Musaqah
Musaqah merupakan salah jenis kegiatan muamalah yang sering terjadi dimasyarakat, seperti
halnya muzaraah dan mukhabarah.
Akad musaqah merupakan peluang bagi orang lain untuk bekerja dan mendapatkan hasil dari
pekerjaannya dengan cara yang halal dan diridai Allah swt.. Sedangkan bagi majikan juga
merasa sangat terbantu. Islam sangat menganjurkan musaqah karena memberi manfaat sosial
yang sangat tinggi.
Musaqah secara istilah adalah mempekerjakan manusia untuk mengurus pohon dengan
menyiram dan memeliharanya serta hasil yang direzekikan Allah SWT. dari pohon itu untuk
mereka berdua (pendapat Syekh Syihab ad-Din al-Qalyubi dan Syekh Umarah).
Dasar hukumnya dalah hadits Nabi saw. riwayat Imam Muslim dari Ibnu Amr, r.a bahwa
Rasulullah saw. bersabda :
دفع إلى اليهود خيبر وارضها على انيعملوها من اموالهم وان لرسول: اعطى خيبر بشطر مايحرج من ثمراو زرع وفى رواية
هللا صلى هللا عليه وسلم شرطها
artinya: “Memberikan tanah khaibar dengan separoh dari penghasilan, baik buah-buahan
maupun pertanian (tanaman).” Pada riwayat lain dinyatakan bahwa Rasul menyerahkan tanah
khaibar itu kepada Yahudi, untuk diolah dan modal dari hartanya, penghasilan separohnya untuk
Nabi.
Rukun Musaqah
1) Antara pemilik kebun dan tukang kebun (penggarap) hendaknya orang yang sama-sama
berhak bertasaruf (membelanjakan harta keduanya).
2) Kebun dan semua pohon yang berbuah boleh diparokan (bagi hasil), baik yang berbuah
tahunan (satu kali dalam satu tahun) maupun yang berbuah hanya satu kali kemudian mati,
seperti jagung dan padi.
Syarat Musaqah
4) Hasil dari pohon dibagi dua antara pihak-pihak yang melangsungkan akad sampai batas
akhir, yakni menyeluruh sampai akhir.
Tidak disyaratkan untuk menjelaskan mengenai jenis benih, pemilik benih, kelayakan kebun,
serta ketetapan waktu.
Hikmah Musaqah
Memberi kesempatan pada orang lain untuk bekerja dan menikmati hasil kerjanya, sesuai dengan
yang dikerjakan. Sementara itu, pemilik kebun/tanah garapan memberikan kesempatan kerja dan
meringankan kerja bagi dirinya.
http://al-badar.net/pengertian-hukum-rukun-dan-syarat-musaqah/
MUSAQAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.Pendahuluan
Musaqah ialah pemilik kebun yang memberikan kebunnya kepada tukang kebun agar
dipeliharanya, dan penghasilan yang di dapat dari kebun itu dibagi antara keduanya, menurut
perjanjian antara keduanya sewaktu akad.
Mukhabarah dan muzara’ah adalah paroan sawah atau ladang yang benihnya bisa dari pemilik
tanah dan penggarap.
Memang banyak orang yang mempunyai kebun, tapi tidak dapat memeliharanya, sedang yang
lain tidak memiliki kebun tapi sanggup bekerja. Maka dengan adanya peranturan seperti ini
keduanya dapat hidup dengan baik.
Dalam musaqah, muzara’ah dan mukhabarah, sering terjadi permasalahan dikalangan
masyarakat, meskipun ketentuan-ketentuan dan syarat sudah ada, tapi sering terjadi kesalah
fahaman antara pemilik tanah dengan penggarap dari segi hasilnya, karena hasil yang diharapkan
terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, dan juga mengenai hal benih yang akan
ditanam.
Dan perjanjian paroan atau bagi hasil pertanian merupakan salah satu sarana tolong menolong
bagi sesama manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari permasalahan seperti ini, penulis bermaksud dalam makalah ini, untuk menjelaskan hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan itu, supaya tidak terjadi kesalah fahaman antara pemilik
dengan penggarap
B.Rumusan Masalah
Apabila terjadi hal, yaitu saat pohon berbuah, akad musaqahnya habis. Bagaimana mengatasinya.
Jawabanya, mungkin lebih bagus menggunakan pendapat ulama Hanabilah, yang berpendapat
bahwa buah itu dibagi dua antara pemilik tanah dengan penggarap sesusai dengan kesepakatan
awal. Ini kelihatan keadilannya dibandingkan dengan selain itu.
C. Tujuan Makalah,
1. Mengetahui pengertian dari musaqah dan besert ketentuanya sehingga dapat dipahami dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
D. Kegunaan Makalah
Bagi penulis, dengan membuat makalah ini semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang kerjasama dalam bidang pertnian menurut ajaran Islam sehingga dapat
mangaplikasikannya. Bagi piak lain. Tentunya dapat dijadikan sebagai suatu gambaran mengenai
bagaimana menjalin kerja sama khususnya dalam bidang pertnian menurut ajaran Islam yang
benar sehinngga dapat dijadikan motivasi dan panduan dalam mengaplikasikannya dikehidupann
sehari-hari.
E. Prosedur Makalah
Prosedur penulisan makalah ini dibuat dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif melalui
metode kajian literature atau study pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
MUSAQAH / KERJASAMA ATAS LAHAN PERTANIAN
A.Pengertian
Secara etimologi kalimat musaqah itu berasal dari kata al-saqa yang artinya seseorang bekerja
pada pohon tamar, anggur (mengurusnya ) atau pohon-pohon yang lainnya supaya mendatangkan
kemashlahatan dan mendapatkan bagian tertentu dari hasil yang di urus. Secara terminologis al-
musaqah didefinisikan oleh para ulama :
1. Abdurahman al-Jaziri, al-musaqah ialah : “aqad untuk pemeliharaan pohon kurma, tanaman
(pertanian ) dan yang lainya dengan syarat-syarat tertentu”.2
2. Malikiyah, bahwa al-musaqah ialah : “sesuatu yang tumbuh”. Menurut Malikiyah, tentang
sesuatu yang tumbuh di tanah di bagi menjadi lima macam :
a) Pohon-pohon tersebut berakar kuat (tetap) dan pohon tersebut berbuah, buah itu di petik serta
pohon tersebut tetap ada dengan waktu yang lama, seperti pohon anggur dan zaitun;
b) Pohon-pohon tersebut berakar tetap tetapi tidak berubah, seperti pohon kayu keras, karet dan
jati;
c) Pohon-pohon yang tidak berakar kuat tetapi berbuah dan dapat di petik, seperti padi dan
qatsha’ah;3
d) Pohon yang tidak berakar kuat dan tidak ada buahnya yang dapat di petik, tetapi memiliki
kembang yang bermanfaat seperti bunga mawar;
e) Pohon-pohon yang diambil hijau dan basahnya sebagai suatu manfaat, bukan buahnya, seperti
tanaman hias yang ditanam dihalaman rumah dan di tempat lainya;
3. Menurut Syafi’iyah yang di maksud dengan al-musaqah ialah :
“Memberikan pekerjaan orang yang memiliki pohon tamar dan anggur kepada orang lain untuk
kesenangan keduanya dengan menyiram, memelihara dan menjaganya dan bagi pekerja
memperoleh bagian tertentu dari buah yang di hasilkan pohon-pohon tersebut”.4
Dari uraian diatas dapat dipahami, bahwa yang dimaksud dengan musaqah adalah kerja sama
dalam bidang pertanian antara pemilik kebun dengan pengelola atau pemelihara, yang upah dari
pemeliharaan ituadalah hasil dari kebun itu sendiri.
Dalam perjanjian kerjasama pertanian bentuk musaqah baru dianggap sah apabila terpenuhi
rukun dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Rukun musaqah ada dua yaitu: ijab dan qabul.
Para fuqaha sepakat bahwa tanaman yang boleh dijadikan akad dalam musaqah adalah tumbuh
atau tanaman yang bersifat tahan lama atau kuat, seperti anggur, kurma, dan lain-lain. Sedangkan
tanaman yang tidak boleh dijadikan akad musaqah adalah seluruh tanaman yang tidak tahan
lama, seperti sayur-sayuran.
Muzara’ah
Muzara’ah adalah kerjasama dalam bidang pertanian atau pengelolaan kebun dan sejenisnya.
Pemilik lahan menyerahkan lahanya kepada petani agar diusahakan, dan hasil dari pertanian itu
dibagi antara kedua belah pihak. Muzara’ah berasal dari kata az-zar’u yang artinya ada dua cara,
yaitu; menabur benih atau bibit dan menumbuhkan.
Dari arti kata tersebut dapat dijelaskan, bahwa muzara’ah adalah bentuk kerjasama dalam bidang
pertanian antara pemilik lahan dengan petani penggarap. Dalam hal ini penggaraplah yang
menanami lahan itu dengan biaya sendiri, tanaman dan lahan tersebut nanti dibagi antara kedua
belah pihak sebagai pembayaran atau upah dari penggarapan tersebut.
Untuk mengetahui pengertian muzara’ah secara jelas, maka dikemukakan beberapa pendapat ahli
fiqih salaf yaitu:
2) Kedua belah pihak yang melakukan transaksi al-musaqah harus yang mampu dalam bertindak
yaitu dewasa (akil baligh) dan berakal;
3) Dalam obyek al-musaqah itu terdapat perbedaan pendapat ulama fiqh. Menurut Hanafiyah
yang menjadi obyeknya adalah pepohonan yang berbuah, seperti kurma, anggur dan terong atau
pohon yang mempunyai akar ke dasar bumi. Menurut ulama Malikiyah mengatakan bahwa
obyeknya adalah tanaman keras dan palawija, seperti kurma, anggur, terong dan apel, dengan
syarat bahwa: (a) Akad al-musaqah itu dilakukan sebelum buah itu layak panen; (b) Tenggang
waktu yang ditentukan harus jelas; (c) Akad dilakukan setelah tanaman itu tumbuh; (d) Pemilik
perkebunan tidak mampu untuk mengelola dan memelihara tanaman itu. Menurut Hanabilah
yang boleh dijadikan obyek al-musaqah adalah tanaman yang yang buahnya boleh dikonsumsi,
maka dari itu al-musaqah tidak berlaku terhadap tanaman yang tidak berbuah. Sedangkan ulama
Syafiiyah berpendapat bahwa yang boleh dijadikan obyek itu adalah kurma dan anggur saja.
Sebagaimana terlampir dalam hadist Rasulullah Saw yang berbunyi :
Artinya : Rasulullah Saw. menyerahkan perkebunan kurma di Khaibar kepada Yahudi dengan
ketentuan sebagian hasilnya, baik dari buah-buahan maupun dari biji-bijian menjadi mililk orang
Yahudi itu;
4) Tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap setelah akad berlangsung untuk
digarapi, tanpa campur tangan pemiliknya;
5) Hasil (buah) yang dihasilkan dari kebun itu merupakan hak mereka bersama, sesuai dengan
kesepakatan yang mereka buat, baik dibagi menjadi dua, atau tiga, dsb;
6) Lamanya perjanjian itu harus jelas, karena transaksi ini hampir sama dengan transaksi ijarah (
sewa menyewa ).
Pohon yang dipelihara baik yang buahnya musiman, tahunan maupun terus Menerus
Pekerjaan yang harus di selesaikan penggarap harus jelas baik waktu, jenis dan Sifatnya
Hasil yang diperoleh berupa buah, daun, kayu atau yang lainnya. Pembagian Hasil pekerjaan ini
harus dijelaskan pada waktu akad
Akad yaitu wajib qabul berupa tulisan, perkataan atau isyarat
F.Hikmah Musaqah
1.Menghilangkan bahaya kefaqiran dan kemiskinan dan dengan demikian terpenuhi segala
kekurangan dan kebutuhan.
2.Terciptanya saling memberi manfaat antara sesama manusia.
3.Bagi pemilik kebun sudah tentu pepohonannya akan terpelihara dari kerusakan dan akan
tumbuh subur karena dirawat.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam hal hubungan sesama manusia terutama dibidang kerjasama haruslah sesuai dengan
kaidah ajaran Islam. Karena dengan mempaktekan secara Islam maka yakinlah bahwa tidak akan
ada pihak yang dirugikan, kemudian dengan menjalin kerjsama secara kaidah Islam maka yakin
lah pula bahwa kerjasama yang dijalin pun akan diridhoi oleh Allah SWT
Dilihat dari pernyataan ini diketahui bahwa memang benar paroan tanaman karet ini dapat
mengentaskan kemiskinan secara individu, tetapi secara perlahan-lahan akan dapat pula
mengentaskan kemiskinan secara umum, dengan kata lain perlahan-perlahan perekonomian
masyarakat tersebut menuju kea rah tingkat kehidupan yang semakin baik.
Dan ditinjau dari segi cara pembagian sebesar separoh sebagaimana telah diuraikan dimuka,
maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut sudah sejalan dengan syari’at Islam.
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/698
MUSAQAH
1. Pengertian
Musaqah diambil dari kata al-saqa, yaitu orang yang bekerja pada pohon tamar,
anggur(mengurusnya), atau pohon lain supaya mendapatkan kemasalahatan dan
mendapatkan bagiantertentu dari hasil yang diurus sebagai imbalan.
Menurut Syafi’iyah,
أن يعا مل شخص يملك نخال أو عنبا سخصا أخر على أن يبا شر ثا نيهما النّحل او العنب
سقى والتّر بية والحنظ ونحوذلك وله فى نظير عمله جزاءمعيّن منالثمر الّذى يحرج منه
ّ بال
“Musaqah berarti memberikan pekerjaan orang yang memiliki pohon tamar, dan anggur
kepada orang lain untuk kesenangan keduanya dengan menyiram, memelihara, dan
menjaganya dan pekerja memperoleh bagian tertentu dari buah yang dihasilkan pohon-
pohon tersebut.”1