Dewasa ini, pembangunan nasional berkembang seiring dengan berjalannya
perkembangan industri yang ditandai dengan modernisasi pada mekanisme produksi.
Yakni, terjadi peningkatan penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, dan teknologi tinggi lainnya, serta bahan berbahaya. Namun, kemudahan dalam proses produksi dapat pula meningkatkan jumlah dan jenis bahaya di tempat kerja. Selain itu, tercipta lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya. Masalah tersebut akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat kecelakaan kerja. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam sebuah perusahaan menjadi sebuah keharusan guna meminimalkan kejadian kecelakaan kerja. Pada hakikatnya, faktor K3 berpengaruh terhadap efisiensi produksi dari suatu perusahaan industri sehingga dapat mempengaruhi tingkat pencapaian produktivitasnya. Karena pada dasarnya tujuan K3 adalah melindungi para tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Kebijakan terkait penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah, mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya lingkungan kerja yang aman, efisien, dan produktif. Salah satu caranya adalah menciptakan perusahaan yang mengutamakan hygiene perusahaan agar lingkungan kerja menjadi aman, nyaman, dan sehat.