LP RDS
LP RDS
2. ETIOLOGI
Respiratory distress syndrome disebabkan oleh terjadi perubahan atau
kurangnya komponen surfaktan pulmoner, hampir secara eksklusif terjadi pada bayi
preterm. Surfaktan merupakan komp suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah
kolapsnya paru. Fungsi surfaktan itu sendiri adalah merendahkan tegangan permukaan
alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara pada akhir
ekspirasi (Hidayat, 2009). Gawat pernapasan yang berasal dari bukan paru pada
neonatus bisa juga disebabkan oleh asfiksia perinatal, maternal diabetes, sepsis, defek
jantung (struktural/ fungsional), pajanan dingin, obstruksi jalan napas (atresia),
perdarahan intraventrikular, hipoglikemia, asidosis metabolik, kehilangan darah akut
dan obat-obatan (Wong et al., 2008).
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Takipnea ( sampai 80-120 x/menit)
b. Dispnea
c. Retraksi interkostal dan/atau substernal yang jelas
d. Krepitasi inspirasi halus
e. Grunt ekspirasi yang keras
f. Napas cuping hidung
g. Sianosis dan/ atau palor
4. PATOFISIOLOGI
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor kritis
dalam terjadi RDS, ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut disebabkan oleh
kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu menahan sisa udara
fungsional /kapasitas residu funsional. Surfaktan juga menyebabkan ekspansi yang
merata dan menjaga ekspansi paru pada tekanan intraalveolar yang rendah. Kekurangan
atau ketidakmatangan fungsi surfaktan menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat
inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi.
Bila surfaktan tidak ada, janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang.
Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk mengembangkan parunya pada setiap
hembusan napas (ekspirasi) sehingga untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negatif intratoraks yang lebih besar dengan disertai usaha inspirasi yang lebih kuat.
Akibatnya, setiap kali bernapas menjadi sukar seperti saat pertama kali bernapas (saat
kelahiran). Sebagai akibat, janin lebih banyak menghabiskan oksigen untuk
menghasilkan energi ini daripada yang ia terima dan ini menyebabkan bayi kelelahan.
Dengan meningkatnya kelelahan, bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya.
Ketidakmampuan mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan
atelektasis.
Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan pulmomary vascular
resistance (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paru normal. Akibatnya, terjadi
hipoperfusi jaringan paru dan selanjutnya menurunkan aliran darah pulmonal. Di
samping itu, peningkatan PVR juga menyebabkan pembalikan parsial sirkulasi darah
janin dengan arah aliran dari kanan ke kiri melalui duktus arteriosus dan foramen ovale.
Kolaps baru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan ventilasi pulmonal yang
menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah konstriksi vaskularisasi pulmonal
yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme anareobik.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiografis. Temuan radiografis khas pada RDS meliputi pola granular
difus pada kedua medan paru yang sangat mirip dengan ground glass dan
menunjukkan atelektasis alveolar dan goresan hitam atau bronkogram, dalam
daerah ground glass yang menunjukkan bronkiole berkembang terisi udara
b. Analisa gas darah untuk melihat luasnya fungsi respirasi dan keseimbangan asam
basa. PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi oksigen
92%-94%, pH 7,31-7,45.
c. Oksimetri nadi, pemantauan karbondioksida, profil paru membantu membedakan
penyakit pulmonal dan ekstrapulmonal.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan RDS sebagai berikut:
a. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan oksigen hood atau
dengan ventilasi mekanis
b. Terapi antibiotika
c. Mempertahankan keseimbangan asam basa
d. Mempertahankan lingkungan termal netral
e. Mempertahankan perfusi dan oksigenasi jaringan yang adekuat
f. Mencegah hipotensi
g. Mempertahankan status hidrasi dan elektrolit yang adekuat
h. Pemberian surfaktan eksogen kepada neonatus dengan RDS. Surfaktan eksogen
dapat berasal dari sumber alami (manusia, sapi, babi) dan buatan. Surfaktan
diberikan melalui selang ET langsung ke trakea bayi.
Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran (4th ed.). Jakarta: Medica Aesculpalus.
Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC (Edisi Revi). Yogyakarta: Mediaction.
Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2008).
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. (E. K. Yudha, D. Yulianti, N. B. Subekti, E.
Wahyuningsih, & Monica Ester, Eds.) (6th ed.). Jakatra: EGC.