Anda di halaman 1dari 13

Judul Unjuk Kerja Kolektor Surya dengan Absorber Bentuk V

yang Dilengkapi Honeycomb dengan Beberapa Aspek Rasio


Jurnal JURNAL TEKNIK MESIN
Volume dan Vol. 12, No. 2 dan Hal. 83–88
Halaman
Tahun 2010
Afiliasi Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya & Universitas Kristen Petra, Surabaya
Keyword Kolektor surya, plat absorber V, honeycomb
Penulis Ekadewi A. Handoyo1, Niko Aris Sudiyanto2, Prabowo3,
Djatmiko Ichsani
Reviewer Thatit Widya Arga P.
Majid Teguh P.
Hubby Mukaffa
Khoirur Rohman
Tanggal Review 30 April 2018

Tujuan meningkatkan unjuk kerja kolektor menggunakan plat


Penelitian absorber berbentuk V atau memasang honeycomb di atas plat
absorber untuk mengurangi rugi panas

Variabel Absorber kolektor Surya

Metode Penelitian diawali dengan pembuatan suatu kolektor surya


\Penelitian udara dengan plat bentuk V. Plat yang digunakan mempunyai
sudut puncak 20o, karena Ardiansyah [6] menemukan bahwa
sudut puncak 20o memberikan Quseful dan nilai absorptivitas
plat paling tinggi. Kolektor surya yang diuji dapat dilihat pada
Gambar 1. Kolektor ini memiliki dimensi: panjang 90 cm,
lebar 60 cm dan kedalaman saluran udara 8,5 cm. Lebar tiap
gelombang, H, adalah 3 cm atau terdapat 20 gelombang V di
mana udara mengalir di dalamnya (seperti pada Gambar 2).
Udara lingkungan akan dialirkan masuk ke dalam kolektor
dengan bantuan kipas melalui suatu diffuser yang diberi
pengarah. Laju aliran udara diatur dengan mengubah
kecepatan putaran kipas agar udara mengalir dengan
kecepatan 0,45; 0,5; dan 0,55 m/s. Data penelitian diambil
tiap rentang 15 menit pada pukul 09.00 WIB s/d 15.00 WIB
dari tanggal 22 Juli sampai 3 Agustus 2010. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa,
Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya yang terletak di 7,28oLS dan 112,74oBT
Penelitian dilakukan untuk beberapa aspek rasio yang
didesiripisikan sebagai lebar gelombang, dalam hal ini, H,
dibagi dengan tinggi celah antara puncak plat absorber bentuk
V dengan kaca penutup, dalam hal ini L. Dengan demikian,
aspek rasio: A = H/L . Pada penelitian ini, jarak antara puncak
absorber ke kaca penutup yang diberi honeycomb, L,
ditentukan sebesar 1, 2, 3, 4, dan 5 cm. Mengingat besar H =
3 cm, aspek rasio yang dipakai pada penelitian ini adalah: A
= 3/1, 3/2, 3/3, 3/4, dan 3/5. Selama pengujian, parameter
yang diukur adalah: temperatur udara masuk kedalam saluran
(Tf,in), temperatur udara keluar saluran (Tf,out), temperatur
udara ambient (Tamb), temperatur plat absorber (Tabs),
temperatur kaca penutup (Tcg), kecepatan angin (vw),
intensitas radiasi (IT) di tempat pengujian, kecepatan udara
mengalir dalam saluran (vkipas).

Hasil Penelitian 1. Udara yang mengalir melalui kolektor surya mengalami


pemanasan sehingga temperaturnya meningkat dari Tf,in
menjadi Tf,out. Penggunaan honeycomb dengan berbagai
aspek rasio mempengaruhi kenaikan temperatur yang
dialami udara, seperti terlihat pada Gambar 3a sampai 5a
untuk masing-masing kecepatan udara 0,45; 0,5; dan 0,55
m/s. Kenaikan temperatur udara juga sangat dipengaruhi
intensitas radiasi matahari yang diterima plat absorber
pada saat pengukuran. Data intensitas matahari saat
pengukuran dapat dilihat pada Gambar 3b sampai 5b.
2. Dari Gambar 3 sampai 5, terlihat bahwa pada semua
kecepatan dan aspek rasio yang diuji, udara yang mengalir
melalui kolektor surya mengalami kenaikan temperatur
dan kenaikan temperatur tertinggi terjadi ketika aspek
rasio yang digunakan adalah 3/1. Namun, mulai pukul
13.00 kenaikan temperatur menurun untuk semua
kecepatan udara dan aspek rasio. Hal ini karena intensitas
radiasi yang diterima mengecil. Udara dapat mengalami
kenaikan temperatur hingga 22oC untuk aspek rasio 3/1
dan kecepatan udara 0,5 m/s pada pukul10.00. Kenyataan
ini sesuai dengan hasil yang didapat Ghoneim [4] yaitu
bahwa untuk daerah kerja dengan rentang temperatur tidak
terlalu tinggi, penggunaan honeycomb yang pendek dapat
mengurangi rugi-rugi panas konveksi dan memberikan
transmisi-absorpsi optik (τα) lebih baik dibanding
honeycomb yang tinggi. Dengan kata lain penggunaan
honeycomb yang tinggi menyebabkan rugirugi panas
konveksi lebih besar dan transmisiabsorpsi optik (τα) lebih
kecil bila dibanding dengan honeycomb yang pendek.
3. Kenaikan temperatur pada saat udara mengalir dengan
kecepatan 0,5 m/s adalah yang paling tinggi dari tiga
kecepatan yang diuji, seperti pada Gambar 3 sampai 5.
Fluida yang mengalir dengan kecepatan lebih tinggi akan
lebih turbulen karena fluida memiliki bilangan Reynolds
dan bilangan Nusselt lebih tinggi, sehingga koefisien
konveksi antara permukaan plat absorber dengan aliran
udara di bawahnya juga akan lebih tinggi. Kenaikan
koefisien konveksi berarti perpindahan panas dari plat
absorber ke udara menjadi lebih besar, sehingga udara
mengalami kenaikan temperatur lebih tinggi dari udara
dengan kecepatan lebih rendah, yaitu 0,45 m/s.
4. Namun, kenaikan kecepatan aliran udara dalam saluran
membuat rugi panas yang hilang ke lingkungan ikut
meningkat seperti ditunjukkan oleh koefisien rugi panas,
U, pada Tabel 2. Koefisien rugi panas ‘U’ ditentukan dari
rugi panas yang hilang dari plat absorber ke udara diam di
atas plat di antara honeycomb, ke kaca penutup, dan
akhirnya ke udara atau angin yang bertiup di luar kaca
penutup kolektor. Pada semua aspek rasio yang diuji,
koefisien rugi panas meningkat dengan kenaikan
kecepatan aliran udara. Dari Persamaan 1 terlihat bahwa
kenaikan koefisien rugi panas yang hilang, U,
menyebabkan penurunan Quseful yang kemudian
menyebabkan penurunan kenaikan temperatur udara,
Tf,out – Tf,in.
5. Persamaan 1 menyebabkan kenaikan temperatur udara
pada saat udara mengalir dengan kecepatan 0.55 m/s lebih
rendah dari 0.5 m/s.
6. Dengan menggunakan Persamaan 2, maka kinerja
kolektor, yaitu efisiensi, pada berbagai aspek rasio dapat
dianalisa meskipun intensitas radiasi matahari berubah-
ubah. Dari hasil penelitian, seperti pada Gambar 6a hingga
6c, terlihat bahwa kolektor mempunyai efisiensi terbaik
saat aspek rasio, A = 3/1. Efisiensi sesaat (instanteneous
efficiency) kolektor dengan aspek rasio, A = 3/1 dapat
mencapai 47% pada pk. 10.00. Efisiensi kolektor
berkurang dengan pertambahan aspek rasio. Efisiensi
paling rendah didapat ketika aspek rasio, A = 3/5. Semakin
besar aspek rasio berarti honeycomb yang dipakai
semakin tinggi. Hal ini membuat radiasi matahari yang
diserap absorber lebih rendah, sehingga temperatur plat
absorber dan efisiensi kolektor menjadi lebih rendah.
7. seperti terlihat pada Gambar 7 untuk aspek rasio, A = 3/1.
Efisiensi kolektor paling tinggi saat kecepatan udara
dalam saluran 0,5 m/s. Data pada Gambar 7 terlihat
menyebar di atas dan di bawah garis, karena harga
koefisien rugi panas, U, tidak konstan. Hal ini bersesuaian
dengan yang disampaikan Duffie [7].

Kekurangan 1. Gambar absorber kurang detail sehingga membuat


ketidak jelasan pembaca untuk mengerti bentuk detail
dari absorber tersebut

Kelebihan 1. Data hasil penelitian sudah dipaparkan dengan detail


2. Pengaruh persamaan pada hasil penelitian sudah di
aplikasikan dengan baik
3. Penampangan data sudah baik karena menggunakan tabel
dan grafik

Kesimpulan Dari pengujian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


kolektor surya dengan plat absorber bentuk V yang dilengkapi
honeycomb mempunyai unjuk kerja terbaik saat udara
mengalir melalui saluran berbentuk V dengan kecepatan 0,5
m/s dengan aspek rasio antara lebar V dengan tinggi
honeycomb sebesar 3/1. Unjuk kerja yang dimaksud adalah
kenaikan temperatur aliran udara dan efisiensi kolektor.
Judul Design of Circular Core Composite Structure for Structural
Applications
Jurnal INTERNATIONAL JOURNAL FOR RESEARCH IN
EMERGING SCIENCE AND TECHNOLOGY
Volume dan VOLUME-2, ISSUE-5 dan Hal. 267-271
Halaman
Tahun 2015
Afiliasi Department Of Mechanical Engineering/ Pune University,
Pune, India
Keyword E-Glass/Epoxy, Pro-E, Composite structure, Ansys 14.5,
Mild steel.
Penulis Devendra Bhagawan Sonawane
Reviewer Thatit Widya Arga P.
Majid Teguh P.
Hubby Mukaffa
Khoirur Rohman
Tanggal Review 30 April 2018

Tujuan untuk mengurangi berat keseluruhan struktur komposit inti


Penelitian melingkar dan meningkatkan daya dukung beban dari
circular core composite structure
Variabel circular core composite structure
Metode Struktur komposit inti melingkar dan struktur baja inti
Penelitian melingkar yang dihasilkan dalam Pro-E dan kedua model ini
kemudian diimpor ke meja kerja ANSYS. Dalam geometri
workbench ANSYS menunjukkan tiga pasang kontak. Sifat
material diberikan kepada struktur komposit inti melingkar
yaitu pelat atas dan bawah dipilih sebagai baja ringan dan inti
yang dipilih sebagai polimer yang diperkuat serat kaca
(Eglass / epoxy). Sifat material diberikan kepada struktur baja
inti melingkar yaitu pelat atas, pelat bawah dan bahan inti
yang dipilih sebagai baja ringan. Pilih ukuran mesh 3mm.
Untuk analisis struktural struktur komposit inti melingkar dan
struktur baja inti melingkar memperbaiki pelat bawah dari sisi
bawah dan menerapkan beban seragam di sisi atas pelat dan
deformasi total dan tegangan setara dicatat.

Hasil Penelitian 1. Tabel 2 menunjukkan nilai yang diperoleh dari total


deformasi struktur baja inti melingkar dan komposit inti
struktur melingkar untuk gaya terapan 1000N, 5000N, dan
10000N. Tabel 3 menunjukkan nilai yang diperoleh dari
tegangan ekuivalen struktur baja inti sirkular dan struktur
komposit inti sirkuler untuk gaya yang diterapkan sebesar
1000N, 5000N, 10000N
2. Grafik perbandingan tegangan ekivalen yang disajikan
pada Gambar-10. Dari grafik, dapat diamati bahwa
tegangan ekivalen selalu lebih rendah dalam struktur
komposit inti sirkuler jika dibandingkan dengan struktur
baja inti melingkar. Pada gaya terendah, yaitu pada 1000N
tegangan ekuivalen dalam struktur baja inti melingkar
lebih dari struktur komposit inti lingkaran. Gambar-11
menunjukkan bahwa berat struktur komposit persegi
panjang lebih rendah dari struktur baja persegi panjang.

Kekurangan 1. Metode penelitian kurang detail


Kelebihan 1. Data sudah ditampilkan dengan grafik dan tabel
2. Data ditampilkan dengan gambar yang detail pada proses
simulasinya
Kesimpulan Struktur komposit inti melingkar dan model struktur baja inti
melingkar di Pro-E secara efisien diimpor ke meja kerja
ANSYS dan analisis struktural dilakukan dan tekanan setara
dan deformasi total diamati. Dalam struktur komposit inti
melingkar, tegangan dan berat yang setara juga berkurang jika
dibandingkan dengan struktur baja inti melingkar. Dalam
lingkaran inti struktur komposit, tegangan setara menurun
sekitar 62% dan berat berkurang sekitar 30% dibandingkan
struktur baja inti melingkar
Judul Design and Analysis of Honey Comb Structures with
Different Cases
Jurnal International Journal of Engineering Development and
Research
Volume dan Volume 3, Issue 4 dan halaman 144-156
Halaman
Tahun 2015
Afiliasi Dept. of Aerospace Engineering, Nimra Institute of Science
& Technology,Vijayawada-521456
Keyword CATIA modelling of the product, static analysis, Structural
Analysis, Thermal analysis, strength
Penulis Shaik Nazeer
Shaik Allabakshu
Reviewer Thatit Widya Arga P.
Majid Teguh P.
Hubby Mukaffa
Khoirur Rohman
Tanggal 30 April 2018

Tujuan Dalam proyek ini kami membandingkan analisis struktural


Penelitian untuk struktur sarang lebah persegi dan heksagonal dan
analisis termal struktur sarang lebah persegi dan heksagonal.
Variabel Struktur Honeycomb
Metode 1. Metodologi Desain
Penelitian Tingkat pertama atau analisis awal desain menggunakan
alat yang harus sederhana untuk mendesain struktur sel
Hexagonal dan kemudian ekstrude. Setelah itu Majelis
kelompok sel-sel Hexagonal akan dihasilkan untuk
beberapa kasus untuk analisis Tingkat kedua adalah
tingkat desain panel persegi panjang. Kode komputer
didasarkan pada metode beda hingga atau metode elemen
hingga, dengan 1D, 2D atau 3D model fisik fenomena
(balistik internal, dinamika fluida, mekanika kontinum
analisis struktural). Mereka memungkinkan perhitungan
yang tepat, atau optimasi hingga menentukan geometri
akhir.

2. Definisi Masalah
Untuk melakukan analisis yang akurat, seorang insinyur
harus menentukan informasi seperti beban struktural,
geometri, kondisi pendukung, dan properti material. Hasil
analisis semacam itu biasanya termasuk deformasi,
tekanan dan pemindahan. Informasi ini kemudian
dibandingkan dengan kriteria yang menunjukkan kondisi
kegagalan.
3. Pemilihan Bahan
Pada desain kunci dari struktur kami dianalisis dengan
berbagai jenis material seperti Aluminium, Titanium dan
memiliki pandangan yang jelas pada semua kategori dan
membuat hasil yang jelas.
4. Tahapan desain CATIA (Computer Aided
Three-dimensional Interactive Application) adalah
perangkat lunak komersial multi-platform CAD / CAM /
CAE yang dikembangkan oleh perusahaan Prancis
Dassault Systems. Ini sangat berguna untuk membuat
model dan menyusun alat. CATIA memiliki lebih dari 60
modul mulai dari sketsa sederhana, desain bagian,
drafting, desain lembaran logam, desain hingga perakitan
dan banyak fitur tanpa akhir yang membantu dalam
beberapa aspek tergantung pada kebutuhan kita, dari
desain bentuk generatif hingga analisis alat. Baik berdiri
sendiri atau dikombinasikan untuk solusi industri yang
ditargetkan, CATIA memberikan kombinasi praktik
industri, pengetahuan, dan proses bisnis yang terbukti,
serta pengalaman produk digital terbaik di kelasnya.
5. Ansys Analysis ANSYS adalah perangkat lunak simulasi
rekayasa (rekayasa yang dibantu komputer, atau CAE).
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1970 oleh Dr. John A.
Swanson sebagai Swanson Analysis Systems, Inc. SASI.
Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan dan
memasarkan perangkat lunak analisis elemen hingga
untuk fisika struktural yang dapat mensimulasikan
masalah statis (stasioner), dinamis (bergerak) dan termal
(transfer panas).

Secara umum, solusi elemen hingga dapat dipecah


menjadi tiga tahap berikut. (1) Pra-pemrosesan:
mendefinisikan masalah Langkah-langkah utama dalam
pra-pemrosesan adalah (i) Menentukan poin / garis / area
/ volume utama, (ii) Menentukan jenis elemen dan sifat
material / geometrik, dan (iii) jalur mesh / area / volume
sesuai kebutuhan. Jumlah detail yang diperlukan akan
bergantung pada dimensi analisis, yaitu, 1D, 2D,
axisymmetric, dan 3D. (2) Solusi: menugaskan beban,
kendala, dan penyelesaian Di sini, perlu untuk
menentukan beban (titik atau tekanan), kendala (translasi
dan rotasi), dan akhirnya menyelesaikan serangkaian
persamaan yang dihasilkan. (3) Post processing:
pengolahan lebih lanjut dan melihat hasil pada tahap ini
mungkin ingin melihat (i) daftar perpindahan nodal, (ii)
kekuatan dan momen elemen, (iii) plot defleksi, dan (iv)
diagram kontur tegangan peta ortemperature.

 Analisis struktural Honeycomb: Analisis struktural akan


dilakukan dalam 4 kasus, dalam setiap kasus kami
mempertimbangkan deformasi, stres dan ketegangan (Von
Mises's). Juga, kami membandingkan nilai lendutan antara
aluminium dan titanium.
a) Dalam kasus-1, kami menerapkan tekanan pada satu
sisi dengan menjaga DOF sisi lain sebagai nol. Dan
sebagai hasil kami telah menghasilkan hasil
deformasi aluminium dan titanium, Von meleset
menekankan, ketegangan untuk aluminium dan
titanium dan menganalisis tegangan dan regangan
dan kekuatan komponen dan membuat tampilan yang
mampu Di sini kami memiliki langkah demi langkah
proses, bagaimana melakukan analisis struktural
(untuk aluminium, titanium)
b) Dalam kasus 2 ini, pertimbangkan seluruh struktur
sebagai balok kantilever. Kita tahu bahwa balok
kantilever memiliki satu ujung tetap dan satu ujung
bebas. Kami menerapkan gaya di ujung bebas, ke
bawah. Penggunaan kantilever dalam desain pesawat
sayap tetap, dipelopori oleh Hugo Junkers pada tahun
1915. Sayap pesawat awal biasanya menanggung
beban mereka dengan menggunakan dua (atau lebih)
sayap dalam konfigurasi biplan yang dilengkapi
dengan kabel dan struts. Di sini kita memiliki proses
langkah demi langkah, bagaimana melakukan
analisis struktural (untuk aluminium, titanium)
c) Kasus 3, Pertimbangkan seluruh struktur sebagai
balok kantilever, sekarang menerapkan beban secara
seragam. Di sini kita memiliki proses langkah demi
langkah, bagaimana melakukan analisis struktural
(untuk aluminium)
d) Dalam kasus 4 ini, pertimbangkan struktur sebagai
balok tetap dengan beban titik yang berarti menjaga
sisi kanan dan kiri DOF sebagai nol. Di sini kami
memiliki proses langkah demi langkah, bagaimana
melakukan analisis struktural (untuk aluminium)
Hasil Penelitian 1. Pada kasus 1. Hasilnya menunjukkan bahwa titanium
memiliki defleksi yang kurang dibandingkan dengan
aluminium, bahkan nilai tegangan dan regangan juga.
2. Pada kasus 2. Di sini juga, titanium memiliki lebih
sedikit defleksi
3. Pada kasus 3. Dalam hal ini juga, titanium memiliki
sedikit defleksi.
4. Pada kasus 4. Dalam hal ini juga, titanium memiliki
sedikit defleksi.

Kekurangan 1. Hasil penelitian tidak dipisah dengan metodolagi


2. Sukar dimengerti penuturan metodologinya
Kelebihan 1. Hasil penelitian mudah dimengerti
2. Sudah dilengkapi gambar pada pembahasannya
Kesimpulan Dari analisis, kita dapat menyimpulkan bahwa titanium
adalah material yang cocok, karena kurang lendutan dan
stabilitas termal yang tinggi. Tetapi titanium memiliki berat
lebih dibandingkan dengan aluminium. Juga titanium adalah
material yang mahal. Ketika kita membandingkan dengan
material lain kecuali titanium, aluminium memiliki nilai
defleksi yang lebih sedikit. Aluminium lebih ringan, lebih
sedikit biaya. Sifat-sifat ini sangat bagus dalam industri
dirgantara. Namun industri pesawat terbang membutuhkan
bahan defleksi yang lebih sedikit. Menurut kasus ini, titanium
cocok. Untuk jauh dari kebingungan ini, kami menggunakan
material komposit. Bahan-bahan ini adalah komposisi
aluminium dan titanium, yang memiliki defleksi yang lebih
sedikit serta jumlah bobot yang lebih sedikit. Akibatnya
honeycomb adalah material inti yang lebih disukai yang
menguntungkan karena:
 Kekuatan tinggi terhadap rasio berat
 Kekuatan tekan yang baik
 Ringan
Judul Analisis Struktur Mikro dan Sifat
Mekanik Paduan Al-Mg Hasil Proses
Metalurgi Serbuk
Jurnal JURNAL TEKNIK POMITS
Volume dan Halaman Vol. 1, No. 1, Hal. 1-5
Tahun 2013
Afiliasi Jurusan Teknik Material dan
Metalurgi, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Kampus ITS
Sukolilo, Surabaya 60111
Keyword Al ,Mg, Paduan Al-Mg, Metalurgi
serbuk
Penulis M. Muzakki Sholihuddin,
Hariyati Purwaningsih
Reviewer Thatit Widya Arga P.
Majid Teguh P.
Hubby Mukaffa
Khoirur Rohman
Tanggal Review 30 April 2018

Tujuan Penelitian Mengetahui sifat mekanik setelah


dilakukannya perlakuan panas dan
penambahan kadar al dan mg
Variabel Paduan alumunium magnesium
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam
penelitian ini sintesa Aluminium dan
Magnesium dengan proses Mixing.
Mixing dilakukan menggunakan alat
cawan penggerus dengan ditambahkan
benzene. Furnace yang digunakan
adalah model Tube Furnace. Proses
pemanasan dilakukan dalam keadaan
vakum dengan dialiri gas argon
Hasil Penelitian 1. Berdasarkan pada beberapa
pengujian di atas, analisis penelitian
dilakukan untuk mengetahui
pengaruh penambahan komposisi
berat Magnesium terhadap struktur
mikro dan sifat mekanik paduan Al-
Mg. Sintesa paduan Al-Mg dengan
proses mixing, dalam pengujian
sieving menunjukkan jarak
distribusi ukuran partikel terlalu
besar.
2. Identifikasi awal menggunakan
XRD pada serbuk yang telah
melalui proses mixing, pada Al +
5%Mg masih adanya peak untuk
Mg, sedangkan peak untuk Al
menunjukkan adanya pelebaran
kurva pada puncak difraksi Al.
Melebarnya puncak difraksi Al ini
menandakan bahwa terbentuk fasa
solid solution Al-Mg, dimana unsur
Mg larut dalam Al. Pada pellet hasil
kompaksi setelah dilakukan
sintering 4000C, holding time 2 jam
pada masing-masing spesimen,
hasil XRD menunjukkan kenaikan
intensitas seiring dengan
penambahan komposisi berat
Magnesium. Hal ini di sebabkan
karena adanya reaksi ikatan antar
partikel serbuk Al dan Mg pada
waktu proses sintering yang
mengakibatkan perubahan struktur
Kristal, sehingga membentuk fasa
baru yaitu solid solution Al-Mg atau
bisa juga disebut fasa α, dimana
unsur Mg larut pada Al.
3. Analisis morfologi menggunakan
SEM pada pellet sebelum sintering
terlihat morfologi unsur Al yang
memiliki bentuk pipih atau flake
menempel pada dinding unsur Mg
yang berbentuk spherical atau bulat
membentuk sebuah paduan unsur
Al dan Mg. Setelah dilakukan
sintering 4000C terlihat bahwa
morfologi unsur Al yang memiliki
bentuk pipih atau flake menyelimuti
unsur Mg yang berbentuk spherical
atau bulat. Hal ini menunjukan
bahwa unsur Al dan Mg mulai
berinteraksi bila dipanaskan hingga
mencapai temperatur 400oC
membentuk fasa solid solution Al-
Mg, dimana unsur Mg larut dalam
Al.
4. Pada analisis struktur mikro,
pengaruh penambahan Mg pada
paduan Alumunium menunjukkan
Mg semakin tersebar pada matriks
α-aluminum solid solution pada Al
+ 5%Mg. Hal ini berpengaruh pada
sifat mekanik yang menunjukkan
terjadi peningkatan nilai kekerasan
pada Al + 5%Mg menggunakan
pengujian Micro Vickers Hardness.
Hal ini mengindikasikan bahwa
pengaruh penambahan unsur Mg
pada paduan Al dapat
meningkatkan nilai kekerasan (sifat
mekanik) dari paduan Al-Mg.
Kekurangan 1. Gambar data terganggu oleh
background template
Kelebihan 1. Data sangat rinci
2. Sudah dilengapi gambar dan
penjelasannya
Kesimpulan 1. Hasil proses sintering
temperatur 400 oC, holding
time 2 jam menunjukkan
distribusi terbentuknya solid
solution Al-Mg semakin
banyak terjadi bila
dibandingkan dengan yang
belum melalui proses sintering.
2. Pengaruh penambahan Mg
pada struktur mikro paduan
Alumunium menunjukkan Mg
semakin tersebar pada matriks
α-aluminum solid solution pada
Al + 5%Mg.
3. Pengaruh penambahan Mg
pada sifat mekanik paduan
Alumunium menunjukkan nilai
kekerasan semakin meningkat
pada Al + 5%Mg

Anda mungkin juga menyukai