Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

FARMAKOTERAPI II

“INFLUENZA”

OLEH :

KELOMPOK 6
S1- VI B
Ernalia Sri Weneng (1501070)
Fazri Perdana Putra (1501071)
Felly Cahyana (1501072)
Fitra Annisa (1501073)
Sri Wulandari (1501101)
Lince Marlina (1601074)
Riska Oktaviani (1301081)

DOSEN PENGAMPU :
Septi Muharni, M.Farm,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi
di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena
virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus
mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya)
yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau
kombinasi ketiganya.
Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan
tumbuhan. Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang
menyebabkan influenza menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit,
virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf.
Influenza yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus RNA dari familia Orthomyxoviridae (virus influenza), yang
menyerang unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah
menggigil, demam, nyeri tenggorokan, nyeri otot, nyeri kepala berat, batuk, kelemahan, dan
rasa tidak nyaman secara umum. Setiap orang sudah mengenal dan sudah pernah menderita
penyakit ini. Bila terserang penyakit ini pekerjaan sehari-hari akan terhalang. Penyebab
influenza adalah virus RNA yang termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae yang dapat
menyerang burung, mamalia termasuk manusia.
Biasanya, influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan
menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang
telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga
menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan
dalam penyakin ini belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari,
disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena virus
dapat diinaktivasi dengan sabun.
Influenza menyebar ke seluruh dunia dalam epidemi musiman, Virus influenza mudah
bermutasi dengan cepat, bahkan seringkali memproduksi strain baru di mana manusia tidak
mempunyai imunitas terhadapnya Ketika keadaan ini terjadi, mortalitas influenza

2
berkembang sangat cepat. yang menimbulkan kematian 250.000 dan 500.000 orang setiap
tahunnya, bahkan sampai jutaan orang pada beberapa tahun pandemik. Rata-rata 41.400
orang meninggal tiap tahunnya di Amerika Serikat dalam kurun waktu antara tahun 1979
sampai 2001 karena influenza. Pada tahun 2010 Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit di Amerika Serikat mengubah cara mereka melaporkan perkiraan kematian karena
influenza dalam 30 tahun. Saat ini mereka melaporkan bahwa terdapat kisaran angka
kematian mulai dari 3.300 sampai 49.000 kematian per tahunnya.
Karena sifat-sifat materi genetiknya, virus influenza dapat mengalami evolusi dan
adaptasi yang cepat, dapat melewati barier spesies dan menyebabkan pandemic pada
manusia. Burung air liar dan itik menjadi sumber virus yang potensial sebagai pemicu
pandemi di Indonesia. Sedangkan ternak babi berperan sebagai tempat reassortment virus
avian influenza (VAI) dengan virus human influenza. Burung puyuh dapat juga menjadi
tempat reassortment dari VAI asal berbagai burung yang dijual di pasar burung.
Sementara peternakan unggas menyediakan hewan peka dalam jumlah yang banyak yang
memungkinkan VAI mengalami evolusi yang cepat. Suatu Rencana Gawat Influenza
diusulkan untuk segera dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari influenza ?
2. Bagaimana Etimologi dari influenza ?
3. Bagaimanakah Sifat dari influenza ?
4. Bagaimanakah Jenis dari influenza ?
5. Bagaimanakah Patogenesis dari influenza ?
6. Bagaimana Manifestasi klinik dari influenza ?
7. Bagaimana Patofisiologi dari influenza ?
8. Bagaimana Terapi dari influenza ?
9. Bagaimana Komplikasi dari influenza ?
10. Bagaimana Cara pencegahan dari influenza ?

3
1.3 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini meliputi beberapa aspek berikut :

1. Untuk mengetahui definisi influenza !


2. Untuk mengetahui Etimologi dari influenza !
3. Untuk mengetahui Sifat dari influenza !
4. Untuk mengetahui Jenis dari influenza !
5. Untuk mengetahui Patogenesis dari influenza !
6. Untuk mengetahui Manifestasi klinik dari influenza !
7. Untuk mengetahui Patofisiologi dari influenza !
8. Untuk mengetahui Terapi dari influenza !
9. Untuk mengetahui Komplikasi dari influenza !
10. Untuk mengetahui pencegahan dari influenza !

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Virus Influenza


Influenza adalah infeksi virus yang mempengaruhi terutama hidung, tenggorokan,
bronkus dan, sesekali, paru-paru. Infeksi biasanya berlangsung selma sekitar seminggu , dan
di tandai oleh demam mendadak tinggi, sakitotot sakit kepala, dan malaise berat , batuk non-
produktif, sakit tenggorokan dan rintis . Influenza yang lebih dikenal dengan sebutan flu,
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari familia
Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggas dan mamalia

2.2 Etimologi Influenza

Kata influenza berasal dari bahasa Italia yang berarti “pengaruh” hal ini merujuk pada
penyebab penyakit; pada awalnya penyakit ini disebutkan disebabkan oleh pengaruh
astrologis yang kurang baik. Perubahan pendapat medis menyebabkan modifikasi nama
menjadi influenza del freddo, yang berarti “pengaruh dingin”. Kata influenza pertama kali
dipergunakan dalam bahasa Inggris untuk menyebut penyakit yang kita ketahui saat ini pada
tahun 1703 oleh J Hugger dari Universitas Edinburgh dalam thesisnya yang berjudul "De
Catarrho epidemio, vel influenza, prout in India occidentali sese ostendit". Istilah lama yang
dipergunakan untuk influenza adalah epidemic catarrh, grippe (dari bahasa Perancis, pertama
kali dipergunakan oleh Molyneaux pada tahun 1694), sweating sickness, dan demam Spanyol
(terutama pada galur flu pandemi 1918).

5
2.3 Etiologi Influenza

Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di antara
banyak subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan A (H3N2)
adalah yang banyak beredar di antara manusia. Virus influenza bersirkulasi di setiap
bagian dunia. Kasus flu akibat virus tipe C terjadi lebih jarang dari A dan B. Itulah
sebabnya hanya virus influenza A dan B termasuk dalam vaksin influenza musiman.
Influenza musiman menyebar dengan mudah Saat seseorang yang terinfeksi batuk, tetesan
yang terinfeksi masuk ke udara dan orang lain bisa tertular. Mekanisme ini dikenal
sebagai air borne transmission. Virus juga dapat menyebar oleh tangan yang terinfeksi
virus. Untuk mencegah penularan, orang harus menutup mulut dan hidung mereka
dengan tisu ketika batuk, dan mencuci tangan mereka secara teratur (WHO, 2009).

Penyebab utama influenza atau pilek ini adalah virus yang bernama Rinovirus. Virus
yang terdapat dalam mukus atau lapisan lendir penderita flu, dapat mengontaminasi
permukaan alat-alat rumah tangga yang sering disentuh. Sehingga virus penyebab infeksi ini
dapat dipindah-pindahkan ke ujung-ujung jari orang lain selam melakukan aktivitas sehari-
hari. Jika jari-jari yang mengandung virus diusapkan pada mata dan hidung sehingga virus
berpindah ke tempat tersebut, maka dapat menimbulkan gejala flu.
Perpindahan rinovirus dalam mukus dari alat rumah tangga ke jari=jari melalui aktivitas
rutin sehari-hari terjadi pada 23,5% jari, setelah mukus mengering selama 1 jam. Dengan
pengeringan selama 24 jam, perpindahan virus menurun menjadi 4%, dan setelah 48 jam
tidak ditemukan adalanya perpindahan.

2.4 Sifat Virus Influenza

Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu
220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Mati pada pemanasan 600C selama 30 menit atau
560C selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 jam. Virus akan mati dengan deterjen,
disinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin dan alkohol 70%.
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa : antigen
S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S merupakan suatu inti
partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing
tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada imunitas

6
terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung virus dan hanya memegang
peran yang minim 8 pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah
dalam dan membran lemak disebelah luarnya.
Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk mengubah
antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak maupun lambat. Peristiwa
terjadinya perubahan besar dari struktur antigen permukaan yang terjadi secara singkat
disebut antigenic shift.
Bila perubahan antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut antigenic drift.
Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza A dan antigenic drift hanya terjadi pada
virus influenza B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori yang mendasari terjadinya
antigenic shift adalah adanya penyusunan kembali dari gen-gen pada H dan N diantara
human dan avian influenza virus melalui perantara host ketiga. Satu hal yang perlu
diperhatikan bahwa adanya proses antigenic shift akan memungkinkan terbentuknya virus
yang lebih ganas, sehingga keadaan ini menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat
karena sistem imun host baik seluler maupun humoral belum sempat terbentuk. Sejak dulu
diduga kondisi yang memudahkan terjadinya antigenic shift adalah adanya penduduk yang
bermukim didekat daerah peternakan unggas dan babi. Karena babi bersifat rentan terhadap
infeksi baik oleh avian maupun human virus makan hewan tersebut dapat berperan sebagai
lahan pencampur (mixing vesel) untuk penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari kedua
virus tersebut, sehingga menyebabkan terbentuknya subtiper virus baru.

2.5 Jenis-Jenis Virus Influenza

Dalam klasifikasi virus, virus influenza termasuk virus RNA yang merupakan tiga dari
lima genera dalam famili Oethomyxoviridae.

1. Virus influenza A
2. Virus influenza B
3. Virus influenza C

Virus-virus tersebut memiliki kekerabatan yang jauh dengan virus parainfluenza


manusia, yang merupakan virus RNA yang merupakan bagian dari famili paramyxovirus
yang merupakan penyebab umum dari infeksi pernapasan pada anak, seperti croup
(laryngotracheobronchitis), namun dapat juga menimbulkan penyakit yang serupa dengan
influenza pada orang dewasa.
7
1. Virus influenza A

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar merupakan
inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala, virus dapat ditularkan
pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan
unggas domestik atau menimbulkan suatu pandemi influenza manusia.

Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza
dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat dibagi lagi menjadi
subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda berdasarkan tanggapan antibodi terhadap
virus ini. Serotipe yang telah dikonfirmasi pada manusia, diurutkan berdasarkan jumlah
kematian pandemi pada manusia, adalah:

 Virus influenza A subtipe H1N1, yang menimbulkan Flu Spanyol pada tahun 1918, dan
Flu Babi pada tahun 2009
 Virus influenza A subtipe H2N2, yang menimbulkan Flu Asia pada tahun 1957
 Virus influenza A subtipe H3N2, yang menimbulkan Flu Hongkong pada tahun 1968
 Virus influenza A subtipe H5N1, yang menimbulkan Flu Burung pada tahun 2004
 Virus influenza A subtipe H7N7, yang memiliki potensi zoonotik yang tidak biasa.
 Virus influenza A subtipe H1N2, endemik pada manusia, babi, dan unggas
 Virus influenza A subtipe H9N2
 Virus influenza A subtipe H7N2
 Virus influenza A subtipe H7N3
 Virus influenza A subtipe H10N7

2. Virus influenza B

Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B hampir secara
eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan dengan influenza A.
Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi influenza B adalah anjing laut dan
musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A dan
oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe influenza B.
Karena tidak terdapat keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B
biasanya diperoleh pada usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup
untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak mungkin. Perubahan antigen yang lambat,

8
dikombinasikan dengan jumlah inang yang terbatas (tidak memungkinkan perpindahan
antigen antarspesies), membuat pandemi influenza B tidak terjadi.

3. Virus influenza C
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia, anjing,
dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza
C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan
penyakit ringan pada anak-anak.

2.6 Patogenesis influenza Virus Influenza

Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus
respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus
tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10 virus/droplet, maka 50%
orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada
epitel sel di hidung dan bronkus. Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam
beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan
menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel untuk
pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek
pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram-negatif. Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu
hingga empat hari (rata-rata dua hari). Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu
hari sebelum timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya penyakit ini.
Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari sepuluh hari dan anak-anak yang
lebih kecil dapat menyebarkan virus influenza kira-kira enam hari sebelum tampak gejala
pertama penyakit ini. Para penderita imunocompromise dapat menebarkan virus ini hingga
berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan.
Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana virus dapat
tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki
alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus selanjutnya akan melekat pada epitel
permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus
terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu 10 singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di
dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-
sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut
dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya

9
silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat
pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan
replikasi secara efisien pada manusia.

Influenza dapat disebarkan dalam tiga cara utama:


a. melalui penularan langsung (saat orang yang terinfeksi bersin, terdapat lendir hidung yang
masuk secara langsung pada mata, hidung, dan mulut dari orang lain);
b. melalui udara (saat seseorang menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam udara) yang
dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah), dan
c. melalui penularan tangan-ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangan-ke-mulut, baik dari
permukaan yang terkontaminasi atau dari kontak personal langsung seperti bersalaman.

2.7 Manifestasi klinis

Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah
infeksi.Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun demam juga
sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar 38-39 °C (kurang lebih
100-103 °F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga mereka tidak dapat bangun dari
tempat tidur selama beberapa hari, dengan rasa sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa
lebih berat pada daerah punggung dan kaki. Gejala influenza dapat meliputi:
1. Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)
2. Batuk
3. Bersin
4. Hidung tersumbat
5. Nyeri tubuh, terutama sendi, otot dan tenggorok
6. Kelelahan
7. Nyeri kepala
8. Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorok,
dan hidung.
9. Mual dan muntah

Kadangkala sulit untuk membedakan antara selesma dan influenza pada tahap awal dari
infeksi ini, namun flu dapat diidentifikasi apabila terdapat demam tinggi mendadak dengan

10
kelelahan yang ekstrem. Diare biasanya bukan gejala dari influenza dari anak, namun hal
tersebut dapat dijumpai pada sebagian kasus "flu burung" H5N1 pada manusia dan dapat
menjadi gejala pada anak-anak. Gejala yang paling sering terdapat pada influenza
ditunjukkan pada tabel.

Gejala yang paling sensitif untuk mendiagnosis influenza

Gejala: Sensitivitas Spesivisitas


Demam 68–86% 25–73%
Batuk 84–98% 7–29%
Hidung tersumbat 68–91% 19–41%

Ketiga temuan tersebut, terutama demam, kurang sensitif pada pasien berusia
lebih dari 60 tahun.

2.8 Patofisiologi

Virus influenza A,B dan C masing-masing dengan banyak sifat mutagenik yang mana
virus tersebut dihirup lewat droplet mukus yang terarolisis dari orang-orang yang terinfeksi.
Virus ini menumpuk dan menembus permukaan mukosa sel pada saluran napas bagian atas,
menghasilkan sel lisis dan kerusakan epithelium silia.
Neuramidase mengurangi sifat kental mukosa sehingga memudahkan penyebaran
eksudat yang mengandung virus pada saluran napas bagian bawah. Di suatu peradangan dan
nekrosis bronchiolar dan epithelium alveolar mengisi alveoli dan exudat yang berisi leukosit,
erithrosit dan membran hyaline. Hal ini sulit untuk mengontrol influenza sebab permukaan
sel antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap virus influenza A
dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (lg A) dalam sekresi nasal. Sirkulasi lg G juga
secara efektif untuk menetralkan virus. Stimulus lg G adalah dasar imunisasi dengan vaksin
influenza A yang tidak aktif.
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium secara perlahan mulai
setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maximum kedalam 9 sampai 15 hari,
pada saat produksi mukus dan celia mulai tamapk. Sebelum regenerasi lengkap epithelium

11
cenderung terhadap invasi bakterial sekunder yang berakibat pada pneumonia bakterial yang
disebabkan oleh staphiloccocus Aureus.
Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2 sampai 7 hari diikuti
oleh periode penyembuhan kira-kira seminggu. Penyakit ini penting karena sifatnya epidemik
dan pandemik dan karena angka kematian tinggi bersama sekunder. Resiko tinggi pada orang
tua dan orang yang berpenyakit kronik.

2.9 Penatalaksanaan Terapi influenza

2.9.1 Terapi non-farmakologi


1. Pengendalian Infeksi
Cara yang cukup efektif untuk menurunkan penularan influenza salah satunya adalah
menjaga kesehatan pribadi dan kebiasaan higienis yang baik: seperti tidak menyentuh mata,
hidung dan mulut; sering mencuci tangan (dengan air dan sabun, atau dengan cairan pencuci
berbasis alkohol); menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin, menghindari kontak
dekat dengan orang yang sakit; dan tetap berada di rumah sendiri saat sedang sakit. Tidak
meludah juga disarankan.Walaupun masker wajah dapat membantu mencegah penularan saat
merawat orang yang sakit terdapat bukti-bukti yang bertentangan mengenai manfaat hal
tersebut pada masyarakat.Merokok meningkatkan risiko penularan influenza, dan juga
menimbulkan gejala penyakit yang lebih berat.
2. Bedrest
3. Peningkatan intake cairan jika tidak ada kontra indikasi
4. Obat kumur, untuk menurunkan nyeri tenggorokan

2.9.2 Terapi Farmakologi

a. Antipyretic : ASA 600 mg secara oral, 4 jam bagi dewasa; acetaminophen


bagi anak-anak.
b. Agent adrenergic : Phenylephrine (Neo-Synephrine), 0,25%, 2 tetes pada tiap-tiap
nostril bagi kongesti nasal.
c. Agent antitussive : Terpin hydrat dengan codeine, 5-10 ml PO q 3-4 jam untuk
dewasa apabila batuk.

12
d. Agent antiinfektif (adamantine) : Amantadine 100 mg PO atau untuk durasi
epidemic (3-6 minggu) untuk orang-orang beresiko tinggi berumur diatas 9 tahun bisa
juga diberikan kepada orang-orang berumur diatas 65 tahun tetapi takaran dikurangi
untuk orang dengan gagal fungsi.

e. Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM untuk dewasa; 0,25 ml untuk


bayi 6-35 bulan; 0,5 ml IM untuk anak-anak 3-12 tahun; untuk bayi dan anak-anak
berikan 2 dosis pada interval 4 minggu.

f. Inhibitor neuraminidase : Obat-obat antivirus seperti oseltamivir (merek


dagang Tamiflu) dan zanamivir (merek dagang Relenza) merupakan inhibitor
neuraminidase yang didesain untuk menghambat penyebaran virus pada tubuh. Obat-
obatan ini sering efektif terhadap influenza A dan B. Cochrane Collaboration
meninjau kembali obat-obat ini dan menyimpulkan bahwa obat-obat ini dapat
mengurangi gejala dan komplikasi. Strain-strain virus influenza yang berbeda-beda
memiliki tingkat daya tahan terhadap antiviral ini, dan adalah mustahil bagi kita untuk
bisa memprediksi tingkat perlawanan apa yang mungkin akan muncul pada pandemi
strain di masa mendatang.

13
2.10 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza adalah: Pneumonia influenza
primer, ditandai dengan batuk yang progresif, dispnea, dan sianosis pada awal infeksi. Foto
rongten menunjukkan gambaran infiltrat difus bilateral tanpa konsolidasi, dimana menyerupai
ARDS. Pneumonia bakterial sekunder, dimana dapat terjadi infeksi beberapa bakteri (seperti
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza).

a. Radang paru (pneumonia)


adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang
paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus,
jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri biasanya
diakibatkan oleh bakteri streptococcus dan mycoplasma pneumoniae.

b. Gagal jantung
adalah ketidak mampuan jantung untuk memasok aliran darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh . Virus influenza dapat menimbulkan pembengkakan di sekitar
jantung atau arteri yang menimbulkan gumpalan . inilah yang menyebabkan serangan jantung
Flu umumnya sembuh tanpa menyebabkan komplikasi. Meskipun begitu, Anda disarankan

14
untuk tetap berhati-hati karena sistem kekebalan tubuh saat menderita flu akan menurun
sehingga lebih mudah tertular penyakit lain. Demikian pula dengan orang-orang yang lebih
rentan mengalami komplikasi, seperti wanita hamil, lansia, orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang menurun, serta penderita penyakit kronis (misalnya penyakit paru-paru).

2.11 Cara Pencegahan Virus Influenza

Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan. Infeksi dengan
virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap infeksi virus yang homolog. Karena
sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah,
sehingga seseorang masih mungkin diserang berulang kali dengan jalur (strain) virus
influenza yang telah mengalami perubahan ini.
Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi sekitar 70%. Vaksin influenza mengandung
virus subtipe A dan B saja karena subtipe C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau
intramuskuler. Vaksin ini dapat mencegah tejadinya mixing dengan virus yang sangat
pathogen H5N1 yang dikenal sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray
flu vaccine (live attenuated influenza vaccine) dapat juga digunakan untuk pencegahan flu
pada usia 5-50 tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3-4 minggu sebelum
terserang influenza. Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada permulaan
wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin dalam jumlah terbatas dan vaksinasi
dianjurkan hanya untuk beberapa golongan masyarakan tertentu sehingga dapat mencegah
terjadinya infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal.

Ada beberapa kebiasaan yang di sarankan untuk dilakukan sebagai upaya pencegahan
lebih dini.
1. Mencuci tangan
2. Sebagian besar virus flu dapat menyebar melalui kontak langsung. Seseorang yang
bersin dan menutupnya dengan tangan kemudian dia memegang telepon, keyboard
komputer, atau gelas minum, maka virusnya akan mudah menular pada orang lain
yang menyentuh benda-benda tersebut. Virus mampu bertahan hidup berjam-jam
bahkan hingga berminggu-minggu. Oleh karena itu, usahakan untuk mencuci tangan
sesering mungkin.

3. Jangan menutup bersin dengan tangan

15
Bila kita menutup bersin dengan tangan, maka virus flu akan mudah menempel pada
tangan dan dapat menyebar pada orang lain.Jika kita merasa ingin bersin atau batuk,
gunakanlah tisu dan kemudian segera membuangnya.

4. Jangan menyentuh muka


Virus flu masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, maupun mulut. Menyentuh
muka merupakan cara yang paling umum dilakukan oleh anak-anak yang terserang flu
dan akhirnya menjadi cara mudah menularkan virus tersebut pada orang lain di
sekitarnya.

5. Minum banyak air


Air berfungsi untuk membersihkan racun dari dalam tubuh dan memberikan cairan
pada tubuh. Orang dewasa yang sehat umumnya membutuhkan delapan gelas air per
hari.

6. Mandi sauna
Meskipun belum terbukti bahwa mandi sauna dapat berpengaruh terhadap pencegahan
flu, namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang mandi sauna
dua kali per minggu akan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk terserang flu.
Hal tersebut memang sesuai dengan teori bahwa ketika kita menghirup uap panas
lebih dari suhu 80 derajat celcius akan menyebabkan virus flu akan sulit untuk
bertahan.

7. Lakukan olahraga aerobik secara teratur


Olahraga aerobik dapat mempercepat jantung untuk memompa darah lebih banyak
sehingga kita bernafas lebih cepat untuk membantu mentransfer oksigen ke paru-paru
dan ke dalam darah. Olahraga ini juga akan membantu meningkatkan kekebalan tubuh
secara alami.

8. Konsumsi makanan yang mengandung phytochemical


Phytochemical merupakan bahan kimia alami yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan
yang berperan memberikan vitamin pada makanan.

9. Konsumsi yogurt

16
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yogurt yang rendah lemak setiap
hari dapat mengurangi risiko terserang flu sekitar 25 persen. Bakteri menguntungkan
yang terdapat di dalam yogurt diketahui dapat menstimulus produksi sistem kekebalan
tubuh untuk menyerang virus.

10. Relaksasi
Jika kita dapat mengajari diri sendiri untuk relaks atau santai, maka dengan sendirinya
kita juga dapat mengaktifkan sistem imunitas tubuh.Diduga ketika kita melakukan
relaksasi, maka interleukin (bagian sistem imunitas yang merespon terhadap virus flu)
akan meningkat dalam aliran darah kita.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang sangat menular
dapat menyerag burung dan mamalia.
2. Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan C yang merupakan suatu
orthomixovirus golongan RNA.
3. S
4. Cara Pencegahan Virus Influenza
 Mencuci tangan
 Jangan menutup bersin dengan tangan
 Jangan menyentuh muka
 Minum banyak air
 Mandi sauna
 Lakukan olahraga aerobik secara teratur
 Konsumsi makanan yang mengandung phytochemical
 Konsumsi yogurt
 Relaksasi
5.
3.2 Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

AMK.Drs.H.syaifuddin. Buku kedokteran.anatomi dan fisiologi edisi 3. jakarta: ECG,


2006 Buku anatomi fisiologi.

dwidjoseputro. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan

J.pelczar, Michael. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press

Rogers,M.A., Wright, J.G., Levy,B.D., The Health Care of Homeless Persons - Part I –
Influenza, hal 67-71

Harper, S.A., Bradley,J.S., Englund, J.A., 2009, Seasonal Influenza in Adults and
Children Diagnosis, Treatment, Chemoprophylaxis, and Institutional Outbreak
Management: Clinical Practice Guidelines of the Infectious Diseases Society
of America, New York

19

Anda mungkin juga menyukai