Bismillahirrahmaanirrahiim
Tidak ada gading yang tak retak. Jika ada rekan – rekan yang mau
memberikan ide dan saran, silahkan bergabung dengan mimin di
Grup Facebook, Instagram, WA, dsb. Mimin menerima segala
kritkan dan saran untuk melengkapi kebutuhan referensi e book
buat rekan ATLM dimanapun berada.
PENDAHULUAN
A. Pengertian Feces
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi
oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja
(faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit
yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan
infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja
(faeces).
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa
makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus,
bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas
indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal :
100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x /
minggu.
C. Bau Feses
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas
bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole,
dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas
hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah
dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga
terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi
bau feses atau tinja.
D. Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai
mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya
akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan
tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi
adalah :
E. Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari
dari jumlah tersebut 70% merupakan air dan separuh dari
sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa kuman.
Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur
sedikit lemak, sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain.
Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak
cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau
khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-
minggu.
4. Alat-alat
a. Sarung tangan
b. Spatel steril
c. Hand scoon bersih
d. Vasseline
e. Lidi kapas steril
f. Pot tinja
g. Bengkok
h. Perlak pengalas
i. Tissue
j. Tempat bahan pemeriksaan
k. Sampiran
G. Pemeriksaan Feses
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja
itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk
menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur darah
atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsur-unsur patologik
biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan
tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
i. Pemeriksaan makroskopik
1. Pemeriksaan Jumlah
Saat ini, pemeriksaan jumlah feses di berbagai
laboratorium sudah tidak dilakukan. Namun demikian
untuk diketahui dalam keadaan normal jumlah tinja
berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja
dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur
jumlah tinja meningkat.
2. Pemeriksaan Warna
Sudah di jelashkan pada pengenalan warna pada feses,
warna yang ditemukan dalam feses mempengaruhi
interpretasi hasil. Cermati warna feses sehingga tidak
salah dalam interpretasinya.
7. Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah.
Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif
Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan
pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah
dalam jumlah yang banyak.
8. Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan
spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam
feses.
1. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa
leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler,
kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan
peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin
ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada
penderita dengan alergi saluran pencenaan.
2. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon,
rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih
proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit
dalam tinja selalu berarti abnormal.
3. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel
epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian
distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal
jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak.
Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian
distal.
4. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja
normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium
oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan
E book Pemeriksaan Feses (FREE by Infolabmed.com)
kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam
atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak
didapatkan setelah banyak makan lemak.
5. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam
sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain
eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi
tidak bergerak.
6. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi
tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
7. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Enterobius
vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis dan sebagainya.
8. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat.
Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan
dianggap kista amoeba.
Pengiriman
Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau
kultur pada media Tetra Thionate Broth