1. Keunggulan SPK a. Melalui spk siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfifikr sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari sisiwa yang lain. b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. d. SPK dapat membantu memperdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar e. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu dan sikap positif terhadap sekaolah. f. Mealalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. g. SPK dapat meningkatkan kemapuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil). h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. 2. Kelemahan SPK a. Untuk memamhami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dengan kelompok. b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa per teaching yang efektif maka dibandingkan dengan pelajaran langsung dari guru, biasa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. c. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapakan adalah prestasi setiap individu siswa. d. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran bekelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini. e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun keprcayaan diri. Unruk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah. B. Menerapkan Pelajaran Menggunakan STAD Pada awalnya menerepkan pelajaran STAD adalah seperti menerapkan kelas utuh yang berfokus pada konsep atau keterampilan. Anda mereview, memperkenalkan pelajaran, menjelaskan dan mencontohkan materi, da meminta siswa berlatih sembari anda berhati-hati memonitor upaya mereka. Kemudian, studi tim menggantikan latihan mandiri. Akan tetapi, pengajaran dalam kadar tertentu kerap dibutuhkan untuk memastikan transisi mulus dari kelompok utuh ke studi tim. Selain itu, anda akan perlu menjelaskan bagaimana studi tim, nilai perbaikan, dan pengakuan tim diterapkan, fase-fase ini diringkaskan ke dalam tabel 4.5 dan dibahas dalam bagian-bagian berikut. 1. Fase pengajaran Saat menggunakan STAD, pengajaran serupa dengan pengajaran kelompok utuh standar yang berfokus pada konsep dan keterampilan spesifik. Anda mengajarkan pelajaran sebagaimana anda lihat di dalam bagian sebelumnya. Pengajaran Lana menggambarkan langkah-langkah ini. Dia dengan cermat mennjelaskan dan menggambarkan proses menemukan pecahan sepadan (equivalent fiaction) dan penambahan pecahan dengan penyebut tak sama kemudian meminta siswanya berlatih di bawah bimbingannya. Saat dia merasa para siswa memahami proses-proses itu, dia berpindah ke studi tim. 2. Fase Transisi ke tim Sebagaima semua bentuk kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif, siswa harus belajar untuk bekerja secara efektif di dalam kelomok. Dindalam STAD, sejumlah isu strategi-strategi kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif lebih sederhana. Sebab, siswa akan mengerjakan tugas yang sudah jelas (well-defined), seperti memecahkan soal seperi yang di perintahkan Lana. Namun ada sejumlah isu lain yang biasa muncul sebagai contoh, jika anda memiliki dua orang bermotif prestasi tinggi dan dua orang bermotif prestasi rendah di dalam satu kelompok, orang yang bermotif prestasi redah cenderung mengikut orang yang berprestasi tinggi memecahkan masalah mereka bahkan mungkin menunggu sampai orang bermotif tinggi telah memecahkan soal dan sekedar menyalin jawaban. Di sisi lain, orang bermotif prestasi tinggi, yang kerap mempelajari keterampilan-keterampilan baru lebih cepat dibandingkan rekan mereka, terkadang tidak suka harus membantu orang bermotif prestasi rendah untuk mengejar ketertinggalan. Karena isu-isu seperti ini biasa terjadi, menjelaskan dan menggambarkan proses untuk memberikan nilai perbaikan dan penghargaan tim adalah penting jika siswa memahami bahwa seluruh tim diberikan ganjaran jika anggota-anggota individual membaik, insentif mereka untuk bekerja sama dan membantu satu sama lain untuk memperbaiki diri. 3. Fase studi tim Studi tim memberikan kesempatan kepada siswa melatih materi baru dan mendapatkan umpan balik dan anggota-anggota sekelompok yang lain. Memonitir siswa penting dalam fase ini. Yaitu, pertama untuk mencegah isu-isu yang kami telah sebutkan di bagian sebelumnya. Kedua, untuk mendorong perkembangan keterampilan sosial yang menjadi tujuan dari semua kegiatan kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif. Anda harus memutuskan seberapa cepat anda harus mengintervensi jika satu kelompok tidak berfungsi dengan mulus. Pada sejumlah kasus, mengintervensi terlalu dini bisa kontraproduktif karena siswa perlu pengalaman di dalam berusaha memecahkan perbedaan mereka sendiri. Akan tetapi jika anda melihat siswa tidak bekerja sama, ada siswa yang mendominasi kelompok, atau ada seorang yang tidak berpartisipasi, anda harus melakukan intervensi. Anda harus memutuskan kapan itu diperlukan. Terkadang menggunakan kelompok yang secara khusus produktif sebagai model biasa membantu. Mari kita kembali ke kerja Lana bersama siswanya sebagai contoh: Dengarkan kalian semua tolong lihat ke sini ibu tahu kalian bekerja keras, tetapi ibu ingin menunjukkan sesuatu yang sangat penting ibu benar-benar menyukai cara cheetahs (nama salah satu kelompok) bekerja sama salah satu anggota bergulat dengan dengan masalah, seorang anggota tim berkata, kau bisa melakukan ini. Lanjutkan dan cobalah, tak lama kemudian, seorang anggota lain berkata, itu ide yang bagus, saat mereka mencari solusi terhadap satu masalah. Bersikap baik pada satu sama lain dan mendukung upaya satu sama lain sangatlah penting dan ibu sangat bangga terhadap cheetahs. Intervensi ini karena tiga alasan. pertama, cheetahs dipuji karena kerja sama dan dukungan mereka siswa secara umum (termasuk siswa SMU) suka dipuji karena perilaku positif mereka. Kedua, mereka berfungsi sebagai model bagi kelompok yang lain. Ketiga, tidak ada celaan atau hujatan terhadap perilaku tak pantas. 4. Fase mengakui prestasi Saat menggunakan STAD, anda akan melakukan asesmen terhadap siswa anda dengan cara yang sama sebagaimana biasa anda lakukan.misalnya, Lana memberikan kuis matematikan setiap kamis dan dia kembali serta membahasnya pada hari jumat. Akan tetapi, saat menggunakan STAD, asesmen memiliki fungsi tambahan sebagai dasar bagi nilai perbaikan dan penghargaan tim. Selain itu, karena skor kuis siswa dibandingkan hanya dengan kinerja masa lalu mereka dan bukan dengan kinerja teman sekelas mereka. Asesmen bisa memotivasi. Sebagainya anda lihat sebelumnya di dalam diskusi ini, saat mereka menyamai kinerja masa lalu mereka, mereka diberikan angka poin perbaikan yang kecil saat mereka melebihinya, nilai perbaikan mengikat secara proposional. Pemberian skor tim didasarkan pada perbaikan anggota-anggota secara individu. Sebagai contoh, mari kita lihat kembali Cheetahs, yang anggotanya adalah Natacha, Tolitha, Stephen dan mary. nilai rata-rata dan skor kuis mereka adalah sebagai berikut: Nama Nilai rata-rata Skor Kuis Natacha 95 96 Tolitha 88 90 Stephen 75 84 Mary 69 80 Berdasarkan pada system yang diilustrasikan pembahasan kita tentang perencanaan kegiatan STAD, Natcha akan mendapatkan 10 poin nilai perbaikan dan Talitha juga mendapatkan 10 poin karena mereka berada di dalam kisaran 1-5 poin lebih tinggi dibandingkan skor dasar mereka (rata-rata). Sebagai perbandingan, Stephen akan mendapatkan 20 poin perbaikan karena skor kuisnya 9 poin di atas skor dasarnya. Mary siswa yang nilainya paling rendah di dalam kelompok, sebenarnya mendapatkan poin perbaikan yang paling tinggi. Meskipun penggunaan penguat (reinforeur), seperti poin perbaikan, itu kontoversial, penelitian menunjukkan bahwa system ini berdampak positif pada motivasi, (slavin, 1993). Sejauh mana anda menggunakan system ini di dalam pengajaran anda terpulang pada pertimbangan profesional anda. Penghargaan tim ditentukan dengan merata-ratakan poin perbaikan bagi tim dan penghargaan kemudian bisa diberikan. Berikut satu contoh satu system ganjaran.
(jumlah poin perbaikan rata-rata)
Kriteria Penghargaan 10 Pemenang 15 Bintang 20 Bintang utama 25 Liga utama
Penghargaan tim bisa hadir di dalam berbagai bentuk. Misalnya, pemenang
mungkin bisa diminta untuk berdiri dan dihargai di dalam kelas. Bintang bisa mendapatkan sertifikat prestasi. Bintang utama bisa mendapatkan sertifikat yang lebih bergengsi dan liga utama bisa mendapatkan secarik foto kelompok yang dipasang dibagian “hall of fame (siswa berprestasi)” di papan bulletin. Opsi-opsi lain mencakup kancing yang bisa di kenakan di sekolah, surat kepada orang tua. Hak istemewa khusus dan peran kepemimpinan. Menggunakan poin perbaikan dalam perbaikan nilai sebagaimana menggunakan penguat, mempertimbangkan poin dalam memberikan nilai adalah konvensional. Namun, melakukannya merupakan praktik umum misalnya, jika siswa memiliki poin perbaikan rata-rata 15 atau lebih dalam tes atau kuis, nilai mereka bisa dinaikkan dari B- ke B atau dari B ke B+. Banyak guru berfikir bahwa siswa ketika melihat perbaikan tercermin di dalam nilai mereka, akan merasakan intensif tambahan buat mereka. Guru lain merasa bahwa poin perbaikan secara tidak adil menghukum siswa papan atas, yang mungkin sudah ada di batas atas dari system perbaikan nilai. Para pakar menentang pendasaran nilai akhir pada poin perbaikan. Sebab, itu memberikan gambaran kabur tentang tingkat prestasi siswa yang sesungguhnya (Stiggins, 2005). Di sisi lain, jika anda meyakini itu efektif dan jika anda berhati-hati untuk menghindari pemberian poin perbaikan itu menaikkan nilai siswa secara tidak pantas, kami merasa tidak ada yang salah dengan praktik ini. Para siswa harusdiingatkan bahwa tim tidak bersaing satu sama lain. Mereka bersaing hanya dengan kinerja masa lalu mereka. Jika individu-individu yang membaik, semua tim bisa secara potensial menjadi Liga utama. Tim bisa berubah secara berkala, seperti setelah siap masa pemberian nilai atau bahkan lebih sering. Baik Jigsaw dan STAD adalah strategi yang sukar. Keduanya menuntut banyak perencanaan dan STAD, khususnya, memerlukan pencatatan yang signifikan. Akan tetapi, keduanya bisa menajdi strategi efektif untuk membantu anda mendorong perkembangan sosial, kemandirian dan keterampilan komunikasi siswa. Anda saat mereka masih mempelajari matematika, sains ilmu sosial dan yang lainnya. Keterampilan sosial dam pribadi ini adalah beberapa keterampilan terpenting yang ada di dalam kehidupan luar sekolah.