Anda di halaman 1dari 27

Laporan Studi Kasus ASI Eksklusif

Puskesmas Cilamaya Kabupaten Karawang


Periode Mei 2017

Pembimbing:
dr. Ernawati Hadi Susanto, MKes

Disusun oleh:
Dionisius
11.2015.045

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, Mei 2017
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya saya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
kewajiban dalam rangka Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana.
Makalah ini dibuat dengan pendekatan kedokteran keluarga. Semoga laporan yang saya
buat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dalam
penyelesaian makalah ini semua pihak yang turut membantu terselesainya makalah ini.
Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang saya buat ini,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga di masa
mendatang dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.

Jakarta, Mei 2017

Penyusun
Bab I
Pendahuluan

Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Childrens
Funds (UNICEF) dan World Health Organisation (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak
hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan. Makanan padat seharusnya
diberikan sesudah anak berumur enam bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak
berusia dua tahun.1 Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi lamanya,
dari pemberian ASI eksklusif selama empat bulan menjadi enam bulan, sesuai dengan
rekomendasi UNICEF dan WHO.2
Dalam laporan Riskesdas, disebutkan bahwa definisi menyusui eksklusif sesuai dengan
definisi WHO adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain
menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan).3
Pada Riskesdas 2010, menyusui eksklusif adalah komposit dari pertanyaan: bayi masih disusui,
sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau minuman selain ASI, selama 24 jam terakhir
bayi hanya disusui (tidak diberi makanan selain ASI). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
33 Tahun 2012 Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). ASI mengandung kolostrum yang kaya akan
antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam
jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.
Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat
sampai hari kesepuluh ASI mengandung imunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit
dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih putih.
Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim
tersendiri yang tidak akan menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim
sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi.
Untuk mendukung program ini, pada tahun 2012 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (PP Nomor 33 Tahun 2012).4 Dalam PP tersebut
diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan
program ASI, diantaranya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi
dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program pemberian ASI eksklusif.
Namun begitu, kenyataan yang terjadi adalah program ASI Eksklusif di wilayah kerja
dan daerah binaan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) tidak mencapai target yang
ditetapkan secara nasional yaitu 90%. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007 menunjukkan cakupan ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan sebesar 32% (tahun 2007) yang
menunjukkan kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012.5 Sementara itu,
berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi tahun 2013, sebaran cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 54.3% dengan jumlah bayi yang tidak mendapat ASI
eksklusif terbanyak di Provinsi Jawa Barat, dan paling sedikit di Maluku Utara.1 Berdasarkan
data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012, jumlah persentase bayi yang
mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Karawang sebesar 8.7%, jauh di bawah persentase rata-
rata Provinsi Jawa Barat yaitu 31.2%.6 Berdasarkan data dari Ditjen Kesehatan Masyarakat,
Kemenkes RI pada tahun 2016, jumlah cakupan pemberian ASI di Provinsi Jawa Barat sebesar
35.3%. Berdasarkan data dari Profil Expos 2016 Karawang, diketahui jumlah cakupan pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 68.9%. Di Puskesmas Cilamaya sendiri, cakupan
ASI eksklusif sampai bulan Desember tahun 2016 sebesar 88.4%.
Meskipun jumlah cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Cilamaya sudah berhasil melebihi
jumlah cakupan di Provinsi Jawa Barat, namun jumlah ini belum berhasil mencapai target
Nasional. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi
terhadap program ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya sehingga diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait yaitu Puskesmas Cilamaya dalam upaya
meningkatkan pencapaian program ASI Eksklusif selanjutnya, sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi, serta Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi
bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini. ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan
demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak
berlaku lagi.7

2.2. Manfaat ASI dan Menyusui

Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga enam bulan.
Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan
menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun.
Manfaat ASI terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Manfaat ASI untuk bayi

ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi gastrointestinal. ASI
tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI
juga mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan
pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C dan C , Antistapiloccocus,
3 4
lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan
bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding).

2. Manfaat ASI untuk ibu

Suatu rasa kebanggaan ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada


bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang
erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui,
rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran
sebelum hamil serta mempercepat berhentinya pendarahan post partum. Dengan
menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat
menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker payudara
pada masa yang akan datang.7

2.3. Komposisi ASI

Komposisi yang menguntungkan dari ASI meliputi asam amino dan kandungan
protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial dalam jumlah yang
berlimpah tetapi tidak berlebihan, kandungan natrium yang relatif rendah tetapi adekuat,
beban solut yang rendah dibandingkan dengan susu sapi, dan absorbs yang sangat baik
untuk zat besi, kalsium dan seng, yang menyediakan jumlah yang adekuat dari zat-zat
nutrisi ini untuk bayi yang disusui ASI secara penuh selama 4-6 bulan. ASI tidak saja
mengandung makronutrien, vitamin, dan mineral tetapi juga faktor pertumbuhan,
hormon, dan faktor protektif. Paling sedikit terdapat 100 komponen pada ASI, termasuk
zat yang belum teridentifikasi dan belum jelas perannya. Dalam alquran, ASI disebut
sebagai “darah putih”. Hal ini merupakan penjelasan yang sangat tepat karena susu awal
memiliki lebih banyak sel darah putih daripada darah sendiri.7

Sifat khas manusia adalah otak yang besar dan rumit, yang mengalami banyak
perkembangan selama 2 tahun pertama. ASI menyediakan laktosa, sistein, kolestrol, dan
tromboplastin yang diperlukan untuk sintesis jaringan system syaraf pusat. Namun,
karena ASI merupakan nutrisi yang sempurna, analisis komponenya memungkinkan kita
memproduksi pengganti untuk ditambahkan kedalam susu formula. Maka dari itu, susu
formula tidak akan secara sempurna menyerupai ASI. Walaupun ASI mungkin dapat
dianggap nutrisi yang sempurna, komposisinya bervariasi. Komposisi ASI bervariasi dari
orang ke orang, dari satu periode laktasi ke periode lain, dan setiap jam dalam sehari.
Adapun komposisi ASI antara lain mengandung protein, lemak, karbohidrat, garam
mineral, air, Vitamin seperti pada kolostrum.7
Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi.
Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi
kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan masakan pralaktal (sebelum ASI lancar
diproduksi) lain harus dihindari. Kolostrum merupakan sekresi payudara yang bersifat
alkali, yang mungkin mulai dihasilkan selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan pada
2- 4 hari pertama setelah melahirkan. Mempunyai berat jenis yang lebih besar (1,040 -
1,060), kandungan protein yang lebih tinggi, vitamin larut lemak, mineral, kandungan
karbohidrat, dan lemak yang lebih rendah daripada ASI biasa. Kolostrum mengandung
IgA sekretori, leukosit, dan zat-zat imun lainnya yang berperan dalam mekanisme
pertahanan neonatus.8

2.4. Produksi ASI


Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi
pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk
memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu.
Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Refleks Let Down atau refleks ejeksi susu ,
dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk menghasilkan
hormon oksitosin, Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi,
mengeluarkan susu melalui system duktus kedalam mulut bayi. Laktasi dapat dianggap terdiri
atas dua fase, laktogenesis, inisiasi laktasi, dan galaktopoiesis, pemeliharaan sekresi air susu.
Inisiasi laktasi berkaitan dengan penurunan estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat
persalinan. Dua hormon terpenting yang berperan dalam laktasi adalah prolakt in yang
merangsang produksi air susu, dan oksitosin yang berperan dalam penyemprotan (ejeksi) susu.

Berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:


1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus
dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh
kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
Komposisi colostrum dari hari ke hari dapat berubah, dan merupakan cairan kental yang
ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. ASI
juga merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang
baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan
selanjutnya. Dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein pada
colostrum protein yang utama adalah globulin, Lebih banyak mengandung protein
dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan sehingga dapat memberikan daya
perlindungan tubuh terhadap infeksi. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan
ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature. Total
energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin
larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih
rendah. Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan
ASI Mature. Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan
ASI Mature. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi
menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi. Volumenya

berkisar 150-300 ml/24 jam.


2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari colostrum
menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.
Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi
serta volume semakin meningkat.

3. Air Susu mature merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang
dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu
ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. ASI matur ini juga merupakan
makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang
sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi
bayi. Air susu matur merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflavin dan karotin.Tidak menggumpal bila dipanaskan. Volume: 300 – 850
ml/24 jam. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus,
Enzim (lysozime, lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B Ginding Protein), Faktor
12
resisten terhadap staphylococcus, Complement ( C dan C ).8
3 4

2.5. Pola pemberian ASI

Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan lain
perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan
sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan
kanan secara bergantian tiap kali menyusui. Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran
dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi
pada puting susu harus baik yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk
kemulut bayi. Apabila payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya
ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih. Keadaan gizi ibu yang baik selama
hamil dan menyusui serta persiapan psikologi selama kehamilan akan menunjang keberhasilan
menyusui. Seorang ibu yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari
kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya mencukupi
untuk kebutuhan bayi.8

2.6. Masalah Pemberian ASI

Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan jumlah sel otak
sebanyak 15% – 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap
selanjutnya. Ada beberapa masalah menyusui terkait dengan ibu yaitu :

1. Pembengkakan Payudara :
Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon laktasi dan
adanya air susu. Payudara mambengkak dan menekan saluran air susu, sehingga bayi
tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke aksila. Perawatan yang lebih
baik dapat dilakukan dengan menggunakan es yang diletakkan di payudara. Es akan
mengurangi pembengkakan,sehingga sejumlah air susu yang cukup dapat dikeluarkan
untuk membuat areola menjadi lunak. Payudara dapat menjadi sangat bengkak jika
bayi tidak sering menyusu atau kurang efisien dalam mengisap selama beberapa hari
pertama setelah ASI keluar. Payudara memang sedikit bengkak disaat sedang mulai
menyusui, bengkak yang ekstrem menyebabkan pembengkakan dari duktus susu
dalam payudara dan pembuluh daerah di area dada.
2. Putting yang luka:
Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang luka dapat
dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan menghindari
pembengkakan sebelum hal ini terjadi.
3. Saluran Yang Tersumbat :
Kadang-kadang saluran air susu tersumbat, menimbulkan nyeri di payudara, yang
terlihat bengkak dan panas. Saluran yang tersumbat ini dapat di sebabkan oleh
pengosongan payudara yang tidak baik, pemakaian bra yang terlalu ketat, posisi
menyusui yang tidak benar, atau selalu menggunakan posisi yang sama.
4. Affterpains :
Ibu yang menyusui dapat mengalami affterpains. Affterpains lebih sering terjadi pada
ibu multipara daripada ibu primipara. Affterpains Ini dapat cukup kuat sehingga ibu
merasa tidak nyaman dan ketegangannya dapat mengganggu proses pemberian makan

pada bayi.


5. Persepsi Tentang Jumlah Susu Yang Tidak Adekuat :


Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah, karena isapan menstimulasi
aliran susu dalam waktu cukup lama seharusnya dapat memberikan suplai susu dan
jumlah besar.
6. Mastitis :
Mastitis merupakan suatu infeksi payudara yang disebabkan oleh bakteri dalam
sisstem duktus. Mastitis menyebabkan bengkak, panas, dan nyeri, biasanya hanya
pada satu payudara, dan juga menyebabkan ibu menyusui merasa demam dan sakit.
7. Masalah pada Bayi :
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi, salah satu
diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria. kelainan sumbing
bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut sehingga bayi tidak dapat menghisap

dengan baik.

2.7. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan


menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah

sebagai berikut :


1. Pada masa Kehamilan (antenatal)

Memberikan penerangaan dan penyuluhan tentang manfaat keunggulan ASI, manfaat menyusui
baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol. Pemeriksaan kesehatan,
kehamilan dan payudara / keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu
perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. Lakukan perawatan payudara mulai kehamilan
umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3
kali dari makanan pada saat belum hamil. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan.
Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal), ibu dibantu menyusui 30 menit setelah
kelahiran dan ditunjukkan cara menysui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara
melakatkan bayi pada payudara ibu. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu
selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. Ibu nifas dapat diberikan

kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S ) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.

1

3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
 Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4

bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 1⁄2 kali lebih banyak dari biasa dan
minum minimal 8 gelas sehari. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan
pikiran dan keberhasilan menyusui. Menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi
ASI tidak terhambat. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk

menunjang.
 Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada

permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam. Menghubungi kelompok


pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi
mereka. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASsI yang
cukup baik kuantitas maupun kualitas.

2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI


2.8.1. Makanan Ibu


Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara
langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat
cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi
jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada
akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja
dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila ibu yang
sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran
dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi.
Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak
diperlukan. Makanan yang harus dihindari oleh ibu menyusui adalah alkohol, merokok, dan juga
hindari makanan pedas seperti sambal dan makanan beraroma keras karena dapat membuat bau
tertentu pada ASI dan akan mengganggu bayi. Ini juga bisa membuat bayi sakit perut.7

2.8.2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam
keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional,

mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
 Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan
keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah reflek Prolaktin merupakan hormon
laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Jumlah prolaktin
yang di sekresi dan jumlah susu yang di produksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan,
yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi mengisap. Ejeksi susu dari alveoli dan duktus susu
terjadi akibat refleks let-down. Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepaskan oksitosin dari
hipofisis posterior. Refleks let-down dapat terjadi selama aktifitas seksual karena oksitosin
dilepas selama orgasme. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang
mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down
reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis.
Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.7

2.8.3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin


Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan
memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik
beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam
keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan
pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak
mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu
akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster
yang memuji penggunaan susu buatan.7

2.8.4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang
mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan
dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang
paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral.
Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan
kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.7

2.8.5. Perawatan Payudara


Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu memeriksa
putting susu, mempersiapkan payudara dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir
masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus
laktiferus dapat dihindarkan sehingga.7

2.9. Faktor- faktor Kegagalan Pemberian ASI

Ada 2 hal yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.


2. 9.1 Faktor Internal

Adapun yang termasuk kedalam faktor Internal yaitu:

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami dan


pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif. Pengetahuan juga
berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang diperoleh dari hasil
belajar secara formal, informal dan non formal. Dalam hal ini, banyak sekali alasan
kenapa orang tua memberikan MPASI < 6 bulan. Umumnya banyak ibu yang
beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski
tidak ada relevansinya banyak yang beranggapan ini benar. Karena, belum sempurnanya
sistem pencernaan sehingga harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan memecah
makanan. Kadang anak yang menangis terus menerus dianggap sebagai anak yang tidak
kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda anak yang kelaparan. Hal ini
menunjukan bahwa pengetahuan orang tua masih sangat rendah.7,8

b. Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumberdaya


manusia. Pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam pengembangan wawasan sarana
yang memudahkan untuk dimotivasi serta turut menentukan cara berpikir seseorang
dalam menerima pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Pendidikan juga dapat
diartikan sebagai suatu proses belajar yang memberikan latar belakang berupa
mengajarkan kepada manusia untuk dapat berpikir secara obyektif dan dapat memberikan
kemampuan untuk menilai apakah budaya masyarakat dapat diterima atau mengakibatkan
seseorang merubah tingkah laku. Dalam hal ini, banyak ahli pendidikan setempat
mempunyai program pendidikan yang lebih jelas meliputi modal ‘pendidikan untuk
hidup’ sebagai subjek (mata pelajaran) akademik tambahan. Kapanpun dan dimana
mungkin, bidan harus dengan yakin menerima kesempatan untuk ikut berperan dalam
kelas “Pendidikan Kesehatan”, kursus perawatan Anak dan “Persiapan Menjadi Orang
Tua” yang sekarang dilaksanakan di banyak sekolah dan pendidikan lanjut. Dapat terjadi
pertukaran pikiran dan gagasan yang bermanfaat dengan orang-orang muda yang
merupakan generasi berikutnya setelah orang tua mereka. Selain dari itu semua,
mendengarkan mereka, bersikap peka terhadap sesuatu yang tidak ingin mereka katakan;
mendorong mereka untuk menyatakan gagasan dan tanggapan mereka, membantu mereka
untuk mengungkapkan hambatan dan emosi mereka. Apabila mungkin, izinkan mereka
bertemu dengan seseorang ibu yang baru melahirkan bersama bayinya, dan
membicarakan sikap ibu tersebut terhadap bayinya terutama dalam hubungannya dengan
pemberian air susu ibu.7,8

c. Pekerjaan ibu


Beberapa wanita karier mempunyai kecemasan lain, yaitu bahwa memberikan air
susu kepada bayi selama 4 sampai 6 bulan akan mempengaruhi kegagalan profesi dan
kemasyarakatan mereka dan mungkin akan merusak prospek peningkatan karier. Ini
semua merupakan masalah besar yang telah berkembang pada kebudayaan dan masalah
ini sangat nyata bagi para wanita yang menghadapinya. Ibu menyusui yang bekerja tidak
perlu khawatir. Mereka tidak perlu berhenti menyusui anaknya. Sebaiknya ibu bekerja
tetap harus memberi ASI eksklusif kepada bayinya hingga umur 6 bulan. Hal ini
dikarenakan banyaknya keuntungan yang diperoleh dibandingkan jika anak disusui
dengan susu formula. Tidak sulit untuk tetap menyusui bayi saat bekerja. Jika
memungkinkan, bayi dapat dibawa ke kantor ibu untuk disusui. Hal tersebut akan sedikit
terkendala jika di tempat bekerja atau di sekitar tempat bekerja tidak tersedia sarana
penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat bekerja dekat dengan rumah, ibu dapat
pulang untuk menyusui bayi pada waktu istirahat atau bisa juga meminta bantuan
seseorang untuk membawa bayi ketempat bekerja. Lokasi kantor ibu yang jauh dari
rumah juga bukanlah penghalang untuk tetap memberikan ASI ekslusif. Walaupun ibu
bekerja dan tempat bekerja jauh dari rumah, ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya. Sebelum pergi bekerja, ASI tersebut bisa dikeluarkan dan dititipkan
pada pengasuh untuk diberikan pada bayi. Di tempat bekerja, ibu dapat memerah ASI 2-3
kali (setiap 3 jam). Pengeluaran ASI dapat membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi
ASI menetes. ASI simpan di lemari es dan dibawa pulang dengan termos es saat ibu
selesai bekerja. Ibu juga bisa menyimpannya dalam termos yang diberi es batu atau blue
ice. Kegiatan menyusui dapat dilanjutkan pada malam hari, pagi hari sebelum berangkat,
dan waktu luang ibu. Keadaan ini akan membantu produksi ASI tetap tinggi.7

d. Penyakit ibu

Pilihan untuk menyusui tidak terbuka untuk setiap ibu. Beberapa ibu tidak bisa
atau tidak boleh menyusui bayi mereka. Alasanya bisa emosional atau fiscal, berkaitan
dengan kesehatan ibu atau bayi, bisa sementara (dimana kadang-kadang ibu bisa
menyusui sesudahnya) atau jangka panjang. Beberapa faktor yang paling sering bisa
mencegah atau menghalangi seorang ibu dari menyusui termasuk: Penyakit serius yang
melumpuhkan (misalnya gagal jantung atau gagal ginjal, atau anemia yang parah) atau
kekurangan berat badan yang ekstrem meskipun beberapa ibu bisa mengatasi masalah ini
dan menyusui bayinya. Infeksi yang serius, misalnya tuberculosis (TBC) aktif yang tidak
dirawat (setelah dirawat selama dua minggu, ibu boleh menyusui); untuk sementara
waktu, payudara bisa dipompa dan air susunya dibuang agar cadangan air susu sudah ada
ketika tindakan menyusui dimulai. Penyakit yang menahun yang memerlukan obat yang
akan memasuki air susu ibu dan membahayakan bayi, misalnya obat-obat anti tiroid,
antikanker, antihipertensi atau obat-obat yang bisa mengubah suasana hati, misalnya
lhitium, penenang, atau sedatif. Jika anda menggunakan obat-obat saperti ini, tanyakan
terlebih dahulu kepada dokter anda sebelum anda mulai menyusui. Pada beberapa kasus,
perubahan obat atau jarak makan obat bisa memungkinkan anda untuk menyusui. Kontak
dengan beberapa bahan kimia tertentu di tempat kerja. Infeksi AIDS atau HIV, yang bisa
ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk air susu ibu. Penyalahgunaan obat-obatan
termasuk penggunaan obat penenang, kokain, heroin, metadon, marijuana, atau
penyalahgunaan alkohol. penolakan yang mendalam terhadap menyusui.7

2.9.2. Faktor eksternal


Adapun hal yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu :


a. Promosi Susu Formula Bayi

Tempat melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif


pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap memberikan
bayinya ASI Eksklusif atau memberikan susu formula yang diberikan oleh petugas
kesehatan maupun non kesehatan sebelum ASI-nya keluar. Meskipun ada kode etik
internasional tentang pengganti ASI (susu formula), pemasaran susu formula langsung ke
rumah sakit saat ini semakin gencar dan sangat mengganggu keberhasilan program ASI
Eksklusif. Selain itu adanya promosi susu formula juga bisa menjadi kemungkinan
gagalnya pemberian ASI walaupun mindset awal sebenarnya ASI, promosi bisa berasal
dari petugas kesehatan misalnya pada saat pulang dibekali susu formula, ataupun dari
iklan-iklan di beberapa media baik cetak maupun elektronik.7

b. Penolong Persalinan

Menurut Depkes RI, 1998 tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan
dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) dan dukun bayi
(terlatih dan tidak terlatih). Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan
ASI adalah sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang
pemberian ASI dan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu menyusui dan bayi baru lahir. Disamping itu juga sikap sementara penaggung jawab
ruang bersalin dan perawatan dirumah sakit, rumah bersalinn yang berlangsung
memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar ibu
mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawat
disebahagian besar rumah sakit atau klinik bersalin.7

Bab III
Kunjungan Rumah

Puskesmas : Cilamaya
Tanggal kunjungan rumah : 19 Mei 2017

Data Riwayat Keluarga

I. Identitas Pasien :
Nama : Ny. A
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SLTA
Alamat : Tegal Waru, Desa Tegal Waru RT 013/ RW 007

II. Riwayat Biologis Keluarga :


a. Keadaan kesehatan sekarang : Baik
b. Kebersihan perorangan : Cukup
c. Penyakit yang sering diderita : Kepala Pusing
d. Penyakit keturunan : Tidak ada
e. Penyakit kronis/ menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Baik (3 kali sehari)
h. Pola istirahat : Cukup
i. Jumlah anggota keluarga : 5 orang

III. Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan buruk : Tidak ada
b. Pengambilan keputusan : Musyawarah
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas
e. Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan Rumah/ Lingkungan


a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Ubin
c. Penerangan : 40 m2
d. Kebersihan : Baik
e. Ventilasi : Cukup
f. Dapur : Ada
g. Jamban keluarga : Ada
h. Sumber air minum : Air galon
i. Sumber pencemaran air : Tidak ada
j. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
k. Sistem pembuangan air limbah : Ada
l. Tempat pembuangan sampah : Ada
m. Sanitasi lingkungan : Cukup

V. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Cukup
VI. Keadaan Sosial Keluarga
a. Tingkat pendidikan : SLTA
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang
e. Keadaan ekonomi : Cukup

VII. Kultural Keluarga


a. Adat yang berpengaruh : Sunda
VIII. Anggota Keluarga :

Hubungan Keadaan
No Nama Umur Pekerjaan Agama
dengan keluarga Kesehatan

1 K Suami 42 tahun Pedagang Islam Sehat

2 S Istri 34 tahun Pedagang Islam Sehat

3 A Anak 15 tahun Pelajar Islam Sehat


4 S Anak 12 tahun Pelajar Islam Sehat
5 F Anak 5 bulan - Islam Sehat

Keterangan :
Tanda Panah = Pasien
IX. Keluhan Utama
Puting susu kiri terasa panas sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu

X. Keluhan Tambahan
Puting susu kiri terasa gatal, puting memerah, dan badan lemas

XI. Riwayat Penyakit Sekarang


Os datang dengan keluhan puting susu sebelah kiri terasa panas sejak kurang lebih 1
minggu yang lalu. Panas terasa terutama selama menyusui. Os mengaku keluhan ini mulai timbul
setelah menyusui anaknya sebanyak enam kali. Os juga merasa gatal di puting susunya. Os
mengaku warna puting susunya menjadi kemerahan. Os mengaku awalnya, puting susu berwarna
kecoklatan. Os juga mengeluh badanya menjadi lemas. Os mengaku sangat tidak nyaman saat
menyusui.

XII. Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit maag, kencing manis, penyakit jantung, asma dan alergi, tuberkulosis disangkal.

XIII. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Status Generalis :
● Tekanan Darah : 120 / 70 mmHg
● Nadi : 85 x/menit
● Pernapasan : 20 x/menit
● Berat Badan : 48 kg
● Tinggi Badan : 155 cm
Pemeriksaan umum:
Kepala : Normosefali
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Hidung : Septum deviasi (-)
Telinga : Tidak tampak kelainan dari luar
Leher : Tidak tampak pembesaran KGB regional, kel tiroid
tidak tampak membesar.
Paru : Suara napas vesikuler, Rhonki (-), Wheezing (-)
Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen : Tampak datar, teraba supel, Bising usus > , nyeri
tekan (+) di epigastrium
Ekstremitas : Bentuk normal, edema (-)
Payudara : Tidak teraba masa, puting susu hiperemis (+)
XIV. Diagnosis Penyakit :
Mastitis Akut
XV. Diagnosis Keluarga :
Tidak ada
XVI. Anjuran Penatalaksanaan penyakit :
a. Promotif : Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
penyakit Mastitis dengan fokus utama kepada upaya preventif.
b. Preventif : Mempelajari cara menyusui yang benar sesuai dengan prosedur praktisi
kesehatan profesional, menyusui bayi sesuai dengan jadwal yang teratur untuk
menghindari payudara terlalu penuh dengan susu, menyusui bayi kapan saja payudara
dirasa penuh, membiarkan bayi menyusu selama yang diperlukan untuk
mengosongkan payudara, menyusui dengan payudara yang berlainan, memastikan
bahwa bayi melekat di payudara dengan benar, memijat payudara untuk membantu
aliran susu, mengganti posisi selama sesi menyusui, dan menghindari penggunaan
botol susu kepada bayi selama waktu di antara menyusui.
c. Kuratif : terapi medikamentosa :
Ibuprofen tablet 3x1
Amoxilin tablet 3x1
d. Rehabilitatif: Makanan yang bergizi dan minum air yang cukup
XVI. Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyarakat : dubia ad bonam
XVII. Resume :
Seorang wanita, bernama Ny. A, berumur 34 tahun datang dengan keluhan puting susu
sebelah kiri terasa panas sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Panas terasa terutama selama
menyusui. Os juga merasa gatal di puting susunya. Os mengaku warna puting susunya menjadi
kemerahan. Os juga mengeluh badanya menjadi lemas.
Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada
Pemeriksaan Fisik: Puting susu hiperemis (+)
Diagnosis : Mastitis Akut

Bab IV
Pembahasan
Air Susu Ibu (ASI) sangatlah bermanfaat, baik bagi ibu yang menyusui maupun bayi
yang disusui. Oleh sebab itu sangatlah dianjurkan untuk seorang ibu memberikan ASI eksklusif
yaitu pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai
enam bulan. Terdapat beberapa faktor yang menjadi masalah dalam pemberian ASI eksklusif,
salah satunya adalah “Mastitis”. Dari hasil kunjungan rumah pada penderita mastitis, didapatkan
bahwa Os tidak mengerti bagaimana prosedur menyusui anaknya dengan benar sesuai yang
dianjurkan oleh tenaga kesehatan profesional. Os tidak pernah menerima informasi terkait cara
menyusui dengan benar sehingga Os hanya mengikuti kebiasaan orang tuanya. Os menyusui
hanya jika anaknya menanggis. Os mengartikan tanggisan sang anak sebagai tanda bahwa sang
anak sedang dalam kondisi lapar. Os langsung menggendong sang anak, meletakan kepalanya di
sisi siku tangan kiri lalu langsung menyodorkan putingnya.
Sebagai dokter keluarga yang bekerja di Puskesmas Cilamaya, sebaiknya dapat
memberikan pelayanan kesehatan dengan cara penyuluhan perorangan maupun kelompok
tentang bagaimana cara menyusui yang benar sehingga dapat meminimalisasi hambatan atau
masalah untuk seorang ibu dapat memberikan Asi eksklusif maupun seorang anak untuk dapat
menerima Asi eksklusif.

Daftar Pustaka
1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Situasi dan analisis ASI eksklusif;
Jakarta, Kementerian Kesehatan RI, 2014.
2. Keputusan Menteri Kesejatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004
Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia
Diunduhdari:http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/08/Per
menkes-No.-15-th-2013-ttg-Fasilitas-Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdf.
3. Departemen Kesehatan RI, Paket modul kegiatan inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI
eksklusif 6 bulan; Jakarta, Kementerian Kesehatan RI, 2008.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013. Diunduh dari :
http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/08/Permenkes-No.-
15-th-2013-ttg-Fasilitas-Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdf.
5. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak RI, Pedoman
peningkatan penerapan 10 langkap menuju keberhasilan menyusui yang responsive
gender bagi pusat dan daerah. Jakarta; 2010.
6. Penulis. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Diunduh dari
www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/12_Profi
l_Kes.Prov.JawaBarat_2012.pdf.
7. Roesli, Utami. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta. Diva Press, 2000.
8. Roesli, Utami. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta. Trubus Agriwidya, 2007.
Lampiran :

Gambar 1. Memeriksakan tanda-tanda vital sebelum pemeriksaan terkait penyakit.


Gambar 2. Kondisi ventilasi berupa pintu dan jendela.

Gambar 3. Kondisi kamar mandi.

Anda mungkin juga menyukai