.
Anak menggunakan suatu pola pertahanan tertentu untuk menghindari atau supaya
tidak merasakan gejala depresi. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis depresi
pada anak lebih sulit dibanding pada orang dewasa. sedangkan pada remaja pola
pertahanan yang digunakan hampir sama dengan orang dewasa tergantung dari
kematangan kepribadiannya. Cara penegakan diagnosis depresi pada anak dan remaja
sama dengan penegakan diagnosis psikiatri pada umumnya. Yaitu dengan wawancara
terhadap orang lain misalnya keluarga, pengasuh, guru, atau orang yang paling dekat
dengan penderita (alloanamnesis) dan pemeriksaaan klinis langsung pada penderita
untuk mencari gejala (autoanamnesis). Tentu saja hal ini terutama autoanamnesis pada
anak lebih sulit dibanding pada remaja atau orang dewasa.
B. DEFINISI
Depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik
(kehilangan kegembiraan atau gairah) disertai dengan gejala-gejala lain, seperti
gangguan tidur dan menurunnya selera makan
C. EPIDEMIOLOGI
Angka prevalensi gangguan depresi pada anak dan remaja sangat bervariasi,
Pevalensi gangguan depresi pada bayi, balita dan anak sampai saat ini belum mempunyai
data yang pasti, namun berdasarkan studi epidemiologik yang dilakukan di Amerika
Serikat dilaporkan bahwa insidensi depresi sebesar 0,9% pada anak pra sekolah, 1,9 %
pada anak usia sekolah, dan 4,7 % pada remaja.
Data lain menyebutkan insidensi depresi pada anak semakin meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Depresi berat (severe depression) atau depresi mayor, angka
kejadiannya 9 dari 1000 anak pada umur pra sekolah, 20 kejadian setiap 1000 anak umur
KASUS : Psikotik Pada Anak 8
sekolah (6-11 tahun) , hampir 50 kejadian dari 1000 remaja (12-18 tahun)
D. ETIOLOGI
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap etiologi depresi khusunya pada anak dan
remaja adalah :
1. Faktor genetik
Meskipun penyebab depresi secara pasti tidak dapat ditentukan, faktor genetik
mempunyai peran besar. gangguan alam perasaan cenderung terdapat dalam suatu
keluarga tertentu. Bila suatu keluarga salah satu orang tuanya menderita depresi, maka
anaknya beresiko dua kali lipat dan apabila orang tuanya menderita depresi maka resiko
untuk mendapat gangguan perasaan (mood) sebelum usia 18 tahun mencapai empat kali
lipat.
2. Faktor sosial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua, jumlah sanak saudara,
status sosial keluarga, perpisahan orang tua, fungsi perkawinan atau struktur keluarga
banyak berperan dalam gangguan depresi pada anak. Llevita et al (1998)16 dan Weiss et
al (1999) melaporkan adanya hubungan yang signifikan antara riwayat penganiyaan fisik
atau seksual dengan depresi, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti. Diyakini
bahwa faktor non-genetik seperti fisik maupun lingkungan merupakan pencetus
kemungkinan terjadinya depresi pada anak dengan riwayat genetik.
3. Faktor biologis lainnya
Dua hipotesis yang menonjol mengenai mekanisme gangguan perasaan terfokus pada :
terganggunya regulator sistem monoamin neurotransmiter, termasuk norepinefrin dan
serotonin (5-hidroxytriptamine). Hipotesis lain menyatakan bahwa depresi yang terjadi
erat hubungannya dengan perubahan keseimbangan adrenergik –asetilkolin yang ditandai
dengan meningkatnya kolinergik, sementara dopamine secara fungsional menurun.
E. MANIFESTASI KLINIS
A. Manifestasi Klinis Gangguan Depresi pada Anak.
Gambaran klinis yang tampak pada anak dipengaruhi oleh usia dan pengalaman
psikologis anak. Hingga usia 7 tahun, umumnya anak belum dapat mengekspresikan
perasaannya dengan kata-kata, tetapi hanya dengan tingkah laku. Komunikasi verbal
anak yang belum berkembang akan mempersulit diagnosis depresi pada anak sebelum
usia 7 tahun. Komunikasi non-verbal seperti ekspresi wajah dan postur tubuh dapat
KASUS : Psikotik Pada Anak 9
membantu menegakkan diagnosis pada anak yang lebih muda. Anak yang lebih muda
akan menunjukkan fobia, gangguan cemas perpisahan, keluhan somatik dan perubahan
tingakah laku.
Semakin meningkat usia anak, semakin meningkat keluhan anhedonia, variasi diurnal,
keputusasaan, retardasi psikomotor, dan halusinasi. Menurut Ryan et al (1987), gambaran
depresi pada anak yang menonjol adalah keluhan somatik, agitasi psikomotor, cemas
perpisahan dan fobia, sedangkan pada anak remaja adalah anhedonia, hipersomnia, putus
asa, perubahan berat badan dan penyalahgunaan obat. Pada anak dengan depresi psikotik,
gambaran klinis yang lebih dominan adalah halusinasinya, sedangkan pada anak remaja
dan dewasa delusinasinya.
Tanda eksternal depresi pada anak dan remaja :
1. Usia pra sekolah / awal sekolah dasar
Anak kelihatan seperti sakit serius, tidak bersemangat, lekas marah (iritable),
bersedih seperti sedang mengalami frustasi, bahkan dapat mencederai dirinya
sendiri.
2. Usia akhir SD hingga remaja.
Anak memperlihatkan tingkah laku, bermasalah dengan teman dan penurunan
prestasi belajar. Kadang-kadang bertingkah laku agresif, lekas marah (irritable), dan
berbicara tentang bunuh diri.
aatau dipengaruhi oleh orang lain atau oleh suatu kekuatan aneh
Waham nihilistik : yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa dia sendiri
dan orang lain sudah mati.
Halusinasi
Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi indera tanpa adanya rangsangan eksternal.
Halusinasi berbeda dari ilusi, atau distorsi persepsi, yang merupakan kesalahan persepsi
dari stimulasi eksternal.
Halusinasi dapat terjadi terjadi pada salah satu dari lima pancaindera, dan mengambil
hampir semua bentuk, yang mungkin termasuk sensasi sederhana seperti melihat dan
berinteraksi dengan hewan, mendengar suara dan memiliki sensasi taktil kompleks.
Dasar dari sebuah halusinasi bisa saja oleh karena penyebab organik, fungsional, psikotik
maupun histerik.
Halusinasi mempunyai berbagai jenis, misalnya :
Halusinasi penglihatan (visual, optik) : sesuatu tak berbentuk (sinar, kilapan, atau
cahaya) atau berbentuk (orang, binatang atau barang), berwarna atau tidak.
Halusinasi pendengaran (auditif /akustik): suara manusia, hewan atau mesin,
kejaadian alamiah atau musik.
Halusinasi penciuman (olfaktorik) : mencium suatu bau
Halusinasi pengecapan (gustatorik) : rasa mengecap sesuatu
Halsinasi perabaan (taktil) :merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti
ada ulat bergerak dibwah kulitnya.
Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang.
Halusinasi visceral :perasaan tertenu timbul di dalam tubuhnya.3,4,5
Ilusi
Ilusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salam.contih : pasien melihat tali
namun bisa ditafsirkan sebagai ular. Ilusi biasa terjadi pada pasien dengan panas yang
tinggi disertai kegelisahan, dan kadang-kadang diikuti oleh perubahan kesadaran
(delirium).ilusi juga sering terjadi pada kasus-kasus epilepsi (khusnya epilepsi lobus
temporalis. Dan keadaan keadaan dengan kerusakan otak permanen.
Tilikan yang memburuk
Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada bukti adanya perubahan
prilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau minum obat atau tidak mau diajak berobat,
atau bila ada waham dianggap mau meracuni. Keadaan yang merasa tidak sakit ini akan
mempersulit pengobatan.
Tilikan yang buruk ini merupakan ciri khas pasien psikotik. Disini peran keluarga
penting. Jika memang menemukan gejala tersebut seperti waham, halusinaasi dan ilusi,
KASUS : Psikotik Pada Anak 11
A Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan
memperlihatkan perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood
depresi (2) kehilangan minat.
1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hati diindikasikan
dengan laporan subyektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat orang
sekitar. Note :pada anak dan remaja dapat mudah marah.
2. Ditandai dengan hilangnya minat di semua hal atau hampir semua hal.
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet atau penurunan atau
peningkatan nafsu makan hampir setiap hari Note : pada anak-anak bisa
berat badan yang naik.
4. Insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain,
bukan perasaan yang dirasakan secara subyektif dengan kelelahan atau
lamban)
6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yag berlebihan (bisa terjadi
delusi
8. Tidak konsentrasi atau berpikir hampir setiap hari
9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa
perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan
B Gejala-gejala tidak memenuhi episode campuran
C Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara
klinis
D Gejala tidak disebabkan laangsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat) atau
kondisi medis umum.
B. Distimia
Kriteria Diagnostik DSM-TR-IV Distimia
A Mood depresi hampir sepanjang hari, untuk beberapa hari lalu tidak,
diindikasikan dengan subyek atau dilihat oleh orang lain, paling tidak selama 2
tahun. Notee: pada anak dan remaja mood sangat iritable dan durasinya minimal
1 tahun
D Tidak terdapat episode depresi mayor selama 2 tahun awal gangguan (1 tahun
untuk anak dan dewasa)gangguan ini lebih baik tidak dihitung sebagai episode
depresi mayor
E Tidak pernah ada episode mania, episode campuran, atau hipomania dan tidak
termasuk dalam gangguan siklotimia
G Gejala bukan karena efek fisiologis dari suatu zat( penyalahgunaan obat- obatan
terlarang), atau kondisi medis umum (hipotiroid).
H Gejala menunjukkan dengan jelas distress dan gangguan pada kehidupan sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
B. Tingkat Keparahan
Derajat Keparahan Depresi
KASUS : Psikotik Pada Anak 14
Depresi Berat Mood depresi atau 3 gejala tipikal Semua gejala utama
kehilangan minat + 4 4/ lebih gejala depresi harus ada
atau lebih gejala depresi inti lainnya Sekurang-kurangnya 4
lainnya juga dapat gejala lainnya
Gangguan sosial atau dengan atau Berlangsung minimal 2
pekerjaan yang berat tanpa gejala minggu
atau ada gambaran psikotik Sangat tidak mungkin
psikotik pasien mampu
meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang
sangat terbatas
H. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmakologi
KASUS : Psikotik Pada Anak 15
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga
banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk
mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti
dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.
Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan
obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet
dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.
Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana
timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan
komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan
penanganan yang segera
2. Terapi Psikososial
Secara umum tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur kepribadian,
mematangkan kepribadian, memperkuat ego, meningkatkan citra diri, memulihkan
kepercyaan diri yang semuanya itu untuk mencapai kehidupan yang berarti dan bermanfaat.
a) Psikoterapi suportif
Untuk memberi dukungan, semangat, dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa
dan semangat juang dalam menghadapi hidup ini tidak kendur atau menurun
b) Psikoterapi re-edukatif
Untuk memberi pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di
waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama
dengan baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
c) Psikoterapi re-konstruktif
Untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi pribadi
yang utuh seperti semula sebelum sakit.
d) Psikoterapi kognitif
Untuk memulihkan kembali daya kognitif ( daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga
mampu membedakan nila-nilai moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh
dan tidak, mana yang halal dan haram dan sebaginya.
e) Psikoterapi psikodinamik
Psikodinamik adalah suatu pendekatan konseptual yang memandang proses-proses mental
sebagai gerakan dan interaksi kuantitas-kuantitas energi psikis yang berlangsung intra-
individual dan inter-individual (antar orang)
Untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan
seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya. Diharapkan penderita
dapat memahami kelebihan dan kelemahan dirinya dan mampu menggunakan mekanisme
perubahan diri dengan baik.
f) Psikoterpi prilaku
Untuk memulihkan gangguan prilaku yang terganggu menjadi prilaku yang adaptif
( mampu menyusuaikan diri) kemampuan adaptasi penderita perlu dipulihkanagar
KASUS : Psikotik Pada Anak 19
penderita mampu berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di
rumah, di sekolah, dan lingkungan sosialnya.
g) Psikoterapi keluarga
Untuk memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya diharapkan keluarga dapat
memahami mengenai gangguan jiwa skizofrenia dan dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan penderita.
h) Psikososial
Diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan
banyak bergaul.
D.B Larson dkk,dalam penelitiannya sebagimana termuat dalam religious Commitment
and health menyatakan antara lain bahwa agama (keimanan) amat penting dalam
meningkatkan seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta
mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Synderman menyatakan
bahwa terapi edis tanpa doa (agama) tidak lengkap sedangkan sebaliknya agama (doa) saja
tanpa terapi medis tidak efektif.
perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki
kualit`as hidup.—
Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit
yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo cerleti(1887-
1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti
I. PROGNOSIS
Prognosis depresi tergantung penyebab, bentuk klinis, pikiran buuh diri,kepribadian
premorbid dan keluarga dengan gangguan jiwa serta umur saat terjadinya depresi.
Apabila depresi berat tidak diobati dan terus berlangsung (waktu 7-12 bulan) akan
berlanjut menjadi episode depresi berulang (rekuren). Dengan gangguan sosial yang
persisten antara dua episode. Usaha bunuh diri (suicide atem) dan bunuh diri (suicide)
merupakan komplikasi yag sering timbul. Semakin muda usia mulainya depresi, semakin
jelek prognosisnya, tetapi erat hubungannya dengan faktor genetik. Remaja yang
mengalami depresi berat cenderung untuk menderita depresi beraat berulang dan
gangguan bipolar. Kebanyakan yang sembuh dalam beberapa bulan, kembali relaps satu
sampai dua tahun kemudian
4. Plan:
Diagnosis: Evaluasi Multiaksial
A. Aksis I
Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa, didapatkan adanya keluhan sering merasa
ketakutan. Hal ini menimbulkan penderitaan (distress) dan disabilitas (kerja, fungsi sosial
dan penggunaan waktu senggang) bagi pasien sehingga dapat disimpulkan sebagai
Gangguan Jiwa. Gangguan organobiologik tidak ditemukan maka pasien digolongkan
ke Gangguan Jiwa Non Organik Berdasarkan DSM-IV-TR pasien ini memenuhi
kriteria untuk diagnosis Gangguan Depresi Mayor dengan ditemukannya afek depresif
disertai gejala berupa hilang minat, murung,sulit berkonsentrasi, malas makan dan suli
tidur yang dialami hampir kurang lebih 3 bulan. Adanya keluhan waham kejaran dan
halusinasi auditorik berupa bisikan seseorang yang ingin menyakiti dirinya serta
halusinasi visual berupa bayangan-bayangan hitam yang juga ingin menyakiti dirinya
menujukkan pasien tergolong Sub tipe Depresi Psikotik. Dalam pedoman DSM-IV-TR
KASUS : Psikotik Pada Anak 21
disebutkan bahwa adanya gangguan depresi yang diikuti gejala psikotik menujukkan
bahwa pasien dalam Episode Depresi Berat. . Berdasarkan Pedoman Penggolongan
Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) dan DSM-IV-TR maka pasien inni
didiagnosis dengan Depresi berat dengan gejala psikotik. Diagnosis banding pada
pasien ini adalah Gangguan Campuran Tingkah laku dan Emosi (F92).
B. Aksis II
Ciri kepribadian belum terbentuk
C. Aksis III
Tidak ada diagnosis.
D. Aksis IV
A
E. Aksis V
GAF scale pasien berada pada range 60-51, yaitu gejala sedang (moderate),disabilitas
sedang..
Penatalaksanaan:
Psikofarmakoterapi:
Risperidone 0,25 mg
Heximer 0,25 mg da in caps
B6 ½ tab 2 dd 1
Asam folat ¼ tab
Psikoterapi
Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan
dan isi hati serta perasaan pasien sehingga pasien lega.
Sosioterapi
Memberikan sosioterapi kepada keluarga. Memberikan penjelasan kepada keluarga,
mengenai keadaan pasien sehingga dapat menerima dan menciptakan lingkungan
yang baik untuk membantu proses penyembuhan pasien. (care giver)
Pendidikan:
Menjelaskan prognosis penyakit kepada orang tua pasien dan komplikasi yang dapat terjadi.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan sarana
dan prasarana yang lebih memadai.
dr. Andi Ita Maghfirah dr. H. Rifai, M.Kes dr. Agus Salim