(ASPEK GEOFISIK-KIMIA)
Dr. Dwi P. Sasongko, M.Si.
No. Reg. K.1.07.09.031.000015
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dampak penting yang ditelaah dalam studi Amdal mencakup komponen
rencana kegiatan sebagai sumber dampak dan komponen lingkungan sebagai
komponen terkena dampak. Komponen rencana kegiatan dikelompokkan
menurut tahapan:
1. Tahap prakonstruksi,
2. Tahap konstruksi,
3. Tahap operasi,
4. Tahap pascaoperasi.
Prediksi dampak penting adalah suatu upaya untuk mencari jawaban atas
pertanyaan tentang besarnya perubahan nilai parameter lingkungan sebagai
akibat adanya rencana kegiatan dan sifat penting dampak. Prediksi dampak
penting dilakukan untuk setiap parameter lingkungan. Model prediksi dampak
penting akan mengandung aspek ketidakpastian.
3
Metoda prediksi dampak penting yang digunakan adalah kombinasi metoda
formal (uraian deskriptif secara kuantitatif) dan metoda informal (uraian
deskriptif secara kualitatif) yang disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing parameter lingkungan. Kerangka waktu prediksi dampak penting
dilakukan sesuai dengan perkiraan umur teknis rencana kegiatan.
4
Tabel 1. Emisi polutan per m3 bahan bakar
No Polutan Faktor Emisi (kg/satuan
waktu)
1. SO2 7,9544
2. NO2 9,2103
3. CO 36,4226
4. Partikulat/Debu 2,0095
2.3.1.2. Kebisingan
Prediksi sebaran kebisingan terhadap lingkungan di sekitarnya
menggunakan rumus pendekatan:
L2 = Tingkat bising pada jarak R2 dari tapak proyek, sumber bising, dBA
L1 = Tingkat bising sumber bising pada jarak R1, dBA
R1,R2 = Jarak dari sumber bising, m
Ae = Atenuasi bising kerena klembaban udara, dBA
5
Peningkatan sedimentasi akibat perubahan kondisi penutup tanah dapat
diprakirakan dengan metoda USLE untuk menghitung kehilangan tanah
akibat erosi dan sedimentasi:
A = RKLSPC
SD = A x SDR
A = kehilangan tanah pucuk akibat erosi (ton/ha/tahun)
R = erosivitas hujan
K = erodibilitas tanah
L = panjang lereng
S = kelerengan
P = faktor teknik konservasi tanah
C = faktor pengolahan tanah dan tanaman penutup tanah
SD = sedimentasi
SDR = sediment delivery ratio
E=RLKSP
Q=CIA
6
2.3.1.5. Kualitas air
Prediksi penurunan kualitas air akibat buangan limbah cair digunakan
persamaan mixing zone:
Cc = konsentrasi parameter kualitas air badan air setelah tercampur limbah cair
Qa = debit limbah cair
Ca = konsentrasi parameter limbah cair
Qb = debit air badan air sebelum terkena limbah cair
Cb = konsentrasi kualitas air badan air sebelum tercampur limbah cair
7
Tabel 3.
Contoh Format Matrik Prediksi Besaran Dampak
SKL SKL (yad) Prediksi Besaran Dampak
Rona Prakon- Kon- Operasi Prakon- Kon- Operasi
No. Komponen Lingkungan awal struksi struksi struksi struksi
(a) (b) (c) (d) (b-a) (c-a) (d-a)
Aspek Geofisik-Kimia
1. Iklim
2. Kualitas Udara & Kebisingan
3. Fisiografi dan Geologi
4. Hidrologi
5. Kualitas Air
6. Hidrooseanografi
7. Ruang, lahan dan tanah
8. Transportasi
Keterangan :
Prediksi = SKL (yad) - SKL (kini)
SKL(yad) = Skala kualitas lingkungan yang akan datang dengan adanya kegiatan proyek
SKL(kini) = Skala kualitas lingkungan (rona) awal
Skala Kualitas Lingkungan pada rona lingkungan awal (RLA) dan pada saat
kegiatan berlangsung (setiap tahap) ditampilkan dalam skala numerik (1 sampai
dengan 5) yaitu:
8
4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
7. Kriteria ilmu dan teknologi.
Tabel 4.
Contoh Format Matrik Prediksi Dampak Penting Aspek Geofisik-Kimia
Besaran Kriteria Dampak Sifat penting
No. Komponen Kegiatan
Dampak (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Dampak
1. Tahap Prakonstruksi
1.1. Survai dan penetapan
batas areal reklamasi
1.2. Perijinan
1.3. Sosialisasi rencana
kegiatan
1.4. Rekrutmen tenaga kerja
2. Tahap Konstruksi
2.1. Mobilisasi peralatan dan
material
2.2. Pengambilan material
urug
2.3. Pengangkutan material
urug
2.4. Pembangunan talud
pengaman
3. Tahap Operasi
3.1. Pengurugan perairan
3.2. Pembangunan pengaman
pantai
3.3. Pematangan lahan
3.4. Demobilisasi peralatan
4. Tahap Pascaoperasi
4.1. Keberadaan bangunan
yang menjorok ke laut
4.2. Pengamanan dan pemeli-
haraan bangunan
pengaman pantai
4.3. Pengurusan Hak Atas
Tanah
4.4. Pengalokasian lahan
4.5. Pemanfaatan lahan
Keterangan :
(1) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
(2) Luas wilayah persebaran dampak
(3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
(4) Lamanya dampak berlangsung
(5) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
(6) Sifat kumulatif dampak
(7) Berbalik atau tidak berbaliknyak dampak
9
Kriteria penetapan tingkat kepentingan dampak adalah sebagai berikut:
1. Jika jumlah kriteria P (penting) 4 maka prediksi dampaknya adalah
penting.
2. Jika jumlah kriteria P (penting) 3 tetapi jika salah satu P merupakan kriteria
jumlah manusia yang terkena dampak maka prediksi dampak adalah
penting.
3. Jika jumlah P 3 dan bukan termasuk kriteria jumlah manusia yang terkena
dampak maka prediksi dampaknya adalah tidak penting.
10
BAB III
METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
UNTUK PREDIKSI DAMPAK PENTING
Pengumpulan data adalah serangkaian tindakan yang terencana dan sistematis untuk
memperoleh data dan informasi tentang suatu keadaan tertentu menggunakan cara
tertentu yang telah disepakati sedangkan analisis data adalah serangkaian tindakan
untuk memilih, mengolah, mengklasifikasi dan menginterpretasi data sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengumpulan dan analisis data dalam studi Amdal dilakukan untuk menyusun rona
lingkungan hidup awal pada saat studi dilakukan sebagai data basis untuk keperluan
prediksi dan evaluasi dampak. Pengumpulan data bisa dilakukan secara langsung
melalui pengukuran in situ, pengambilan sampel, maupun secara tidak laangsung
melalui data yang telah dipublikasi oleh pihak lain.
Dalam studi Amdal, lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak
rencana kegiatan dan beberapa lokasi di sekitarnya yang diperkirakan terkena
dampak sehingga kondisi rona awal pada lokasi-lokasi calon penerima dampak dapat
terukur/teramati.
11
3.3. METODA PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Tabel 5.
Beberapa komponen Geofisik-kimia yang dikaji
12
3.3.1. Iklim
Data iklim yang diteliti meliputi data curah hujan, suhu dan kelembaban udara.
Data sekunder diperoleh dari Stasiun Meteorologi terdekat yang tercakup selama
minimal 10 tahun. Komponen iklim yang diperoleh selanjutnya diseleksi dan
dikelompokkan secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabulasi atau grafik,
sehingga memudahkan dalam menentukan pola iklim di wilayah studi. Data
dikalkulasi dalam rata-rata maksimum dan minimum.
a) Tipe Iklim
Tipe/jenis iklim setempat ditentukan berdasarkan klasifikasi iklim menurut
Schmidt dan Fergusson dengan menghitung perbandingan antara rata-rata
jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah atau yang lebih dikenal
dengan nilai Q (Quetient):
Q = (K/B) x 100%
Keterangan:
K = rata-rata jumlah bulan kering, yaitu dengan curah hujan < 60 mm.
B = rata-rata jumlah bulan basah, yaitu dengan curah hujan > 100 mm.
b) Suhu Udara
Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun Meteorologi terdekat. Selain itu,
suhu udara juga diukur di beberapa lokasi.
c) Curah Hujan
Curah hujan menunjukkan besarnya hujan yang terjadi di suatu wilayah dan
diukur dalam satuan milimeter. Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun
Meteorologi terdekat.
d) Kelembaban
Data kelembaban dikumpulkan dari data sekunder, selain itu juga dilakukan
pengukuran dengan menggunakan psikrometer putar dan termometer bola
kering dan bola basah. Kelembaban udara dinyatakan dalam bentuk
kelembaban nisbi yang diturunkan dari persamaan Clausius-Clapeyron.
13
Tabel 6.
Kriteria Skala Kualitas Iklim
Parameter Harkat dan rentangan *)
1 2 3 4 5
Jumlah bulan kering 1 1-2 2-4 4-6 >6
Jumlah bulan basah >6 4-6 2-4 1-2 0
Tipe curah hujan A A-B B-C C-D D
Suhu udara (0C) >35 / <5 30-35 / 5-10 27-30/ 10-15 15-20 20 - 27
Curah hujan (mm/th) >3000 2000 - 3000 1000 - 2000 500 - 1000 <500
Kelembaban (%) <40 / >100 41-45/ 85-99 46-50/80-84 51-55/75-79 56 - 74
Sumber: Chafid Fandeli, 1995
*)Harkat dengan kriteria: 1=sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
14
Tabel 7.
Contoh Lokasi Sampling Kualitas Udara
Kode Alasan pemilihan
Lokasi Sampling
lokasi lokasi
Peruntukan Lokasi
U-1 Pengambilan quarry Desa, Kelurahan ..... Mewakili wilayah peng-
ambilan quarry
U-2 Permukiman penduduk Desa, Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
permukiman
U-3 Transportasi kota Jalan ..... Mewakili wilayah/rute
pengangkutan
U-4 Transportasi kota Bundaran ..... Mewakili kondisi lalu
lintas
U-5 Perumahan .... Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
permukiman
U-6 Permukiman penduduk Kelurahan .....
U-7 Tapak rencana kegiatan .....
Tabel 8.
Metode Pengumpulan dan Analisis Sampel Kualitas Udara
No. Parameter Baku Mutu Peralatan yang Waktu Metoda analisis Sumber
lingkungan digunakan pengukuran sampel
1. SO2 365 gr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Pararosanilin Surat
2. NO2 150 gr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Saltzman Keputusan
3. CO 15.000 gr/m3 NDIR Analyser Sesaat NDIR Gubernur..
4. H2S 0,02*) ppm Gas Sampler 24 jam Mercurythiocyanate
5. Oksidan (Ox) 200 gr/m3 Spectrofotometer 1 jam Chemiluminescent
6. Total Partikel 230 gr/m3 High volume sampler 24 jam Gravimetric
Debu
3.3.3. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan. Bising adalah suara yang tidak dikehendaki karena
mengganggu pembicaraan, kenyamanan dan dapat merusak pendengaran.
Kebisingan merupakan bentuk suara yang merugikan manusia dan lingkungan
termasuk ternak, satwa liar dan sistem alam.
15
Kebisingan yang disebabkan oleh suara buatan merupakan pengganggu bagi
manusia, khususnya aspek kognitif. Kebisingan merupakan suatu situasi multi-
dimensial yang terkait dengan manusia. Kebisingan merupakan salah satu
pencemar yang berasal dari penerapan teknologi. Semua peralatan kerja yang
digunakan manusia mempunyai potensi menimbulkan kebisingan. Kebisingan
dapat berpengaruh pada trauma akuistik, kenaikan ambang pendengaran menetap
serta mengganggu memory jangka pendek, perasaan, pembicaraan dan gangguan
tidur. Suara bising yang secara fisik maupun psikologis membahayakan adalah
intensitas > 100 dB. Sumber kebisingan utama yaitu pengoperasian alat berat
terhadap tingkat kebisingan yang mungkin terjadi pada lokasi proyek dan
sekitarnya.
Tabel 9.
Contoh Lokasi Pengukuran Kebisingan
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
U-1 Pengambilan tanah urug Desa, Kelurahan ..... Mewakili wilayah
pengambilan tanah urug
U-2 Permukiman penduduk Desa, Kelurahan .....
U-3 Transportasi kota Jalan ..... Mewakili wilayah peng-
angkutan tanah urug
U-4 Transportasi kota Bundaran ..... Mewakili kondisi lalu lintas
U-5 Perumahan .... Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
wilayah rencana kegiatan
dan wilayah persebaran
dampak
U-6 Permukiman penduduk Kelurahan .....
U-7 Tapak rencana kegiatan .....
16
Lek 10 log fi .10 10
n Li
i 1 dBA
dengan:
Lek = tingkat kebisingan ekivalen (dBA)
fi = faksi waktu terjadinya tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran
tertentu
Li = nilai tengah tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran tertentu (dBA)
10
Lek 10 log 124
16
i 1
(Lek )i
10
8
10
j 1
(( Lek ) j 10)
10
dBA
dengan:
Lsm = tingkat kebisingan siang malam (dBA)
Lek = tingkat kebisingan ekivalen (dBA)
Pada pemetaan tingkat kebisingan dalam kegiatan ini dilakukan dengan dua
metode pengukuran yaitu pengukuran kebisingan untuk keperluan evaluasi
lingkungan dihitung nilai LSM dan pengukuran kebisingan rerata yang dilakukan di
area pabrik dihitung nilai Lek.
17
1 L1 mewakili selang waktu 06.00 - 09.00 WIB
2 L2 mewakili selang waktu 09.00 - 14.00 WIB
3 L3 mewakili selang waktu 14.00 - 17.00 WIB
4 L4 mewakili selang waktu 17.00 - 22.00 WIB
5 L5 mewakili selang waktu 22.00 - 24.00 WIB
6 L6 mewakili selang waktu 24.00 - 03.00 WIB
7 L7 mewakili selang waktu 03.00 - 06.00 WIB
18
Tabel 10.
Metode Analisis Sampel Air
No. Parameter Satuan Baku Mutu Metode Analisis Sampel Air Peralatan
FISIKA
1 Warna PtCo - Colorimetrik Spektrofotometer
2 Bau - - Organoleptik -
3 Kekeruhan NTU 30 Turbidimetrik Turbidimeter
4 TSS mg/l 80 Gravometrik Timbangan
5 Temperatur C 0 20 Pemuaian Termometer
KIMIA
1 pH - 5,0 - 9,0 Potensiometrik ph meter
2 Salinitas 0/00 10 alami Salinometer
3 DO mg/l 4 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
4 BOD mg/l 45 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
5 COD mg/l 80 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
6 NH3N mg/l 0,3 Spektrofotometrik Spektrofotometer
7 NO2N mg/l Nihil Spektrofotometrik Spektrofotometer
8 CN mg/l 0,2 Spektrofotometrik Spektrofotometer
9 H2S mg/l 0,003 Spektrofotometrik Spektrofotometer
10 Hg mg/l 0,005 Spektrofotometrik serapan atom AAS
11 Cr+6 mg/l 0,05 Spektrofotometrik serapan atom AAS
12 As mg/l 0,01 Spektrofotometrik serapan atom AAS
13 Cd mg/l 0,01 Spektrofotometrik serapan atom AAS
14 Cu mg/l 0,05 Spektrofotometrik serapan atom AAS
15 Pb mg/l 0,075 Spektrofotometrik serapan atom AAS
16 Zn mg/l 0,1 Spektrofotometrik serapan atom AAS
17 Nitrogen mg/l 0,1 Spektrofotometrik serapan atom AAS
18 Minyak mg/l 5 Spektrofotometrik Spektrofotometer
19 Penol mg/l 0,002 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Sumber: Standard Methods for The Examination of Water and Wastes Water, APHA, edisi ke 20 tahun
2000. PP. No. 82 Tahun 2001; Kep.Men.LH No.02?MENKLH//1998
19
Tabel 11.
Contoh Klas dan Kriteria Kualitas Air Sungai Golongan B
No. Parameter Satu- Harkat dan Rentangan*)
an
1 2 3 4 5
I. FISIKA
1. Residu mg/l > 1500 1126-500 751-1125 376-750 0-375
terlarut
2. Residu ter- mg/l > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
suspensi*
II. Kimia AnOrganik
1 pH - <2,5 ; 2,5-3,5; 10,5- 3,5-4,5; 9,5- 4,5-5,5; 8,5- 5,5-8,5
11,5> 11,5 10,5 9,5
2 BOD mg/l >6 4,6-6,0 3,1-4,5 1,51-3,0 0-1,5
3 COD mg/l > 12 9,1-12 6,1-9 3,1-6 0-3
4 DO mg/l 0 - 0,75 0,76-1,5 1,51-2,25 2,26-3 >3
5 Total fosfat mg/l > 0,2 0,16-0,2 0,11-0,15 0,06-0,1 0-0,05
sbg P*
6 NO3N mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-0,25
7 NH3N mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
8 Cd mg/l > 0,01 0,0076-0,01 0,0050-0,0075 0,0026-0,005 0-0,0025
9 Cr+6 mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
10 Cu mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
11 Fe mg/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-0,25
12 Pb mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
13 Mn mg/l > 0,5 0,376-0,5 0,251-0,375 0,126-0,25 0-0,125
14 Zn mg/l >5 3,76-5 2,51-0,3,75 1,26-2,5 0-1,25
15 Cl mg/l > 600 451-600 301-450 151-300 0-150
16 CN mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
17 NO2N mg/l > 0,1 0,076-0,1 0,051-0,075 0,026-0,025 0-0,025
18 Sulfat mg/l > 400 301-400 201-300 101-200 0-100
19 H2S mg/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011-0,0015 0,0006-0,001 0-0,0005
II. Kimia Organik
1 Minyak dan g/l > 1000 751-1000 501-750 251-500 0-250
lemak*
2 Seny Fenol g/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011-0,0015 0,0006-0,001 0-0,0005
sbg Fenol
Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
Sumber : - SK Gubernur Jawa Tengah No.660.1/216/1990 tentang baku mutu air di Propinsi Daerah TK I Jawa Tengah
pada Kriteria Mutu Air Golongan B
- PP No.82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran pada Kriteria Mutu
Air Kelas I
20
Tabel 12.
Klas dan Kriteria Kualitas Air Sungai Golongan C
No. Parameter Satuan Harkat dan Rentangan *)
1 2 3 4 5
I. FISIKA
1 Residu mg/l . 2000 1501-2000 1001-1500 501-1000 0-500
terlarut
2 Residu ter- mg/l > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
suspensi*
II. Kimia Anorganik
1 PH - <3,5 ; 3,5-4,5; 10,5- 4,5-5; 9,5- 5,5-6,5; 8,5- 6,5-8,5
11,5> 11,5 10,5 9,5
2 BOD mg/l >3 2,26-3 1,51-2,25 0,76-1,5 0-0,75
3 COD mg/l > 25 18,76-25 12,51-18,75 6,26-12,5 0-6,25
4 DO mg/l 0-0,75 0,76-1,5 1,51-2,25 2,26-3 >3
5 Total fosfat mg/l > 0,2 0,16-0,2 0,11-0,15 0,06-0,1 0-0,05
sbg P*
6 NO3N mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
7 NH3N mg/l > 0,01 0,0076-0,01 0,0050- 0,0025-0,005 0-0,0025
0,0075
8 Cd mg/l > 0,01 0,0076-0,01 0,0051- 0,0026-0,005 0-0,0025
0,0075
9 Cr+6 mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251- 0,0126-0,025 0-0,0125
0,0375
10 Cu mg/l > 0,02 0,016-0,02 0,011-0,015 0,0060,01 0-0,005
11 Fe mg/l > 0,3 0,226-0,3 0,151-0,225 0,076-0,15 0-0,075
12 Pb mg/l > 0,03 0,0226-0,03 0,0151- 0,0076-0,015 0-0,0075
0,0225
13 Mn mg/l > 0,1 0,076-0,1 0,051-0,075 0,026-0,05 0-0,025
14 Zn mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251- 0,0126-0,025 0-0,0125
0,0375
15 Cl mg/l > 600 451-600 301450 151-300 0-150
16 CN mg/l > 0,02 0,016-0,02 0,011-0,015 0,006-0,01 0-0,005
17 NO2N mg/l > 0,06 0,046-0,06 0,031-0,045 0,016-0,03 0-0,015
18 Sulfat mg/l > 400 301-400 201-300 101-200 0-100
19 H2S mg/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011- 0,0006-0,001 0-0,0005
0,0015
III. Kimia Organik
1 Minyak dan g/l > 1000 751-1000 501-750 251-500 0-250
lemak*
2 Seny Fenol g/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-0,25
sbg Fenol
Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
*) PP No.82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran pada Kriteria
Mutu Air Kelas II
Pengukuran terhadap kualitas mata air selanjutnya dibuat klas dan kriteria
kualitas air berdasar Keputusan Menteri Kesehatan RI No.Kep.416/MENKES/
Per/1990 tentang syarat-syarat air bersih (Tabel 13).
21
Tabel 13.
Contoh Klas dan Kriteria Kualitas Mata Air
No. Parameter Satu- Harkat dan Rentangan *)
an
1 2 3 4 5
A. FISIKA
1 Warna PtCo > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
2 Kekeruhan NTU >25 18,76-25 12,51- 6,26-12,5 0-6,25
18,75
3 Zat padat terlarut mg/l 1500 1126-1500 751-1125 376-750 0-375
B. KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Besi (Fe) mg/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-0,25
2 Kadmium (Cd) 251mg > 0,005 0,00376- 0,00251- 0,00126- 0-0,00125
/l 0,005 0,00375 0,0025
3 Kesadahan total mg/l > 500 376-500 251-375 126-250 0-125
(CaCO3)
4 Khlorida (Cl) mg/l > 600 451-600 301-450 151-300 0-150
5 Kromium Valensi 6 mg/l > 0,05 0,0376- 0,0251- 0,0126- 0-0,0125
(Cr+6) 0,05 0,0375 0,025
6 Mangan (Mn) mg/l > 0,5 0,376-0,5 0,251- 0,126-0,25 0-0,125
0,375
7 Nitrat sbg N (NO3) mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
8 Nitrit sbg N (NO2) mg/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-025
9 pH mg/l <3,5 ; 3,5-4,5; 4,5-5; 9,5- 5,5-6,5; 6,5-8,5
11,5> 10,5-11,5 10,5 8,5-9,5
10 Seng (Zn) mg/l > 15 11,26-15 7,6-11,25 3,76-7,50 0-3,75
11 Sulfat mg/l > 400 301-400 201-300 101-200 0-100
12 Timbal (Pb) mg/l > 0,05 0,0376- 0,0251- 0,0126- 0-0,0125
0,05 0,0375 0,025
b. Kimia Organik
1 Phenol total mg/l > 0,02 0,016-0,02 0,011- 0,006-0,01 0-0,005
0,015
2 Zat organik mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
C. Mikrobiologi
1 Coliform tinja Jumlah > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
/100 ml
2 Total coliform Jumlah > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
/100 ml
Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
*) Kep.416/MENKES/PER/1990 Tentang syarat-Syarat Air Bersih
22
Tabel 14.
Lokasi Sampling Kualitas Air
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
A-1 Badan air permukaan Hilir sungai... Mewakili kualitas air badan
air permukaan di sekitar
rencana kegiatan yang
digunakan untuk tambak
A-2 Badan air permukaan Hulu sungai...
A-3 Badan air permukaan Lokasi outlet...
A-4 Badan air permukaan Lokasi inlet...
A-5 Air sumur penduduk Kelurahan .... Mewakili rona kualitas air
sumur penduduk di sekitar
rencana kegiatan
23