DR Yessy Saputri Depresi Berat DGN Gejala Psikotik
DR Yessy Saputri Depresi Berat DGN Gejala Psikotik
Oleh :
dr. Yessy Saputri
Pembimbing :
dr.Khairiadi, Sp.KJ
Pendamping :
dr. Suriadi Umar, Sp.A
dr. Erlinawati, Sp.S
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Diajukan sebagai salah satu syarat
dalam pelaksanaan program dokter internship wahana RSUD Sigli
Oleh :
dr. Yessy Saputri
Menyetujui :
Dokter Pembimbing :
dr.Khairiadi, Sp.KJ
Nip.19690619 2002 12 1 002
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke
Adapun judul laporan kasus ini adalah “Depresi Berat dengan Gejala
Psikotik”. Tugas ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani Program
Sp.KJ, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan
Dengan kerendahan hati, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kami tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun.
Terima kasih.
Sigli, Maret
2018
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
2020, akan menjadi penyebab utama yang kedua.¹ Depresi berat mungkin sama
melumpuhkan seperti halnya penyakit kronis lain dalam hal waktu yang dihabiskan
di tempat tidur dan hilangnya produktivitas kerja. Biaya tahunan untuk depresi di
wanita 10% - 25% dan pada laki – laki 5% - 12%. Walaupun depresi lebih sering
pada wanita, bunuh diri lebih sering pada laki – laki terutama usia muda dan tua.
Faktor – faktor yang diduga berperan pada terjadinya gangguan depresi ini,
perkawinan, pekerjaan, dan lain lain), faktor kepribadian, genetik, dan biologik
sebagian besar negara, data yang tersedia menunjukkan variabilitas yang tinggi
dalam tingkat prevalensi. Prevalensi seumur hidup berkisar antara 1,5 % (Taiwan)
sampai 19,0 % (Beirut). Prevalensi 12 bulan berkisar antara 0,8 % (Taiwan) sampai
dirawat oleh spesialis, hampir 50% pasien tidak sembuh dalam kurun waktu 6 bulan
dan 10% memiliki perjalanan penyakit yang kronis. Para peneliti meyakini bahwa
lebih dari setengah kasus bunuh diri terjadi pada orang yang mengalami depresi. Ini
kebanyakan orang, penyakit ini bisa diobati. Ketersediaan pengobatan yang efektif
dan pemahaman yang lebih baik tentang dasar biologis terjadinya depresi dapat
mengurangi hambatan dalam deteksi dini, diagnosis yang akurat serta keputusan
a. Faktor Biologis
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang
penting dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi biokimia
yaitu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi antar
neuron di otak. Jika neurotransmitter ini berada pada tingkat yang normal, otak akan
bekerja secara harmonis. Berdasarkan riset, kekurangan neurotransmitter serotonin,
norepinefrin dan dopamin dapat menyebabkan depresi. Disatu sisi, jika
neurotransmitter ini berlebihan dapat menyebabkan gangguan manik. Selain itu
antidepresan trisiklik dapat memicu mania.5
Serotonin adalah neurotransmitter aminergic yang paling sering
dihubungkan dengan depresi. Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi.
Pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin
yang rendah di cairan serebrospinalnya. Pada penggunaan antidepresan jangka
panjang terjadi penurunan jumlah tempat ambilan kembali serotonin.
Norepinefrin. Korelasi yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara
regulasi turun (down-regulation) reseptor adrenergic-beta dan reseptor
antidepresan klinik kemungkinan merupakan bagian data yang paling memaksakan
yang menyatakan adanya peranan langsung sistem noradrenergik dalam depresi.
Jenis bukti lain juga telah melibatkan reseptor adrenergic-alfa2 dalam depresi,
karena aktivasi reseptor tersebut menyebabkan penurunan jumlah norepinefrin
yang dilepaskan.
Reseptor adrenergik-alfa2 juga berlokasi pada neuron serotonergic dan
mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Adanya noradrenergik yang hampir
murni, obat antidepresan yang efektif secara klinis sebagai contohnya, desipramine
(norpramine) mendukung lebih lanjut peranan norepinefrin di dalam patofisiologi
sekurangnya gejala depresi.
Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan depresi.
Data menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat
pada mania. Obat yang menurunkan kadar dopamin seperti reserpine dan pada
penyakit yang mengalami penurunan dopamin seperti Parkinson disertai juga
dengan gejala depresi. Obat – obat yang meningkatkan kadar dopamin seperti
tyrosin, amphetamine, bupropion menurunkan gejala depresi. Disfungsi jalur
dopamin mesolimbic dan hipoaktivitas reseptor dopamin tipe 1 (D1) terjadi pada
depresi.1,2
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi berat
berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik ( norepinefrin dan
serotonin ). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada beberapa pasien yang
bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah
serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit. Faktor neurokimia lain
seperti adenilate cyclase, phsphotidyl inositol, dan regulasi kalsium mungkin juga memiliki
relevansi penyebab.
Peneltian anak pra pubertas dengan gangguan depresif berat dan remaja-remaja dengan
gangguan mood telah menemukan kelainan biologis.1
Anak pra pubertas dalam suatu episode gangguan depresif berat mensekresikan hormon
pertumbuhan yang secara bermakna lebih banyak selama tidur dibandingkan dengan anak
normal dan anak dengan gangguan mental nondepresi. (1)
b. Faktor Genetika
Ada kecenderungan hubungan keluarga dekat dengan kejadian depresi 8-18% pasien
depresi memiliki sedikitnya satu keluarga dekat (ayah, ibu, kakak atau adik) yang memiliki
sejarah depresi.
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga
tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3
kali dibandingkan dengan populasi umum.
c. Faktor Psikososial
Faktor kepribadian
• kepribadian,
• psikodinamika,
Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa
dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan
usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak
berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan
yang mirip.
Faktor kognitif
Hipotesis permisif
Menurut teori ini kontrol emosi diperoleh dari keseimbangan antara
serotonin dan noradrenalin. Serotonin memiliki fungsi regulasi terhadap
noradrenalin , menentukan kondisi emosi , depresi kadar serotonin yang rendah
dapat menyebabkan kadar noradrenalin menjadi tidak normal yang dapat
menyebabkan gangguan mood depresi.
Jika kadar serotonin rendah, noradrenalin rendah depresi
Jika kadar serotonin rendah, noradrenalin tinggi manik.
Gambar 2 *Hippocampus : bagian otak di mana terdapat progenitor sel saraf yang
terus membelah dan membentuk sel saraf baru, diduga terkait dengan fungsi
memori .12
Peran glutamat dalam depresi :
Sistem glutamat terlibat dalam patofisiologi depresi dapat meningkatkan
levels NR2C sub unit pada pasien depresi. Ketamin adalah suatu antagonis reseptor
NMDA yang memiliki efek antidepresan dengan onset lebih cepat dibandingkan
antidepresan lainnya.
Faktor Resiko :
1. Jenis kelamin; Wanita mempunyai resiko lebih banyak dua kali dibanding pria
2. Umur ; Depresi mayor umumnya berkembang pada masa dewasa muda, dengan
usia rata-rata onsetnya adalah pertengahan 20 tahun.
3. Status Pernikahan (perceraian/perpisahan); Gangguan depresif sering terjadi
pada orang tanpa hubungan antarpersonal yang dekat atau pada orang yang
mengalami perceraian atau perpisahan.
Efek depresif,
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
f. Gangguan tidur
Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-
kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung lama.
2.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis depresi, perlu dilakukan pemeriksaan
mengenai kemungkinan penyebab yang berasal dari masalah medis, psikiatrik, atau
disebabkan karena obat/alkohol. Rasa tertekan/sedih karena kehilangan/kematian
orang yang dicintai pada orang normal akan sembuh dengan sendirinya sedangkan
jika gejala tetap bertahan sampai 2 bulan dan diikuti keinginan bunuh diri,
kemunduran psikomotor, kegagalan fungsional, perasaan tidak berguna dan gejala
psikotik maka mengarah pada penyakit depresi (major depressive episode).9
Diagnosa depresi ditegakkan jika :
1. Terdapat sedikitnya 5 gejala yang terjadi dalam waktu 2 minggu.
2. Gejala-gejala tersebut menyebabkan rasa tertekan yang signifikan atau
menyebabkan gangguan fungsi sosial, okupasional, atau fungsi lainnya.
3. Gejala bukan disebabkan karena adanya kondisi medis tertentu atau penggunaan
obat tertentu.
- kemunduran psikomotor
- perasaan tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak
semestinya
- secara berulang berpikir tentang ingin mati atau bunuh diri, atau usaha
bunuh diri
Meskipun keinginan/upaya wanita untuk bunuh diri 2-3 kali daripada pria,
“kesuksesan” pria utk bunuh diri 3 x lebih besar daripada wanita.
gambaran fisik (somatik) misalnya nyeri kepala, nyeri perut dan tegang
otot.
Efek depresif,
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
m. Gangguan tidur
Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-
kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung lama.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
1. Pedoman diagnostik untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik : (4)
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
2. Pedoman diagnostik untuk episode depresi berat dengan gejala psikotik (4)
- Episode depresif berat yang memenuhi kriteria tanpa gejala psikotik tersebut diatas ;
- Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresi. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa , kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara yang menghina
atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat
dapat menuju stupor.
F33.2 gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik
Kriteria diagnostik
- Kriteria gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik
- Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberap bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna
F33.3 gangguan depresif berulang episode kini berat dengan gejala psikotik.
Kriteria diagnostik:
- Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode
sekarang haryus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejala psikotik dan
- Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan
afektif yang bermakna
5. Penarikan sosial
6. Perilaku berisiko
7. Bunuh diri
Efek sampingnya lebih sedikit dan biasanya lebih aman digunakan pada
penderita depresi yang disertai kelainan jiwa. Efek samping yang terjadi berupa
mual, diare dan sakit kepala ringan dan akan segera menghilang jika pemakaian
obat dilanjutkan. SSRIs efektif digunakan pada depresi yang disertai oleh kelainan
jiwa seperti penyakit obsesif-kompulsif, penyakit panik, fobia sosial, bulimia.
Efek samping utama dari SSRIs adalah sering menyebabkan penurunan
gairah seks/libido.1
c. Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)
Obat ini mudah diabsorbsi dalam bentuk oral. Regenerasi enzim yang
dinonaktifkan secara irreversible biasanya terjadi beberapa minggu setelah
penghentian pengobatan. Obat ini dimetabolisme dan diekskresi dengan cepat
melalui ginjal. MAOI bekerja di presinaps dengan menghambat enzim yang
memecah serotonin sehingga jumlah serotonin yang dilepaskan di celah sinaps
bertambah dan dengan demikian yang diteruskan ke pasca sinaps juga bertambah.
Contoh obat MAOI adalah Moclobomide (Aurorix) dengan dosis 300 – 600
mg/hari. Efek samping yang mungkin terjadi pada kelompok MAOI yang klasik
adalah
- Hipotensi dan hipertensi
- Gangguan hepar
- Gangguan otonom
- Gangguan sistem saraf
- Gangguan hematologi
MAOI dan SSRI jangan diberikan bersamaan karena dapat terjadi bahaya
sindrom serotonin yang dapat mematikan. Diperlukan waktu enam minggu sebelum
menggunakan obat lain.1,6
Cara Kerja
Depresi terjadi karena rendahnya kadar serotonin di pasca sinaps. Secara
umum anti depresan bekerja pada sistem serotonin dengan meningkatkan jumlah
serotonin di pasca sinaps. Golongan trisiklik dan tetrasiklik bersifat serotonergic
dengan menghambat ambilan kembali (reuptake) neurotransmitter yang dilepaskan
di pasca sinaps tetapi tidak selektif sehingga kemungkinan muncul berbagai efek
samping yang tidak diharapkan semakin besar.
Sementara SSRI bekerja dengan cara yang sama tetapi hambatan bersifat
selektif terhadap neurotransmitter serotonin (5HT2). Kelompok MAOI bekerja di
presinaps dengan menghambat enzim yang memecah serotonin sehingga jumlah
serotonin yang dilepaskan di celah sinaps bertambah dan dengan demikian yang
diteruskan ke pasca sinaps juga bertambah.
PSIKOTERAPI
Pengobatan psikoterapi yang diberikan bersamaan dengan pemberian obat
antidepresan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan psikoterapi
secara sendirian. Psikoterapi individual maupun kelompok bisa membantu
penderita secara bertahap untuk memulai kembali kehidupan dan tanggung
jawabnya, serta menyesuaikan diri dengan beban hidup yang wajar dan biasa.
Banyak penelitian menyatakan bahwa kombinasi psikoterapi dengan farmakoterapi
adalah terapi yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. 7
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek seperti terapi interpersonal, terapi
kognitif, dan terapi perilaku telah diteliti manfaatnya dalam terapi gangguan depresi
berat. Pada psikoterapi interpersonal dikembangkan oleh Gerald Klerman,
penderita diberikan dukungan oleh lingkungannya untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan dalam hidupnya.
Terapi ini memusatkan pada satu atau dua masalah interpersonal yang
sekarang dialami oleh pasien dengan anggapan bahwa masalah interpersonal
sekarang ini memiliki hubungan dengan awal yang disfungsional dan masalah
interpersonal sekarang mungkin terlibat dalam mencetuskan atau memperberat
gejala depresi sekarang. Beberapa percobaan menyatakan bahwa terapi
interpersonal efektif dalam pengobatan gangguan depresi berat. Program terapi
interpersonal biasanya terdiri dari 12 sampai 16 sesion.
Terapi kognitif awalnya dikembangkan oleh Aaron Back. Tujuan terapi ini
adalah menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurensinya dengan
membantu pasien mengidentifikasi uji kognitif negatif, mengembangkan cara
berpikir alternatif, fleksibel, bisa membantu mengubah pikiran negatif dan rasa
putus asa dengan pikiran dan perilaku yang positif sehingga meningkatkan daya
juang dan semangat hidup. 10
Untuk depresi yang lebih ringan, psikoterapi saja bisa memberikan hasil
yang baik dan efektif sama dengan terapi obat – obatan. Untuk pasien dengan
gangguan depresif yang parah, menurut NIHM Treatment of Depression
Collaboration Research Program menemukan bahwa kombinasi terapi kognitif
dengan farmakoterapi atau hanya farmakoterapi saja, merupakan terapi terpilih.
Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku maladaptif
menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat
dan kemungkinan menerima penolakan. Dengan memusatkan terapi pada perilaku
maladaptif ini, pasien akan belajar untuk berfungsi dengan cara tertentu sehingga
mereka akan mendapat dorongan yang positif.
Data saat ini menyatakan terapi perilaku adalah modalitas pengobatan yang
efektif untuk gangguan depresif berat.1,2
TERAPI ELEKTROKONVULSIF
Indikasi ECT yang paling lazim adalah gangguan depresif berat. Untuk
gangguan ini, karena ECT adalah terapi yang tercepat dan paling efektif yang
tersedia. ECT harus dipertimbangkan untuk digunakan pada pasien yang telah gagal
dengan pengobatan, tidak menoleransi obat, memiliki gejala yang berat atau
psikoik, memiliki kecenderungan akut untuk bunuh diri atau membenuh, atau
memiliki gejala agitasi atau stupor yang nyata.
Teknis terapi ini adalah dengan memasang elektroda di kulit kepala, lalu
diberi aliran listrik untuk merangsang peningkatan arus listrik di dalam otak. Efek
kejang yang timbul dapat membuat depresinya berkurang. Kemungkinan kejang
buatan ini memutus atau mengacaukan sambungan aliran impuls depresi di otak.
ECT bisa menyebabkan hilangnya ingatan untuk sementara waktu. Pengobatan
dengan ECT dilakukan sebanyak 5-7 kali. Aliran listrik bisa menimbulkan efek
kontraksi otot dan nyeri, karena itu penderita dibius total selama pengobatan ECT.
Sebelum terapi pasien tidak boleh diberikan apapun melalui mulut selama 6
jam sebelum terapi. Tepat sebelum prosedur dilakukan, mulut pasien harus
diperiksa adanya gigi palsu atau benda asing lain, dan jalur intravena harus
dipasang. Batang untuk gigitan dimasukkan ke dalam mulut tepat sebelum terapi
dilakukan untuk melindungi gigi dan lidah pasien selama bangkitan. Kecuali untuk
interval singkat stimulasi listrik, oksigen 100 persen harus diberikan dengan laju 5
L per menit selama prosedur sampai kembalinya pernapasan spontan. Peralatan
gawat darurat untuk jalan napas harus segera tersedia jika diperlukan.
Obat antikolinergik muskarinik diberikan sebelum ECT untuk
meminimalkan sekresi mulut dan pernapasan serta untuk menyekat bradikardia dan
asistol. Obat yang lazim digunakan adalah atropine yang diberikan sebesar 0,3
sampai 0,6 mg im atau subkutan 30 hingga 60 menit sebelum anastetik atau 0,4
sampai 1,0 g IV 2 atau 3 menit sebelum anestesi.
Anestesi umum dan oksigenasi diperlukan untuk ECT. Kedalaman ECT
seringan mungkin, selain untuk meminimalkan efek samping tetapi juga untuk
menghindari meningkatnya ambang bangkitan akibat anestesik.Methohexital
adalah anastetik yang paling lazim digunakan karena durasi kerjanya yang lebih
singkat dan lebih jarang menyebabkan aritmia pascaiktal dibandingkan thiopental,
meskipun perbedaan efeng samping tidak diterima secara universal. Empat
alternative anestesi lain adalah etomidate, ketamine, alfetanil, dan propofol.
Setelah onset efek anestesi, relaksan otot biasanya diberikan untuk
meminimalkan reesiko patah tulang dan cedera lain akibat aktivitas motoric selama
bangkitan.
Pasien dengan lesi desak ruang di SSP memiliki risiko yang meningkat
untuk mengalami edema dan herniasi otak. Pasien yang memiliki tekanan
intraserebral yang meningkat atau memiliki resiko terjadinya perdarahan serbral.
Pasien dengan infark miokardium merupaka kelompok resiko lainnya.Pasien
dengan hipertensi harus distabilkan dengan obat antihipertensif sebelum ECT.1,2
Gambar 3 Algoritme tatalaksana Depresi 6
Evaluasi obat :
LINI PERTAMA
Antidepresan trisiklik (ATS)
Contoh : amitriptilin, klomipramin, imipramin, nortriptilin
• Antidepresan trisiklik (ATS) terbukti efektif dalam mengatasi semua tipe depresi,
terutama gangguan depresi jenis melankolis yang berat
• Semua ATS mempotensiasi aktivitas NE dan 5-HT dengan cara memblok re-
uptakenya
• ATS juga mempengaruhi system reseptor lain, maka selama terapi dengan ATS
sering dilaporkan adanya efek samping pada sistim kolinergik, neurologik dan
kardiovaskuler efek samping umum : antikolinergik dan hipotensi orthostatik.
• Efikasinya setara dengan ATS pasien yg gagal dengan ATS mungkin akan
berespon baik terhadap SSRI atau sebaliknya
Lini kedua
• Golongan antagonis 5-HT atau mixed re-uptake inhibitors :
Lini ketiga
• Golongan MAO inhibitors : fenelzin, moklobemid (di Ind), tranilsipromin
• MAO inhibitors memiliki spektrum aktivitas yang berbeda dengan ATS
lebih bnyk digunakan untuk depresi atypical (dgn tanda-tanda: mood
reactivity, irritability, hypersomnia, hyperphagia, dll)
• Trazodon, nefazodon, dan bupropion juga dapat dipilih karena efek samping
anti kolinergik dan efek kardiovaskulernya relatif rendah
• Dosis inisial pada pasien geriatri sebaiknya setengah dari dosis inisial untuk
dewasa, dan kemudian bisa ditingkatkan pelan-pelan
Pasien Hamil
• Secara umum, lebih baik digunakan terapi non-obat
• Laporan menunjukkan tidak ada gangguan pada janin jika digunakan pada
kehamilan
• Dari golongan TCA : Nortriptilin atau desipramin bisa dipilih karena sudah
banyak data tentang obat ini dan kadar terapetik plasmanya sudah diketahui
dgn baik.
Jika penggunaan TCA akan dihentikan, harus dikurangi dosisnya secara perlahan
untuk mencegah gejala putus obat. Jika mungkin tappering dapat dimulai 5-10 hari
sebelum hari perkiraan melahirkan.
Pencegahan kekambuhan:
• Sebuah studi meta-analysis terhadap percobaan pada 31 placebo-controlled
antidepressant menjumpai bahwa penggunaan antidepresan secara
berkelanjutan mengurangi resiko kambuh sebesar 70 %.
• The American Psychiatric Association menyarankan untuk terapi lanjutan
selama 4-5 bulan setelah hilangnya gejala.
• Fase lanjutan (continuation): terapi selama 4-9 bulan berikutnya pada dosis
terapi penuh dengan tujuan mencegah kekambuhan dan kembalinya gejala
depresi
• Fase pemeliharaan :
2.10 Prognosis
- Episode depresi yang ditangani dapat sembuh dalam 3 bulan, jika tidak
ditangani bisa sampai 6-12 bulan
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. ZA
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. RM : 2235011
Alamat : Ie Masen, Muara Tiga Sigli Pidie
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : tidak tetap
Agama : Islam
Suku : Aceh
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tanggal Masuk RS : 17 Januari 2018
Tanggal Pemeriksaan : 18 Januari 2018
I. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama : Tidak mau berbicara dan tidak mau makan
Keluhan Tambahan : kejang, mengamuk, Sulit tidur, gaduh gelisah, histeris
L. Riwayat Pekerjaan
Pasien saat ini tidak bekerja, pasien hanya tinggal di rumah. Pasien belum memiliki pekerjaan tetap.
M.Riwayat Perkawinan
N. Riwayat Keluarga
80
Simbol Genogram
60
31 20
Pasien
Skizofrenia
2. Status Neurologik
a. GCS : E4M6V5 = 15
b. Tanda Rangsang Meningeal : (-)
c. Peningkatan Tekanan Intra Kranial : (-)
d. Mata : Pupil bulat, isokor (+), Ø 3mm/ 3mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+).
e. Motorik : Dalam batas normal
f. Sensibilitas : Dalam batas normal
g. Fungsi-fungsi luhur : Dalam batas normal
h. Gangguan khusus : (-)
B. KeadaanEmosi
1. Afek : Appropriate
2. Mood : iritable
3. Emosi :
Arus : Baik
Pengendalian : Baik
Stabilitas : Baik
Empati : Terganggu
C. Pembicaraan
Spontan (+) Logorhoe (+)
D. Pikiran
1. Proses pikir
- Koheren : (+)
- Neologisme : (-)
- Sirkum stansialitas : (-)
- Asosiasi longgar : (-)
- Flight of ideas : (-)
- Blocking : (+)
2. Isi pikir
- Cukup ide : (+)
- Kemiskinan ide : (-)
- Preokupasi : (-)
- Waham
1. Waham bizarre : (-)
2. Waham somatik : (-)
3. Waham paranoid
- Waham persekutorik : (+)
- Waham kebesaran : (-)
- Waham referensi : (+)
4. Thought
- Thought withdrawal : (-)
- Thought insertion : (-)
- Thought broadcasting : (-)
- Thought echo : (-)
5. Delution
- Delution of control : (-)
- Delution of influence : (-)
- Delution of passivity : (-)
- Delution of perception : (-)
E. GangguanPersepsi
1. Halusinasi
- Halusinasi auditorik : (+)
- Halusinasi visual : (+)
- Halusinasi taktil : (+)
- Halusinasi olfaktorik : (-)
2. Ilusi : (-)
F. Fungsi Intelektual
1. Intelektual : Baik
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
- Diri : Baik
- Tempat : Baik
- Waktu : Baik
4. Daya ingat
- Seketika : Baik
- Jangka pendek : Baik
- Jangka panjang : Tidak Baik
5. Pikiran abstrak : Sulit dinilai
6. Bakat kreatif : Sulit dinilai
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai :Baik
3. Penilaian realitas : Baik
H. Tilikan (Insight)
T1 : Penyangkalan penyakit sama sekali.
I. Judgement: Baik
IV. RESUME
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Tgk. Chik Ditiro dibawa oleh
keluarganya karena tidak mau bicara dan makan di rumah dan sering keluar malam.
Tidak mau mengurus diri dan sering termenung. Selain itu pasien juga mengatakan
sering berbicara sendiri. Dari hasil alloanamnesa pasien sering berbicara sendiri,
susah tidur dan sering terbangun malam. Pasien juga sering lupa dengan aktivitas
yang baru dikerjakan.
Selama di RSU TGK CHIK DITIRO pasien kejang selama 5 menit
sebanyak 2 kali. Kejang pada seluruh tubuh. Sebelumnya di rumah keluarga juga
mengatakan pasien pernah kejang sebanyak 1 kali sekitar 3-5 menit. Selama ini
pasien juga mendengar bisikan, ada yang memanggil dirinya untuk melakukan
sesuatu seperti merokok, marah-marah dan mengganggu dirinya. Suara bisikan itu
muncul pada saat pasien sedang tidur atau pada saat pasien sendiri.
Pasien juga mengamuk, sulit tidur gaduh gelisah dan histeris dirumah. Hal
ini sudah terjadi sejak seminggu ini dan memberat dalam 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Selain itu pasien juga mengatakan pasien melihat sosok pria dan
berbicara dengannya.
Pasien merasakan bahwa sosok pria tersebut adalah kiriman dari saudaranya
yang selalu mengusiknya dan mengikutinya. Pasien juga pernah merasakan seperti
disentuh dan didorong oleh bisikan tersebut agar melakukan hal yang disuruh
bisikan.
Menurut alloanamnesis sebagian informasi sama dengan yang dikatakan pasien.
Status mental pasien : Afek :Appropriate, Mood: hipotimik, Proses pikir:
koheren, Halusinasi auditorik: (+), halusinasi olfaktorik (-),halusinasi taktil (+),
halusinasi visual (+), Ilusi (-), Insight T1
V. DIAGNOSIS BANDING
1. F32.3 Depresi berat dengan gejala psikotik + epilepsi
2. F25.1 Gangguan Skizoafektif tipe depresi + epilepsi
EVALUASI MULTIAKSIAL
Axis I : F32.3 depresi berat dengan gejala psikotik
Axis II : tidak ada
Axis III : epilepsi
Axis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Masalah ekonomi
Axis V : GAF Scale 60-51 gejala sedang (moderate) disabilitas sedang.
VII.TATALAKSANA
a. Terapi psikofarmaka
- IV. Diazepam 10 mg
- Kalxetin 1 x 10 mg (P)
- Alprazolam 1 x 0,5 mg (M)
Terapi epilepsi (konsul neurologist) :
- IVFD Ringer laktat 20 tts/i
- IV. Diazepam 10 mg (Jika Kejang)
- Fenitoin 3 x 200 mg (jika tidak kejang)
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad malam
Afek : appropriate
mood : iritable
A : F32.3 Depresi berat dengan
gejala psikotik + epilepsi
Diagnosis depresi berat dengan gejala psikotik pada kasus ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa
pasien adalah laki-laki berusia 27 tahun. Depresi adalah suatu gangguan berulang
dan serius terkait dengan menurunnya fungsi dan kualitas hidup, morbiditas medis,
dan kematian.¹ Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan depresi sebagai
peringkat keempat penyebab disabilitas di seluruh dunia, dan diperhitungkan pada
tahun 2020, akan menjadi penyebab utama yang kedua.
Keluhan utama pada pasien ini Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Tgk.
Chik Ditiro dibawa oleh keluarganya karena tidak mau bicara dan makan di
rumah dan sering keluar malam. Tidak mau mengurus diri dan sering termenung.
Selain itu pasien juga mengatakan sering berbicara sendiri.Selama di RSU TGK
CHIK DITIRO pasien kejang selama 5 menit sebanyak 2 kali. Kejang pada
seluruh tubuh. Sebelumnya di rumah keluarga juga mengatakan pasien pernah
kejang sebanyak 1 kali sekitar 3-5 menit.
Selama ini pasien juga mendengar bisikan, ada yang memanggil dirinya
untuk melakukan sesuatu seperti merokok, marah-marah dan mengganggu dirinya.
Suara bisikan itu muncul pada saat pasien sedang tidur atau pada saat pasien sendiri.
Pasien juga mengamuk, sulit tidur gaduh gelisah dan histeris dirumah. Hal
ini sudah terjadi sejak seminggu ini dan memberat dalam 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Selain itu pasien juga mengatakan pasien melihat sosok pria dan
berbicara dengannya.
Pasien merasakan bahwa sosok pria tersebut adalah kiriman dari
saudaranya yang selalu mengusiknya dan mengikutinya. Pasien juga pernah
merasakan seperti disentuh dan didorong oleh bisikan tersebut agar melakukan hal
yang disuruh bisikan.
Pasien terkadang mengikuti perintah bisikan yang di dengarnya seperti
merokok yang banyak dan meminta uang pada orang tuanya, bila tidak diberikan
pasien mengamuk dan marah. Tidak ada riwayat mengkonsumsi ganja atau zat
lainnya.
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Hubungan pasien
dengan keluarga kurang baik. Kegiatan sehari-hari pasien hanya mengaji di tempat
tinggalnya. Pasien tidak mempunyai pekerjaan tetap.
Pada pemeriksaan fisik didapati ; Status mental pasien : Afek : Appropriate,
Mood: hipotimik, Proses pikir: koheren, Halusinasi auditorik: (+), halusinasi
olfaktorik (-),halusinasi taktil (+), halusinasi visual (+), Ilusi (-), Insight T1.
Depresi berat dengan gejala psikotik dapat didiagnosis dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan status psikiatri. Depresi dapat didiagnosis banding dengan
gangguan skizoafektif dan gangguan mood lainnya.
Kini pengobatan depresi tidak harus sampai dirawat di rumah sakit.
Penderita harus dirawat di rumah sakit apabila:
4. Memiliki kecenderungan untuk bunuh diri atau merencanakan tindakan
bunuh diri.
5. Penurunan ekstrim nafsu makan sehingga penderita terlalu lemah karena
berat badan turun drastis.
6. Memiliki resiko terjadinya keadaan gawat, misalnya penyakit jantung atau
stroke perdarahan karena penderita sangat gelisah.
Terapi depresi dengan pemberian obat-obatan sangat menolong dan
merupakan pilihan utama, atau dikombinasi dengan pengobatan lainnya seperti
psikoterapi dan terapi elektro konvulsif. Jika diperlukan dapat menggunakan
kombinasi dari ketiga jenis terapi tersebut.1
Prognosis Episode depresi yang ditangani dapat sembuh dalam 3 bulan, jika
tidak ditangani bisa sampai 6-12 bulan. Walaupun menggunakan obat, pada 20-
35% pasien mengalami gejala residual dan gangguan fungsi sosial.
BAB V
KESIMPULAN
Pasien laki-laki berusia 27 tahun dengan keluhan tidak mau bicara dan
makan di rumah dan sering keluar malam. Tidak mau mengurus diri dan sering
termenung. Selain itu pasien juga mengatakan sering berbicara sendiri.Selama di
RSU TGK CHIK DITIRO pasien kejang selama 5 menit sebanyak 2 kali. Kejang
pada seluruh tubuh. Sebelumnya di rumah keluarga juga mengatakan pasien pernah
kejang sebanyak 1 kali sekitar 3-5 menit.
Gejala utama depresi (pada derajat ringan, sedang dan berat); Efek depresif,
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan Berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya berupa Konsentrasi dan perhatian berkurang, Harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
Pandangan masa depan yang suram, Gagasan atau perbuatan membahayakan diri
atau bunuh diri, Gangguan tidur dan Nafsu Makan berkurang.