SMART Outlook - Haris
SMART Outlook - Haris
Haris Muliyadi
Maret 2018
DAFTAR ISI
ii
Table of Contents
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ringkasan Laporan Kinerja Keuangan ASII............................................................6
Tabel 2. Perkembangan dan Proyeksi Fundamental Perekonomian Indonesia......................8
Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Emerging Market...............................................................9
Tabel 4. Perbandingan Sektor...............................................................................................16
Tabel 5. 20 Top Largest Net Profit Issuers...........................................................................17
Tabel 6. Komposisi Pemegang Saham..................................................................................18
Tabel 7. Bidang Usaha Astra International..........................................................................20
Tabel 8. Neraca Konsolidasi.................................................................................................22
Tabel 9. Laporan Pendapatan...............................................................................................23
Tabel 10. Laporan Arus Kas Konsolidasi............................................................................24
Tabel 11. Rasio Keuangan Astra Konsolidasi.......................................................................25
Tabel 12. Penilaian Saham berdasarkan PER Pembanding.................................................30
Tabel 13. Perhitungan Free Cash Flow ASII........................................................................31
Tabel 14. Asesmen Nilai Intrinsik (NIK) ASII....................................................................33
Tabel 15. Kisaran Tafsiran Nilai Saham ASII.......................................................................35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkembangan PER ASII untuk Otomotif...........................................................6
Gambar 2. Perkembangan PER ASII......................................................................................7
Gambar 3. Trend Indeks Harga Saham Gabungan..............................................................10
Gambar 4. Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Nasional 2012............................................11
Gambar 5. Pangsa Pasar Otomotif dan Sepeda Motor pada periode 2011-2012.................12
Gambar 6. Ekspansi Pabrik Mobil Baru di Indonesia..........................................................13
Gambar 7. Sasaran Kualitatif Industri Otomotif Indonesia.................................................14
Gambar 8. Estimasi PER Saham-saham Perusahaan Konsumer di Indonesia.....................15
Gambar 9. Technical View...................................................................................................27
Gambar 10. Bolinger Band ASII, Januari-September 2012..................................................27
Gambar 11. Average Directional Movement Index (ADX) dan Aaron Indicator................28
Gambar 12. Accumulation/Distribution (A/D) dan Chaikin Money Flow (CMF)..............28
Gambar 13. Indikator CCI dan Slow Stochastic...................................................................29
Gambar 14. Resistence dan Support Level..........................................................................29
Gambar 15. Perkembangan Harga Saham ASII 2000-2012.................................................34
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sinar Mas Agro Resources and Technology, TBK
PT. Sinar Mas Agro Resources and technology atau yang biasa dikenal dengan nama
SMART didirikan pada tahun 1962. Pada awalnya, perusahaan ini diberi nama PT. Maskapai
Perkebunan Sumcama Padang Halaban. PT. SMART Tbk merupakan salah satu perusahaan
terbesar yang memproduksi barang yang berbahan dasar kelapa sawit di Indonesia.
Perusahaan ini juga telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, tepatnya pada
tahun 1992. Sebagai anak perusahaan dari Golden Agri Resources (GAR), SMART juga
mengelola usaha di sektor oleokimia, dibawah Sinarmas Oleochemical (PT SOCI MAS),
SMART Research Institute (SMARTRI), dan SMART Biotechnology Centre sebagai bagian
dari kegiatan operasionalnya. Hingga pada akhir kuartal ke 4 2017, nilai kapitalisasi pasar
SMART mencapai Rp9,823 triliun. Hingga pada tahun 2017, jumlah karyawan yang terdaftar
di SMART tercatat sebesar 16.000 karyawan tetap, 18.000 petani plasma dan 15.000 pekerja
lepas di perkebunan, sehingga jika dijumlahkan SMART dapat memberikan lapangan kerja
bagi sekitar 49.000 masyarakat Indonesia. Harga saham SMART per 4 Mei 2018 sebesar
Rp3.700 dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp10,65 triliun. Bagaimana prospek saham
ASII di masa datang membutuhkan kajian tentang analisis ekonomi, industri, dan perusahaan.
Prospek ekonomi Indonesia tahun 2012 diprakirakan masih tetap kuat dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi nasional pada kisaran 6,3% - 6,7% dan inflasi diprediksi berada di
kisaran 4,5% ±1%. Pertumbuhan ekonomi nasional 2013 diperkirakan masih didominasi oleh
sektor belanja konsumsi dan investasi dengan kecenderungan yang lebih baik dari tahun ini
dengan perkiraan perekonomian Eropa dan Amerika yang mulai membaik pada awal tahun
2013. Inflasi yang rendah dapat meningkatkan daya saing Indonesia terutama untuk
mendatangkan investasi. Inflasi di Singapura dan Thailand sangat rendah, di kisaran 2,5%-
3%. Bank Indonesia menargetkan inflasi bisa mencapai 4%. Pada 2013 dan 2014, inflasi
masih ditargetkan sama, yakni 4,% ±1%.
Analisis industri menyajikan perbandingan kinerja ASII dengan para kompetitor di
tingkat domestik dan internasional menunjukkan kekuatan pasar ASII jauh lebih tinggi dari
para pesaingnya. Kekuatan ASII terutama pada apresiasi pasar terhadap nilai pasar saham
yang relative tinggi ditunjukkan dari kapitalisasi pasar dan rasio P/E yang lebih tinggi
4
dibandingkan para pesaingnya. Namun demikian, bila dibandingkan dengan industri
konsumsi lainnya, posisi PER Astra (ASII total maupun ASII otomotif) bukan merupakan
pilihan utama investor. Gambar 8 menunjukkan bahwa dari 10 perusahaan konsumsi
pembanding, posisi ASII berada pada urutan ke 6 (ASII otomotif) dan ke 8 (ASII). Posisi
teratas adalah Unilever (UNVR) dan terendah adalah Indofood (INDF).
Sektor industri andalan ASII adalah industri otomotif. Perkembangan penjualan mobil
dan sepeda motor nasional 2012 menunjukkan ASII menguasai pangsa pasar mobil dan
sepeda motor nasional lebih dari 50%. Peta kekuatan pasar pada setiap segmen pasar otomotif
dan sepeda motor juga menunjukkan pasar mobil Toyota dan Daihatsu memberikan
kontribusi terbesar bagi ASII. Sepeda motor Honda tetap menjadi pemimpin pasar yang
diandalkan oleh ASII terhadap para pesaingnya. Pada kuartal pertama 2012, Sepeda Motor
Honda mampu menguasai pasar nasional lebih dari 50%.
Program emisi rendah atau low emission carbon project (LECP), yang menjadi
payung semua program pengembangan mobil hijau, baik LCGC, hybrid, gas, biofuel, diesel,
maupun mobil listrik. Salah satu produk baru yang menjadi bintang dalam Indonesia
International Motor Show (IIMS) 2012 adalah mobil murah dan ramah lingkungan (LCGC)
hasil kolaborasi Toyota dan Daihatsu. LCGC Toyota-Daihatsu itu akan bermain di segmen
mobil kompak (city car) mini dengan mengusung mesin 1.000 cc tiga silinder berbahan bakar
bensin, yaitu Ayla dan Agia.
ASII melakukan initial public offering (IPO) pada tanggal 4 April 1990 dan terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp 14.850 per saham. Saham
beredar per 31 December 2011 saham yang beredar adalah 40.483.553.140. Mayoritas
pemegang saham ASII adalah pemilik institusional internasional mencapai 37,77 milyar
lembar saham.
Pada Kuartal pertama 2012, Aset total ASII mengalami peningkatan 6% menjadi
Rp162,56 triliun dari Rp153,52 triliun pada akhir tahun 2011. Persentase peningkatan
terbesar pada aset lainnya yaitu sebanyak 14%. Peningkatan aset lancar terjadi pada piutang
dagang (10%) dan piutang finansial (5%), sedangkan peningkatan aset tetap sebesar 5%.
Peningkatan aset tersebut diikuti dengan peningkatan ekuitas sebesar 7% dan utang sebesar
5% pada periode yang sama. Rasio total utang terhadap ekuitas perusahaan semakin membaik
mengindikasikan perusahaan mampu mengelola struktur keuangan dengan baik.
Performa rasio keuangan ASII selama 2006 hingga 2011 menunjukkan kinerja yang
baik. Tingkat ROE selama lima tahun terakhir mampu bertahan di atas 20%, dengan tingkat
5
rata-rata 24,38%. Namun demikian tingkat ROA masih berada pada kisaran 10,61%.
Perusahaan juga memiliki EPS yang meningkat secara tajam dari tahun ke tahun. Rasio
profitabilitas berbasis pada pendapatan yaitu GPM, OPM, dan NPM menunjukkan gambaran
(a) Tingkat GPM yang tinggi dengan rata-rata 21,87% menunjukkan perusahaan mampu
meningkatkan efisiensi dengan menekan harga pokok produksi yang rendah; (b) Tingkat
OPM yang relatif rendah dengan rata-rata 11,43% mengindikasikan bahwa perusahaan
mengeluarkan biaya operasi yang relatif tinggi; dan (c) Tingkat NPM rata-rata sebesar 9,6%
yang relatif mendekati OPM mengindikasikan bahwa beban financial perusahaan cukup
rendah dan memiliki kapasitas utang yang masih tinggi.
Perusahaan juga mampu mengelola persediaan dengan baik dengan inventory
turnover (IT) sebesar 13,25 kali per tahun. Sementara itu periode pengumpulan piutang
membutuhkan waktu rata-rata 27,41 hari. Perputaran aset ditinjau dari aset tetap (FAT) dan
aset total (TAT) menunjukkan bahwa berada pada kisaran 1,79 (FAT) dan 1,1 (TAT) relatif
moderat. Sementara itu tingkat rasio lancar perusahaan yang diproksi dari Current ratio (CR)
dan Quick Ratio (QR) relatif rendah dan cenderung kurang baik dalam menjaga kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pada sisi lain, tingkat leverage
perusahaan yang diproksi dari DER (Long-term debt to Equity) dan D/TA (total debt to total
assets) menunjukkan tingkat yang masih aman pada kisaran 0,39 (DER) dan 0,50 (D/TA).
Berdasarkan analisis ekonomi, industri, dan perusahaan, selanjutnya upaya melakukan
penafsiran nilai saham menggunakan pendekatan teknikal dan fundamental. Pendekatan
teknikal masih menunjukkan harga saham ASII bergerak pada kisaran yang belum
menunjukkan indikasi kuat naik atau turun dengan resistence level berada pada kisaran
Rp7.700 dan Rp8.000, sedangkan support level berada kisaran Rp6.750 dan 6.300.
Pendekatan teknikal bersifat jangka pendek dibandingkan dengan pendekatan fundamental.
Berdasarkan hasil analisis pendekatan fundamental menunjukkan kekuatan ekonomi
Indonesia masih mampu bertahan dalam gejolak krisis global. Dari aspek industri, ASII
memiliki kekuatan pasar yang sulit dikalahkan oleh para pesaingnya.
Hasil penaksiran nilai intrinsik saham dengan pendekatan perbandingan relatif PER
pada tahun 2012 berada pada kisaran Rp7.354 hingga Rp8.753. Taksiran nilai saham dengan
pendekatan dividend discount model menunjukkan nilai saham pada kisaran Rp7.399 hingga
Rp11.384. Ketiga model (Analisis Teknikal, Relative Comparison, dan Dividend Discount
Model) memberikan rentang taksiran nilai saham seperti pada table berikut ini:
6
Tabel A. Kisaran Tafsiran Nilai Saham ASII
Fundamental
Berdasarkan hasil analisis, rekomendasi untuk membeli Saham ASII makin menguat
namun dengan beberapa catatan seperti telah dipaparkan dalam analisis teknikal untuk
menentukan waktu transaksi yang tepat.
Berdasarkan hasil kajian yang ada, terdapat tiga alasan utama untuk rekomendasi beli
saham ASII yaitu: (a) Trend Ekonomi Indonesia yang relatif kuat dan daya tahan menghadapi
krisis global diperkirakan tetap berlanjut hingga krisis global mereda dalam 2 hingga 3 tahun
ke depan menuju pada pemulihan ekonomi global; (b) Analisis industri menunjukkan ASII
tidak hanya menunjukkan performa yang baik dalam pangsa pasar pada sektor industrinya,
namun juga performa keuangan dibandingkan dengan industri konsumsi lainnya; (c) Analisis
Teknikal menunjukkan tekanan untuk beli saham ASII masih potensial, sedangkan hasil
analisis fundamental dan penafsiran nilai saham dengan relative comparison dan dividend
discount model menunjukkan harga pasar saham ASII masih undervalued.
7
PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk.
(SMART) Outlook
Haris Muliyadi
5 Mei 2018
Berdasarkan laporan keuangan pada Tabel 1, tampak bahwa pada tahun 2016
penjualan bersih SMART turun 18% menjadi Rp 29,75 triliun. Meskipun penjualan bersih
sedikit melemah, EBITDA mencapai Rp 2,29 triliun, 26% lebih besar dari tahun 2015,
terutama karena harga jual rata-rata yang menguat, sementara beban usaha lebih rendah. Hal
ini disebabkan target kuantitas penjualan yang tidak tercapai karena menurunnya produksi
perkebunan yang lebih rendah dari yang dianggarkan. Pada hasil akhir, perusahaan berhasil
mencatat laba bersih sebesar Rp 2,60 triliun. Kinerja ini juga didukung adanya laba selisih
kurs dari apresiasi Rupiah terhadap USD dan penghasilan pajak tangguhan yang berasal dari
penilaian kembali aset berbasis pajak.
Sedangkan pada tahun 2017, SMART mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 19%
menjadi Rp 35,32 triliun. Kinerja ini tercapai dengan meningkatnya kuantitas penjualan
sebesar 7% dan naiknya harga jual rata-rata sebesar 8%. EBITDA berhasil ditingkatkan
8
menjadi Rp 2,59 triliun atau meningkat 13% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada hasil
akhir, SMART mencatat laba sebesar Rp 1,18 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan pada tahun 2017 tidak ada penghasilan pajak tangguhan dari
kenaikan nilai aset perkebunan berbasis pajak yang dapat disusutkan dan tidak ada laba
selisih kurs dari translasi pinjaman berdenominasi Dolar AS ke Rupiah, di mana keduanya
terjadi pada tahun 2016.
9
Selanjutnya, perkembangan harga saham SMAR dari Mei 2014 hingga Mei 2018 juga
mengalami fluktuasi yang tinggi. Titik tertinggi harga saham dari SMAR terjadi pada bulan
Juni 2014 yang hampir menembus Rp 10.000 untuk perlembar sahamnya, sedangkan titik
terendahnya terjadi pada bulan April 2016 yang tembus dibawah Rp 3.000 untuk perlembar
sahamnya. Pada bulan Maret 2018 harga saham dari SMAR mulai merangkak naik, akan
tetapi pada bulan April terdapat isu negatif yang menyebabkan rata-rata harga saham dibursa
turun. Gambar 2 menyajikan trend perkembangan harga saham SMAR selama 5 tahun
terakhir.
10
2. ANALISIS EKONOMI
Peningkatan kinerja ekonomi global dan beberapa perkembangan positif domestik
berpotensi terus mendorong perbaikan ekonomi Indonesia pada 2018-2019. Pertumbuhan
ekonomi pada 2018-2019 diperkirakan meningkat berkisar 5,1-5,5% pada tahun 2018 dan
5,2-5,6% tahun 2019 (Tabel 2). Hal tersebut terutama difasilitasi oleh permintaan domestik
yang meningkat sehingga ekonomi di Indonesia dapat terus tumbuh. Prospek pertumbuhan
ekonomi yang membaik tersebut terutama ditopang oleh peran permintaan domestik yang
meningkat sebagai sumber pertumbuhan.
Naiknya jumlah investasi, baik investasi bangunan maupun investasi non bangunan
menjadi salah satu sumber terbesar permintaan domestik. Perbaikan investasi tersebut
didukung oleh sektor swasta melalui perbaikan keyakinan pelaku usaha, dan sektor
Pemerintah melalui kelanjutan belanja yang berkualitas. Menurut Bank Indonesia, Peran
stimulus fiskal juga diperkirakan cukup besar, tidak hanya dari investasi tetapi juga dari
konsumsi, didukung prospek pajak yang membaik. Bank Indonesia juga memperkirakan
konsumsi swasta sebagai kontributor utama ekonomi Indonesia mulai meningkat, didukung
daya beli yang terjaga, termasuk dari program perlindungan sosial yang lebih luas. Sementara
itu, kinerja ekspor pada masa yang akan datang diperkirakan akan sedikit melambat namun
masih tumbuh positif seiring dengan perkiraan harga komoditas yang tetap tinggi dan
permintaan global yang masih kuat.
Dari data pada tabel 2 dijelaskan bahwa kinerja investasi diprakirakan berada dalam
tren yang meningkat pada 2018 dan 2019 didukung oleh stimulus pemerintah melalui belanja
modal disertai berlanjutnya ekspansi sektor swasta. Pertumbuhan investasi pada 2018 dan
2019 diprakirakan meningkat pada kisaran 6,5-6,9%, ditopang oleh investasi bangunan dan
nonbangunan.
Pada tahun 2018 dan 2019, konsumsi swasta diperkirakan akan sedikit meningkat
dibandingkan dengan capaian 2017 yang diperkirakan akan berada pada kisaran 4,9-5,3%
(Tabel 2). Prospek konsumsi swasta tersebut tidak terlepas dari perkiraan konsumsi rumah
tangga yang membaik, dan ditopang daya beli yang tetap terjaga seiring potensi peningkatan
pendapatan dari ekspor serta inflasi yang terjaga pada level rendah. Menurut Bank Indonesia,
prospek konsumsi rumah tangga juga ditopang oleh stimulus fiskal dari Pemerintah melalui
berbagai instrumen belanja fiskal.
Sedangkan untuk kinerja ekspor pada 2018-2019, Bank Indonesia memperkirakan
akan berada dalam kisaran 6,3-6,7% dan 6,0-6,4%, hal tersebut lebih rendah dari pencapaian
11
pada tahun 2017. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan Tiongkok sebagai salah satu
negara tujuan ekspor Indonesia yang diprakirakan tumbuh sedikit melambat seiring dengan
proses rebalancing ekonomi yang gradual. Disamping itu, prospek ekspor yang cukup baik
juga didukung oleh upaya pemerintah dalam meningkatkan daya saing dan diversifikasi pasar
untuk produk ekspor nonmigas melalui berbagai langkah reformasi struktural. Peran ekspor
nonmigas dari industri pengolahan diproyeksikan meningkat seiring dengan selesainya
pembangunan smelter. Menurut Bank Indonesia, prospek ekspor yang positif juga ditopang
oleh perbaikan sektor pendukung logistik ekspor-impor seperti pelabuhan, bandara, serta
akses jalan dan jalur kereta. Penyelesaian berbagai sektor pendukung tersebut akan
mendorong upaya penurunan biaya logistik yang pada akhirnya berdampak positif terhadap
peningkatan ekspor.
Sedangkan untuk impor, Bank Indonesia memperkirakan impor juga ikut turun dari
tahun 2017. Pada tahun 2018 dan 2019, impor diperkirakan berada dalam kisaran 7,2-7,6%
dan 6,6-7,0% (Tabel 2). Berdasarkan komponennya, impor yang dihasilkan pada tahun 2018
dan 2019 tidak hanya disumbang oleh impor barang konsumsi, tetapi juga bersumber dari
impor barang modal untuk keperluan investasi dan ekspor, serta bahan baku untuk kegiatan
produksi di domestik. Disamping itu, tingkat inflasi pada tahun 2018-2019 diprakirakan tetap
rendah dan stabil pada kisaran 3,5±1% (Tabel 2). Prakiraan tersebut ditopang oleh kondisi
inflasi Indonesia yang terindikasi telah memasuki rezim inflasi yang rendah dan stabil.
12
meningkat sebesar 0,1 persen dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 3,7 persen (tabel 3).
Sementara pada negara-negara maju yang menjadi lokomotif perekonomian duia, tahun 2018
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada 2017 laju perekonomian di negara maju
(advance economies) berada pada angka 2,2 persen, sedangkan pada 2018 turun sebesar 0,2
persen menjadi 2 persen. Disamping itu, laju perekonomian Amerika naik sebesar 0,1 persen
dari tahun sebelumnya menjadi 2,3 persen. Kenaikan paling signifikan terjadi pada
perekonomian India, di tahun 2018 IMF memprediksikan laju perekonomian India berada
pada 7,4 persen yang sekaligus menjadikan India sebagai negara dengan pertumbuhan
ekonomi tertinggi di dunia. Untuk perekonomian di dalam negeri sendiri diprediksikan akan
naik tipis menjadi 5,3 persen. Disisi lain, harga minyak dunia pada tahun 2018 mengalami
penurunan menjadi USD 50,17 perbarel. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didukung
oleh perkembangan pasar modal, yang pada tahun 2008 hingga saat ini menunjukkan
peningkatan yang sigifikan yang divisualisasikan pada gambar 3.
13
Gambar 3: Trend Indeks Harga Saham Gabungan
Sumber: Hari Purnomo. Head of Business Development Indonesian Stock Exchange. Paper presentation.
Emerging Economies and Indonesia.
3. ANALISIS INDUSTRI
Kegiatan utama dari PT. SMART Tbk adalah penanaman dan pemanenan pohon
kelapa sawit, sawit, pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO) dan
inti sawit (PK), pemrosesan CPO menjadi produk industri dan konsumen seperti minyak
goreng, margarin, shortening, biodiesel dan oleokimia, serta perdagangan produk berbasis
kelapa sawit ke seluruh dunia. Sebagai anak perusahaan dari Golden Agri Resources (GAR),
SMART juga mengelola usaha di sektor oleokimia, dibawah Sinarmas Oleochemical (PT
SOCI MAS), SMART Research Institute (SMARTRI), dan SMART Biotechnology Centre
sebagai bagian dari kegiatan operasionalnya.
Di Indonesia, industri kelapa sawit menjadi salah satu komoditas unggulan guna
meraup devisa. Yang menjadikan kelapa sawit menjadi komoditas unggulan adalah karena
kelapa sawit memiliki produk turunan yang banyak. Sejauh ini, Indonesia masih tercatat
14
sebagai salah satu eksportir terbesar komoditas tersebut. Berdasarkan data GAPKI (gabungan
pengusaha kelapa sawit Indonesia), pada tahun 2017 volume ekspor minyak kelapa sawit
Indonesia dalam bentuk CPO (crude palm oil) dan produk turunannya mencapai 31,05 juta
ton. Angka tersebut naik sebesar 23% dari periode sebelumnya yang hanya berkisar 25,11
juta ton. Dalam jangka panjang, permintaan dunia terhadap minyak sawit diproyeksikan akan
terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di dunia, sehingga akan
meningkatkan jumlah konsumsi produk turunan yang dihasilkan kelapa sawit seperti produk
makanan dan kosmetik. Selain itu, pemerintah di berbagai negara juga tengah gencar
mendukung pemakaian biofuel.
Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah total luas area perkebunan
sawit di Indonesia pada saat ini mencapai sekitar 11.9 juta hektar, angka tersebut naik hampir
tiga kali lipat dari luas area di tahun 2000 yang hanya sebesar 4 juta hektar yang
dipergunakan untuk perkebunan kelapa sawit. Jumlah diproyeksikan akan terus bertambah
menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020.
Industri kelapa sawit sendiri memiliki peran yang sangat strategis dalam
perekonomian Indonesia, hal ini terbukti melalui fakta di lapangan. Menurut Menteri
Perdagangan Indonesia, Enggartiasto Lukito menyatakan bahwa industri sawit telah
berkembang dari industri kecil menjadi komoditas yang paling berkontribusi, per Agustus
2017 pendapatan Indonesia dari ekspor sawit mencapai 15 juta USD. Hal tersebut
menjadikan industri sawit menjadi sumber pendapatan ekspor terbesar Indonesia. Selain
menjadi sumber penghasil devisa bagi negara, industri kelapa sawit juga memberikan
kesempatan kerja bagi jutaan masyarakat Indonesia. Industri ini juga menyumbang 1,5-2,5
PDB nasional.
Sebagai salah satu pemain terbesar dalam industri, Pada akhir 2017, SMAR
mengelola 47 kebun sawit dengan jumlah area tertanam seluas 138.745 hektar, yang berlokasi
di Sumatera dan Kalimantan. Perkebunan SMAR terdiri dari 77% perkebunan milik sendiri
(inti) dan 23% perkebunan yang dimiliki para petani (plasma). SMART juga mengelola
364.102 hektar kebun sawit lainnya milik perusahaan afiliasi. Rincian dari luas perkebunan
dan kapasitas pabrik milik SMAR sebagai berikut:
15
Gambar 4: Perkebunan dan Pabrik SMAR
Pada tahun 2017, pusat bioteknologi yang dikelola perusahaan mengumumkan suatu
terobosan dalam pembudidayaan material tanam kelapa sawit unggulan, yang dikembangkan
melalui program bioteknologi terdepan. Bahan tanam - Eka 1 dan Eka 2 - terdaftar dalam
Katalog Bibit Indonesia dan telah disetujui untuk dibudidayakan pada tanggal 21 April 2017
oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. Pada usia dewasa, material
tanam Eka 1 diharapkan dapat mencapai produktivitas sebesar 10,8 ton CPO per hektar,
dengan tingkat ekstraksi minyak sebesar 32% karena kandungan minyak yang sangat tinggi
dalam buah. Material tanam Eka 2 menunjukkan potensi yang lebih besar dengan
produktivitas diperkirakan mencapai 13,0 ton per hektar dan tingkat ekstraksi minyak sebesar
36%. Selain itu, masa tunggu panen Eka 1 dan Eka 2 diperkirakan 24 bulan, dibandingkan
dengan rata-rata industri saat ini yaitu 30 bulan. Eka 1 dan Eka 2 akan memungkinkan
perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan mencapai tingkat produksi tertinggi di
industri, tanpa perlu menambah luasan lahan tertanam.
Data pada gambar 5, menjelaskan bawa PER yang dihasilkan oleh SMAR pada 2014,
2015, dan 2016 berada dibawah rata-rata industri. Akan tetapi, pada periode 2017 dan Januari
2018, apresiasi pasar terhadap nilai pasar saham SMAR meningkatsehingga menghasilkan
PER diatas rata-rata industri.
16
Disamping itu, jika dilihat dari perbandingan SMAR dengan para kompetitornya,
pada tahun 2016 SMAR adalah perusahaan yang memiliki penjualan paling besar di
sektornya, sehingga menghasilkan laba yang terbesar pada tahun tersebut (gambar 6).
Gambar 7 menunjukkan bahwa dari 4 perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama
dengan SMAR sebagai pembanding, SMAR menduduki posisi ke 2 setelah Sampoerna Agro
(SGRO) dalam peraih capital gain tertinggi selama periode April 2016 hingga Januari 2018,
sedangkan AAL mengalami capital loss sebesar 10,22%.
17
Gambar 6: Perbandingan Sektor
18
4. ANALISIS PERUSAHAAN1
SMAR melakukan initial public offering (IPO) pada tahun 1992, tepatnya pada
tanggal 20 November dan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. SMAR memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
SMAR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 30.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000 per
lembar saham dengan harga penawaran Rp3.000 per lembar sahamnya. dengan harga
penawaran sebesar Rp 14.850 per saham. Pada akhir 2017, jumlah saham SMAR yang
beredar sebanyak 2.87.193.366. Komposisi pemegang saham SMAR hingga akhir 2017 dapat
dilihat pada gambar 8. Mayoritas pemegang saham SMAR adalah PT. Purimas Sasmita yang
merupakan induk usaha dari SMAR sendiri. Pada awalnya, PT. Purimas Sasmita memiliki
saham SMAR sebanyak 97,2%. Karena adanya peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek
Indonesia No. I-A Ketentuan V.1 tentang kepemilikan saham publik minimum 7,5%, PT.
Perimas Sasmita melakukan divestasi sebanyak 4,8% atau setara dengan 138 juta lembar
saham. Transaksi tersebut dilakukan pada 20 Juni 2917 dan memiliki nilai transaksi mencapai
Rp565,8 miliar.
Sebagai anak perusahaan dari Golden Agri Resources (GAR), SMAR juga mengelola
usaha di sektor oleokimia, dibawah Sinarmas Oleochemical (PT SOCI MAS), SMART
1
Bagian ini disarikan dari publikasi SMAR untuk investor dalam www.smart-tbk.com
19
Research Institute (SMARTRI), dan SMART Biotechnology Centre sebagai bagian dari
kegiatan operasionalnya. Perusahaan memiliki komitmen tinggi dengan para pemegang
sahamnya serta bertekad untuk menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang terbaik.
Perusahaam menganggap peningkatan transparansi dan komunikasi perusahaan merupakan
kunci bagi peningkatan nilai pemegang saham dan terbangunnya kepercayaan. Pada Rapat
Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2017 diputuskan bahwa perusahaan
akan membagikan dividen untuk tahun buku 2016 sebesar Rp 25 per saham atau Rp 71,8
miliar secara keseluruhan, yang akan dilaksanakan pada Juni 2017.
Perkebunan SMAR merupakan salah satu perkebunan dengan manajemen terbaik di
industri dan terintegrasi dari hulu hingga hilir, sehingga memiliki Manajemen perkebunan
terbaik produktivitas yang tinggi. Manajemen perusahaan didukung oleh sistem manajemen
informasi dengan teknologi terbaru serta praktik terbaik dalam penelitian dan pengembangan
dari SMART Research Institute (SMARTRI), pusat penelitian dan pengembangan sawit kelas
dunia milik Perseroan. Sistem teknologi informasi yang dimiliki oleh perusahaan
memungkinkan manajemen mengambil keputusan secara tepat waktu berdasarkan data yang
akurat dan lengkap serta memperoleh informasi yang terinci seperti mereka berada di setiap
lokasi perkebunan. SMARTRI memegang peranan penting dalam mempertahankan
produktivitas yang tinggi, mencari solusi yang inovatif dan memberikan rekomendasi bagi
keberlangsungan peningkatan produktivitas, efisiensi dan pelestarian lingkungan. SMARTRI
telah terakreditasi ISO 9001 untuk manajemen mutu dan ISO 17025 untuk implementasi yang
baik atas persyaratan umum pengujian dan kalibrasi laboratorium.
SMARTRI dan SMART Biotechnology Centre bekerja sama untuk menghasilkan
bibit unggul seperti Eka 1 dan Eka 2 yang dapat meningkatkan produktivitas dari perusahaan.
Disamping itu, SMAR menjual produknya dalam bentuk curah, minyak industri maupun
menjadi produk olahan seperti Filma dan Kunci Mas. Produk turunan dari kelapa sawit
tersebut akan dikerjakan oleh Sinarmas Oleochemical (PT SOCI MAS).
20
Pada akhir tahun 2017, Aset total Jumlah aset Perseroan tumbuh 4% mencapai
Rp27,12 triliun dibanding tahun sebelumnya. Hal tersebut terutama disebabkan
meningkatnya piutang usaha dan aset tidak lancar lain, yang sebagian diimbangi dengan
turunnya aset lancar lainnya. Total liabilitas sedikit menurun menjadi Rp15,79 triliun.
Disamping itu, ekuitas tercatat Rp11,29 triliun, naik 11% dibandingkan Rp10,19 triliun pada
tahun lalu. Secara keseluruhan, posisi keuangan di tahun 2017 lebih kuat dengan rasio utang
(gearing) yang membaik menjadi 0,46 kali. Persentase peningkatan terbesar pada aset lainnya
yaitu sebanyak 14%. Peningkatan aset lancar terjadi pada piutang dagang (10%) dan piutang
finansial (5%), sedangkan peningkatan aset tetap sebesar 5%. Peningkatan aset tersebut
diikuti dengan peningkatan ekuitas sebesar 7% dan utang sebesar 5% pada periode yang
sama. Rasio total utang terhadap ekuitas perusahaan semakin membaik mengindikasikan
perusahaan mampu mengelola struktur keuangan dengan baik. Detail perkembangan neraca
tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
Laba bersih yang berhasil diperoleh pada kuartal I tahun 2012 mengalami
peningkatan dibandingkan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya. Laba perusahaan
selama kuartal I (3 bulan pertama) 2012 meningkat 8% dari laba yang diperoleh kuartal I
tahun 2011 (lihat Tabel 9). Lebih lanjut berdasarkan siaran pers yang secara resmi
disampaikan oleh Arief Istanto, Chief of Corporate Communications PT. Astra International
(Kamis 26 Juli 2012). Ia memaparkan bahwa pendapatan bersih ASII dalam semester I tahun
2012 sebesar Rp95,9 triliun, meningkat 26% dibandingkan periode yang sama tahun 2011
sebesar Rp76,3 triliun. Hal ini mendorong kenaikan laba bersih sebesar 13% dari Rp8,6
triliun menjadi Rp9,7 triliun pada semester I tahun 2012. Laba bersih per saham juga naik
13% menjadi Rp239 dibandingkan semester pertama tahun sebelumnya sebesar Rp212 per
saham.
In Milions of IDR
FY17 FY16 Change
Sumber: www.smart-tbk.com
Bila dilihat berdasarkan laba bersih divisional, kontribusi pendapatan tersebut lebih
banyak berasal dari divisi otomotif (Panel B Tabel 9). Dari aspek pendapatan (Revenue)
sebenarnya peningkatan terbesar terjadi pada bidang usaha Teknologi Informasi dan bidang
usaha Infrastruktur dan Logistik. Namun setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang relevan,
kontribusi kedua divisi relatif kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa operasi di kedua divisi
masih belum efisien.
Pada sisi lain, aliran kas operasi kuartal pertama 2012 menjadi Rp2,55 triliun mengalami
penurunan sebesar 1,8% dari Rp2,6 triliun pada kuartal pertama 2011. Namun secara
keseluruhan, tambahan pendanaan dari utang dan ekuitas meningkatkan posisi kas Astra
menjadi Rp13,78 triliun atau meningkat 42,54% dari tahun sebelumnya Rp9,67 triliun
(Tabe10).
Sumber: www.smart-tbk.com
Sumber: www.smart-tbk.com
23
Infrastructure and Logistics 3,30% 5,20% -1,90%
Information Technology 0,60% 0,40% 0,20%
Sumber: www.astra.co.id
Tabel 10. Laporan Arus Kas Konsolidasi
Sumber: www.astra.co.id
Performa rasio keuangan ASII selama 2006 hingga 2011 menunjukkan kinerja yang
baik. Tabel 11 menunjukkan tingkat ROE selama lima tahun terakhir mampu bertahan di atas
20%, dengan tingkat rata-rata 24,38%. Namun demikian tingkat ROA masih berada pada
kisaran 10,61%. Perusahaan juga memiliki EPS yang meningkat secara tajam dari tahun ke
tahun. Rasio profitabilitas berbasis pada pendapatan yaitu GPM, OPM, dan NPM
menunjukkan gambaran sebagai berikut:
a. Tingkat GPM yang tinggi dengan rata-rata 21,87% menunjukkan perusahaan mampu
meningkatkan efisiensi dengan menekan harga pokok produksi yang rendah.
b. Tingkat OPM yang relatif rendah dengan rata-rata 11,43% mengindikasikan bahwa
perusahaan mengeluarkan biaya operasi yang relatif tinggi.
c. Tingkat NPM rata-rata sebesar 9,6% yang relatif mendekati OPM mengindikasikan
bahwa beban finansial perusahaan cukup rendah dan memiliki kapasitas utang yang
masih tinggi.
24
Tabel 7. Rasio Keuangan United Tractors Konsolidasi
6. ANALISIS TEKNIKAL
Astra International (ASII) pada penutupan perdagangan hari Jumat ini ditutup dengan
kenaikan di harga Rp7.400 berdasarkan indikator stochastick yang berada di level 40-50
dengan kecenderungan naik, saham ASII masih mempunyai potensi kenaikan menuju resistan
terdekat yaitu di Rp7.550 range pergerakan saham ASII sendiri untuk beberapa hari kedepan
diperkirakan akan bergerak dengan rentang harga Rp7.100 sampai Rp7.550. Ada 3 point
mengapa Rp7.100 adalah support harga untuk pergerakan Astra yaitu:
26
Akumulasi saham ASII menjadi rasional jika harga berada di dekat area suppot
Rp7.100, dengan catatan jika penembusan terjadi dan harga saham ditutup di bawah Moving
Average 200 maka saham ASII memiliki potensi untuk turun menuju harga Rp6.850 (lower
band dan Fibonacci retracement 38,2%)
Pergerakan harga saham ASII dan transaksi selama tiga bulan terakhir dengan
bolinger Band dalam Gambar 10 menunjukkan bahwa:
• Harga penutupan ASII tgl 27 Sept 2012 di Rp7.300 dan dalam jangka pendek akan
bergerak dalam range Support di harga Rp7.100 dan Resistance di Rp7.550.
Dari Bollinger Bands, harga saat ini masih ada di area Middle Band sehingga belum bisa
dikatakan relatif rendah atau tinggi.
27
Gambar 10: Bolinger Band ASII. Januari-September 2012
28
Gambar 11: Average Directional Movement Index (ADX) dan Aaron Indicator
Upaya untuk mengukur tekanan beli dan jual dilakukan dengan menggunakan
indicator Accumulation/Distribution (A/D) dan Chaikin Money Flow (CMF). Gambar 12
menunjukkan bahwa Indikator A/D dan CMF menunjukkan masih terlihat adanya tekanan
beli namun belum terlalu besar.
29
Gambar 13: Indikator CCI dan Slow Stochastic
Gambar 14 menunjukkan pergerakan harga ASII selama satu tahun yang dapat
digunakan untuk mendeteksi resistence level dan support level. Berdasarkan hasil tersebut,
resistence level berada pada kisaran Rp7.700 dan Rp8.000. sedangkan support level berada
kisaran Rp6.750 dan 6.300.
a. Perbandingan relatif dengan Industri berdasarkan price earning ratio (PER dan
market to book value (MBV)
b. Free Cash Flow Discount Model
c. Dividend Discount Model
30
a. Perbandingan Relatif
Perbandingan relatif mengacu pada rasio industri otomotif karena bidang usaha ini
mendominasi kekuatan pasar Astra International. Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa PER
ASII sebesar 15,5 sedangkan industri sebesar 15,4. Perbandingan estimasi PER dengan sektor
industri konsumsi lain disajikan dalam Gambar 8. Jika dihitung rata-rata dari 10 PER industri
konsumsi tersebut rata-rata adalah 18,33 (average Top 10 IK) mendekati estimasi PER ASII
otomotif sebesar 18. Tabel 12 menyajikan taksiran nilai saham ASII untuk tahun 2012 yakni
Rp8.026,09 dengan rentang harga Rp7.353,96 hingga Rp8,752.58. Estimasi harga saham ASII
tahun 2013 sebesar Rp9.174,71 dengan rentang harga Rp8.406,40 hingga Rp10.005,80.
Estimasi EPS
ASII 2012 Taksiran
ASII & Benchmark PER
(14 Analysts Nilai ASII
Bloomberg)
ASTRA Credit Suisse 18,00 477,53 8.595,55
ASTRA Bloomberg 15,50 477,53 7.401,72
Industri Otomotif 15,40 477,53 7.353,96
Average Top 10 IK 18,33 477,53 8.752,58
Rata-rata 16,81 477,53 8.026,09
Sumber: Laporan Keuangan ASII konsolidasi. Gambar 8 dan Tabel 4
Estimasi EPS
ASII 2013 Taksiran
ASII & Benchmark PER
(15 Analysts Nilai ASII
Bloomberg)
ASTRA Credit Suisse 18,00 545,87 9.825,66
ASTRA Bloomberg 15,50 545,87 8.460,99
Industri Otomotif 15,40 545,87 8.406,40
Average Top 10 IK 18,33 545,87 10.005,80
Rata-rata 16,81 545,87 9.174,71
31
Sumber: Laporan Keuangan ASII konsolidasi. Gambar 8 dan Tabel 4
Pendekatan kedua dengan free cash flow (FCF) discount model disajikan dalam Tabel 13
untuk menghitung FCF aktual terlebih dahulu sebelum melakukan estimasi FCF untuk 3
hingga 5 tahun ke depan. Hasil perhitungan FCF aktual selama 5 tahun terakhir menunjukkan
tingkat FCF ASII berfluktuasi dengan beberapa data menunjukkan FCF negatif. Nilai FCF
negatif namun didukung dengan tingkat EBIT dan NOPAT yang tinggi mengindikasikan
bahwa perusahaan sedang melakukan investasi aset tetap dalam jumlah yang signifikan
sehingga FCF aktual tidak dapat digunakan sebagai basis untuk menaksirkan FCF ASII di
masa datang. Pada sisi lain, belum cukup informasi untuk melakukan proyeksi FCF ASII
dengan proksi lainnya. Oleh karena itu pendekatan ini tidak dapat digunakan dalam menaksir
nilai saham ASII.
Tabel 13. Perhitungan Free Cash Flow ASII (dalam miliar rupiah)
OC = NWC + NFA
OC = Operating Capital
NWC = Net Working Capital = Current assets – Non Interest Current Liabilities
32
NFA = Net Fixed Assets
c. Dividend Discount Model
Beta = 1.37, Nilai beta dihitung berdasarkan data return bulanan selama Januari 2006
hingga September 2012.
Return Pasar = 15,25%,
RF = Risk Free Rate = 7%, dhitung dengan menggunakan proksi Surat Utang Negara
(SUN).
CAPM = 7% + (15,25% - 7%)*1,37 = 18,30%
Masing-masing scenario menggunakan basis data dan lini waktu yang sama dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 14. Penafsiran Nilai Intrinsik Saham ASII: Skenario Pesimis, Gn = 13%
Tabel 15. Penafsiran Nilai Intrinsik Saham ASII: Skenario Moderat, Gn = 14%
Tabel 16. Penafsiran Nilai Intrinsik Saham ASII: Skenario Optimis, Gn = 15%
34
Berdasarkan asumsi dan pengolahan data di atas tafsiran nilai saham ASII dengan
skenario pesimis A dan pesimis B serta optimis A dan optimis B secara detail dapat dihitung
seperti pada Tabel 14, 15, dan 16. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diperoleh taksiran
nilai saham ASII berada pada kisaran Rp7.399 hingga Rp11.384.
35
PENDEKATAN ANALISIS TERENDAH MODERAT TERTINGGI ASII
Fundamental
1. Trend Ekonomi Indonesia yang relatif kuat dan daya tahan menghadapi krisis global
diperkirakan tetap berlanjut hingga krisis global mereda dalam 2 hingga 3 tahun ke
depan menuju pada pemulihan ekonomi global.
2. Analisis industri menunjukkan ASII tidak hanya menunjukkan performa yang baik
dalam pangsa pasar pada sektor industrinya, namun juga performa keuangan
dibandingkan dengan industri konsumsi lainnya.
3. Analisis Teknikal menunjukkan tekanan untuk beli saham ASII masih potensial,
sedangkan hasil analisis fundamental dan penafsiran nilai saham dengan relative
comparison dan dividend discount model menunjukkan harga pasar saham ASII masih
undervalued.
36