Mengelas adalah salah satu cara menyambung dua bagian logam ara perrnanen dengan
menggunakan tenaga panas. Tenaga panas ini diperlukan untuk mencairkan bahan dasar yang
akan disambung dan kawat las sebagai bahan pengisi. Setelah dingin dan membeku,
Dalam konstruksi yang rnenggunakan bahan baku logam. hampir sebagian besar sambungan-
sambungannya dikerjakan dengan cara pengelasan. Sebab dengan cara ini dapat diperoleh
sambungan yang lebih kuat dan lebih ringan dibanding dengan keling. Di samping itu, proses
Dewasa ini teknologi pengelasan telah berkembang begitu pesat lebih dan 40 Jenis
pengelasan telah dikenal orang dan digunakan dalam praktek penyambungan logam. Karena
begitu banyaknya jenisjenis pengelasan maka dibuatlah kiasifikasi. Menurut cara pelaksanaan
Masing masing Teknik pengelasan ini akan dijelaskan dalam artikel berikutnya.
Pada proses las cair bahan dasar dan kawat las dipanaskan hingga keduanya
mencair dan berpadu satu sama lain. Untuk jenis-jenis sambungan tertentu las cair ini
kadang-kadang tidak diperlukan kawat las, sehingga yang dicairkan hanyalah bagian
Las gas adalah cara pengelasan di mana panas yang digunakan untuk pengelasan
diperoleh dan nyala api pembakaran bahan bakar gas dengan oksigen (zat asam). Bahan
bakar gas yang biasa digunakan pada pengelasan gas adalah gas asetilin (gas karbit).
Untuk pekerjaan yang tidak memerlukan suhu terlalu tinggi digunakan jenis gas lain,
misalnya propan, gas alam (methan) dan LPG(Liquid Petroleum Gas). Gas-gas tersebut
Las gas yang menggunakan bahan bakar asetilin lebih populer disebut las asetilin
Las asetlin
Las asetilin (las karbit) adalah cara pengelasan dengan menggunakan nyala api
yang didapat dari pembakaran gas asetilin dan oksigen (zat asam).
Seperti halnya cara pengelasan yang lain, las asetilin digunakan untuk
menyambung dua bagian logam secara permanen. Dalam penyambngan dua logam ini,
dapat dilakukan tanpa bahan pengisi atau dengan tambahan bahan pengisi. Hal ini
bergantung pada ketebalan pelat yang disambungkan dan jenis sambungan yang
diinginkan.
Selain digunakan untuk menyambung dan menyolder, las asetilin dipaki juga untuk
2. Las listrik
Las listrik atau las busur adalah cara pengelasan dengan menggunakan tenaga listrik sebagai
sumber panasnya. Beberapa macam proses las yang termasuk pada kelompok las listrik
adalah :
(hambatan) listrik yang terjadi antara dua bagian logam yang akan disambungkan. Cara
pengelasan ini digunakan pada las titik, las tekan atau las roll.
panas dengan bantuan logam menyambung (solder) yang mempunyai titik lebur lebih
rendah daripada logam yang akan disambingkan. Pada proses solder atau brazing, hanya
bahan penyambungannya saja yang dicairkan, sedang bahan dasarnya dipanaskan sampai
Sebagai alat pemanas untuk penyolderan ini dapat digunakan pipa hembus,
pemanas listrik, atau alat pembakar yang biasa digunakan dalam las gas (las asetilin).
pelapis yang dilapiskan pada permukaan benda dapat berupa kawat las atau serbuk las.
Dari beberapa cara pengelasan yang disebutkan di atas, yang akan dibahas lebih
1. .Las gas, lebih khusus lagi las asetilin, termasuk cara pemotongan dengan las asetilin
dan brazing.
2. Las listrik, khususnya las listrik dengan elektroda berselaput.
3. Kedua cara pengelasan ini lebih luas pemakainya, mudah penggunaannya, dan relatif
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa
tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang
kontinyu.
perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi
misalnya untuk mengisi nlubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas
mempertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macam –macam reparasi lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana
untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara
praktek, secara lebih bterperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan
dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan.
Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau
cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini
dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan
yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan logam. Dari pertama
perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga
boleh dikatakan hamper tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara
Dalam bab ini akan diterangkan beberapa cara penngelasan dan pemotongan yang
telah banyak digunakan sedangkan penerapannya dalam praktek akan diterangkan dalam
Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan
dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal
tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut vpada waktu ini dapat
dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan
Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan
kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya.
Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi
tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali.
Diantara kedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja
lebih banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini
Berdasrkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu :
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang
terbakar.
denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam
Pemotongan yang dibahas disini adalah cara memotong logam yang didasarkan atas
mencairkan logam yang dipotong. Cara yang banyak digunakan dalam pengelasan adalah
Pengelasan yang paling banyak ndigunakan pada waktu ini adalah pengelasan cair
dengan busur gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur listrik dan las gas akan
dibahas secara terpisah. Sedangkan cara-cara penngelasan yang lain akan dikelompokkan
dalam satu pokok bahasan. Pemotongan, karena merupakan masalah tersendiri maka
A. Pengelasan cair
· Las gas
B. Pengelasan tekan
· Las titik
· Las penampang
· Las tekan
· Las tempa
· Las gesek
· Las ledakan
· Las induksi
· Las ultrasonic
C. Las busur
· Elektroda terumpan
· Las m16
Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses
penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi
surnber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las
Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda mencair
bersama-sama dengan benda kerja akibat dari busur api arus listriik.
Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan elektroda yang
mencair, setelah dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar dipisahkan.
elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan
dan mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda
Busur listrik yang terjadi di antara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan
ujung elektroda dan sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan
mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik
terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan memutupi
permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Perbedaan
suhu busur listrik tergantung pada tempat titik pengukuran, missal pada ujung elektroda
bersuhu 3400° C, tetapi pada benda kerja dapat mencapai suhu 4000° C.
Seperti halnya pad alas listrik TIG, pad alas listrik MIG juga panas ditimbulkan oleh
Elektroda merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya diatur oleh
pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat diatur sesuai
dengan keperluan. Tangkai las dilengkapi dengan nosel logam untuk menghubungkan
gas pelindung yang dialirkan dari botol gas melalui slang gas.
Gas yang dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja lunak dan baja. Argon atau
campuran argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Proses
pengelasan MIG ini dadpat secara semi otomatik atau otomatik. Semi otomatik
E. Arus Listrik
Pada arus ini, elektron-elektron bergerak sepanjang penghantar hanya dalam satu arah.
Pengertian & Perbedaan Polaritas DCEN DCEP Pada Mesin Las SMAW Arus DC
Pengelasan pada mesin SMAW arus DC mempunyai dua polaritas, yaitu polaritas DCEN
(Direct Current Elektroda Negatif) dan DCEP (Direct Current Elektroda Positif).
Tentunya dua polaritas ini mempunyai perbedaan dalam aplikasinya di dunia Industri.
Dalam bahasa Inggris polaritas DCEN juga disebut sebagai DCSP (Direct Current
Straight Polarity) sedangkan polaritas DCEP DCRP (Direct Current Revers Polarity).
adalah benda kerja atau material yang akan dilas disambungkan dengan kutup positip (+)
dan elektrodanya disambungkan dengan kutup negatif (-) pada mesin las DC.
Pengertian Polaritas DCEP (Direct Current Elektroda Positif) adalah benda kerja atau
material dasar yang akan dilakukan pengelasan disambungkan dengan kutup negatip (-)
dan elektrodanya disambungkan dengan kutup positif (+) dari mesin las DC.
Polaritas DCEN
1. Busur listrik bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga tumbukan elektron
berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas
berada di elektroda.
2. Pada polaritas DCEN menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding
elektrodanya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik
digunakan pada pengelasan yang lambat, wilayah yang sempit dan untuk pelat yang
tebal.
Polaritas DCEP
1. Busur listrik bergerak dari material dasar ke elektrode dan tumbukan elektron berada
di elektrode yang berakibat 2/3 panas berada di elektroda dan 1/3 panas berada di
material dasar.
2. Polaritas DCEP menghasilkan pencairan elektroda lebih banyak sehingga hasil las
mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan pelat tipis dengan
Itulah Pengertian & Perbedaan Polaritas DCEN dan DCEP pada proses pengelasan
SMAW arus DC
Arah aliran arus bolak-balik merupakan gelombang sinusoide yang memotong garis nol
pada interval waktu 1/ 100 detik untuk mesin dengan frekuensi 50 hertz (Hz). Tiap siklus
gelombang terdiri dari setengah gelombang positif dan setenngah gelombang negative.
Arus bolak-balik dapat diubah menjadi arus searah dengan menggunakan pengubah arus
(rectifier/adaftor).
pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh
nyala gasasetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam
pengisi. Proses penyambungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat tinggi
Las karbit atau las asetilen adalah salah satu perkakas perbengkelan yang sering
menghubungkan dualogam atau welding.Secara umum, perkakas las asetilen adalah alat
penyambung logam melalui proses pelelehan logam dengan menggunakan energi panas
karbit digunakan untuk memotong dan menyambung benda kerja yang terbuat dari
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur
dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000o) yang
mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang
digunakan asetilen, propan atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini dinamakan las
Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen yang digunakan
untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam induk. Pengelasan dapat
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil
umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen.
Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2)
dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan
endapan yang terjadi adalah kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen
adalah :
CaC2 + 2H2O ® Ca(OH)2 + C2H2 kalsium karbida air tohor Kapur gas asetilen
Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari
asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun,
berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan
tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 350° C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).
Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi
antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus,
dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh
dari generator asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid
dengan air atau kini dapat dibeli dalam tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan
gas asetilen dalam tabung tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan
aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton,
kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen
bertekanan sampai 1,7 MPa. Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan
mengatur besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan
nyala api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus
diatur sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila
gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa nyala biasa dengan
mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak
akan menyala.
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh lebih
besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen
perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam
ila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut
dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara
kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna
keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak
digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral
maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu.
Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada
logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan
fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan
lainnya.
c. Nyala netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala
terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang
berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu
maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut.
Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen
berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas
baja.Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000° C dan di tengah kerucut luar
kira-kira 2500° C.