Anda di halaman 1dari 14

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAN

DALAM PENYELENGGARAAN
PROGRAM K-3

NAMA : ISAK JOHAN SARWA


NIM : 16 . 221 . 001
TUGAS : K-3 DAN HUKUM KENAKER
JURUSAN : ELEKTRO
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam setiap pekerjaa sangatlah penting sekali dan harus
mengetahui, mengerti dan menerapkan tentang arti pentingnya
keselamatan, kesehatan, Kerja (K3). Dalam setiap proses atau aktifitas
pekerjaan. Proses terjadinya kecelakaan kerja seberapa besar kecilnya,
akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Secara umum penyebab
kecelakaan ditempat kerja adalah sebagai berikut:
Minimnya rambu-rambu / Petunjuk SOP, dan kecerobohan dlm
melakukan pekerjaan, bisa juga disebabbkan beberapa factor :
1. Kelelahan (fatigue)
2. Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working
condition)
3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai
penyebab awalnya (pre cause)adalah kurangnya training
4. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya
dan terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit.
Ditambah sifat pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan
(elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain-
lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri mencantumkan
masalah keselamatan kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari
pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam
penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi fisik, maka
perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau bidang
dengan tugas khusus menangani maslah keselamatan kerja. Lingkup
kerjanya mulai dari menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi,
serta membuat laporan penerapan di lapangan. Dalam rangka
Pengembangan Program Kesehatan Kerja yang efektif dan efisien,
diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk mendukung proses
perencanaan serta menentukan langkah kebijakan selanjutnya.
Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan
mengawasi serta membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan
dengan keselamatan kerja bagi para pekerja kesemuanya merupakan
kegiatan dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi
serta pasar bebas (AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar
negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota termasuk
Indonesia. Beberapa komitmen global baik yang berskala bilateral maupun
multilateral telah mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi standar.
Standart acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas,
manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk
menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen
Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap
penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi
tuntutan pasar internasional.
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah
peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem
K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ARTI DAN FUNGSI SISTIM MANAGEMEN K3 DI TEMPAT


KERJA
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
secara normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1,
adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif. Karena SMK3 bukan hanya tanggung jawab pemerintah,
masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab
pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.
Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri
kita antara lain :
 Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
 Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
 Menciptakan tempat kerja yangaman,efisien dan produktif dlm
melakukan aktifitas pekerjaan
 Terciptanya rasa aman, nyaman serta selamat dalam bekerja.
 Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan
perusahaan. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik,
sehingga membuat umur alat semakin lama.
Sebagai mana terdapat pada lampiran I PERMENAKER NO:PER.05/
MEN/1996 sebagai berikut:
1. Komitmen dan Kebijakan
 Kepemimpinan dan Komitmen.
 Tinjauan Awal K3
 Kebijakan K3
2. Perencanaan
 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Resiko
 Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya
 Tujuan dan Sasaran
 Indikator Kinerja
 Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang
Berlangsung
3. Implementasi
 Jaminan Kemampuan SDM Sarana dan Dana
- Integrasi
- Tanggungjawab dan Tanggung Gugat
- Konsultasi, Motifasi dan Kesadaran
- Pelatihan dan Kompetensi
 Jaminan Kemampuan SDM Sarana dan Dana
- Komunikasi
- Pelaporan
- Pendokumentasian
- Pengendalian Dokumen
- Pencatatan dan Manajemen Informasi
 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
- Identifikasi Sumber Bahaya
- Penilaian Resiko
- Tindakan Pengendalian
- Perancangan dan Rekayasa
- Pengendalian Administratif
- Tinjauan Ulang Kontrak
- Pembelian
- Prosedur Menghadapi keadaan darurat dan Bencana
- Prosedur Menghadapi InsidenProsedur Rencana Pemulihan
Keadaan Darurat
4. Pengukuran dan Evaluasi
 Inspeksi dan Pengujian
 Audit SMK3
 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen

Kekurangan yang paling dasar adalah peraturan pendukung


mengenai K3 yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi
internasional. Tapi hal ini masih dapat dimaklumi karena masalah yang
sama juga dirasakan oleh negara-negara di Asia dibandingkan negara
Eropa atau Amerika, karena memang masih dalam tahap awal. Selain itu
sertifikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja
(Pemerintah) dirasakan kurang membantu promosi terhadap SMK3
dibandingkan dengan sertifikasi ISO series, OHSAS, KOHSA (korea), yang
juga menggunakan badan sertifikasi swasta.
Dengan banyaknya keuntungan dalam penerapan SMK3 serta
standarisasi SMK3 di Indonesia yang cukup representatif bukankah saatnya
bagi Industri Indonesia untuk melaksanakan SMK3 sesuai
PER.05/MEN/1996 baik industri skala kecil, menengah, hingga besar ?
Sehingga bersama-sama menjadi industri yang kompetitif, aman, dan
Efisien dalam menghadapi pasar terbuka.

B. FUNGSI DANTUJUAN PEMBENTUKAN K3 DAN


PELAKSANAAN P2K3
Usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mempunyai
tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum yaitu :
1. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar
selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat
diwujudkan peningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
2. Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar
selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
3. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.Sedangkan secara
khusus antara lain :
4. Mencegah atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan
penyakit akibat kerja.
5. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan
bahan hasil produksi.
6. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat
dan penyesuaian antara pekerja dengan manuasi atau manusia
dengan pekerjaan.

C. DASAR HUKUM
Sebagai dasar hukum pembentukan, susunan, dan tugas Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ialah Undang-undang
No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat (1), (2) dengan
peraturan pelaksanaannya yaitu :
1. Keputusan Menteri Tenaga kerja No. KEP-125/MEN/82 tentang
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang disempurnakan dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-155/MEN/84.
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

D. PEMBENTUKAN
1. Syarat Pembentukan
Setiap tempat kerja dgn kriteria tertentu,pengusaha/pengurus wajib
membntk P2K3..
2. Syarat Keanggotaan
 Keanggotaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
terdiri atas unsur pengusaha dan tenaga kerja yang susunannya
terdiri dari atas ketua, sekretaris dan anggota.
 Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ialah Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Petugas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan.
 Ketua P2K3 ialah Pimpinan Perusahaan atau salah satu
Pimpinan Perusahaan yang ditunjuk (khusus untuk kelompok
perusahaan/centra industri).
 Jumlah dan susunan Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
 Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 (seratus)
orang atau lebih, jumlah anggota sekurang-kurangnya 12
(dua belas) orang terdiri dari 6 (enam) orang mewakili
pengusaha/pimpinan perusahaan dan 6 (enam) orang
mewakili tenaga kerja.
 Pengusaha yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh)
orang sampai 100 (seratus) orang, jumlah anggota sekurang-
kurangnya 6 (enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili
pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili
tenaga kerja.
 Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh),
dengan tingkat risiko bahaya sangat berat jumlah anggota
sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang
mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang
mewakili tenaga kerja.
 Kelompok perrusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang
50 (lima puluh) untuk setiap anggota kelompok, jumlah
anggota sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri dari 3
(tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3
(tiga) orang mewakili tenaga kerja.
3. Struktur Organisasi
Bentuk organisasi dan kepengurusan
Suatu organisasi P2K3 dapat mempunyai banyak variasi tergantung
pada besarnya, jenisnya bidang, bentuknya kegiatan dari perusahaan
dan sebagainya. Kepengurusan dari pada organisasi P2K3 terdiri dari
seorang Ketua, Wakil Ketua, seorang atau lebih Sekretaris dan
beberapa anggota yang terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja.
 Ketua dijabat oleh salah seorang Pimpinan Perusahaan yang
mempunyai kewenangan dalam menetapkan kebijaksanaan di
perusahaan.
 Sekretaris dapat dijabat oleh ahli K3/Petugas K3 (Safety Officer)
atau calon yang dipersiapkan untuk menjadi Petugas K3.
 Para anggota terdiri dari wakil unit-unit kerja yang ada dalam
perusahaan dan telah memahami permasalahan K3.
4. Program Kerja Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
 Identifikasi masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
 Pendidikan dan pelatihan.
 Sidang-sidang.
 Rekomendasi.
 Audit
5. Peran dan Fungsi Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3)
 Peran pokok Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) sebagai badan pertimbangan di tempat kerja ialah
memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak
kepada pengusaha/pengurus tempat kerja yang bersangkutan
mengenai masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
 Fungsi Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah
menghimpun dan mengolah segala data dan atau permasalahan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja yang
bersangkutan, serta mendorong ditingkatkannya penyuluhan,
pengawasan, latihan dan penelitian Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
E. BUDAYAKAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
Adalah upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta lingkungannya. (The
process of enabling people to increase control over, and to improve their
health-Ottawa charter 1986.)
Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya, yang berarti
mengembangkan kemandirian, yang dilakukan dengan menimbulkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta dengan mengembangkan iklim
yang mendukung pengembangan kemandirian tersebut.
Tujuan budaya Kesehatan di Tempat Kerja adalah :
 Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
 Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
 Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
 Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.
 Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat.
 Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan
masayarakat.
Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan
pekerja dan lingkungannya adalah pencegahan dan peningkatan
kesehatan.Secara mendasar Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah
perlu melindungi individu (pekerja), lingkungan didalam dan diluar tempat
kerja dari bahan-bahan berbahaya, stress atau lingkungan kerja yang jelek.
Gaya kerja yang memperhatikan kesehatan dan menggunakan pelayanan
kesehatan yang ada dapat mendukung terlaksananya promosi kesehatan di
tempat kerja.
1. Keuntungan Membudayakan Kesehatan Di Tempat Kerja, secara
umum :
 Bagi Perusahaan
Meningkatnyalingkungan tempat kerja yang sehat dan aman serta
nyaman, Citra Perusahaan Positif, Meningkatkan moral staf,
Menurunnya angka absensi, Meningkatnya produktifitas,
Menurunnya biaya kesehatan atau biaya asuransi., dan
Pencegahan terhadap penyakit.
 Bagi Pekerja
Lingkungan tempat kerja menjadi lebih sehat, Meningkatnya
percaya diri, Menurunnya stress, Meningkatnya semangat kerja,
Meningkatnya kemampuan, Meningkatnya kesehatan dan Lebih
sehatnya keluarga dan masyarakat
2. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring dan Evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk
melihat seberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk
mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-masalah yang ditemui dan
umpan balik (feedback) untuk perbaikan.
3. Revisi dan perbaikan program.
Setelah mendapatkan hasil dari evaluasi tentunya ada kekurangan
dan masukan yang perlu untuk pertimbangan dalam melakukan
perbaikan program, sekaligus merevisi hal yang sudah ada.

F. SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN TRANSPORTASI


DARAT
Sektor Transportasi Darat memiliki peranan yangb sangat penting
dalam masyarakat karena turut menggerakkan roda perekonomian dan
mobilitas masyarakat. Melalui jasa transportasi, diselenggfarakan kegiatan
angkiutan barang, penumpang dan jassa lainnya dari suatu daerah
kedaerah lainnya.
Untuk itu, dikembangkan Sistim Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Transportasi Darat (SMK3 Transportasi) yang
memberikan persyaratan untuk sistim manajemen K3 untuk membantu
perusahaan dalam mengendalikan bahaya kecelakaan dan meningkatkan
kinerja K3 sekaligus produktivitas perusahaan. Sistim Manajemen K3
Transportasi ini berlaku bagi perusahaan jasa angkutan darat untuk :
 Membangun sistim Manajamen K3 untuk mencegah terjadinya
kecelakaan lalu lintas atau kejadian lainnyan yang tidak diinginkan.
 Menerapkan , memelihara dan meningkatkan SMK3 secara terus
menerus.
 Memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi norma keselamatan
yang ditentukan.

1. Elemen Sistim Manajemen K3 Transportasi


Sistim Manajemen Keselamatan Transportasi merupakan sistim
manajemen berkelanjutan yang terdiri atas elemen sebagai berikut :
 Persyaratan Umum,
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara Sistim
Manajemen K3 yang terintegrasi dengan sistim manajemen
perusahaan sebagaImana disyaratkan dalam elemen 5 ini
 Kebijakan K3
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara kebijakan K3
yang menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keselamatan
dalam operasi angkutan.
 Perencanaan K3
 Pemeriksaan Dan Tindakan Koreksi
- Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
- Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur
mengenai pemantauan dan pengukuran Kinerja K3
perusahaan -Inspeksi dan Pengujian
- Perusahaan harus menetapkan prosedur mengenai
inspeksi dan pengujian
 Tinjauan Manajemen
Perusahaan harus melakukan tinjau ulang oleh manajemen
secara berkala untuk menilai dan mengetahui pelaksanaan
SMK3 dalam perusahaan serta permasalahan yang dihadapi
untuk peningkatan berkelanjutan

2. Process Safety Management


 Proses Safety Management.
Terdapat tiga kriteria pokok Proses Safety Management dengan
13 elemen-elemen.
 Kriteria Teknologi dan Proses, meliputi elemen-elemen :
- informasi keselamatan proses
- analisa bahaya proses
- keterpaduan mekanik
- penelaahan KK awal operasi
 Kriteria Keselamatan Kerja, meliputi elemen-elemen :
 penanganan keselamatan kerja kontraktor
 cara kerja aman
 prosedur operasi
 pelatihan karyawan
 partisipasi karyawan
 Kriteria Manajemen, meliputi elemen-elemen :
 manajemen perubahan
 rencana tanggap darurat
 audit manajemen keselamatan proses dan penyelidikan
kecelakaan
 Kriteria Teknologi dan Proses.
 Informasi Keselamatan Proses.
 Analisa Bahaya Proses.
 Manajemen
 Review Keselamatan Pra Start-Up.
 Kriteria Keselamatan Kerja.
 Keselamatan Kerja Kontraktor.
 Cara & Ijin Kerja Aman.
 Prosedur Operasi.
 Pelatihan/Training.
 Partisipasi Karyawan.

3. Reliability Centred Maintenance


 Principles :
 Tujuh prinsip dasar tentang RCM :
- Fungsi dan standard unjuk kerja (Functions and
performance standards).
- Cara kegagalan memenuhi fungsi (Functional failures).
- Penyebab kegagalan fungsional (Failure modes).
- Kejadian-kejadian pada setiap kegagalan (Failure
effects).
- Akibat terjadinya kegagalan (Failure consequences).
- Pencegahan kegagalan (Preventive tasks).
- Tindakan alternatif didalam mencegah kegagalan (Default
tasks).
 Persiapan RCM.
Langkah awal penerapan RCM meliputi :
 Plant register.
 Maintenance priority list.
 Technical history data.
 Decision support tools development.
 Inherrent Reliability vs. Desired performance.
 Hidden functions, Failure pattern survey
 Preventive task selection and DefinePotential-Failure interval.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan ;
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
secara normative sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996
pasal 1, adalah bagian dari system manajemen keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjaeab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan.
2. Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai
manfaat langsung maupun tidak langsung.
3. Promosi K3 adalah salah satu cara untuk meningkatkan K3

B. S A R A N
1. Pada dasarnya setiap pekerja maupun suatu perusahaan,selalu
menginginkan Selalu adanya perubahan kearah yag lebih baik, yang
bersifat kearah peningkatan, dalam hal keselamatan, kesehatan,
dalam bekerja dalam segala sektor, baik bidang Konstruksi, Migas,
Listrikmaupun Chemikal.
2. Untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja diperlukan
adanya manajemen K3, serta adanya bantuan
pembinaan/penyuluhan dari instansi 2x terkait, bila arti K3 utk
kesejahtaraan pada tenaga kerja Khususnya.
3. Menetapkan peraturan pemerintah mengenai UU no 1 /men/ 1970,
dan diharuskan dalam menjalankan, proses apapun yg melibatkan
unsur tenaga kerja pada sektor industry /konstruksi,sebagai
tanggungjawab kita bersama.
4. Belum maximalnya pelaksanaan Managemen K3 disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan informasi tentatang manajemen K3,
untuk itu kepada Menteri terkait dan Dunia Industri agar diadakan
sosialisasi secaras terus menerus.
5. Perlu peningkatan Promosi Keselamatan Kerja pada setiap Dunia
Kerja agar semua orang mementingkan Keselamtan kerja itu sendiri.
6. Sekolah secara khusus SMK yang dipersiapkan untuk tenaga kerja
menengah kebawah hendaknya dibekali dengan Manajemen K3.
REFERENSI
1. INTERNET
 https://agroedupolitan.blogspot.co.id/2017/10/makalah-k3.html

Anda mungkin juga menyukai