5.1 Kesimpulan
1. Pada kasus memiliki empat diagnosis banding yaitu pitiriasis versikolor,
pitiriasis alba, morbus hansen dan vitiligo, berdasarkan keluhan utama pada
kasus berupa timbulnya makula hipopigmentasi yang disertai rasa gatal.
2. Diagnosis kerja pada kasus ini yaitu pitiriasis versikolor, dimana gejala klinis
berupa makula dengan adanya gatal. Pitiriasis versikolor (PV) ialah infeksi
kulit superfisial kronik, disebabkan oleh ragi genus Malassezia, umumnya
tidak memberikan gejala subjektif, ditandai oleh area depigmentasi atau
diskolorasi berskuama halus, terbesar diskret atau konfluen, dan terutama
terdapat pada badan bagian atas.
3. Tatalaksana pitiriasis versikolor berupa non medikmentosa (edukasi) dan
medikamentosa yaitu obat topikal seperti selenium sulfide bentuk shampo
1,8% atau bentuk losio 2,5% yang dioleskan tiap hari selama 15-30 menit
kemudian dibilas. Aplikasi yang dibiarkan sepanjang malam dengan frekuensi
2 kali seminggu juga digunakan , dengan perhatian akan kemungkinan reaksi
iritasi. Pengolesan dianjurkan di seluruh badan selain kepala dan genitalia.
Ketokonazol 2% bentuk sampo juga dapat digunakan serupa dengan sampo
selenium sulfid. Alternatif lain adalah solusio natrium hiposulfit 20%, solusio
propilen glikol 50%. Untuk lesi terbatas, berbagai krim derivat azol misalnya
mikonazol, klotrimazol, isokonazol, ekonazol dapat digunakan. Demikian
juga krim tolsiklat, tolnaftat, siklopiroksolamin, dan haloprogin. Obat topikal
sebaiknya diteruskan 2 minggu setelah hasil pemeriksaan dengan lampu
Wood dan pemeriksaan mikologis langsung kerokan kulit negatif.
Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas, kambuhan, dan gagal dengan
terapi topikal, antara lain dengan ketokonazol 200 mg/hari selama 5-10 hari
atau itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari. Pengobatan rumatan
53
54
5.2 Saran
1. Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa lebih memahami dan aktif dalam menganalisa
permasalahan kesehatan baik pada keluarga maupun lingkungannya.
2. Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui edukasi dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat.
3. Penderita dan keluarga
Menerapkan edukasi yang telah diajarkan untuk menuju hidup yang lebih
sehat. Serta yang paling sering adalah mengkontrol selalu penyakitnya ke
Puskesmas agar terhindar dari komplikasi penyakit.