Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PATOLOGI ANATOMI

RSUD TARAKAN JAKARTA PUSAT

Disusun Oleh :

Arka Permana Putra Maria Sarmauli MBS Sharen Febriana R

Erika Arnita Niniek Dwi Febriyana Siti Evi Nurshofi

Erni Rosiana Shara Shinta Dewi Yudistira Taufik

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III
2017
PATOLOGI ANATOMI

I. Pengertian
Patologi Anatomi adalah pemeriksaan penunjang terhadap spesimen/sampel
jaringan yang diperoleh melalui bedah sederhana. Biasanya, sampel jaringan
diperoleh dari benjolan yang belum diketahui penyebabnya (mis. benjolan besar di
leher) atau yang diyakini berasal dari kelenjar getah bening

II. Pemeriksaan dalam Patologi Anatomi

Histologi

Imuno
Sitologi
Histokimia

Patologi
Anatomi

Histokimia FNAB

Potong
Beku
Pemeriksaan Histopatologi

I. Alur pemeriksaan Histologi

Instalasi
Rawat Inap Rawat Jalan
Kamar Bedah

Tata usaha Kamar


Arsip
potong

Diagnosis Laboratorium
Histopatologi
II. Pengertian
Histoteknik adalah salah satu teknik laboratorium yang dipergunakan
dalam kegiatan eksperimental, laboratorium histopatologi dalam bidang ilmu
patologi anatomi untuk mendiagnosa suatu tumor atau kelainan tubuh yang
didapat dengan cara biopsi atau operasi dan diperiksa di laboratorium secara
mikroskopik.

III. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan proses fiksasi jaringan
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan cara pembuatan blok paraffin
jaringan (Embedding)
3. Mahasiswa mampu membuat blok parafin jaringan
4. Mahasiswa mampu melakukan pemotongan blok paraffin
5. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan cara kerja pewarnaan histopatologi

IV. Prinsip
1. Fiksasi
Fiksasi memberikan perlakuan tertentu terhadap elemen-lemen
jaringan, terutama inti sel (nucleus), sehingga dapat diwetkan dalam kondisi
yang mendekati keadaan aslinya. Selain itu, fiksasi juga mencegah terjadinya
autolysis atau kerusakan jaringan yang disebabakan oleh mikroorganisme
maupun perusakan oleh enzim yang terkandung dalam jaringan itu sendiri.

2. Dehidrasi (dehydration)
Dehidrasi adalah proses mengeluarkan air dari dalam jaringan tisu
dengan menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Kesalahan yang terjadi
akan mengakibatkan terhalangnya proses penamanan dalam parafin yang
merupakan proses lanjutan setelah proses dehidrasi tersebut.

3. Penjernihan (clearing)
Proses penjernihan bertujuan untuk menggantikan alkohol dalam
jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu solven atau
medium penjernih sebelum proses penanaman pada parafin. Setelah
menggunakan xylol atau benzene pada proses penjernihan, pada umumnya
jaringan akan menjadi transparan.

4. Infiltrasi (infiltration)
Infiltrasi yaitu usaha menyusupkan media penanaman kedalam
jaringan dengan menggantikan kedudukan dehidran dan bahan penjernih.
Media penamanam/embedding yang umum dipakai adalah parafin.
5. Penanaman (embedding)
Penanama merupakan proses memasukkan atau menanam jaringan
kedalam blok-blok parafin (cetakan) sehingga memudahkan pada proses
penyayatan dengan bantuan mikrotom.

6. Pemotongan Dengan Microtom


Pemotongan dengan microtom digunakan untuk mendapatkan sayatan
tipis jaringan berkisar antara 3-5 µ

7. Pewarnaan
Pewarnaan merupakan proses memasukan zat pewarna kedalam jaringan
agar sitoplasama dan inti sel terwarnai dengan jelas .

V. Alat dan bahan


 Alat
 Pisau
 Pengalas (Talenan)
 Cetakan Blok Parafin (mold)
 Casette & Penutup Casette
 Waterbath
 Pinset
 Pensil
 Timer
 Freezer/Pendingin
 Mikrotom
 Rak Pewarnaan
 Kaca penutup
 Slide

 Bahan
 Potongan Jaringan
 Formalin 10%
 Alkohol 70%, Alkohol 96%
 Xylene
 Parafin Cair
 Mounting
 Pewaranaan HE

VI. Cara kerja


 Cara Kerja pembuatan blok paraffin dan pemotongan blok paraffin
1. Siapkan Alat dan bahan yang diperlukan
2. Potong jaringan yang dianggap patologis dengan ketentuan tidak
melebihi ukuran cassette menggunakan pisau
3. Jaringan diletakan pada bagian tengah cassette , kemudian tutup
cassette
4. Cassette yang telah berisi jaringan direndam kedalam jar berisi
formalin 10% selama 0-3 jam
5. Selanjutnya , cassette dipindahkan dan direndam kedalam jar berisi
alcohol 70% selama 1-2 jam
6. Kemudian cassette dipindahkan dan direndam kedalam jar berisi
alcohol 95% selama 1-2 jam
7. Setelah itu , cassette dipindahkan dan direndam kedalam jar berisi
alcohol 100% selama 1 jam , proses ini dilakukan sebanyak 3 atau 4
kali menggunakan jar berisi alcohol 100% yang berbeda
8. Selanjutnya , cassette dipindahkan dan direndam kedalam jar berisi
xilol selama 1 jam , proses ini dilakukan 2 kali menggunakan jar berisi
xilol yang berbeda namun pada jar kedua cassettedirendam selama 2
jam
9. Lalu , cassette direndam kedalam jam berisi paraffin selama 2,5 jam
proses ini dilakukan 2 kali menggunakan jar berisi parafin yang
berbeda namun pada jar kedua cassette direndam selama 4 jam
menggunakan incubator dengan suhu 56°-60°C
10. Kemudian disiapkan cetakan blok parafin, dan isi dengan parafin
11. Jaringan dipindahkan kedalam cetakan blok parafin, tekan jaringan
agar posisi tidak mengambang .
12. Cetakan blok paraffin tersebut didinginkan agar keras (dimasukkan
kedalam freezer dan gunakan ice pack untuk hasil yang lebih cepat)
13. Setelah keras keluarkan / lepaskan blok paraffin dari cetakan dengan
cara di lemparkan beberapa kali pada bench kerja
14. Blok parafin yang sudah jadi siap untuk dilakukan pemotongan dengan
microtome
15. Pemotongan microtom dilakukan dengan ketebalan 2-5 µm
16. Setelah dilakukan pemotongan , potongan tipis tersebut diletakan di
slide dengan menggunakan waterbath
17. Selanjutnya dilakukan proses pewarnaan

 Cara kerja pewarnaan Histologi


a. Cara Kerja
1. Slide direndam kedalam jar berisi Xilol selama 5 menit
2. Kemudian Slide di pindahkan , dan direndam kembali ke jar berbeda

yang berisi xilol selama 5 menit

3. Setelah itu slide dipindahkan dan direndam ke dalam jar berisi ethanol
selama 5 menit
4. Kemudian Slide di pindahkan , dan direndam kembali ke jar berbeda

yang berisi ethanol selama 3 menit

5. Lalu slide dipindahkan dan direndam ke dalam jar berisi alcohol 70%
selama 3 menit
6. Lalu slide dibersihkan diatas dengan aquadest
7. Selanjutnya slide di rendam kembali ke jar yang telah berisi
hematoxylin selama 5 menit
8. Lalu slide dibersihkan dengan air mengalir selama 5 menit
9. Kemudian slide direndam kedalam jar berisi HCL 0,4 % 1- 2 celup
saja
10. Lalu slide dibersihkan dengan air mengalir selama 5 menit
11. Setelah itu slide direndam kedalam jar berisi lithium carbonat 5 %
selama kurang lebih 30 detik
12. Lalu slide dibersihkan dengan air mengalir selama 5 menit
13. Selanjutnya slide direndam kedalam jar berisi eosin selama 1-2 menit
14. Selanjutnya slide dipindahkan dan direndam kedalam jar berisi ethanol
2-5 celup proses ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan jar ethanol yang
berbeda
15. kemudian, slide dipindahkan dan direndam kedalam jar berisi xilol
selama 5 menit proses ini dilakukan sebanyak 2 kali menggunakan jar
ethanol yang berbeda
16. Dan tahapan terakhir slide yang sudah diwarnai diberikan mount dan
bagian atasnya ditutup dengan kaca penutup

Hasil Pewarnaan

VII. Alur Pewarnaan Histopatologi


Xylol I Xylol II Ethanol Ethanol

Air Mengalir Hematoxylin Aqua Alkohol 70%

HCL 0,4% Air Mmengalir Lithium Air Mengalir


Carbonat 5%

Ethanol Eosin
Ethanol Ethanol

Xylol I Xylol II
Pemeriksaan Sitopatologi

I. Alur Pemeriksaan

Instalasi
Rawat Inap Rawat Jalan
Kamar Bedah

Arsip Tata usaha Kamar


potong

Diagnosis Laboratorium
Sitopatologi
II. Pengertian
Sitologi, lebih dikenal sebagai biologi sel, mempelajari struktur sel, komposisi
seluler, dan interaksi sel dengan sel lain dan lingkungan yang lebih besar di mana
mereka ada. Istilah “sitologi” juga dapat merujuk kepada Sitopatologi, yang
menganalisis struktur sel untuk mendiagnosa penyakit. Studi mikroskopis dan
molekul sel dapat fokus pada organisme baik multisel atau bersel tunggal

III. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan cara kerja pembuatan sediaan preparat
sitologi
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan cara kerja proses pewarnaan sitologi

IV. Prinsip
Zat warna yang bersifat asam (eosin) akan mewarnai bagian sel yang bersifat basa
(sitoplasma) sehingga sel akan berwarna merah , dan zat warna yang bersifat basa (
hematoxylin) akan mewarnai bagian sel yang bersifat asam (inti sel) sehingga sel
akan berwarna biru .

V. Alat Dan bahan


 Alat
1. Kaca Objek
2. Kaca penutup
3. Pipet tetes
4. Tabung sentrifuge
5. Sentrifuge
6. Jar
7. Rak pengering
8. Pipet tetes
9. Inkubator
 Bahan
1. Bahan specimen sputum dan pleura
2. Alkohol 70% , 96% , absolute
3. Xylene
4. Enthelene
5. Pewarnaan papaniculao

VI. Cara Kerja


Sediaan apus yang masih basah , difiksasi dalam campuran methanol bila
menggunakan regen rapid atau dengan alcohol 96% bila dengan pewarnaan
papanicolou dengan volume yang sama selama 5-15 menit.
a. Pewarnaan dengan papanicolou
1. Cuci berturut-turut dalam alcohol 80% , 70% dan 50% dalam 5 celupan
2. Cuci dalam aquades
3. Warnai dalam hematoxylin ehrlich/harris selama 5-7 menit
4. Cuci dengan aquadest selama 30 detik
5. Diferensiasi dalam 0.5% HCL dalam 5 celupan
6. Cuci dengan aquadest selama 30 detik
7. Celup kedalam lithium carbonat dalam 5 celup
8. Cuci seluruhnya dalam aquadest
9. Cuci berturut-turut dalam alcohol 50% , 70% , 80% dan 95% dalam 5 celup
10. Warnai dengan larutan orange G selama 3 menit
11. Cuci seluruhnya dalam alcohol 95% untuk menghilangkan kelebihan zat warna
sebanyak 2 kali dalam 5 ceelup
12. Warnai dengan Eosin-Alkohol selama 3 menit
13. Cuci selama 5-10 menit dalam setiap stanning jar yang berisi alcohol 95%
(terdapat 3 buah stanning jar)
14. Cuci dalam alcohol absolute selama 1 menit sebanyak 2 kali
15. Jernihkan dengan xylol selama 2 menit dan tutup dalam Dpx atau crestalite
b. Pewarnaan Dengan Rapid
1. Slide Direndam kedalam jar yang berisi methylene blue selama 5 menit
2. Kemudian slide direndam kedalam jar yang berisi eosin selama 5 menit
3. Bilas dengan air mengalir
4. Tutup dengan Dpx atau crestal
VII. Alur Pewarnaan Sitologi

Alkohol v80% Alkohol 70% Alkohol 50% Air Mengalir

Air mengalir HCl 0,5% Air mengalir Hematoxylin


Harris

LiCO3 Air mengalir Alkohol 50% Alkohol 70%

Alkohol 95% Orange G Alkohol 95% Alkohol 80%


v

Alkohol 95% Eosin Alkohol Alkohol 95% Alkohol 95%

Alkohol 95%
Xylol Alkohol Alkohol Alkohol 95%
Absolute Absolute

Hasil Pewarnaan
Xylol II
Tindakan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)

I. Pengertian

FNAB adalah suatu tindakan memeriksa suatu bagian tubuh dengan cara
menyuntikan Sebuah jarum yang halus (lebih kecil dari jarum suntik biasa) ke bagian
yang membenjol , lalu melakukan aspirasi (penyedotan) untuk mengambil isi benjolan
itu . Tindakan biopsi aspirasi ditunjukan pada tumor yang letaknya superfisial dan
papable misalnya tumor kelenjar getah bening , tiroid , kelenjar liur , payudara dan lain
lain. Sedangkan untuk tumor pada organ dalam misalnya tumor pada paru , ginjal ,hati
, limpa dan lain-lain dilakukan dengan bantuan CT Guided. Dengan metode FNAB
diharapkan hasil pemeriksaan patologis seorang pasien dapat segera ditegakan
sehingga pengobatan ataupun tindakan operatif tidak membutuhkan waktu tunggu
yang terlalu lama . tindakan FBNAB ini dapat dilakukan oleh seorang dokter terlatih
dan dapat dilakukan di ruang praktek sehingga ini sangat bermanffat bagi pasien rawat
jalan.

II. Tujuan
Untuk membantu diagnosis berbagai penyakit tumor

III. Prinsip
memperoleh sampel sel-sel nodul tiroid yang teraspirasi melalui penusukan jarum
ke jaringan nodul tiroid. Untuk itu dibutuhkan jarum steril 23-25G serta semprit.

IV. Cara Kerja


1. Pasien menyiapkan alat dan bahan tindakan
2. Petugas menyiapkan pasien diruang tindakan untuk mengatur posisi yang
nyaman untuk melakukan tindakan
3. Sebelum dilakukan pemeriksaan dokter melihat diagnosaklinik dan hasil
penunjang medis pasien
4. Dokter mengenakan sarung tangan steril kemudian memeriksa letak (Benjolan)
5. Dokter membersihkan bagian yang sakit (benjolan) dengan kapas
6. Benjolan di tusuk dengan menggunakan syringe hingga keluar cairan yang
berada didalam benjolan
7. Kemudian isi cairan dikeuluarkan dari dalam thorax spuit dan diletakan diatas
objek glass
8. Selanjutnya cairan dibuat apusan
9. Kemudian langsung dimasukan kedalam cairan fiksasi selama 5-15 menit
10.Setelah di fiksasi slide di warnai dengan pewarnaan papanicolou
Teknik Potong Beku

I. Pengertian
Frozen section digunakan untuk pemeriksaan histologi yang mana hasil
harus segera dikeluarkan karena pasien sedang di meja operasi. Waktu tunggu
hasil dikeluarkan setelah penerimaan sampel maksimal adalah 30 menit.

II. Tujuan
1. Melakukan diagnosa potong beku dan jaringan / spesimen yang
dilakukan saat operasi sedang berlangsung (durante operasi)
2. Menentukan batas sayatan bebas tumor atau tidak dari jaringan /
spesimen yang dikirimkan pada saat operasi berlangsung (durante
operasi)

III. Prinsip
potong beku adalah teknik pengelolaan jaringan dengan cara membekukan
dengan cepat (quenching) suatu jaringan segar pada suhu -16®C , dan
berikutnya memindahkan molekul air (didalam es) dengan proses sublimasi
pada ruang vakum dengan suhu yang lebih tinggi , misalnya -20®C
IV. Cara Kerja
1. Memilih potongan jaringan yang representatif.
2. Jaringan diberi gel Cryometrix dan dibiarkan beku selama kurang lebih 2
menit.
3. Potong jaringan sampai diperoleh ketebalan 4-6 m.
4. Meletakkan jaringan yang sudah dipotong pada objek glass.
Pewarnaan HE pada Potong Beku

I. Pengertian
Pewarnaan HE pada potong beku adalah teknik pewarnaan dengan menggunakan
larutan / zat pewarnaan hematoxylin eosin setelah dilakukannya teknik potong
beku

II. Tujuan
Pewarnaan ini digunakan untuk mewarnai jaringan potong beku (Histopatologi)
atau imprint

III. Prinsip
Inti sel yang bersifat asam akan menyerap zat / larutan yang bersifat basa
sehingga akan berwarna biru , sedangkan sitoplasma yang bersifat basa akan
menyerap zat/ larutan yang bersifat asam sehingga akan berwarna merah

IV. Alat Bahan


 Alat
1. Objek Glass
2. Kaca penutup
3. Stanning jar

 Bahan
1. Hematoxylin
2. Eosin
3. Alkohol 100% , 96% , 70%
4. Aquadest
5. Tissue
6. Enthelen

V. Cara Kerja
1. Rendam slide jaringan kedalam alkohol 70% sebanyak 5 celup
2. Bilas slide jaringan dengan air mengalir
3. Rendam slide jaringan kedalam larutan pewarnaan Hematoxylin lilie mayer
selama 3 menit
4. Bilas slide jaringan dengan air mengalir
5. Rendam slide jaringan kedalam larutan pewarnaan eosin sebanyak 5 celup
6. Rendam slide jaringan kedalam alkohol 70% sebanyak 5 celup
7. Rendam slide jaringan kedalam alkohol 96% sebanyak 5 celup
8. Rendam slide jaringan kedalam alkohol 100% sebanyak 5 celup
9. Rendam slide jaringan kedalam xylol I sebanyak 5 celup
10. Rendam slide jaringan kedalam xylol II sebanyak 5 celup
11. Sediaan dikeringkan lalu ditutup dengan kaca penutup yang telah diberi enthelen
12. Slide jaringan sudah diap di identifikasi
Rotary Microtom

I. Pengertian
Alat ini disebut juga microtom , jenis microtom ini paling umum digunakan di
laboratorium , tersedia baik untuk sayatan paraffin dengan sayatan yang
ketebalannya dapat diatur sesuai dengan keinginan

II. Tujuan
Untuk menghasilkan irisan potongan jaringan yang berukuran 2-5 µm

III. Prinsip
mengiris specimen menjadi bagian yang sangat tipis untuk pemeriksaan mikroskop

IV. Cara Kerja


1. Letakan blok paraffin pada tempatnya . Pastikan holder pada microtom dikunci
kuat
2. Letakan pisau microtom pada tempatnya dan atur sudut kemiringannya . Biasanya
sudut kemiringan berkisar 20-30 derajat
3. Atur ketebalan potongsn ysng diinginkan , biasanya dipakai ketebalan antara 2-5
µm
4. Gerakan blok paraffin ke arah pisau sedekat mungkin dan potonglah blok paraffin
secara teratur dan ritmis . Buang pita-pita paraffin yang awal tanpa jaringan
hingga kita mendapatkan potongan yang mengandung preparat jaringan
5. Pita paraffin yang mengandung jaringan lalu dipindahkan secara hati-hati
menggunakan sengkelit atau kuas kedalam waterbath yang temperaturnya diatur
37-40°C dan biarkan beberapa saat hingga pita paraffin tersebut mengembang
6. Kemudian pancing menggunakan slide hingga terjadi penempelan pita paraffin
pada slide
Waterbath

I. Pengertian
Waterbath merupakan wadah yang berisi air yang bisa mempertahankan suhu air
pada kondisi tertentu selama selang waktu yang ditentukan

II. Tujuan
Memudahkan pengambilan pita paraffin dengan objek glass agar mendapatkan
hasil sediaan yang maksimal

III. Prinsip

IV. Cara Kerja


1. Isi air kira-kira 90% dari total volume waterbath
2. Hubungkan instrumen dengan sumber arus
3. Tekan tombol power dari off ke on
4. Atur suhu sesuai dengan kebutuhan sekitar 37-40°C
5. Setelah mencapai suhu yang dibutuhkan , kemudian letakkan pita paraffin yang
telah dipotong diatas permukaan air pada waterbath , tunggu sampai pita paraffin
mengembang , kemudian pindahkan pada objek glass dengan cara memasukan
objek glass itu kedalam waterbath dan menggerakannya ke arah pita paraffin ,
lakukan hal yang sama sampai sediaan selesai
6. Setelah waterbath selesai digunakan , tekan tombol on ke off
7. Buang air pada waterbath
8. Tutup alat dan penutup waterbath
Automatic Tissue Processor

I. Pengertian
Alat tersebut dapat melakukan proses dehidrasi , clearing , dan impregnasi secara
otomatis

II. Tujuan
Memasukan media padat (paraffin) kedalam jaringan agar dapat dipotong tipis
tanpa harus merusak pisau atau jaringan itu sendiri

III. Prinsip
mesin pengalihan jaringan (atau "celup dan dunk") tempat spesimen dipindahkan dari
kontainer ke wadah untuk diproses, atau jenis transfer cairan (atau "tertutup") tempat
spesimen dipegang ruang proses tunggal atau retort dan cairan dipompa masuk dan
keluar sesuai kebutuhan. Kebanyakan prosesor transfer fluida modern menggunakan
peningkatan suhu, sirkulasi fluida yang efektif dan menggabungkan siklus vakum /
tekanan untuk meningkatkan pemrosesan dan mengurangi waktu pemrosesan

IV. Cara Kerja


1. Isi masing-masing tabung dengan
 2 tabung formalin
 1 tabung 70%
 1 tabung 96%
 1 tabung ethanol
 2 tabung xylol
 1 tabung paraffin
2. Sambungkan alat dengan sumber listrik
3. Atur waktu start time dan waktu running proses pada tiap tabung.
4. Pastikan posisi alat berada pada tabung formalin 1 , masukkan jaringan yang telah
dipotong (didalam kaset) kedalam tabung yang berisi formalin , tekan lower ,
tutup dan tekan delay on
5. Apabila menginginkan proses secara delay atau ditunda untuk di proses beberapa
hari kemudian , atur alat dengan menekan day , delay , pilih waktu , kemudian
tekan delay on
Tissue Embedding Centre (Tissue Tank)

I. Pengertian
Tissue tank digunakan untuk mencairkan parafin pada suhu 56-59°C

II. Tujuan
Sebagai tempat sediaan jaringan yang akan dibuat blok paraffin

III. Prinsip
mencairkan paraffin dengan suhu 56°C atau lebih, pengisian paraffin cair ke dalam
“embedding cassette”/ pembuatan blok, dan pendinginan blok agar mudah dipotong
dengan suhu 0,5°C.

IV. Cara Kerja


1. Nyalakan alat , atur suhu tissue tank 56-59°C
2. Masukan sediaan jaringan yang telah di proses di citadil kedalam tissue tank pada
tissue embedding center untuk dilakukan proses pengeblokkan jaringan
3. Pilih basemould sesuai ukuran jaringan , buka kaset sediaan , ambil jaringan
dengan forceps warmer , letakkan pada basemould , tekan sampai berada di dasar
cetakan
4. Tutup basemould dengan kaset sediaanya lalu tekan
5. Biarkan sampai membeku pada coldplate
Cytospin

I. Pengertian
Cytospin adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan endapan dari bahan berupa
sel yang jernih untuk di diagnosis

II. Tujuan
Untuk mendapatkan sedimen dari bahan cairan yang jernih ( contoh seperti cairan
liquor serebrospinal , cairan urine)

III. Prinsip
Memanfaatkan gaya centrifugal sehingga bahan dapat terpisah

IV. Cara Kerja


1. Rekatkan cytoclip , slide yang telah dilabeli no.sitologi pasien dan cytofunnel
menjadi satu
2. Teteskan secukupnya cairan sampel yang akan dicytospin kedalam cytofunnel
3. Letakkan sampel di wadah cytospin , ditutup rapat wadah tersebut
4. Atur kecepatan dan lama waktu cytospin
Cell Block

I. Pengertian

Cell block adalah metode pembuatan bahan sitologi sehingga bisa diproses, dipotong,
diwarnai, dan dipandang sebagai histologi juga Dapat memberikan informasi
diagnostik selain yang diperoleh dari slide sitologi dan Lebih mudah untuk
melakukan noda khusus, dan imunohistokimia pada sel blok slide daripada pada slide
sitologi biasa karena slide sering memerlukan penyesuaian dari protokol pewarnaan
dan kontrol yang berbeda. Harus dipahami bahwa istilah 'blok' dalam konteks ini
bukanlah referensi untuk menempatkan sel di blok parafin, melainkan mengacu pada
teknik 'menghalangi' sesuatu untuk menahannya dan mempertahankan bentuknya

II. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip pengerjaan cell block
2. Mahasiswa mampu mengerjakan sediaan cell block

III. Prinsip
memeriksa struktur histologis dan memungkinkan penggunaan uji tambahan Sitologi
Jembatan Histopath (blok sel)

IV. Cara Kerja


1. Sisa cairan yang dibuat apusan sitology di sentrifuge
2. Kemudian endapan yang terbentuk disaring
3. Setelah itu diproses seperti jaringan histologi
4. Kemudian jaringan di dehidrasi , impregnasi , dan dibuat blok paraffin
5. Lalu dilakukan proses pemotongan dengan mikrotom
6. Kemudian di waterbath jaringan dipancing dengan slide
7. Lalu jaringan direnggangkan di atas hotplate
8. Kemudian dilakukan proses pewarnaan menggunakan pewarnaan HE
9. Lalu slide ditutup dengan mount

Anda mungkin juga menyukai