Nur Mahwadda
Nur Mahwadda
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “ ASPAL “. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari
berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu,
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................... 3
2.1 Defenisi Aspa................................................................................................... 3
2.2 Fungsi Aspal.................................................................................................... 3
2.3 Jenis-Jenis Aspal.............................................................................................. 4
2.4 Sifat Fisik Aspal...........................................................................................7
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 9
3.2 Saran.................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
a. Jalan aspal,
b. Dasar pondasi dan subdasar,
c. Dinding untuk lubang di jalanan, trotoar kakilima, jalan untuk mobil, lereng-lereng,
jembatan-jembatan, dan bidang parkir,
d. Tambalan lubang di jalanan,
e. Jalan dan penutup tanah,
f. Atap bangunan, dan
g. Minyak bakar
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut
bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam
(aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi).
Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan
aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai
bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan
bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan
bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan
aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul.
Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya
80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya
oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-
senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan
malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai
25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
2.2 Fungsi Aspal
Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk jalan pembuatan terbagi atas dua jenis
yaitu:
1. Aspal Alam
Menurut sifat kekerasannya dapat berupa:
a. Batuan = asbuton
b. Plastis = trinidad
c. Cair = Bermuda
2. Aspal buatan
Jenis aspal ini dibuat dari proses pengolahan minya bumi, jadi bahan baku
yang dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak
mengandung aspal. Jenis dari aspal buatan antara lain adalah sebagai berikut:
3. Aspal Keras
Aspal keras igunakan untuk bahan pembuatan AC. Aspal yang digunakan
dapat berupa aspal keras penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang memenuhi
persyaratan aspal keras. Jenis-jenisnya :
a. Aspal penetrasi rendah 40 / 55, digunakan untuk kasus: Jalan dengan volume lalu
lintas tinggi, dan daerah dengan cuaca iklim panas.
b. Aspal penetrasi rendah 60 / 70, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu
lintas sedang atau tinggi, dan daerah dengan cuaca iklim panas.
c. Aspal penetrasi tinggi 80 / 100, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume
lalu lintas sedang / rendah, dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
d. Aspal penetrasi tinggi 100 / 110, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume
lalu lintas rendah, dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
4. Aspal Cair
Aspal cair digunakan untuk keperluan lapis resap pengikat (prime coat)
digunakan aspal cair jenis MC – 30, MC – 70, MC – 250 atau aspal emulsi jenis
CMS, MS. Untuk keperluan lapis pengikat (tack coat) digunakan aspal cair jenis
RC – 70, RC – 250 atau aspal emulsi jenis CRS, RS.
5. Aspal emulsi
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam
air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi sehingga diperoleh partikel
aspal yang bermuatan listrik positif (kationik), negatif (anionik) atau tidak
bermuatan listrik (nonionik). Jenis-jenisnya adalah:
6. Aspal emulsi anionic
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam
air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi anionik sehingga partikel-
partikel aspal bermuatan ion-negatif.
Aspal emulsi anionik mengikat cepat (Rapid setting, RS)
Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara
cepat setelah kontak dengan agregat.
Aspal emulsi anionik mengikat lebih cepat (Quick setting, QS)
Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara
lebih cepat setelah kontak dengan agregat. Meliputi : QS-1h (quick setting-
1):Mengikat lebih cepat-1 keras (Pen 40-90).
1. Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan
sebagai bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan.
Hal ini di sebabakan karena sifat-saifat aspat akan berubah secara signifikan
akibat oksidasi dan pengelupasan yang terjadi pada saat pencampuran,
pengankutan dan penghamparan campuran beraspal di lapangan. Perubahan sifat
ini akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah atau dengna kata lain
aspal telah mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan
ini disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk mengetahui seberapa baik
aspal untuk mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat proses penuaan.
Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas
yang baik akan menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian
kuantitatif yang biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah
pengujian penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini
dlakukan pada benda uji yang telah mengalami Presure Aging Vassel ( PAV),
Thin Film Oven Test ( TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua
proses penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di
gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama Viskositas dan
penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau penuaan.
Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
2. Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya,
dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat
adesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran
beraspal Karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji
daktilitas aspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak langsung dapat
dilakukan untuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal
keras dengna nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang memiliki daya adesi
yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktalitas yang
tinggi.
Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnya
yang digunakan untuk mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan.
Pada pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam
air dan dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau
kombinasi air dengan gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti
pemukaan agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat
akan melekat erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang
tejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik
sangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali
3. Kepekaan aspal terhadap temperatur
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila
temperature menurun dan melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal
untuk berubah sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan
aspal terhadap temperatur.
4. Pengerasan dan penuaan aspal
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui
durabilitas campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor utama,
yaitu: penguapan fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan oksidasi
penuaan jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau penuaan jangka panjang.
Oksidasi merupakan factor yang paling penting yang menentukan kecepatan
penuaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut
bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur.
Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang
berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat
diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.
Aspal memiliki banyak jenis seperti aspal alam,aspal buatan yang
diuraikan dan terbagi menjadi aspal keras, aspal cairm dan emulsi.
3.2 Saran
http://training.ce.washington.edu/wsdot/modules/03_materials/033_body.htm#ductility_
test, 10 Januari 2009, pukul 15.30
Witeng. Kennedy, Neville, 1976, Basic Statistical Methods For Engineers and
Scientists, 2nd Edition, Harper & Row, Publishers, New York
Sukirman, Silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
Supranto, M.A.J, 1987, Statistik, Teori dan Aplikasi Edisi Kelima, Jilid 1, Penerbit
Erlangga. Surabaya.
TUGAS MAKALAH
DISUSUN OLEH :