Anda di halaman 1dari 23

METODE PREDIKSI DAMPAK PENTING

(ASPEK GEOFISIK-KIMIA)
Dr. Dwi P. Sasongko, M.Si.
No. Reg. K.1.07.09.031.000015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Metoda yang diadaptasi dalam studi Amdal berkaitan dengan langkah-langkah


pencandraan dan eksplanasi rona lingkungan hidup awal, identifikasi dampak,
prediksi dampak, evaluasi dampak, beserta prosedur penilaian dan
pengawasannya (Munn, 1979). Studi Amdal merupakan studi kelayakan
rencana kegiatan dari sudut pandang lingkungan, yang bersifat scientific (pada
dokumen Andal) dan bersifat manageable (pada dokumen RKL dan dokumen
RPL) sehingga dapat digunakan sebagai instrumen perencanaan lingkungan.
Hal-hal yang secara substansial tercakup dalam studi Amdal antara lain adalah:

1. Deskripsi permasalahan lingkungan hidup yang mungkin timbul,


2. Kondisi-kondisi yang melandasi timbulnya dampak,
3. Teori, rumusan, tata hubungan antar-kondisi dan/atau antar-peristiwa yang
memperlihatkan adanya interaksi antara rencana kegiatan dengan komponen
lingkungan hidup,
4. Prediksi, estimasi, atau proyeksi peristiwa yang akan terjadi atau gejala yang
akan muncul dengan adanya rencana kegiatan dikaitkan dengan karakteristik
lingkungan di lokasi rencana kegiatan,
5. Rekomendasi rencana kegiatan pencegahan, pengelolaan, pengendalian,
dan pemantauan dampak lingkungan yang mungkin timbul.

Prinsip dasar yang digunakan dalam penyusunan studi Amdal adalah:


1. Memfokuskan perhatian hanya pada isu-isu pokok,
2. Melibatkan stakeholders (instansi, pakar, masyarakat),
3. Mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1
Dampak penting yang ditelaah dalam studi Amdal mencakup komponen
rencana kegiatan sebagai sumber dampak dan komponen lingkungan sebagai
komponen terkena dampak. Komponen rencana kegiatan dikelompokkan
menurut tahapan:
1. Tahap prakonstruksi,
2. Tahap konstruksi,
3. Tahap operasi,
4. Tahap pascaoperasi.

Masing-masing tahapan kegiatan tersebut terdiri dari beberapa jenis kegiatan.


Tahapan dan jenis kegiatan disesuaikan dengan karakteristik rencana kegiatan
yang ditelaah. Komponen lingkungan hidup yang ditelaah dikelompokkan dalam:
1. Komponen Geofisik-Kimia,
2. Komponen Biologi,
3. Komponen Sosial dan Kesehatan Masyarakat.

1.2. DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini membahas metode prediksi dampak penting aspek geofisik-kimia


untuk para pemegang sertifikat kompetensi penyusun Amdal.

1.3. TUJUAN PEMBELAJARAN

1.3.1. Kompetensi Dasar


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu memahami (kembali)
penggunaan metode prediksi dampak penting aspek geofisik-kimia.

1.3.2. Indikator Keberhasilan


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat memahami metode
prediksi dampak penting aspek geofisik-kimia.

1.4. MATERI POKOK DAN SUBMATERI POKOK

1.4.1. Materi Pokok


a. Metode prediksi dampak penting aspek geofisik-kimia.
1.4.2. Submateri Pokok
a. Metoda pengumpulan dan analisis data untuk prediksi dampak.
b. Metoda untuk menentukan besaran dampak.
c. Metoda untuk menentukan sifat penting dampak.
2
BAB II
PREDIKSI DAMPAK PENTING

2.1. PENGERTIAN PREDIKSI DAMPAK PENTING

Prediksi dampak penting adalah suatu upaya untuk mencari jawaban atas
pertanyaan tentang besarnya perubahan nilai parameter lingkungan sebagai
akibat adanya rencana kegiatan dan sifat penting dampak. Prediksi dampak
penting dilakukan untuk setiap parameter lingkungan. Model prediksi dampak
penting akan mengandung aspek ketidakpastian.

2.2. TUJUAN PREDIKSI DAMPAK PENTING

Tujuan prediksi dampak penting adalah memprakirakan besaran dampak dan


sifat penting dampak dalam studi ANDAL untuk masing-masing dampak penting
hipotetik, termasuk rumus-rumus dan asumsi prediksi dampaknya disertai
argumentasi/alasan pemilihan metode tersebut.

2.3. METODE PREDIKSI DAMPAK PENTING

Menurut Soemarwoto (1989), prediksi dampak dapat dilakukan melalui:


1. Prediksi kondisi lingkungan saat tdengan proyek = Qdp
2. Prediksi kondisi lingkungan saat ttanpa proyek = Qtp
Dampak yang diprediksi adalah Qdp dikurangi Qtp

Metoda prediksi dampak yang diadaptasi dikelompokkan menjadi dua metoda,


yaitu metoda formal, dan metoda informal.

Metoda formal terdiri atas:


1. Model prediksi cepat,
2. Model matematika,
3. Model fisis,
4. Model eksperimental.

Metoda informal dapat dilakukan secara:


1. Intuitif,
2. Pengalaman,
3. Analogi.

3
Metoda prediksi dampak penting yang digunakan adalah kombinasi metoda
formal (uraian deskriptif secara kuantitatif) dan metoda informal (uraian
deskriptif secara kualitatif) yang disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing parameter lingkungan. Kerangka waktu prediksi dampak penting
dilakukan sesuai dengan perkiraan umur teknis rencana kegiatan.

2.3.1. Metode Prediksi Besaran Dampak

Dari identifikasi dampak akan diketahui ada tidaknya interaksi dampak,


apakah komponen kegiatan dampak negatif (-) atau positif (+). Guna
mengetahui besarnya dampak tersebut dilakukan prediksi besaran dampak.

Prediksi dampak kegiatan terhadap kualitas komponen lingkungan hidup


yang di dalamnya terdapat nilai numerik (angka) seperti aspek geofisik-kimia
diperoleh dengan cara formal, menggunakan rumus empiris/matematis atau
berpedoman pada Baku Mutu Lingkungan Hidup.

Kualitas lingkungan saat kegiatan berlangsung diperoleh dari perhitungan


matematis maupun timbang rasa kekirtaan, berdasar deskripsi rencana
kegiatan serta dihubungkan terhadap 7 kriteria dampak penting sesuai
dengan Pasal 22 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta baku mutu
lingkungan yang terkait.

Metoda formal yang digunakan merupakan pendekatan dengan model dan


perhitungan matematik. Hubungan sebab akibat yang merepresentasikan
dampak rencana kegiatan terhadap parameter lingkungan dirumuskan
secara kuantitatif dalam bentuk rasio-rasio kuantitatif dan model-model
matematik. Berikut diberikan beberapa contoh metoda formal.

2.3.1.1. Kualitas udara


Besarnya emisi sumber bergerak dapat dihitung berdasarkan faktor emisi
dari WHO Offset Publication No.62, 1982. Emisi polutan bahan bakar solar
untuk masing-masing parameter kualitas udara disajikan pada Tabel 42.

4
Tabel 1. Emisi polutan per m3 bahan bakar
No Polutan Faktor Emisi (kg/satuan
waktu)
1. SO2 7,9544
2. NO2 9,2103
3. CO 36,4226
4. Partikulat/Debu 2,0095

Besarnya emisi = (Faktor emisi) x (Jumlah bahanbakar)

2.3.1.2. Kebisingan
Prediksi sebaran kebisingan terhadap lingkungan di sekitarnya
menggunakan rumus pendekatan:

L2 = L1 - 10 log R2/R1 -Ae, dBA (bising bergerak)


L2 = L1 - 20 log R2/R1 -Ae, dBA (bising diam)

L2 = Tingkat bising pada jarak R2 dari tapak proyek, sumber bising, dBA
L1 = Tingkat bising sumber bising pada jarak R1, dBA
R1,R2 = Jarak dari sumber bising, m
Ae = Atenuasi bising kerena klembaban udara, dBA

2.3.1.3. Erosi dan sedimentasi


Sedimentasi lebih banyak diakibatkan oleh adanya erosi permukaan.
Dimodelkan bahwa bahan erosi akan tertahan dan teredapkan
(diasumsikan berbentuk kolam) dengan peningkatan volume sedimentasi:

Volume Sedimen = (laju erosi x luas DTA) x Trap-efficiency

Besarnya angkutan sedimen:

Volume Sedimen = (laju erosi x luas DTA) x (100% - Trap-efficiency)

Persamaan untuk menghitung angkutan sedimen adalah:


n
0,0864 Ci.Q wi
Qs   t
i 1 24
Qs = Rata-rata debit sedimen harian (ton/hari)
CI = Konsentrasi sedimen pada saat tI
Qwi = Debit aliran air pada saat tI
t = Interval waktu pengukuran aliran (jam)
n = Jumlah pengukuran aliran

5
Peningkatan sedimentasi akibat perubahan kondisi penutup tanah dapat
diprakirakan dengan metoda USLE untuk menghitung kehilangan tanah
akibat erosi dan sedimentasi:

A = RKLSPC
SD = A x SDR
A = kehilangan tanah pucuk akibat erosi (ton/ha/tahun)
R = erosivitas hujan
K = erodibilitas tanah
L = panjang lereng
S = kelerengan
P = faktor teknik konservasi tanah
C = faktor pengolahan tanah dan tanaman penutup tanah
SD = sedimentasi
SDR = sediment delivery ratio

Dengan adanya perubahan penutup lahan maka akan menyebabkan


perubahan laju erosi permukaan. Besarnya erosi permukaan dihitung
menggunakan rumus USLE:

E=RLKSP

E = laju erosi permukaan


R = erosivitas hujan
L = panjang ekuivalen lereng
K = erodibilitas tanah/lahan
S = kemiringan lahan
P = pola penanaman (cropping practice)

2.3.1.4. Air larian


Perubahan bentang alam dengan terjadinya perubahan penutup lahan
akibat pengambilan material urug, berdampak pada peningkatan air larian.
Dampak timbul terhadap air larian karena hilangnya sebagian kantong air
alami, berkurangnya daerah resapan air, dan timbulnya sedimentasi pada
aliran air alami. Besarnya air larian dihitung dengan persamaan:

Q=CIA

Q= jumlah aliran permukaan (m3/detik)


C = faktor pengaliran
I = intensitas curah hujan (mm/tahun)
A = luas daerah pengaliran (m2)

6
2.3.1.5. Kualitas air
Prediksi penurunan kualitas air akibat buangan limbah cair digunakan
persamaan mixing zone:

Cc = (QaCa + QbCb) / (Qa + Qb)

Cc = konsentrasi parameter kualitas air badan air setelah tercampur limbah cair
Qa = debit limbah cair
Ca = konsentrasi parameter limbah cair
Qb = debit air badan air sebelum terkena limbah cair
Cb = konsentrasi kualitas air badan air sebelum tercampur limbah cair

2.3.2. Metoda Informal


Beberapa parameter lingkungan yang diprakirakan dengan pendekatan
informal disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.
Metoda pendekatan informal yang digunakan
No Komponen/Parameter Lingkungan Pendekatan Informal yang Digunakan
1. Tingkat Bising Analogi kegiatan sejenis maupun literatur
2. Debu Analogi kegiatan sejenis maupun literatur
3. Kuantitas Air Penilaian Profesional
4. Flora-fauna darat Literatur
5. Persepsi Masayarakat Penilaian Profesional dan Analogi
6. Kesempatan Kerja Penilaian Profesional
7. Pendapatan Penilaian Profesional
8. Kesehatan Masyarakat Literatur/Analogi
9. Kenyamanan/keamanan Penilaian Profesional
10. Tataguna Lahan RTRW

2.3.3. Kompilasi Hasil Prediksi Besaran Dampak


Setelah diperoleh perubahan nilai parameter lingkungan dilakukan konversi
perubahan nilai parameter lingkungan ke perubahan skala kualitas
lingkungan, hasilnya dituangkan matrik prediksi dampak (Tabel 3).

7
Tabel 3.
Contoh Format Matrik Prediksi Besaran Dampak
SKL SKL (yad) Prediksi Besaran Dampak
Rona Prakon- Kon- Operasi Prakon- Kon- Operasi
No. Komponen Lingkungan awal struksi struksi struksi struksi
(a) (b) (c) (d) (b-a) (c-a) (d-a)
Aspek Geofisik-Kimia
1. Iklim
2. Kualitas Udara & Kebisingan
3. Fisiografi dan Geologi
4. Hidrologi
5. Kualitas Air
6. Hidrooseanografi
7. Ruang, lahan dan tanah
8. Transportasi
Keterangan :
Prediksi = SKL (yad) - SKL (kini)
SKL(yad) = Skala kualitas lingkungan yang akan datang dengan adanya kegiatan proyek
SKL(kini) = Skala kualitas lingkungan (rona) awal

Skala Kualitas Lingkungan pada rona lingkungan awal (RLA) dan pada saat
kegiatan berlangsung (setiap tahap) ditampilkan dalam skala numerik (1 sampai
dengan 5) yaitu:

Skala Kualitas Lingkungan


1 sangat buruk
2 buruk
3 sedang
4 baik
5 sangat baik

Skala besaran dampak yang diperoleh antara 1 - 4 dengan keterangan bahwa:


1 Besaran dampak < 2 dianggap dampak kecil,
2 Besaran dampak > 2 dianggap dampak besar.

2.3.4. Metode Prediksi Sifat Penting Dampak


Prediksi dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap besaran
dengan 7 kriteria dampak penting sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 ayat
(2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

8
4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
7. Kriteria ilmu dan teknologi.

Tabel 4.
Contoh Format Matrik Prediksi Dampak Penting Aspek Geofisik-Kimia
Besaran Kriteria Dampak Sifat penting
No. Komponen Kegiatan
Dampak (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Dampak
1. Tahap Prakonstruksi
1.1. Survai dan penetapan
batas areal reklamasi
1.2. Perijinan
1.3. Sosialisasi rencana
kegiatan
1.4. Rekrutmen tenaga kerja
2. Tahap Konstruksi
2.1. Mobilisasi peralatan dan
material
2.2. Pengambilan material
urug
2.3. Pengangkutan material
urug
2.4. Pembangunan talud
pengaman
3. Tahap Operasi
3.1. Pengurugan perairan
3.2. Pembangunan pengaman
pantai
3.3. Pematangan lahan
3.4. Demobilisasi peralatan
4. Tahap Pascaoperasi
4.1. Keberadaan bangunan
yang menjorok ke laut
4.2. Pengamanan dan pemeli-
haraan bangunan
pengaman pantai
4.3. Pengurusan Hak Atas
Tanah
4.4. Pengalokasian lahan
4.5. Pemanfaatan lahan
Keterangan :
(1) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
(2) Luas wilayah persebaran dampak
(3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
(4) Lamanya dampak berlangsung
(5) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
(6) Sifat kumulatif dampak
(7) Berbalik atau tidak berbaliknyak dampak

9
Kriteria penetapan tingkat kepentingan dampak adalah sebagai berikut:
1. Jika jumlah kriteria P (penting)  4 maka prediksi dampaknya adalah
penting.
2. Jika jumlah kriteria P (penting)  3 tetapi jika salah satu P merupakan kriteria
jumlah manusia yang terkena dampak maka prediksi dampak adalah
penting.
3. Jika jumlah P  3 dan bukan termasuk kriteria jumlah manusia yang terkena
dampak maka prediksi dampaknya adalah tidak penting.

10
BAB III
METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
UNTUK PREDIKSI DAMPAK PENTING

3.1. PENGERTIAN PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Pengumpulan data adalah serangkaian tindakan yang terencana dan sistematis untuk
memperoleh data dan informasi tentang suatu keadaan tertentu menggunakan cara
tertentu yang telah disepakati sedangkan analisis data adalah serangkaian tindakan
untuk memilih, mengolah, mengklasifikasi dan menginterpretasi data sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengumpulan dan analisis data dalam studi Amdal dilakukan untuk menyusun rona
lingkungan hidup awal pada saat studi dilakukan sebagai data basis untuk keperluan
prediksi dan evaluasi dampak. Pengumpulan data bisa dilakukan secara langsung
melalui pengukuran in situ, pengambilan sampel, maupun secara tidak laangsung
melalui data yang telah dipublikasi oleh pihak lain.

Dalam studi Amdal, lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak
rencana kegiatan dan beberapa lokasi di sekitarnya yang diperkirakan terkena
dampak sehingga kondisi rona awal pada lokasi-lokasi calon penerima dampak dapat
terukur/teramati.

3.2. TUJUAN PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Pengumpulan dan analisis data berbagai komponen lingkungan dilakukan untuk:

1. Menelaah, mengamati, mengukur rona lingkungan awal yang diperkirakan terkena


dampak penting rencana kegiatan;

2. Menelaah dan mengamati komponen rencana kegiatan yang diperkirakan terkena


dampak dari lingkungan hidup sekitarnya;

3. Memprakirakan kualitas lingkungan akibat rencana kegiatan, berdasarkan


perhitungan data dari parameter rona lingkungan hidup awal.

11
3.3. METODA PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Beberapa komponen lingkungan dan parameter yang termasuk komponen geofisik-


kimia disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5.
Beberapa komponen Geofisik-kimia yang dikaji

No. Komponen Lingkungan Parameter Jenis Data


Iklim
1. Iklim Curah hujan Sekunder
Suhu udara
Kelembaban
Angin (arah dan kecepatan)
2. Kualitas Udara SO2 Primer
NO2
Ox (Oksidan)
Total Partikel Debu (TSP)
CO
Pb
Hidrokarbon
3. Kebisingan Kebisingan Primer
Fisiografi dan Geologi
1. Bentuk Lahan Kemiringan lereng (slope) Primer dan
Beda tinggi sekunder
Penggunaan lahan
2. Tanah Distribusi ukuran butir Primer dan
Batas-batas Atterberg sekunder
3. Struktur Geologi Jenis batuan Posisi dan Sekunder
penyebaran Sifat fisik batuan
4. Kerawanan Struktur Geologi Kekar Sekunder
Sesar
Lipatan
5. Hidrologi Air permukaan meliputi Primer dan
karakteristik DPS, intensitas Sekunder
hujan,sistem drainase,pola arus,
debit sungai, banjir, angkutan
dan volume sedimen, kualitas
fisik dan kimia,
6. Kegempaan Kekuatan gempa Sekunder
7. Bencana Geologi Longsor Sekunder
Gempa
Tsunami

12
3.3.1. Iklim

Data iklim yang diteliti meliputi data curah hujan, suhu dan kelembaban udara.
Data sekunder diperoleh dari Stasiun Meteorologi terdekat yang tercakup selama
minimal 10 tahun. Komponen iklim yang diperoleh selanjutnya diseleksi dan
dikelompokkan secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabulasi atau grafik,
sehingga memudahkan dalam menentukan pola iklim di wilayah studi. Data
dikalkulasi dalam rata-rata maksimum dan minimum.

a) Tipe Iklim
Tipe/jenis iklim setempat ditentukan berdasarkan klasifikasi iklim menurut
Schmidt dan Fergusson dengan menghitung perbandingan antara rata-rata
jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah atau yang lebih dikenal
dengan nilai Q (Quetient):

Q = (K/B) x 100%

Keterangan:
K = rata-rata jumlah bulan kering, yaitu dengan curah hujan < 60 mm.
B = rata-rata jumlah bulan basah, yaitu dengan curah hujan > 100 mm.

b) Suhu Udara
Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun Meteorologi terdekat. Selain itu,
suhu udara juga diukur di beberapa lokasi.

c) Curah Hujan
Curah hujan menunjukkan besarnya hujan yang terjadi di suatu wilayah dan
diukur dalam satuan milimeter. Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun
Meteorologi terdekat.

d) Kelembaban
Data kelembaban dikumpulkan dari data sekunder, selain itu juga dilakukan
pengukuran dengan menggunakan psikrometer putar dan termometer bola
kering dan bola basah. Kelembaban udara dinyatakan dalam bentuk
kelembaban nisbi yang diturunkan dari persamaan Clausius-Clapeyron.

13
Tabel 6.
Kriteria Skala Kualitas Iklim
Parameter Harkat dan rentangan *)
1 2 3 4 5
Jumlah bulan kering 1 1-2 2-4 4-6 >6
Jumlah bulan basah >6 4-6 2-4 1-2 0
Tipe curah hujan A A-B B-C C-D D
Suhu udara (0C) >35 / <5 30-35 / 5-10 27-30/ 10-15 15-20 20 - 27
Curah hujan (mm/th) >3000 2000 - 3000 1000 - 2000 500 - 1000 <500
Kelembaban (%) <40 / >100 41-45/ 85-99 46-50/80-84 51-55/75-79 56 - 74
Sumber: Chafid Fandeli, 1995
*)Harkat dengan kriteria: 1=sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik

3.3.2. Kualitas udara


Pencemaran udara diartikan sebagai hadirnya kontaminan di ruang terbuka
dengan konsentrasi dan waktu tertentu sehingga mengakibatkan gangguan atau
berpotensi merugikan kesehatan/kehidupan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan
atau benda-benda serta mempengaruhi kenyamanan. Bahan pencemar teremisi ke
udara dari setiap sumber yang ada dan terdistribusikan ke dalam atmosfer melalui
suatu proses dispersi, difusi, transformasi kimia dan pengenceran yang amat
kompleks. Selain itu akibat pergerakan dan dinamika atmosfer, bahan pencemar
akan berpindah dari titik asal sumber ke kawasan lain sesuai dengan arah dan
kecepatan angin dominan.

Parameter kualitas udara ambien disesuaikan dengan Keputusan Gubernur.


Sebagai contoh, untuk Provinsi Jawa Tengah digunakan Keputusan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di Provinsi
Jawa Tengah. Parameter yang dianalisis meliputi Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen
Dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen Sulfida (H2S), Oksidan (Ox),
Amonia (NH3) dan Total Partikel Debu (TSP). Pengambilan sampel udara
dilakukan dengan menggunakan alat Multiple Impinger. Sampel ini kemudian diberi
pengawet (H2SO4 atau HgCl2) dan selanjutnya dianalisis di laboratorium
menggunakan alat Spektofotometer. Data debu dikumpulkan dengan alat Dust
Sampler atau Hi-Vol. Kualitas udara ambien diukur di beberapa lokasi disajikan
pada Tabel 3. Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan letak sumber
dampak, arah dan kecepatan angin, serta letak permukiman penduduk.

14
Tabel 7.
Contoh Lokasi Sampling Kualitas Udara
Kode Alasan pemilihan
Lokasi Sampling
lokasi lokasi
Peruntukan Lokasi
U-1 Pengambilan quarry Desa, Kelurahan ..... Mewakili wilayah peng-
ambilan quarry
U-2 Permukiman penduduk Desa, Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
permukiman
U-3 Transportasi kota Jalan ..... Mewakili wilayah/rute
pengangkutan
U-4 Transportasi kota Bundaran ..... Mewakili kondisi lalu
lintas
U-5 Perumahan .... Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
permukiman
U-6 Permukiman penduduk Kelurahan .....
U-7 Tapak rencana kegiatan .....

Analisis sampel udara dilakukan di laboratorium, sedangkan analisis data


dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis sampel dengan baku mutu
lingkungan udara ambien menurut Surat Keputusan Gubernur. Parameter, metode
pengumpulan dan analisis sampel serta baku mutu disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8.
Metode Pengumpulan dan Analisis Sampel Kualitas Udara
No. Parameter Baku Mutu Peralatan yang Waktu Metoda analisis Sumber
lingkungan digunakan pengukuran sampel
1. SO2 365 gr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Pararosanilin Surat
2. NO2 150 gr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Saltzman Keputusan
3. CO 15.000 gr/m3 NDIR Analyser Sesaat NDIR Gubernur..
4. H2S 0,02*) ppm Gas Sampler 24 jam Mercurythiocyanate
5. Oksidan (Ox) 200 gr/m3 Spectrofotometer 1 jam Chemiluminescent
6. Total Partikel 230 gr/m3 High volume sampler 24 jam Gravimetric
Debu

3.3.3. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan. Bising adalah suara yang tidak dikehendaki karena
mengganggu pembicaraan, kenyamanan dan dapat merusak pendengaran.
Kebisingan merupakan bentuk suara yang merugikan manusia dan lingkungan
termasuk ternak, satwa liar dan sistem alam.

15
Kebisingan yang disebabkan oleh suara buatan merupakan pengganggu bagi
manusia, khususnya aspek kognitif. Kebisingan merupakan suatu situasi multi-
dimensial yang terkait dengan manusia. Kebisingan merupakan salah satu
pencemar yang berasal dari penerapan teknologi. Semua peralatan kerja yang
digunakan manusia mempunyai potensi menimbulkan kebisingan. Kebisingan
dapat berpengaruh pada trauma akuistik, kenaikan ambang pendengaran menetap
serta mengganggu memory jangka pendek, perasaan, pembicaraan dan gangguan
tidur. Suara bising yang secara fisik maupun psikologis membahayakan adalah
intensitas > 100 dB. Sumber kebisingan utama yaitu pengoperasian alat berat
terhadap tingkat kebisingan yang mungkin terjadi pada lokasi proyek dan
sekitarnya.

Tabel 9.
Contoh Lokasi Pengukuran Kebisingan
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
U-1 Pengambilan tanah urug Desa, Kelurahan ..... Mewakili wilayah
pengambilan tanah urug
U-2 Permukiman penduduk Desa, Kelurahan .....
U-3 Transportasi kota Jalan ..... Mewakili wilayah peng-
angkutan tanah urug
U-4 Transportasi kota Bundaran ..... Mewakili kondisi lalu lintas
U-5 Perumahan .... Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
wilayah rencana kegiatan
dan wilayah persebaran
dampak
U-6 Permukiman penduduk Kelurahan .....
U-7 Tapak rencana kegiatan .....

Kebisingan diukur langsung di lapangan menggunakan Sound Level Meter. Lokasi


pengukuran ditentukan berdasarkan letak sumber dampak, arah dan kecepatan
angin, serta letak permukiman penduduk.

Pernyataan tingkat kebisingan ekivalen merupakan model yang digunakan untuk


menyatakan tingkat kebisingan yang merupakan tingkat tekanan rerata dalam
interval waktu tertentu. Model matematisnya disajikan dalam persamaan:

16
Lek  10 log  fi .10 10 
n Li

 i 1  dBA
dengan:
Lek = tingkat kebisingan ekivalen (dBA)
fi = faksi waktu terjadinya tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran
tertentu
Li = nilai tengah tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran tertentu (dBA)

Pernyataan tingkat kebisingan siang malam merupakan model tingkat kebisingan


ekivalen yang digunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan terutama di
daerah permukiman. Pengukurannya dilakukan selama 24 jam, yang dibagi
dalam interval waktu malam (22.00 - 06.00) dan interval waktu siang (06.00 -
22.00). Model matematisnya disajikan menurut persamaan:

  10
Lek  10 log 124
16

i 1
(Lek )i
10
8
  10
j 1
(( Lek ) j 10)
10 

dBA

dengan:
Lsm = tingkat kebisingan siang malam (dBA)
Lek = tingkat kebisingan ekivalen (dBA)

Pada pemetaan tingkat kebisingan dalam kegiatan ini dilakukan dengan dua
metode pengukuran yaitu pengukuran kebisingan untuk keperluan evaluasi
lingkungan dihitung nilai LSM dan pengukuran kebisingan rerata yang dilakukan di
area pabrik dihitung nilai Lek.

Pengukuran tingkat kebisingan untuk keperluan lingkungan dilakukan dengan


cara sederhana mengacu pada KEP-48/MENLH/11/1996, yakni dengan
menggunakan sound level meter, diukur tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 5
menit untuk setiap pengukuran. Pembacaan dilakukqn selama 5 detik. Waktu
pengukuran dilakukan selama 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat
aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00-22.00
dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang waktu 22.00-06.00.
Setiap pengukuran mewakili selang waktu tertentu, ditentukan sebagai berikut:

17
1 L1 mewakili selang waktu 06.00 - 09.00 WIB
2 L2 mewakili selang waktu 09.00 - 14.00 WIB
3 L3 mewakili selang waktu 14.00 - 17.00 WIB
4 L4 mewakili selang waktu 17.00 - 22.00 WIB
5 L5 mewakili selang waktu 22.00 - 24.00 WIB
6 L6 mewakili selang waktu 24.00 - 03.00 WIB
7 L7 mewakili selang waktu 03.00 - 06.00 WIB

Analisis kebisingan lingkungan dilakukan dengan cara membandingkan hasil


pengukuran dengan Baku Tingkat Kebisingan Lingkungan menurut Kep-
48/MENLH/11/1996. Untuk kawasan pemukiman ditetapkan sebesar 55 dB,
sedang untuk kawasan industri ditetapkan sebesar 70 dB.

3.3.4. Kualitas Air


Di wilayah tapak proyek biasanya terdapat beberapa badan air berupa sungai dan
mata air berupa sumur yang potensial terkena dampak sehingga perlu dilakukan
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium guna mengetahui kualitas air
sebagai rona lingkungan awal. Baku mutu yang digunakan untuk mengetahui
kualitas air di badan air adalah Keputusan Gubernur. Untuk Provinsi Jawa Tengah,
digunakan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.660.1/216/1990 tentang
Baku Mutu Air di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah, Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, pada Kriteria Mutu Air Kelas II untuk Air Sungai dan Rawa. Untuk
mata air, baku mutunya mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Kep.416/MENKES/Per/1990 tentang syarat-syarat air bersih untuk mata air.
Sampel air diambil dengan menggunakan alat water sampler, kemudian dianalisis
di laboratorium. Data hasil analisis sampel dianalisis dengan cara membandingkan
dengan baku mutu lingkungan kualitas air. Metoda pengumpulan dan analisis
sampel air disajikan pada Tabel 10.

18
Tabel 10.
Metode Analisis Sampel Air
No. Parameter Satuan Baku Mutu Metode Analisis Sampel Air Peralatan
FISIKA
1 Warna PtCo - Colorimetrik Spektrofotometer
2 Bau - - Organoleptik -
3 Kekeruhan NTU 30 Turbidimetrik Turbidimeter
4 TSS mg/l 80 Gravometrik Timbangan
5 Temperatur C 0 20 Pemuaian Termometer
KIMIA
1 pH - 5,0 - 9,0 Potensiometrik ph meter
2 Salinitas 0/00 10 alami Salinometer
3 DO mg/l 4 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
4 BOD mg/l 45 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
5 COD mg/l 80 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
6 NH3N mg/l 0,3 Spektrofotometrik Spektrofotometer
7 NO2N mg/l Nihil Spektrofotometrik Spektrofotometer
8 CN mg/l 0,2 Spektrofotometrik Spektrofotometer
9 H2S mg/l 0,003 Spektrofotometrik Spektrofotometer
10 Hg mg/l 0,005 Spektrofotometrik serapan atom AAS
11 Cr+6 mg/l 0,05 Spektrofotometrik serapan atom AAS
12 As mg/l 0,01 Spektrofotometrik serapan atom AAS
13 Cd mg/l 0,01 Spektrofotometrik serapan atom AAS
14 Cu mg/l 0,05 Spektrofotometrik serapan atom AAS
15 Pb mg/l 0,075 Spektrofotometrik serapan atom AAS
16 Zn mg/l 0,1 Spektrofotometrik serapan atom AAS
17 Nitrogen mg/l 0,1 Spektrofotometrik serapan atom AAS
18 Minyak mg/l 5 Spektrofotometrik Spektrofotometer
19 Penol mg/l 0,002 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Sumber: Standard Methods for The Examination of Water and Wastes Water, APHA, edisi ke 20 tahun
2000. PP. No. 82 Tahun 2001; Kep.Men.LH No.02?MENKLH//1998

Berdasar SK Gubernur Jawa Tengah No.660.1/216/1990 Tentang Baku Mutu Air


di Propinsi Jawa Tengah pada Kriteria Mutu Air Kelas B (Baku mutu air baku air
minum) dibuat klas dan kriteria kualitas air sungai dan rawa.

19
Tabel 11.
Contoh Klas dan Kriteria Kualitas Air Sungai Golongan B
No. Parameter Satu- Harkat dan Rentangan*)
an
1 2 3 4 5
I. FISIKA
1. Residu mg/l > 1500 1126-500 751-1125 376-750 0-375
terlarut
2. Residu ter- mg/l > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
suspensi*
II. Kimia AnOrganik
1 pH - <2,5 ; 2,5-3,5; 10,5- 3,5-4,5; 9,5- 4,5-5,5; 8,5- 5,5-8,5
11,5> 11,5 10,5 9,5
2 BOD mg/l >6 4,6-6,0 3,1-4,5 1,51-3,0 0-1,5
3 COD mg/l > 12 9,1-12 6,1-9 3,1-6 0-3
4 DO mg/l 0 - 0,75 0,76-1,5 1,51-2,25 2,26-3 >3
5 Total fosfat mg/l > 0,2 0,16-0,2 0,11-0,15 0,06-0,1 0-0,05
sbg P*
6 NO3N mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-0,25
7 NH3N mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
8 Cd mg/l > 0,01 0,0076-0,01 0,0050-0,0075 0,0026-0,005 0-0,0025
9 Cr+6 mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
10 Cu mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
11 Fe mg/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-0,25
12 Pb mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
13 Mn mg/l > 0,5 0,376-0,5 0,251-0,375 0,126-0,25 0-0,125
14 Zn mg/l >5 3,76-5 2,51-0,3,75 1,26-2,5 0-1,25
15 Cl mg/l > 600 451-600 301-450 151-300 0-150
16 CN mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
17 NO2N mg/l > 0,1 0,076-0,1 0,051-0,075 0,026-0,025 0-0,025
18 Sulfat mg/l > 400 301-400 201-300 101-200 0-100
19 H2S mg/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011-0,0015 0,0006-0,001 0-0,0005
II. Kimia Organik
1 Minyak dan g/l > 1000 751-1000 501-750 251-500 0-250
lemak*
2 Seny Fenol g/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011-0,0015 0,0006-0,001 0-0,0005
sbg Fenol
Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
Sumber : - SK Gubernur Jawa Tengah No.660.1/216/1990 tentang baku mutu air di Propinsi Daerah TK I Jawa Tengah
pada Kriteria Mutu Air Golongan B
- PP No.82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran pada Kriteria Mutu
Air Kelas I

Berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah No.660.1/216/1990 Tentang Baku Mutu


Air di Propinsi Jawa Tengah pada Kriteria Mutu Air Kelas C (Baku Mutu
Keperluan Air Biota dan Rekreasi kecuali renang) dibuat klas dan kriteria kualitas
air sungai dan rawa seperti dalam Tabel 12.

20
Tabel 12.
Klas dan Kriteria Kualitas Air Sungai Golongan C
No. Parameter Satuan Harkat dan Rentangan *)
1 2 3 4 5
I. FISIKA
1 Residu mg/l . 2000 1501-2000 1001-1500 501-1000 0-500
terlarut
2 Residu ter- mg/l > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
suspensi*
II. Kimia Anorganik
1 PH - <3,5 ; 3,5-4,5; 10,5- 4,5-5; 9,5- 5,5-6,5; 8,5- 6,5-8,5
11,5> 11,5 10,5 9,5
2 BOD mg/l >3 2,26-3 1,51-2,25 0,76-1,5 0-0,75
3 COD mg/l > 25 18,76-25 12,51-18,75 6,26-12,5 0-6,25
4 DO mg/l 0-0,75 0,76-1,5 1,51-2,25 2,26-3 >3
5 Total fosfat mg/l > 0,2 0,16-0,2 0,11-0,15 0,06-0,1 0-0,05
sbg P*
6 NO3N mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
7 NH3N mg/l > 0,01 0,0076-0,01 0,0050- 0,0025-0,005 0-0,0025
0,0075
8 Cd mg/l > 0,01 0,0076-0,01 0,0051- 0,0026-0,005 0-0,0025
0,0075
9 Cr+6 mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251- 0,0126-0,025 0-0,0125
0,0375
10 Cu mg/l > 0,02 0,016-0,02 0,011-0,015 0,0060,01 0-0,005
11 Fe mg/l > 0,3 0,226-0,3 0,151-0,225 0,076-0,15 0-0,075
12 Pb mg/l > 0,03 0,0226-0,03 0,0151- 0,0076-0,015 0-0,0075
0,0225
13 Mn mg/l > 0,1 0,076-0,1 0,051-0,075 0,026-0,05 0-0,025
14 Zn mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251- 0,0126-0,025 0-0,0125
0,0375
15 Cl mg/l > 600 451-600 301450 151-300 0-150
16 CN mg/l > 0,02 0,016-0,02 0,011-0,015 0,006-0,01 0-0,005
17 NO2N mg/l > 0,06 0,046-0,06 0,031-0,045 0,016-0,03 0-0,015
18 Sulfat mg/l > 400 301-400 201-300 101-200 0-100
19 H2S mg/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011- 0,0006-0,001 0-0,0005
0,0015
III. Kimia Organik
1 Minyak dan g/l > 1000 751-1000 501-750 251-500 0-250
lemak*
2 Seny Fenol g/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-0,25
sbg Fenol
Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
*) PP No.82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran pada Kriteria
Mutu Air Kelas II

Pengukuran terhadap kualitas mata air selanjutnya dibuat klas dan kriteria
kualitas air berdasar Keputusan Menteri Kesehatan RI No.Kep.416/MENKES/
Per/1990 tentang syarat-syarat air bersih (Tabel 13).

21
Tabel 13.
Contoh Klas dan Kriteria Kualitas Mata Air
No. Parameter Satu- Harkat dan Rentangan *)
an
1 2 3 4 5
A. FISIKA
1 Warna PtCo > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
2 Kekeruhan NTU >25 18,76-25 12,51- 6,26-12,5 0-6,25
18,75
3 Zat padat terlarut mg/l 1500 1126-1500 751-1125 376-750 0-375
B. KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Besi (Fe) mg/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-0,25
2 Kadmium (Cd) 251mg > 0,005 0,00376- 0,00251- 0,00126- 0-0,00125
/l 0,005 0,00375 0,0025
3 Kesadahan total mg/l > 500 376-500 251-375 126-250 0-125
(CaCO3)
4 Khlorida (Cl) mg/l > 600 451-600 301-450 151-300 0-150
5 Kromium Valensi 6 mg/l > 0,05 0,0376- 0,0251- 0,0126- 0-0,0125
(Cr+6) 0,05 0,0375 0,025
6 Mangan (Mn) mg/l > 0,5 0,376-0,5 0,251- 0,126-0,25 0-0,125
0,375
7 Nitrat sbg N (NO3) mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
8 Nitrit sbg N (NO2) mg/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-025
9 pH mg/l <3,5 ; 3,5-4,5; 4,5-5; 9,5- 5,5-6,5; 6,5-8,5
11,5> 10,5-11,5 10,5 8,5-9,5
10 Seng (Zn) mg/l > 15 11,26-15 7,6-11,25 3,76-7,50 0-3,75
11 Sulfat mg/l > 400 301-400 201-300 101-200 0-100
12 Timbal (Pb) mg/l > 0,05 0,0376- 0,0251- 0,0126- 0-0,0125
0,05 0,0375 0,025
b. Kimia Organik
1 Phenol total mg/l > 0,02 0,016-0,02 0,011- 0,006-0,01 0-0,005
0,015
2 Zat organik mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
C. Mikrobiologi
1 Coliform tinja Jumlah > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
/100 ml
2 Total coliform Jumlah > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
/100 ml
Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
*) Kep.416/MENKES/PER/1990 Tentang syarat-Syarat Air Bersih

22
Tabel 14.
Lokasi Sampling Kualitas Air
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
A-1 Badan air permukaan Hilir sungai... Mewakili kualitas air badan
air permukaan di sekitar
rencana kegiatan yang
digunakan untuk tambak
A-2 Badan air permukaan Hulu sungai...
A-3 Badan air permukaan Lokasi outlet...
A-4 Badan air permukaan Lokasi inlet...
A-5 Air sumur penduduk Kelurahan .... Mewakili rona kualitas air
sumur penduduk di sekitar
rencana kegiatan

23

Anda mungkin juga menyukai