Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGENDALIAN VEKTOR

“REARING NYAMUK”

Oleh :

Marlen A S Pepiana 31150029

Prilly P M Dumatubun 31150033

Anggriani Harini 31150035

Wegi Oktapiani 31150059

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS BIOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Penduduk
Indonesia umumnya menampung air dibejana-bejana untuk keperluan sehari-hari. Bejana
tersebut terdapat didalam rumah atau diluar rumah. Bejana yang digunakan tempat
penampungan air dapat menimbulkan masalah, sebab tempat tersebut dapat menjadi
tempat perkembang biakan nyamuk.
Nyamuk sebenarnya salah satu vektor pembawa suatu penyakit. Penyakit yang
dibawa oleh nyamuk yaitu seperti malaria, demam berdarah, filariasis (kaki gajah), dan
cikungunya. Penyebab utama munculnya penyakit tersebut karena perkembangbiakan
dan penyebaran nyamuk sebagai vektor penyakit yang tidak terkendali. Dalam
penyebaranya nyamuk memiliki berbagai jenis spesies terutama pada nyamuk yang
berpotensi sebagai vektor pembawa penyakit. Jenis nyamuk tersebut antara lain , Aedes
sp., Culex sp. ,Mansonia sp. , Anopheles sp. dan lain sebagainya.
Dalam penyebaran nyamuk sudah meluas, selain ditemukan di daerah perkotaan
(urban) yang padat penduduk juga ditemukan di daerah pedesaan. Jika dibiarkan maka
akan berbahaya bagi kelangsungan hidup dan kesehatan manusia. Untuk perlu dalam
mengendalikan populasi nyamuk yang ramah lingkungan maka perlu adanya alternatif
lain, salah satu metode pengendalian nyamuk tanpa insektisida yang dapat menurunkan
populasi nyamuk adalah menggunakan ovitrap.

B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetaui jenis nyamuk yang diamati dengan menggunakan ovitrap.
2. Untuk mengetahui siklus hidup nyamuk yang diamati
3. Untuk mengetahui waktu berkembangnya nyamuk pada setiap siklus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Nyamuk

Nyamuk adalah organisme hidup yang terdapat melimpah di alam hampir semua tempat,
dianggap merugikan karena gigitannya mengganggu kehidupan manusia, yaitu menyebabkan
dermatitis dan menularkan berbagai pe-nyakit. Spesies nyamuk yang dapat menjadi penular
penyakit, diantaranya genus Anopheles, Culex, Aedes dan Mansonia yang menularkan malaria,
filaria, demam berdarah, Japanese encephalitis dan lainnya (Damster,1998).

Siklus hidup nyamuk

Dalam daur kehidupan nyamuk mengalami proses metamorfosis sempurna, yaitu perubahan
bentuk tubuh yang melewati tahap telur, larva, pupa, dan imago atau dewasa. Nyamuk dewasa
hidup di udara bebas, sedangkan ketiga stadium lainnya hidup dan berkembang di dalam air.

Telur nyamuk

Nyamuk biasanya meletakkan telurnya di tempat yang berair, pada tempat yang kering
telur akan rusak dan mati. Kebiasaan nyamuk meletakkan telur pada breeding place berbeda-
beda tergantung dari jenis nyamuk tersebut. Nyamuk Anopheles aka nmeletakkan telurnya di
permukaan air satu-persatu atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles mempunyai
alat pengapung. Nyamuk Culex akan meletakkan beberapa telurnya diatas permukaan air dengan
membentuk kumpulan telur tersebut menyerupai rakit sehingga mampu untuk mengapung.
Sedangkan nyamuk Aedes meletakkan telur dengan menempelkannya pada dinding tempat
penampungan air (container) yang jernih dan posisi telur dekat atau bersentuhan dengan
permukaan air (Nurmaini, 2003).

Larva nyamuk

Setelah telur nyamuk menetas maka muncullah larva nyamuk yang dalam pertumbuhannya
mengalami pergantian kulit sebanyak empat kali yang dikenal dengan istilah instar I, instar II,
instar III, dan instar IV. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan larva adalah 5 – 10 hari
tergantung pada makanan, suhu, serta spesies nyamuk. Selain itu pertumbuhan stadium larva ini
juga dipengaruhi ada atau tidaknya predator. Larva nyamuk Culex memiliki ciri-ciri bentuk
siphon langsing dan kecil yang terdapat pada abdomen terakhir, bentuk comb tidak beraturan
dan larva nyamuk Culex membentuk sudut di tumbuhan air (menggantung). Lalu pada larva
nyamuk Anopheles memiliki ciri-ciri tidak memiliki siphon dan larva nyamuk Anopheles akan
sejajar dipermukaan air kotor (Entjang, 2000).

Pupa nyamuk

Stadium pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air yang
membutuhkan waktu antara 1 – 2 hari. Pada stadium pupa mulai dibentuk alat -alat tubuh
nyamuk dewasa. Selama stadium ini, pupa nyamuk tidak mengkonsumsi makanan. Untuk
mengamati ciri-ciri spesies nyamuk pada stadium pupa sangat sulit karena bentuk morfologi
yang hampir sama satu sama lain, biasanya pupa akan ditunggu hingga menjadi nyamuk
dewasa dan kemudian diamati ciri-cirinya (Nurmaini, 2003).

Imago nyamuk

Setelah nyamuk melewati stadium pupa maka nyamuk akan memasuki stadium imago. Pada
tahap imago, kelompok nyamuk jantan akan terlebih dahulu keluar dari kepompong dengan
waktu yang hampir bersamaan kemudian disusul oleh kelompok nyamuk betina. Nyamuk
jantan akan tetap tinggal di sekitar breeding place menunggu nyamuk betina keluar dari
kepompong. Setelah nyamuk betina keluar maka nyamuk jantan akan segera mengawininya.
Selama hidupnya nyamuk betina hanya melakukan perkawinan sekali. Setelah terjadi
perkawinan nyamuk betina akan segera mencari darah untuk mematangkan telurnya (Nurmaini,
2003). Nyamuk betina memiliki umur yang lebih panjang dari nyamuk jantan dan dapat terbang
dengan radius 0,5 sampai 2 Km. Nyamuk Culex memiliki ciri-ciri palpi lebih pendek dari
pada probocis, bentuk sayap simetris, dan berkembang biak di tempat kotor atau di rawa-
rawa. Nyamuk Anopheles memiliki ciri-ciri bentuk tubuh kecil dan pendek serta antara palpi dan
proboscis sama panjang (Rinidar,2010).
Ovitrap

Ovitrap merupakan sebuah perangkap telur nyamuk yang dijadikan sebagai salah satu upaya
pengendalian vektor yang berasal dari nyamuk. Ovitrap terdiri dari wadah yang berisi air untuk
memerangkap telur nyamuk. Fungsi ovitrap sebenarnya untuk mengurangi penyebaran nyamuk
sehingga dapat meminimalisir terjangkitnya penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Terdapat
dua macam ovitrap yaitu ovitrap alami, seperti tempurung kelapa dan ovitrap buatan, seperti
gelas kaca (Djunadi, 2006). Ovitrap standar berupa gelas plastik 350 ml, tinggi 91 mm dan
diameter 75 mm. Dicat hitam bagian luarnya dan diisi air sebanyak tiga per empat bagian dan
diberilapisan kertas, bilah kayu, atau bambu sebagai tempat bertelur nyamuk betina agar nyamuk
tidak tenggelam kedalam air, dan telur berada di permukaan air (WHO, 2005).
BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

A. HASIL

Nyamuk Aedes

3 hari

Telur
Pupa
Instar 1

2 hari
2 hari

Instar 1

Instar 4
Instar 3 2 hari

Instar 3
Instar 1

Instar 2
1 hari

1 hari
Tabel 1.
Stadium Kelompok 2 B
Hari/Tgl Waktu Jenis Nyamuk
Telur Kamis/ 17.00 Aedes
5 April
2018
Instar 1 Sabtu/ 18.00 Aedes
7 April
2018
Instar 2 Senin/ 15.00 Aedes
9 April
2018
Instar 3 Selasa/ 09.00 Aedes
10 April
2018
Instar 4 Rabu/ 16.00 Aedes
11 April
2018
Pupa Jumat/ 17.00 Aedes
13 April
2018
Nyamuk Senin/ 18.00 Aedes
16 April
2018
B. PEMBAHASAN

Identifikasi Jenis Nyamuk

1. Stadium Telur
Berdasarkan pengamatan langsung juga pengamatan di bawah mikroskop yang telah
kami lakukan, telur nyamuk yang kami dapatkan memiliki ciri-ciri berbentuk lonjong atau
oval, berwarna hitam, tidak memiliki selaput pada bagian permukaan telur. Selain itu, telur
nyamuk yang terdapat pada kertas saring yang dipasang pada ovotrap membentuk pola
menyebar (tidak bergerombol atau menempel satu sama lain). Berdasarkan ciri yang dapat
dilihat, telur nyamuk ini dikategorikan telur dari nyamuk jenis Aedes sp. Hal ini didukung
oleh Herms (2006), yang menyatakan bahwa telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips
atau oval memanjang, berwarna hitam, berukuran 0,5-0,8 mm, dan tidak memiliki alat
pelampung pada bagian permukaan telur.

2. Larva
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, pada fase larva baik pada saat larva
instar 1, instar 2, instar 3, maupun instar 4 memiliki ciri-ciri yang menunjukkan bahwa larva
merupakan larva nyamuk jenis Aedes sp. Pengklasifikasian larva didasarkan pada ciri-ciri
yang ditunjukkan selama pengamatan dilakukan dari tahapan larva instar 1 hingga larva
instar 4. Saat tahapan instar 1, larva memiliki ciri-ciri tubuh kecil, dan langsing. Ini sesuai
dengan pernyataan Herms (2006), larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri khas
memiliki siphon yang pendek, besar dan berwarna hitam. Larva ini tubuhnya langsing,
bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan pada waktu istirahat membentuk sudut
hampir tegak lurus dengan permukaan air, dan memiliki panjang 1-2 mm Larva menuju ke
permukaan air dalam waktu kira-kira setiap ½-1 menit, guna mendapatkan oksigen untuk
bernapas.
Pada Larva instar II, memiliki bentuk lebih besar dibandingkan dengan instar I. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Herms (2006) yang menyatakan bahwa larva instar II memiliki
panjang 2,5 – 3,9 mm, siphon agak kecoklatan. Untuk menuju instar III, hanya dibutuhkan 1
hari.
Larva instar III yang didapatkan berbentuk lebih panjang dan berwarna coklat, sesuai
dengan pernyataan Herms (2006), larva instar III berukuran panjang 4-5 mm, siphon sudah
berwarna coklat, tumbuh menjadi larva instar IV selama 1 hari.
Larva pada instar IV memiliki tubuh yang lebih panjang dan warna semakin
kehitaman. Menurut Herms (2006), larva instar IV berukuran 5-7 mm dan sudah terlihat
sepasang mata dan sepasang antena, tumbuh menjadi pupa dalam 2 hari.
Posisi istirahat pada larva ini adalah membentuk sudut 450 terhadap bidang
permukaan air (Depkes RI, 2007).

3. Pupa
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pupa diidentifikasi sebagai pupa jenis
nyamuk Aedes sp. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri memiliki bentuk seperti tanda koma,
berwarna hitam, gerakan lebih lambat, dan sering berada pada permukaan air. Ciri-ciri
tersebut sesuai dengan pernyataan Wisnutanaya (2013) yang menyatakan bahwa ciri-ciri
pupa Aedes sp antara lain : Memiliki tabung pernafasan yang berbentuk segitiga, bentuk
seperti tanda koma, berukuran lebih besar dan lebih ramping daripada ukuran larva Aedes
sp, Gerakan pupa Aedes sp lambat dan sering berada di permukaan air.

4. Nyamuk
Setelah pupa menjadi nyamuk dan dilakukan pengamatan dan identifikasi dibawah
mikroskop terhadap nyamuk, disimpulkan nyamuk ini merupakan jenis Aedes sp yang
berjenis kelamin Jantan, dan dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yang teramati yaitu menetas
lebih cepat. Pupa membutuhkan 1-3 hari sampai beberapa minggu untuk menjadi nyamuk
dewasa. Nyamuk jantan menetas terlebih dahulu daripada nyamuk betina, karena nyamuk
betina setelah dewasa membutuhkan darah untuk dapat mengalami kopulasi (Gandasuhada,
dkk, 2008). Bentuk nyamuk dewasa timbul setelah sobeknya selongsong pupa oleh
gelembung udara karena gerakan aktif pupa. Pupa bernafas pada permukaan air melalui
sepasang struktur seperti terompet yang kecil pada toraks (Aradilla, 2009).
Siklus Hidup
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan, dimana hasilnya dapat dilihat pada
gambar di atas, waktu yang diperlukan mulai dari tahap telur, larva (instar 1, instar 2, instar 3,
instar 4), pupa, hingga menjadi nyamuk adalah selama 11 hari. Hai ini sesuai dengan pernyataan
Ridad et al. (1999) yang menyatakan bahwa pertumbuhan mulai dari telur sampai menjadi
nyamuk dewasa berlangsung selama 10-14 hari.
Pada siklus di atas, dapat dilihat bahwa tahapan telur hingga menjadi larva, tepatnya
masuk dalam kategori larva instar 1 yaitu memerlukan waktu selama 2 hari. Larva instar 1
menjadi larva instar 2 memerlukan waktu selama 2 hari. Larva instar 2 menjadi larva instar 3
memerlukan waktu selama 1 hari. Larva instar 3 ke instar 4 selama 1 hari. Instar 4 menjadi pupa
selama 2 hari. Tahapan terakhir yaitu pupa menjadi nyamuk yang memerlukan waktu selama 3
hari. Jika ditotal, mulai dari tahap telur hingga menjadi nyamuk yaitu selama 11 hari, dimana
fase telur selama 2 hari, fase jentik selama 6 hari, dan pupa selama 3 hari hingga berubah
menjadi nyamuk. Jika dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, waktu
yang diperlukan pada setiap tahapan dalam siklus hidup nyamuk pada praktikum ini sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ridad (1999), yang menyatakan bahwa pada
umumnya telur akan menetas menjadi larva dalam waktu kira-kira 2 hari setelah telur terendam
air. Fase aquatik berlangsung selama 8-12 hari yaitu stadium jentik berlangsung 6-8 hari, dan
stadium kepompong (pupa) berlangsung 2-4 hari.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, hasil identifikasi nyamuk yang didapatkan
adalah Aedes sp. Sillus hidup nyamuk Aedes sp yang teramati dimulai dari telur hingga menjadi
instar 1 selama 2 hari, kemudian instar 1 menjadi instar 2 selama 2 hari, instar 2 menjadi instar 3
selama 1 hari, kemudian instar 3 menjadi instar 4 selama 1 hari, instar 4 hingga menjadi pupa
selama 2 hari dan Pupa menjadi nyamuk dewasa yaitu selama 3 hari. Sehingga, total
perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk adalah selama 11 hari.
DAFTAR PUSTAKA

Aradilla AS. 2009. Uji efektivitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba (Azadirachta Indica)
terhadap Larva Aedes aegypti. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. INSIDE (Inspirasi dan Ide) Litbangkes P2B2
Vol II : Aedes aegypti Vampir Mini yang Mematikan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI. Jakarta.

Demster,J.P. and Mclean,I.F.G. 1998. Insect populations in Theory and in practice, Kluwer
Academic Publisher, Dordrecht, Boston).

Djunaedi, Djoni. 2006. Demam Berdarah: Epidemiologi, Imnopatologi, Patogenesis, Diagnosis


dan Penatalaksanaanya.Penerbit Universitas Muhammadiyah: Malang

Entjang,Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Gandasuhada. 2008. Pendahuluan Entomologi. Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-4. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Herms. 2008. Morfologi Daur Hidup dan Perilaku Nyamuk. Parasitologi Kedokteran Edisi ke-4.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Nurmaini. 2003. Mentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles. Aconitus Secara
Sederhana. State URL: http://respiratory.usu.ac.id/bilstream/12345678/3705/fkm-
nurmaini1.pdf. Diakses tanggal 19 April 2018.

Ridad. 1999. Demam Berdarah Dengue Edisi Kedua. Airlangga University Press. Surabaya.
Rinidar, 2010. Pemodelan Kontrol Malaria Melalui Pengelolaan Terintegrasi Di Kemukiman
Lamteuba, Nangroe Aceh Darussalam. Sekolah Pascasarjana Program Doktor Universitas
Sumatera Utara 2010. Medan.

WHO. 2005. Tropical Disease Research, Making health research work for poor people.
PROGRESS 2003- 2004, Seventeenth Programme Report.

Wisnutanaya. 2013. Uji Efektivitas Larutan Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Larvasida
terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti di Laboratorium B2P2VRP. Fakultas
Kesehatan. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai