Anda di halaman 1dari 5

Struktur

PANJANG EFEKTIF UNTUK TEKUK TORSI LATERAL BALOK BAJA DENGAN


PENAMPANG I
(230S)

Paulus Karta Wijaya1

1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl.Ciumbuleuit 94Bandung
Email: paulusk@unpar.ac.id ; paulusk@bdg.centrin.net.id

ABSTRAK
Salah satu kriteria perancangan balok baja adalah stabilitas, yaitu tekuk torsi lateral. Momen lentur
pada saat terjadi tekuk torsi lateral disebut momen kritis. Besarnya momen kritis digunakan sebagai
kriteria disain. Bila material masih dalam kondisi elastis, momenkritis disebut momen kritis elastis.
Momen kritis elastis tersebut merupakan fungsi dari panjang tak terkekang, besaran penampang dan
kondisi batas pada kedua ujung balok tersebut dan distribusi momen lentur. Dalam peraturan baja
American Institute of Steel Construction(AISC Specification for Structural Steel Building) 2010
yang juga akan diadopsi ke dalam peraturan perancangan baja Indonesia, momen kritis tersebut
dihitung dengan menganggap kondisi batas pada kedua ujung bagian balok tak terkekang adalah
bersifat sendi, yaitu balok bisa berrotasi pada arah sumbu kuat maupun sumbu lemah dan warping
pada kedua ujung tidak ditahan. Bilamana kondisi batas kedua ujung tersebut rotasi dan warping
ditahan, maka pengaruhnya dapat diperhitungkan dengan menggunakan faktor panjang efektif
seperti halnya pada batang tekan. Dalam makalah ini dilakukan studi tentang faktor panjang efektif
untuk balok yang ujungnya terjepit. Studi dilakukan dengan melakukan analisis stabilitas
menggunakan metode elemen hingga untuk berbagai macam balok. Analisis tekuk yang dilakukan
adalah analisis tekuk bifurkasi yaitu momen kritis adalah nilai eigen dari sistem persamaannya
kesimbangannya. Dari studi ini didapat disimpulkan bahwa metode panjang efektif untuk kasus
momen seragam memberikan hasil yang tepat untuk kasus beban terpusat memberikan hasil bersifat
tidak konservatif dan tidak aman.
Kata kunci: tekuk torsi lateral, momen kritis, kondisi batas, panjang efektif.

1. PENDAHULUAN
Salah satu kriteria dalam perancangan balok baja adalah tekuk torsi lateral. Tekuk torsi lateral adalah gejala dimana
pada suatu balok yang dibebani secara transversal, pada suatu level pembebanan tertentu tiba tiba balok tersebut
mengalami perpindahan lateral disertai puntir sebelum tercapainya momen plastis. Besarnya momen lentur saat
terjadinya tekuk torsi lateral tersebut disebut momen kritis. Momen kritis inilah yang dijadikan limit state dalam
perancangan balok baja. Momen kritis dibedakan menjadi momen kritis elastis dan momen kritis inelastis. Bila
akibat momen kritis tegangan yang terjadi pada balok besarnya lebih kecil dari tegangan leleh maka momen kritis
tersebut disebut momen kritis elastis, tetapi bila akibat momen kritis tegangan pada balok sudah ada yang mencapai
tegangan leleh, momen kritisnya disebut momen kritis inelastis. Dalam metode disain yang ada sekarang, kurva
momen kritis yang digunakan untuk disain diperoleh dari kurva momen kritis elastis yang kemudian dipetakan
menjadi kurva momen kritis untuk disain yang mencakup momen kritis elastis dan inelastis. Oleh karena itu studi
tentang momen kritis biasanya dilakukan untuk momen kritis elastis.
Besarnya momen kritis elastis ditentukan oleh parameter besaran elastis (modulus elastisitas dan modulus geser),
besaran penampang (momen inersia terhadap sumbu lemah, konstanta torsi, konstanta warping), panjang balok,
kondisi batas dan distribusi momen lentur. Dalam AISC Specification for Structural Steel Building 2010 maupun
sebelumnya persamaan untuk menghitung momen kritis diperoleh dengan menganggap kondisi batas adalah pada
ujung balok perpindahan lateral dan rotasi puntir ditahan, rotasi lentur diarah sumbu lemah tidak ditahan, dan
warping tidak ditahan. Kondisi batas ini bila diperhitungkan akan mempengaruhi besarnya momen kritis elastis
secara cukup signifikan. Dalam kenyataan, kondisi ujung tersebut memang rotasi terhadap sumbu lemah dan
warping tidak sungguh sungguh bebas sehingga sebenarnya momen kritis akan lebih besar dari pada momen kritis
yang dihitung. Kadang kadang dapat juga kondisi batas secara sengaja dibuat (direkayasa) misalnya warping
dikekang dengan menggunakan pengaku. Untuk memperhitungkan besarnya pengaruh kondisi batas ini digunakan
konsep panjang efektif (Ziemian, 2010).

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 293
Struktur

Dari parameter parameter yang mempengaruhi besarnya momen kritis, parameter panjang balok merupakan
parameter yang sangat dominan. Untuk meningkatkan besarnya momen kritis biasanya dipasang satu atau lebih
tumpuan lateral pada balok untuk mencegah perpindahan lateral ditempat tumpuan lateral itu berada. Dengan
demikian parameter panjang balok berubah menjadi panjang tak tertumpu yaitu jarak antara tumpuan lateral
tersebut.
Dalam AISC 2010 maupun sebelumnya, persamaan untuk memperkirakan besarnya momen kritis dilakukan dengan
meninjau bagian balok diantara dua tumpuan lateral dan ditinjau semua bagian, kemudian momen kritis terkecil
adalah momen kritis untuk balok secara keseluruhan. Dalam meninjau bagian balok, ujung bagian balok inipun
dianggap bebas untuk rotasi lentur dan warping. Ini adalah suatu contoh lain diabaikannya kondisi batas dalam
menghitung momen kritis AISC.
Dalam makalah ini disajikan hasil suatu studi tentang panjang efektif untuk memperhitungkan kondisi batas balok.
Metode yang digunakan adalah metode elemen hingga.

2. PANJANG EFEKTIF BALOK


Besarnya momen kritis elastis pada balok untuk momen seragam telah diselesaikan oleh Timoshenko (Tomishenko
1963) dan menghasilkan persamaan sebagai berikut,

  EC w  2 &
M ocr  EI y GJ1  ' (1)
L  GJ L2 '
 (

Dengan L adalah panjang balok, I y adalah momen inersia terhadap sumbu lemah, J adalah konstanta torsi, C w
adalah konstanta warping (warping constant), E adalah modulus elastisitas dan G adalah modulus geser.
Persamaan ini merupakan solusi eksak persamaan diferensial tekuk torsi lateral balok dan diadopsi oleh peraturan
AISC 2010. Mengingat sering digunakan tumpuan lateral maka panjang balok telah disubstitusi menjadi panjang tak
tertumpu L b (jarak antara dua tumpuan lateral berturutan). Untuk memperhitungkan pengaruh distribusi momen
yang tidak seragam, digunakan faktor modifikasi untuk momen tidak seragam C b sehingga persamaan (1) menjadi
(AISC 2010),

  EC w  2 &
M ocr  C b EI y GJ1  ' (2)
Lb  GJ 2 '
Lb (

dengan
12.5 M max
Cb  (3)
2.5 M max  3 M A  4 M B  3 M C

Perlu disadari bahwa dengan menggunakan faktor modifikasi momen tidak seragam C b maka momen kritis yang
dihitung dengan persamaan (2) menghasilkan nilai pendekatan dimana untuk beberapa kasus dapat menjadi tidak
konservatif. Bila kondisi batas pada ujung balok hendak diperhitungkan, AISC tidak memberikan persamaan, tetapi
Guide to Stability Design Criteria (Ziemian, 2010) memberikan persamaan sebagai berikut,

  EC w 2 &
M cr  C b EI y GJ1  ' (4)
K y Lb  GJ ( K L ) 2 '
 z b (

Dengan K y adalah koefisen panjang efektif untuk lentur diarah sumbu y, K z adalah koefisien panjang efektif
untuk torsi. Jadi ada dua panjang efektif yaitu panjang efektif untuk lentur diarah sumbu y dan panjang efektif untuk
torsi. Hal ini sesuai dengan adanya dua perpindahan yang berkaitan dengan tekuk torsi lateral yaitu perpindahan
lateral (menyebabkan momen lentur terhadap sumbu lemah) dan warping. Untuk kondisi batas dimana lentur
terhadap sumbu y dan warping ditahan atau kombinasinya, nilai panjang efektif disajikan pada Tabel 1. Tabel ini
dibuat berdasarkan uraian pada Guide to Stablity Design Criteria for Metal Structures (Ziemian 2010) yang
kemudian disini disajikan dalam bentuk tabel.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


S - 294 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Struktur

Tabel 1. Panjang efektif balok


Rotasi thd sb y warping Ky Kz
Kasus 1 bebas bebas 1 1
Kasus 2 bebas ditahan 1 0,5
Kasus 3 ditahan bebas 0,5 1
Kasus 4 ditahan ditahan 0,5 0,5

Untuk kasus yang ditampilkan pada Tabel 1, kondisi batas kedua ujung adalah sama.
Untuk kasus adanya tumpuan lateral diantara kedua ujung balok, momen kritis harus dihitung dengan cara cara yang
rasional. Salah satu cara yang disajikan adalah dengan menggunakan grafik alignment yang biasa digunakan untuk
menghitung panjang efektif kolom dari rangka kaku tak bergoyang (Ziemian, 2010). Hasil studi yang dilakukan oleh
Wijaya (Wijaya, 2013) untuk metode ini menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus menjadi terlalu konservatif.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis tekuk elastis atas beberapa buah balok baja dengan berbagai kondisi
batas dan berbagai pembebanan. Analisis dilakukan dengan metode elemen hingga yang dibantu dengan program
SAP v14. Elemen yang digunakan adalah elemen cangkang tipis. Dari analisis tekuk tersebut didapat momen kritis
dan kemudian dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan panjang efektif.
Momen kritis yang diperoleh dari program SAP adalah momen kritis bifurkasi yaitu merupakan Nilai Eigen dari
masalah tekuk tersebut.

4. STUDI KASUS
Studi kasus dilakukan untuk balok terbuat dari IWF400x200x8x13. Panjang balok adalah 12 meter. Analisis
dilakukan untuk beberapa kondisi ujung balok dan satu kasus tumpuan lateral.
Balok A : Beban momen merata
Balok B : Beban terpusat ditengah bentang
Kedua balok diberi berbagai tumpuan sebagaimana dinyatakan dalam Tabel 2
Dalam tabel tersebut tumpuan kiri da tumpuan kanan adalah menyangkut rotasi terhadap sumbu kuat. Ky sama
dengan 1 menyatakan rotasi terhadap sumbu lemah tidak ditahan sedangkan Ky sama dengan 0,5 adalah. K
Tabel 2. Kasus yang dianalisis dan tumpuannya
Kasus Tumpuan kiri Tumpuan Rotasi thd Warping
kanan sumbu lemah
A-1 sendi rol bebas bebas
A-2 sendi rol ditahan ditahan
B-1 sendi rol bebas bebas
B-2 sendi rol ditahan ditahan
B-3 jepit jepit bebas bebas
B-4 jepit jepit ditahan ditahan

5. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis tekuk dengan metode elemen hingga disajikan dalam Tabel 3 dan Tabel 4. Dalam table tersebut yang
dimaksud dengan persamaan AISC adalah persamaan 2 yaitu bila ujung balok bebas berotasi terhadap sumbu lemah
dan warping untuk semua kasus. dan analisis dengan metode elemen hingga memperhitungkan kondisi batasnya.
Untuk metode panjang efektif adalah menggunakan persamaan 4 dengan nilai K sesuai kondisi tumpuan menurut
Tabel 2.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 295
Struktur

Tabel 3. Momen kritis hasil analisis metode elemen hingga (MEH) dibanding persamaan AISC
Kasus AISC MEH (MEH-
AISC)/AISC (%)
(N-cm)
A-1 9606244 9412700 -2
A-2 9606244 25294699 163
B-1 12639790 12677736 0,3
B-2 12639790 26241975 163
B-3 18473547 14450678 -21
B-4 18473547 23741250 28,5

Tabel 4. Momen kritis hasil metode elemen (MEH) hingga disbanding metode panjang efektif(MPE)
Kasus MEH Ky=Kz MPE (MPE-
MEH)/MEH
A-1 9412700 1 9606244 2
A-2 25297255 0,5 25294699 -0,01
B-1 12677736 1 12639790 -0,3
B-2 26241975 0,5 33282486 21
B-3 14450678 1 18473547 28
B-4 23741250 0,5 48643651 104

Kasus A-1 adalah balok dengan momen seragam. Untuk kondisi dimana kedua ujung dan rotasi terhadap sumbu
lemah tidak ditahan, hasil metode elemen hingga dan persamaan 2 memberikan yang cocok yaitu selisih sebesar 2%
saja. Hal ini menunjukkan pemodelan elemen hingga telah konvergen. Kasus A-1 ini untuk memverifikasi
penggunaan metode elemen hingga.
Kasus A-2 adalah balok dengan momen seragam dimana rotasi terhadap sumbu kuat bersifat sendi tetapi rotasi
terhadap sumbu lemah dan warping ditahan. Selisih hasil metode elemen hingga terhadap hasil persamaan AISC
(tanpa koefisien panjang efektif) adalah 163%. Disini dapat disimpulkan bahwa mengabaikan efek jepitan
memberikan hasil yang sangat konservatif. Tetapi bila dibanding dengan metode panjang efektif maka selisih hanya
0,01%. Maka untuk kasus A-2 ini metode panjang efektif memberikan hasil yang akurat.
Untuk kasus B-1 yaitu balok dengan beban terpusat, selisih hasil metode elemen hingga terhadap hasil dengan
persamaan 2 adalah 0,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pemodelan elemen hingga telah konvergen. Kasus B-2 ini
juga untuk verifikasi metode elemen hingga. Metode panjang efektif memberikan hasil yang sama karena nilai K
sama dengan satu.
Untuk kasus B-2 yaitu rotasi terhadap sumbu lemah dan warping ditahan, maka selisih terhadap persamaan 1
(AISC) adalah 163%. Ini berarti pengabaian kondisi ujung memberikan hasil yang sangat konservatif. Kesimpulan
ini cocok dengan kasus A-2. Selisih dengan metode panjang efektif adalah sebesar 21% dimana metode elemen
hingga lebih kecil. Mengingat besaran Cb adalah pendekatan, maka hasil elemen hingga harus dianggap sebagai
yang lebih benar. Dalam hal ini, persamaan 1 memberikan hasil yang tidak akurat dan difihak yang tidak aman.
Kesimpulan lebih lanjut adalah bahwa koefisien Cb tidak konservatif untuk kasus balok dengan ujungnya dijepit
terhadap sumbu lemah.
Untuk kasus B-3 Selisih hasil metode elemen hingga dengan persamaan 1 (atau persamaan 2 dengan K = 1) adalah
28% dimana persamaan 1 memberikan hasil yang tidak aman (lebih besar). Karena untuk momen seragam hasil
kedua metode adalah cocok, maka disini juga disimpulkan bahwa koefisien C b tidak akurat dan bersifat tidak
konservatif untuk beban terpusat dengan tumpuan kedua ujungnya jepit.
Untuk kasus 4, selisih metode elemen hingga terhadap persamaan 1 adalah 28,5% dimana persamaan 1 lebih
konservatif. Selisih hasil metode elemen hingga terhadap metode panjang efektif adalah 104% dimana metode
panjang efektif berada difihak yang tidak aman.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


S - 296 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Struktur

6. KESIMPULAN
Dari beberapa studi kasus yang telah dipelajari, dapat disimpulkan hal hal sebagai berikut.
1. Kondisi tumpuan jepit memberikan peningkatan momen kritis yang cukup signifikan sehingga seharusnya
tidak diabaikan.
2. Untuk kasus balok dengan beban momen seragam, metode panjang efektif memberikan hasil yang akurat
untuk balok dengan ujung ditahan untuk rotasi terhadap sumbu lemah dan warping. Ini berarti koefisien
panjang efektif sebesar 0,5 sudah tepat.
3. Untuk balok dengan beban terpusat dengan kondisi ujung rotasi terhadap sumbu kuat dan juga sendi
terhadap sumbu lemah dan warping , metode panjang efektif memberikan hasil yang tidak aman. Ini berarti
factor modifikasi momen tidak seragam C b yang tidak cocok.
4. Untuk kasus tumpuan kedua ujung adalah jepit, momen kritis dari metode panjang efektif memberikan
hasil yang sangat tidak aman. Mengingat untuk kasus momen seragam sudah cocok maka berarti faktor
modifikasi momen tidak seragam C b yang tidak cocok.

DAFTAR PUSTAKA
Timoshenko, Gere, Theory of Elastic Stability, McGraw-Hill, 1963.
AISC (2010), Specification for Structural Steel Building, AISC.
Ziemian (2010), “Guide To Stability Design Criteria for Metal Structures” ,6th Ed, John Wiley and Son.
Wijaya, P.K. (2010) : “Lateral Torsional Buckling Of Web Tappered I Beam”, Proceedings of 3rd International
Conference of European Asian Civil Engineering Forum. Yogyakarta.
Wijaya, P.K. (2013), “Critical Moment of I Steel Beam Considering Continuity Effects”, Proceeding of 6 th Civil
Engineering Conference in Asia Region, Jakarta.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 297

Anda mungkin juga menyukai