Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS)


1. DEFINISI
Gawat pernapasan atau Respiratory distress syndrome (RDS) adalah sebutan
yang diberikan kepada disfungsi respirasi pada neonatus dan utamanya penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturasi paru (Wong,
Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Respiratory distress
syndrome merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, frekuensi pernapasan
yang lebih dari 60 kali permenit, sianosis, adanya rintihan pada saat ekspirasi
(expiratory grunting) serta adanya retraksi suprasternal, interkostal, epigastrium saat
inspirasi (Hidayat, 2009).
Penyakit ini merupakan penyakit membran hialin, terjadi pada bayi prematur
mengingat produksi surfaktan yang kurang. Pada penyakit ini kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitas menjadi terganggu dan alveolus akan kembali kolaps pada
setiap akhir ekspirasi dan pada pernpasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intra
thorax yang lebih besar dengan cara inspirasi yang lebih kuat. Keadaan kolapsnya paru
dapat menyebabkan gangguan ventilasi yang akan menyebabkan hipoksia dan asidosis
(Hidayat, 2009).

2. ETIOLOGI
Respiratory distress syndrome disebabkan oleh terjadi perubahan atau
kurangnya komponen surfaktan pulmoner, hampir secara eksklusif terjadi pada bayi
preterm. Surfaktan merupakan komp suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah
kolapsnya paru. Fungsi surfaktan itu sendiri adalah merendahkan tegangan permukaan
alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara pada akhir
ekspirasi (Hidayat, 2009). Gawat pernapasan yang berasal dari bukan paru pada
neonatus bisa juga disebabkan oleh asfiksia perinatal, maternal diabetes, sepsis, defek
jantung (struktural/ fungsional), pajanan dingin, obstruksi jalan napas (atresia),
perdarahan intraventrikular, hipoglikemia, asidosis metabolik, kehilangan darah akut
dan obat-obatan (Wong et al., 2008).

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Takipnea ( sampai 80-120 x/menit)
b. Dispnea
c. Retraksi interkostal dan/atau substernal yang jelas
d. Krepitasi inspirasi halus
e. Grunt ekspirasi yang keras
f. Napas cuping hidung
g. Sianosis dan/ atau palor

4. PATOFISIOLOGI
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor kritis
dalam terjadi RDS, ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut disebabkan oleh
kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu menahan sisa udara
fungsional /kapasitas residu funsional. Surfaktan juga menyebabkan ekspansi yang
merata dan menjaga ekspansi paru pada tekanan intraalveolar yang rendah. Kekurangan
atau ketidakmatangan fungsi surfaktan menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat
inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi.
Bila surfaktan tidak ada, janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang.
Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk mengembangkan parunya pada setiap
hembusan napas (ekspirasi) sehingga untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negatif intratoraks yang lebih besar dengan disertai usaha inspirasi yang lebih kuat.
Akibatnya, setiap kali bernapas menjadi sukar seperti saat pertama kali bernapas (saat
kelahiran). Sebagai akibat, janin lebih banyak menghabiskan oksigen untuk
menghasilkan energi ini daripada yang ia terima dan ini menyebabkan bayi kelelahan.
Dengan meningkatnya kelelahan, bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya.
Ketidakmampuan mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan
atelektasis.
Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan pulmomary vascular
resistance (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paru normal. Akibatnya, terjadi
hipoperfusi jaringan paru dan selanjutnya menurunkan aliran darah pulmonal. Di
samping itu, peningkatan PVR juga menyebabkan pembalikan parsial sirkulasi darah
janin dengan arah aliran dari kanan ke kiri melalui duktus arteriosus dan foramen ovale.
Kolaps baru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan ventilasi pulmonal yang
menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah konstriksi vaskularisasi pulmonal
yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme anareobik.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiografis. Temuan radiografis khas pada RDS meliputi pola granular
difus pada kedua medan paru yang sangat mirip dengan ground glass dan
menunjukkan atelektasis alveolar dan goresan hitam atau bronkogram, dalam
daerah ground glass yang menunjukkan bronkiole berkembang terisi udara
b. Analisa gas darah untuk melihat luasnya fungsi respirasi dan keseimbangan asam
basa. PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi oksigen
92%-94%, pH 7,31-7,45.
c. Oksimetri nadi, pemantauan karbondioksida, profil paru membantu membedakan
penyakit pulmonal dan ekstrapulmonal.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan RDS sebagai berikut:
a. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan oksigen hood atau
dengan ventilasi mekanis
b. Terapi antibiotika
c. Mempertahankan keseimbangan asam basa
d. Mempertahankan lingkungan termal netral
e. Mempertahankan perfusi dan oksigenasi jaringan yang adekuat
f. Mencegah hipotensi
g. Mempertahankan status hidrasi dan elektrolit yang adekuat
h. Pemberian surfaktan eksogen kepada neonatus dengan RDS. Surfaktan eksogen
dapat berasal dari sumber alami (manusia, sapi, babi) dan buatan. Surfaktan
diberikan melalui selang ET langsung ke trakea bayi.

7. MASALAH KEPERAWATAN (NANDA)


a. Ketidakefektifan pola pernafasan
b. Gangguan pertukaran gas
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resiko tinggi trauma
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan defisiensi surfaktan,
instabilitas alveoli dan imaturitas paru.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan struktur alveoli imatur dan
ketidakmampuan mempertahankan ekspansi paru
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekret/
mukus pulmonal
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan refleks hisap dan menelan
e. Resiko tinggi trauma (jaringan otak) berhubungan dengan hipoksemia dan
hiperkapnia
9. INTERVENSI KEPERAWATAN (NOC Dan NIC)
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan pola nafas NOC: NIC:
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi  Respiratory status: Airway Management
yang tidak memberi ventilasi Ventilation  Buka jalan nafas, gunakan teknik chi lift atau jaw thrust
Batasan karakteristik:  Respiratory status: Airway bila perlu
 Perubahan kedalaman patency  Posisikan \pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pernapasan  Vital sign status  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jlan nafas
 Perubahan ekskursi dada Kriteria hasil: buatan
 Mengambil posisi tiga titik  Mendemostrasikan batuk  Pasang mayo bila perlu
 Bradipneu efektif dan suara nafas yang  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Penurunan tekanan ekspirasi bersih, tidak ada sianosis dan  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Penurunan ventilasi semenit dyspneu (mampu
 Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
mengeluarkan
 Penurunan kapasitas vital  Lakukan suction pada mayo
sputum,mampu bernafas
 Dispnea  Berikan bronkodilator bila perlu
dengan mudah, tidak ada
 Peningkatan diameter anterior-  Berikan pelembab udara kassa basah Nacl lembab
pursed lips)
posterior  Menunjukkan jalan nafas  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
 Pernapasan cuping hidung yang paten (klien tidak  Monitro respirasi dan status O2
 Ortopneu merasa tercekik, irama nafas,
 Fase ekspirasi memanjang frekuensi pernafasan dalam OxygenTherapy
 Pernapasan bibir rentang normal, tidak ada  Bersihkan mulut,hidung dan sekret trakea
 Takipnea suara nafas abnormal)  Pertahankan jalan napas yang paten
 Penggunaan otot aksesorius  Tanda tanda vital dalam  Atur peralatan oksigenasi
untuk bernapas rentang normal (kanan darah,  Monitor aliran oksigen
Faktor yang berhubungan: nadi, pernafasan)  Pertahankan posisi pasien
 Ansietas  Observasi adanya tanda hipoventilas
 Posisi tubuh  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
 Deformitas dinding dada
 Keletihan Vital Sign Monitor
 Hiperventilasi  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Sindrom hipoventilasi  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Gangguan muskuloskeletal  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
 Kerusakan neurologis  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
 Imaturitas neurologis  Monitor TD, nadi RR sebelum,selama,sesudah aktivitas
 Disfungsi neuromuskular  Monitor kualitas nadi
 Obesitas  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Nyeri  Monitor suara paru
 Keletihan otot pernapasan  Monitor pola pernapasan abnormal
cedera medula spinalis  Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2. Gangguan pertukaran gas NOC  Airway Management
Definisi: kelebihan atau defisit pada  Respiratory status: gas  Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
oksigenasi dan/atau eliminasi karbon exchange bila perlu
dioksida pada membrane alveolar-  Respiratory status: ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
kapiler  Vital Sign Status  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil: buatan
 pH darah arteri abnormal  Mendemonstrasikan  Pasang mayo bila perlu
 pH arteri abnormal peningkatan ventilasi dan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 pernapasan abnormal (mis. oksigenasi yang adekuat
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Kecepatan, irama,  Memelihara kebersihan paru-
 Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
kedalaman) paru dan bebas dari tanda-
 Lakukan suction pada mayo
 warna kulit abnormal (mis, tanda distress pernafasan
 Berikan bronkodilator bila perlu
pucat, kehitaman)  Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang  Berikan pelembab udara
 konfusi
bersih, tidak ada sianosis dan  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
 sianosis (pada neonates saja)
dyspneu (mampu  Monitor respirasi dan status O2
 penurunan karbon dioksida
mengeluarkan sputum,  Respiratory Monitoring
 diaforesis
 Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
 dispnea
 sakit kepala saat bangun mampu bernafas dengan  Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan
 hiperkapnia mudah, tidak ada pursed lips) otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
 hipoksemia  Tanda-tanda vital dalam  Monitor suara nafas, seperti dengkur
 hipoksia rentang normal (tekanan  Monitor pola nafas: bradipnea, takipnea, kusmaul,
 iritabilitas darah, nadi, pernapasan). hiperventilasi, cheyne stokes, biot
 napas cuping hidung  Catat lokasi trakea
 gelisah  Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)
 samnolen  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adanya
 takikardi ventilasi dan suara tambahan
 gangguan penglihatan  Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
Faktor yang berhubungan: crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
 perubahan membrane  Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
alveolar-kapiler hasilnya
 ventilasi-perfusi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC  NIC
napas  Respiratory status: ventilation  Airway suction
Definisi: ketidakmampuan untuk  Respiratory status: Airway  Pastikan kebutuhan oral/trakeal suctioning
membersihkan sekresi atau obstruksi patency  Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
dari saluran pernapasan untuk Kriteria Hasil:  Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctionung
mempertahankan jalan napas.  Mendemonstrasikan batuk  Minta klien napas dalam sebelum suction dilakukan.
Batasan karakteristik: efektif dan suara nafas yang
 Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
 Tidak ada batuk bersih, tidak ada sianosis dan
memfasilitasi suction nasotrakeal
 Suara napas tambahan dyspneu (mampu
 Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
 Perubahan frekuensi napas mengeluarkan sputum,
 Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
 Perubahan irama napas mampu bernapas dengan
kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
 Sianosis mudah, tidak ada pursed lips)
 Menunjukkan jalan napas  Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
 Kesulitan berbicara atau  Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien
mengeluarkan suara yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2
 Penurunan bunyi suara  Airway Management
frekuensi pernapas dalam
 Dispneu  Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
 Sputum dalam jumlah rentang normal, tidak ada  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas
berlebihan suara napas abnormal) buatan
 Batuk yang tidak efektif  Mampu mengidentifikasikan  Pasang mayo bila perlu
 Gelisah dan mencegah faktor yang  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Mata terbuka lebar dapat menghambat jalan  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Faktor-faktor yang berhubungan: napas  Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
 Lingkungan:  Lakukan suction pada mayo
-Perokok pasif  Berikan bronkodilator bila perlu
-Mengisap asap  Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
-Merokok  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
 Obstruksi jalan napas:  Monitor respirasi dan status O2
-Spasme jalan napas
-Mokus dalam jumlah
berlebihan
-Eksudat dalam jalan alveoli
-Materi asing dalam jalan
napas
 Fisiologis
-Jalan napas alergik
-Asma
-Penyakit paru obstruktif
kronik
-Infeksi
-Disfungsi neuromuskular
4. Ketidakseimbangan nutrisi: NOC : Nutrition management :
kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional status  Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup  Nutritional status : food  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
untuk memenuhi kebutuhan and fluid intake kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
metabolik  Nutritional status : nutrient  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Batasan karakteristik : intake  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
 Kram abdomen  Weight control C
 Nyeri abdomen
 Menghindari makanan Kriteria Hasil :  Berikan substansi gula
 Berat badan 20% atau lebih  Adanya peningkatan berat  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
dibawah berat badan ideal badan sesuai dengan tujuan untuk mencegah konstipasi
 Kerapuhan kapiler  Berat badan ideal sesuai  Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
 Diare dengan tinggi badan dengan ahli gizi)
 Kehilangan rambut  Mampu mengidentifikasi  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
berlebihan kebutuhan nutrisi harian
 Bising usus hiperaktif  Tidak ada tanda-tanda  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Kurang makanan malnutrisi  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kurang informasi  Menunjukkan peningkatan  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
 Kurang minat pada makanan fungsi pengecapan dari dibutuhkan
 Penurunan berat badan menelan
dengan asupan makanan  Tidak terjadi penurunan Nutrition monitoring :
adekuat berat badan yang berarti  BB pasien dalam batas normal
 Kesalahan konsepsi  Monitor adanya penurunan berat badan
 Kesalahan informasi  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
 Membran mukosa pucat  Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
 Ketidakmampuan memakan  Monitor lingkungan selama makan
makanan  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
 Tonus otot menurun makan
 Mengeluh gangguan sensasi  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
rasa  Monitor turgor kulit
 Mengeluh asupan makanan  Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah pecah
kurang dari RDA  Monitor mual dan muntah
(recommended daily  Monitor kadar albumin, protein, Hb, dan kadar Ht
allowance)  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Cepat kenyang setelah makan  Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan
 Sariawan rongga mulut konjunctiva
 Steatorea  Monitor kalori dan intake nutrisi
 Kelemahan otot pengunyah  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oral
 Kelemahan otot untuk  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
menelan
Faktor-faktor yang berhubungan :
 Faktor biologis
 Faktor ekonomis
 Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
 Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
 Ketidakmampuan menelan
makanan
 Faktor psikologis
5. Resiko cidera NOC: NIC:
Definisi: beresiko mengalami cedera  Risk control Environment management:
sebagai akibat kondisi lingkungan  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
yang berinteraksi dengan sumber Kriteria hasil:  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan
adaptif dan sumber depensif individu  Klien terbebas dari cidera kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
 Klien mampu menjelaskan terdahulu pasien
Faktor resiko: cara untuk mencegah cedera  Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (mis,
Eksternal :  Klien mampu menjelaskan memindahkan perabotan)
 Biologis (mis, tingkat imunisasi, faktor resiko dari lingkungan,  Memasang side rail tempat tidur
komunitas, mikroorganisme) perilaku personal  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
 Zat kimia (mis racun, polutan,  Mampu memodifikasi gaya  Menempatkan saklar lampu ditempat yang mampu dijangkau
obat, agen farmasi, alkohol, hidup untuk mencegah injury pasien
nikotin, pengawet, kosmetik,  Menggunakan fasilitas
 Membatasi pengunjung
pewarna) kesehatan yang ada
 Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
 Manusia (mis, agen nosokomial,  Mampu mengenali perubahan  Mengontrol lingkungan dari kebisingan
pola ketegangan, atau faktor status kesehatan
 Memindahkan barang yang membahayakan
kognitif, afektif, psikomotor)
 Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
 Cara pemindahan/ transpor pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
 Nutrisi (mis, desain, struktur dan
pengaturan komunitas,
bangunan atau peralatan)
Internal :
 Profil darah yang abnormal
(mis, leukositosis/ leukopenia,
gangguan faktor koagulasi,
trombositopenia, sel sabit,
thalasemia, penurunan Hb)
 Disfungsi biokimia
 Usia perkembangan (fisiologis,
psikososial)
 Disfungsi efektor
 Disfungsi imun-autoimun
 Disfungsi integratif
 Malnutrisi
 Fisik (mis, integritas kulit tidak
utuh, gangguan mobilitas)
 Psikologis (orientasi afektif)
 Disfungsi sensorik
 Hipoksia jaringan
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. H. (2013). NANDA International: Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran (4th ed.). Jakarta: Medica Aesculpalus.

Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC (Edisi Revi). Yogyakarta: Mediaction.

Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2008).
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. (E. K. Yudha, D. Yulianti, N. B. Subekti, E.
Wahyuningsih, & Monica Ester, Eds.) (6th ed.). Jakatra: EGC.

Anda mungkin juga menyukai