Appendicitis
Appendicitis
Pendahuluan
Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermivormis dan merupakan
kegawatdaruratan bedah abdomen yang paling sering ditemukan. Dapat terjadi pada semua
umur, hanya jarang dilaporkan pada anak berusia kurang dari 1 tahun. Insiden tertinggi pada
usia 20-30 tahun terjadi pada laki-laki dan perempuan sama banyak.
Etiologi
Sumbatan lumen appendiks.
Hiperplasia jaringan limfe.
Fekolith.
Benda asing, misalnya cacing Askaris.
Tumor.
Erosi mukosa appendiks, misalnya oleh E. Hystolitica.
Kebasaan makan makanan yang rendah serat.
Striktur karena fibrosis akibat perdangan sebelumnya.
CARA PENJALARAN INFEKSI:
1. Melalui usus/Enterogenous
2. Melalui darah.
3. Dari sekitarnya
PEMBAGIAN APPENDICITIS:
1. Appendicitis acuta tanpa perforasi (Simple Appendicitis Acuta).
2. Appendicitis acuta dengan perforasi:
Lokal peritonitis.
Abses.
Pritonitis umum.
2. Appendicitis kronika.
Appendicitis diyakini terjadi sebagai akibat adanya obstruksi lumen appendix. Obstruksi
paling sering disebabkan oleh fecalith, dimana diakibatkan oleh akumulasi dan pengeringan
kandungan feses yang mengandung serat tumbuhan. Pembesaran folikel lymphoid akibat
infeksi virus, barium mengering, cacing (cacing pita, Ascaris, dan Taenia), dan tumor dapat
pula mengobstruksi lumen ini. Penemuan patologis lainnya yang umum yaitu adanya ulkus
appendix. Penyebab ulkus ini tidak diketahui, walaupun etiologi virus telah dipostulatkan.
Infeksi Yersinia mungkin dapat menyebabkan penyakit ini karena terlihat peningkatan
antibody terhadap infeksi ini pada 30% kasus appendicitis. Bakteri di lumen memperbanyak
diri dan menginvasi dinding appendix bersamaan dengan terjadinya pembengkakan vena dan
kemudian gangguan arterial akibat tingginya tekanan intralumen. Pada akhirnya, gangrene
dan perforasi terjadi. Jika proses ini berjalan perlahan, struktur sekitar seperti terminal ileum,
cecum, dan omentum dapat menutupi area ini sehingga abses terlokalisasi akan muncul,
dimana perkembangan dari gangguan vaskuler dapat menyebabkan perforasi dengan akses
bebas ke kavum peritoneum. Ruptur pada abses appendix dapat menyebabkan adanya fistula
antara appendix dan buli-buli, usus halus, sigmoid, atau caecum. Biasanya appendicitis akut
merupakan manifestasi klinis pertama Chron’s Disease
Sementara infeksi kronis pada appendix seperti tuberculosis, amebiasis, dan actinomycosis
dapat terjadi, suatu pernyataan klinis menyatakan bahwa inflamasi appendix kronik tidak
biasanya menjadi penyebab dari nyeri abdominal yang berlangsung selama berminggu-
minggu atau berbulan-bulan. Di lain pihak, appendicitis akut rekuren dapat terjadi, biasanya
diikuti dengan hilangnya inflamasi dan gejala diantara dua serangan. Appendisitis akut
rekuren dapat juga terjadi jika sisa appendix ditinggalkan begitu saja setelah appendectomy.
Gejala-gejala:
Pada awalnya mengeluh tidak enak disekitar epigastrium umbilicus dan sering disertai
dengan mual, anorexia, malaise dan muntah (VISCERAL PAIN).
Nyeri menjalar ke kanan bawah disertai rasa sakit yang jelas. Rasa sakit di kanan bawah
disebabkan karena infeksi sudah menerobos peritonium visceral, kemudian peritonium
parietale (PARIETAL PAIN = nyeri karena terkena peritonium parietale). Jika appendix
RETRO-CAECAL/PELVINAL maka gejala-gejala parietal pain terlambat.
APPENDICITIS KRONIS
Gejala klinis:
1. Reccurent/Interval Appendicitis:
Penyakit sudah berulang – ulang dan ada interval bebas.
Biasanya pada anamnesa ada appendicitis acuta kemudian sembuh, setelah
beberapa lama kumat lagi tapi lebih ringan.
Gejala utama dari kumat I dan kumat II dst adalah gejala DYSPEPSI (diare,
mual-mual, enek, tidak enak makan).
Pemeriksaan klinis: Nyeri di titik Mc Burney’s tapi tidak ada defence.
2. Reccurent Appendicular Colic:
Ada obstruksi pada lumen appendixnya.
Gejala utama: kolik, tetapi tidak ada panas. Kolik disekitar umbilicus/ ke
arah lateral/ epigastrium.
Pemeriksaan fisik: Nyeri tekan di Appendix
Walaupun leukositosis moderat dengan jumlah 10.000 – 18.000 sel/L sering ditemukan ,
alpanya leukositosis tidak menyingkirkan diagnosis appendicitis akut. Leukositosis
>20.000sel/L menandakan adanya kemungkinan perforasi. Anemia dan darah pada feses
menunjukkan adanya diagnosis primer karsinoma caecum, terutama pada lanjut usia. Urin
mungkin mengandung sedikit sel darah putih atau merah tanpa bacteria jika appendix
berdekatan dengan ureter kanan atau kandung kemih. Urinalysis adalah alat paling berguna
untuk menyingkirkan diagnosis penyakit genitourinaria yang mirip dengan appendicitis.
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah USG. Untuk appendicitis kronis dapat dilakukan
apendikogram.
Ruptur appendiks yang disertai peritonitis
A: Terdapat dilatasi pada usus besar dan usus halus. Ruang antara usus halus menyempit di
sebabkan karena udema pada usus. Peritoneal fat line menghilang.
B: Terdapat udara bebas pada diaphragma kanan. Ada penyempitan air fliud level pada
bagian bawah abdomen.
Terapi
Tindakan yang paling tepat dan terbaik bila diagnosis klinis sudah jelas adalah appendektomi,
yag bisa dilakukan secara terbuka maupun dengan laparoskopi. Indikasi untuk appendektomi
adalah appendicitis acutam appendicitis infiltrat dlam stadium tenang, appendicitis kronis dan
appendicitis perforata.
Prognosa
Dengan diagnosis dan pembedahan yang cepat, tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini
sangat kecil. Angka kematian lebih tinggi pada anak dan orang tua. Apabila appendiks tidak
diangkat, dapat terjadi serangan berulang.