STATUS PSIKIATRIKUS
MENGETAHUI
SUPERVISOR
(.......................................)
2
Keadaan Umum
Sensorium : CM Terganggu Suhu : 36,3....... Berat Badan :...................
Nadi :......................... Pernafasan :................ Tinggi Badan :...................
Tekanan Darah :......................... Turgor :................ Status Gizi :...................
Sistem Kardiovaskular :
STATUS NEUROLOGIKUS
Darah Rutin..........................................................Khusus......................................................
Urine Rutin...........................................................Khusus......................................................
Tinja Rutin...........................................................Khusus......................................................
Liquor Serebrospinalis (Pungsi Lumbal)...............................................................................
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
BRAIN COMPUTERIZED TOMOGRAPHY SCANNING (CT-SCAN OTAK)
HASIL
4
STATUS PSIKIATRIKUS
1. Sebab Utama
2. Keluhan Utama
5. Riwayat Premorbid
Bayi :
Anak-anak :
Remaja :
Dewasa :
6. Riwayat Keluarga :
7. Riwayat Pendidikan :
8. Riwayat Pekerjaan :
9. Riwayat Perkawinan :
Arus Pikiran
10
PEMERIKSAAN LAIN-LAIN
FOLLOW UP
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
13
RESUME
I. IDENTIFIKASI
Tn A, usia 66 tahun, pekerjaan cleaning service, bertempat tinggal di Desa Sukajaya,
Kecamatan Pendopo, Kabupaten PALI, duda, beragama islam, dan tamat SMP.
III.STATUS NEUROLOGIKUS
Tidak ditemukan gejala rangsang meningeal, gejala peningkatan tekanan intrakranial dan
susunan saraf vegetatif. Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan neurooftalmologi.
Sekitar 26 tahun yang lalu, pasien kembali mengamuk. Pasien sering berbicara sendiri.
Pasien sering berbicara mengancam dan marah-marah. Pasien juga merasa suara pikiran di
14
kepala bergema. Pasien juga sering merusak barang. Pasien kemudian kembali dirawat di RS
Pelni Jakarta selama dua bulan dan pulang dengan perbaikan. Pasien kembali bekerja sebagai
office boy. Keluhan pasien berlangsung minimal.
Sekitar 15 tahun yang lalu, pasien bercerai dengan istri pasien karena alasana ekonomi.
Pasien kemudian mengeluhkan suara-suara di kepala pasien kembali muncul. Pasien hanya
berobat jalan. Keluhan berkurang, namun tidak hilang.
Sekitar 5 tahun yang lalu, pasien pindah dari Jakarta ke Pendopo. Pasien merasa suara-suara
di kepalanya makin banyak dan membuat pusing. Pasien juga sering melihat kunang-kunang
yang tak dapat dilihat orang lain. Pasien bekerja sebagai cleaning service. Saat bekerja,
pasien menghindar dari pergaulan di tempat kerja karena takut tak bisa menahan emosi. Di
tempat kerja, pasien juga sering melamin. Pasien masih sering kontrol ke puskesmas dan
rajin minum obat.
Sekitar 2 minggu yang lalu, pasien berhenti minum obat. Pasien merasa obat tak mampu lagi
menghilangkan suara-suara di kepalanya. Pasien juga makin sering melihat kunang-kunang.
Pasien merasa banyak orang di tempat kerjanya membicarakannya. Pasien juga merasa
keluarga benci kepadanya dan ingin mencelakainya. Pasien juga merasa pikirannya sering
bergema seperti suara teriakan di hutan. Pasien kemudian datang sendiri berobat ke RSJ dr
Ernaldi Bahar.
15
FORMULASI DIAGNOSTIK
Seorang laki-laki, 66 tahun, duda dengan 2 orang anak, tamat SMP, bergama islam, dengan ciri
kepribadian skizotipal (pendiam, sulit bergaul, mudah tersinggung, mudah curiga, dan
pendendam) datang ke poliklinik jiwa RSJ dr Ernaldi Bahar merasa obat tak mampu lagi
menghilangkan suara-suara di kepalanya. Pasien juga makin sering melihat kunang-kunang.
Pasien merasa banyak orang di tempat kerjanya membicarakannya. Pasien juga merasa keluarga
benci kepadanya dan ingin mencelakainya. Kedua keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak 15
tahun yang lalu dan makin berat 5 tahun terakhir. Pasien juga merasa pikirannya sering bergema
seperti suara teriakan di hutan. Keluhan serupa pernah dirasakan pasien pada tahun 1969 dan
1990. Gejala antar periode minimal dan pasien teratur minum Klorpromazin dan haloperidol.
Dari autoanamnesis, ditemukan gejala primer skizofrenia berupa gangguan asosiasi yaitu asosiasi
longgar, gangguan afek berupa afek yang menumpul, dan perilaku autistik. Ditemukan juga
gejala sekunder seperti waham persekutorik yang menonjol pada keluarga, ide referensi saat
rekan kerja membicarakannya, dan halusinasi auditorik serta visual yang menetap.
Atas dasar hasil autoanamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan, diagnosis yang ditegakkan
adalah Skizofrenia. Diagnosis skizofrenia ditegakkan karena memenuhi kriteria Bleurer dan
kriteria PPDGJ III. Gejala tersebut juga sudah berlangsung lebih dari satu bulan. Karena keluhan
yang menonjol adalah waham curiga dan halusinasi, kasus ini merupakan tipe paranoid.
Halusinasi menetap selama 15 tahun walaupun dengan terapi antipsikotik sehingga
memunculkan diagnosis Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan.
Berdasarkan keluhan pasien, diagnosis banding yang mungkin adalah Skizoafektif tipe Depresif
dan Skizofrenia Residual. Gangguan Skizoafektif tipe Depresif mungkin menjadi diagnosis
banding karena pasien juga mengeluh sering melamun dan tidak berminat dalam pergaulan.
Namun, diagnosis ini tersingkirkan karena gambaran keluhan halusasinasi dan waham lebih
dominan daripada gangguan mood. Diagnosis banding skizofrenia residual dapat dipikirkan
karena pasien memiliki riwayat episode skizofrenia yang nyata sebelumnya dan saat ini pasien
datang gejala negatif berupa afek yang menumpul. Namun diagnosis ini tersingkirkan karena
waham dan halusinasi masih menetap.
16
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F20.59 Skizofrenia Residual Periode Pengamatan Kurang dari Satu Tahun
F25.1 Gangguan Skizoafektif tipe Depresif
TERAPI
Psikoterapi Suportif
PROGNOSIS
Quo vitam dubia ad bonam, quo functionam ad malam, quo sanationam ad malam