5780 11561 1 SM
5780 11561 1 SM
Abstrak
Abstract
This study aims to identify potential fisheries in the fishery management area (WPP) 571
Malacca Strait North Sumatra province and provide an overview of the condition of fishery
resources in the fishery management area (WPP) 571 Malacca Strait North Sumatra Province.
This research is a qualitative descriptive study using an ecosystem approach to fisheries
management. The ecosystem approach to fisheries management is done by using content
analysis, in which the study is focused on the content (content) variability in the fisheries
management fisheries management area (WPP) with reference to the indicator criteria. The
indicator used is the habitat indicator, the indicator fish resources, fishing technical indicators,
economic indicators, social indicators, and institutional indicators. Data analysis was
performed using a multi-criteria analysis (MCA) in which a set of established criteria as a basis
for variability analysis of the fishery management area sdilihat of the ecosystem approach in
fisheries management through the development of a composite index. The results of this study
showed that of the six indicators were assessed, there are three indicators that are included in
both criteria are indicators of habitat, an indicator of fish resources, and social indicators, with a
composite score of each 213, 214 and 233. Then there are two indicators that are included in
criterion was that the technical indicators and indicators of institutional fishing, with a
composite score of each 183 and 167. As for economic indicators including the poor category
with a composite score of 125. Based on the calculation of the entire aggregate composite
indicator of the average composite score is 189 or including the classes of being.
Sementara itu, analisa data sintesis dan kesimpulan dari kajian ini.
dilakukan dengan menggunakan Lebih lanjut diperlukan kajian yang lebih
pendekatan multi-criteria analysis (MCA) komprehensif dengan melibatkan
di mana sebuah set kriteria dibangun sumber-sumber primer dan skala kajian
sebagai basis bagi analisis keragaan yang lebih detail pada skala administratif
wilayah pengelolaan perikanan dilihat di tingkat kabupaten untuk
dari pendekatan ekosistem dalam meningkatkan ketajaman data keragaan
pengelolaan perikanan melalui pengelolaan perikanan di wilayah
pengembangan indeks komposit. Dalam pengelolaan perikanan (WPP).
kajian pendekatan ekosistem dalam
pengelolaan perikanan ini dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan menggunakan pendekatan content Satuan wilayah pengelolaan
analysis, dengan demikian memiliki perikanan diatur melalui Peraturan
keterbatasan yang terkait dengan Menteri Kelautan dan Perikanan No 1
pengumpulan data yang hanya tahun 2009 tentang Wilayah Pengelolaan
didasarkan pada sumber data sekunder Perikanan. Secara spasial, WPP di
dan dengan data yang bersumber pada Indonesia dibagi menjadi 11 wilayah
skala administratif di tingkat propinsi. yang terbentang dari perairan Selat
Dalam konteks ini maka diperlukan Malaka hingga Laut Arafura (Gambar 2).
kehati-hatian dalam membaca hasil
berbatasan dengan perbatasan antara Kab. Nicobar besar hingga batas terluar ZEE
Palalawan dan Kab. Siak, Prov. Riau, Indonesia – india.
ditarik garis menyusuri pantai Timur Dari hasil analisis komposit untuk
pulau Sumatera hingga batas antara Kota indikator habitat (Tabel 2) menunjukkan
Banda Aceh dan Kab. Aceh Besar menuju kondisi habitat di dalam WPP 571 ini
mauduru di P. Weh, Kota Sabang, lalu tergolong sedang (skor 213) dengan areal
menyusuri pantai bagian Timur hingga tutupan terumbu karang yang rendah,
Ujung Bau di titik paling Utara pulau rentan terhadap pencemaran perairan,
tersebut yang diteruskan dengan menarik namun baik dalam produktifitas estuari
garis ke arah Selatan tanjung terluar P. dan mempunyai level sedimentasi yang
rendah.
Indikator Teknis
No Unit Data Bobot Skor Nilai Flag
Penangkapan Ikan
Overcapacity.
2 Selektivitas alat Penggunaan pukat cincin 16,67 2 33,33
tangkap (purse seine) dg ukuran
mata jaring 1 inchi dominan
(2.875unit) dan menurunkan
stok ikan pelagic kecil pada
tahap full exploited. Pukat
ikan (fish net) (595),
trawl/dogol (1252), purse
sein (2875). Sedangkan rata-
rata penggunaan scra
nasional, pukat ikan (376),
dogol (813) dan purse seine
(677). Jd penggunaan alat
tngkap di atas rata2 (>75%)
3 Metode penangkapan Penggunaan bom, potasium 16,67 1 16,67
ikan yang bersifat cukup tinggi di Riau, Aceh
destruktif dan atau dan Sumut. Indikasinya,
ilegal kondisi Terumbu Karang di
pesisir Sumatera, Jawa, Bali,
Nusa Tenggara, Sulawesi &
utara Papua, (< 25%) dlm
kondisi sangat buruk. Hanya
5.47% (sgt baik), 27,56%
(baik) (LIPI, 2008). Penyebab
kerusakan terbesar TK
disinyalir berasal dari
aktivitas pengeboman
4 Kesesuaian fungsi dan Terjadi peningkatan armada 16,67 2 33,33
ukuran kapal tangkap dari skala kecil ke
penangkapan ikan arah menangah dan besar,
dengan dokumen khususnya
legal pada ukuran 10-30 GT (2007-
2008) dg alat tangkap
dominan pukat cincin dan
trawl (BRKP, 2007)
5 Modifikasi alat Pemanfaatan pukat ikan 16,67 2 33,33
penangkapan ikan tinggi dan berkembangn
dan alat bantu modifikasi alat tangkap yg
penangkapan diklasifikasikan sbg trawl
(BRKP, 2007). Penggunaan
dogol (hasil modifikasi)
mencapai 1.252 unit. Jumlah
ini di bawah rata-rata
nasional (semua WPP) yaitu
5378
6 Sertifikasi awak kapal Jumlah kepemilikan 16,67 3 50,00
Indikator Teknis
No Unit Data Bobot Skor Nilai Flag
Penangkapan Ikan
sesuai dengan sertifikat cukup tinggi
peraturan
100 11 183
Sumber : Analisis Data (2013)
Dilihat dari indikator ekonomi rendahnya nilai tukar nelayan, dan
(Tabel 4), kondisi WPP 571 termasuk saving rate nelayan. Sehingga secara
dalam kategori buruk dengan nilai vaktual kondisi ekonomi nelayan yang
komposit 125. Hal ini ditunjukkan dari beroperasi di sekitar WPP 571 masih
rendahnya pendapat rumah tangga, tergolong rendah.
Tabel 4 . Analisis Komposit Ekonomi
No Indikator Ekonomi Unit Data Bobot Skor Nilai Flag
1. Pendapatan rumah UMR rata-rata = IDR 25 1 25
tangga (RTP) 965,000/bulan; Income
ratarata
: IDR 400-650,000/bulan
(BRKP, 2009)
2. Nilai Tukar Nelayan NTN Rata-rata WPP-1 25 1 25
(NTN) berkisar
antara 80-99
3. Saving Rate Berdasarkan data BRKP 25 1 25
(2008), rata-rata rasio
tabungan terhadap
income sekitar 30-45%
4. Kepemilikan aset Diperkirakan peningkatan 25 2 50
asetnya antara 50-100 %
100 5 125
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Untuk indikator sosial (Tabel 5), tradisi. Selanjutnya tingkat keterlibatan
dapat dilihat bahwa WPP 571 termasuk masyarakat dalam kegiatan sosial juga
dalam kategori baik. dengan total nilai cukup tinggi. Walaupun masih dijumpai
komposisi sebesar 233. Kategori baik ini konflik horizontal antara sesama
ditunjukkan dari adanya traditional nelayan di WPP 571, namun intensitas
ecological knowledge yang dipahami dan konflik tersebut tidak dalam jumlah
dilaksanakan oleh para nelayan sebagai yang tinggi.
Indikator
No Unit Data Bobot Skor Nilai Flag
Kelembagaan
kebijakan dalam
pengelolaan
perikanan
3. Peningkatan Sudah banyak
kapasitas peningkatan
Pemangku kapasitas namun belum 11,11 2 22,22
kepentingan berfungsi sebagaimana
mestinya
4. Mekanisme Belum ada mekanisme
11,11 1 11,11
Kelembagaan kelembagaan
5. Kelengkapan aturan Aturan main sudah ada
main namun
11,11 2 22,22
Dalam pengelolaan belum lengkap
perikanan
Sudah ada penegakan
aturan 11,11 2 22,22
main namun belum efektif
6. Rencana pengelolaan Adanya RPP
11,11 1 11,11
perikanan
7. Kepatuhan terhadap Masih banyak ditemukan
prinsip-prinsip pelanggaran misalnya
perikanan terkait
yang bertanggung dengan ukuran kapal
jawab dalam
11,11 1 11,11
pengelolaan
perikanan yang telah
ditetapkan baik
secara
formal
Jumlah 100 15 167
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Charles, A.T. 2001. Sustainable fishery Nurhakim, Subhat, dkk. 2007. Wilayah
system. Blackwell Scientific Pengelolaan Perikanan, Status
Publications. Oxford. UK Perikanan Menurut Wilayah
Pengelolaannya. Jakarta: Pusat
Cochrane, K. L. 2002. Fisheries Riset Perikanan Tangkap,
management. In A Fishery Departemen Kelautan dan
Manager’s Guidebook. Perikanan.
Management Measures and their
Application.1e20. Ed. by K. L. Undang-undang Republik Indonesia
Cochrane. FAO Fisheries Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Technical Paper, 424. 238 pp. Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 tahun 2004 tentang
Direktorat Sumberdaya Ikan, Direktorat Perikanan.
Jenderal Perikanan Tangkap,
Kementerian Kelautan dan United Nations. 2004. World Summit on
Perikanan. 2011. Peta Keragaan Sustainable Development
Perikanan Tangkap Di Wilayah (WSSD) Johannesburg 2002, Plan
Pengelolaan Perikanan Republik of Implementation, Chapter IV
Indonesia (WPP-RI). Jakarta: no 30 (d). Diakses pada halaman
Direktorat Sumberdaya Ikan, http://www.un.org/esa/sustde
Direktorat Jenderal Perikanan v/documents/WSSD_POI_PD/
Tangkap, Kementerian Kelautan English/POIChapter4.htm
dan Perikanan.
Ward, T., Tarte, D., Hegerl, E., dan
FAO. 2003. Ecosystem Approach to Short, K. 2002. Policy Proposals
Fisheries. FAO Technical Paper. and Operational Guidance for
Eosystem-Based Management of
Gracia, S.M. and Cochrane, K.L 2005. Marine Capture Fisheries. World
Ecosystem Approach to Fisheries Wide Fund for Nature Australia
: A Review of Implementation
Guidelines. ICES Journal of WWF-Indonesia dan Pusat Kajian
Marine Sciences (62). Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Institut Pertanian Bogor. 2011.
Keputusan Menteri Kelautan dan Kajian Awal Keragaan
Perikanan Republik Indonesia Pendekatan Ekosistem Dalam
Nomor Kep.45/Men/2011 Pengelolaan Perikanan
Tentang Estimasi Potensi (Ecosystem Approach to
Sumber Daya Ikan di Wilayah Fisheries Management) di
Pengelolaan Perikanan Negara Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia. Indonesia. WWF dan PKSPL IPB
Report. Jakarta