Anda di halaman 1dari 9

nBERSAMA TINGKATKAN CAKUPAN

IMUNISASI, MENJAGA ANAK TETAP


SEHAT
DIPUBLIKASIKAN PADA : SENIN, 27 APRIL 2015 00:00:00, DIBACA : 3.204 KALI

Dari 194 negara anggota WHO, 65 di antaranya memiliki cakupan imunisasi Difteri, Pertusis dan
Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Untuk menghapus kantong-kantong wilayah dimana
banyak anak-anak tidak terlindungi dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah melalui
imunisasi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengajak negara-negara untuk bekerja lebih intensif
bersama mencapai target cakupan imunisasi, dengan mengusung tema Close the Immunization
Gap, Vaccination for All sebagai tema Pekan Imunisasi Dunia, tanggal 24-30 April 2015.

Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak
mendapakan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia, Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) mencapai 86,8%,dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun
2019. Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan
hingga mencapai 92% di tahun 2019.

Di tingkat nasional, kita mengharapkan target Imunisasi Dasar Lengkap 91% dan UCI Desa
84% pada akhir tahun 2015 ini, demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dr HM Subuh, MPPM. Tema global PID
2015 adalah Close the Immunization Gap, Vaccination for All, sementara tema nasionalnya
adalah Bersama wujudkan imunisasi yang tinggi dan merata.

Di berbagai negara di dunia, kurangnya persediaan vaksin, akses terhadap layanan kesehatan,
kurangnya pengetahuan masyarakat serta kecilnya dukungan politis dan financial menjadi
penyebab kesenjangan cakupan imunisasi. Kondisi geografis Indonesia juga merupakan
tantangan bagi program imunisasi, selain kurangnya pengetahuan masyarakat dan kurangnya
informasi tentang imunisasi, Pemerintah juga telah menggiatkan program promosi kesehatan
dalam rangka penyebarluasan informasi tentang pentingnya imunisasi.
Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya untuk menjamin akses pelayanan imunisasi di
daerah sulit dan sulit dijangkau dengan bekerja sama dengan lintas sektor lainnya, menjamin
ketersediaan vaksin, pelatihan bagi petugas kesehatan serta upaya-upaya untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat melalui berbagai media dan iklan layanan masyarakat.

Selain itu, pemerintah juga telah bekerja sama dengan berbagai organisasi masyarakat untuk
terus menerus melakukan edukasi kepada masyarakat serta memperluas akses dan cakupan
terhadap imunisasi. Di sisi lain, pemerintah memastikan keterjaminan persediaan vaksin dengan
dukungan PT BioFarma, produsen vaksin nasional yang produknya telah digunakan di 131
negara termasuk negara-negara berpenduduk mayoritas muslim.

Tenaga kesehatan tentu saja memegang peranan teramat penting mengingat mereka berada di
garda terdepan, memberikan informasi yang benar dengan cara yang tepat kepada para orang tua
atau wali anak yang tergolong dalam usia imunisasi dasar lengkap (0-12 bulan), kemudian
mengajak dan mengingatkan orang tua untuk membawa anak-anak mereka ke
Puskesmas, Posyandu dan fasilitas kesehatan lain untuk mendapatkan imunisasi.

Para orang tua selayaknya menjadikan imunisasi satu dari berbagai hak anak yang harus
diberikan kepada anak. Dengan imunisasi, anak terhindar dari kesakitan, kecacatan bahkan
kematian yang dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit yang sebenarnya dapat dicegah oleh
imunisasi seperti Hepatitis B, TBC, Polio, Difteria, Pertusis, Tetanus, Campak, Pneumonia dan
Meningitis yang disebabkan Hemofilus tipe b.

Pemerintah daerah perlu mengupayakan peningkatan cakupan imunisasi, sebagai bagian dari
tanggungjawab melindungi anak-anak di wilayahnya. Anak yang terkena penyakit yang dapat
dicegah imunisasi, dapat menyebarkan penyakit ini ke banyak anak lain. Perlu diketahui,
penyakit-penyakit yang disebutkan di atas dapat menyebar dengan cepat, bahkan melewati batas
negara. Dengan imunisasi, kita melindungi anak-anak kita dan anak-anak di seluruh dunia.

Bergandeng tangan dengan melakukan percepatan upaya, penguatan program imunisasi rutin,
mendukung upaya pengembangan vaksin yang lebih baik. Bersama, kita mewujudkan cakupan
imunisasi yang tinggi dan merata.

Puncak PID di Indonesia dilaksanakan di Lapangan Monas Jakarta, Minggu (26/4). Serangkaian
kegiatan diantaranya adalah gerak jalan keluarga sehat yang diikuti 5.000 peserta; Sarasehan
Pentingnya Imunisasi bersama Kak Seto, Ust. Budi Prayitno, dr. Sujatmiko, Dirjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dan Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kemenkes.

Pada kesempatan tersebut Menkes Prof. Dr. Nila Moeloek, Sp.M(K) meluncurkan Buku KIA
revisi 2015 yang mengalami beberapa perubahan dari sebelumnya diantaranya Memperpanjang
masa penggunaan, dari yang sebelumnya digunakan sejak ibu hamil sampai anak usia lima tahun
menjadi sampai anak usia enam tahun terintegrasi dengan Program Anak Usia Dini (PAUD);
Menginformasikan lebih banyak tentang hak pelayanan kesehatan yang diperoleh ibu hamil,
bersalin,nifas, bayi baru lahir dan anak usia 29 hari 6 tahun terkait dengan kesehatan ibu dan
anak, imunisasi dan gizi termasuk penentuan status gizi dan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang serta penambahan jenis pelayanan imunisasi seperti imunisasi Hib dan IPV.
Digunakan sebagai salah satu persyaratan pada Program Keluarga Harapan dan Jaminan
Kesehatan Nasional.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 500-
567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan alamat email
kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id. - See more at:
http://www.depkes.go.id/article/view/15042700004/bersama-tingkatkan-cakupan-imunisasi-
menjaga-anak-tetap-sehat.html#sthash.YgZjJ8Vg.dpuf

BERIKAN IMUNISASI SEBAGAI HAK


ANAK
DIPUBLIKASIKAN PADA : SENIN, 04 MEI 2015 00:00:00, DIBACA : 1.394 KALIJakarta, 4
Mei 2015

Setiap tahun Badan Kesehatan Dunia (Word Health Organization/WHO) merayakan Word
Immunization Week (WIW), Pekan Imunisasi Dunia (PID) terdiri dari 180 negara sejak tiga
tahun lalu. Pekan imunisasi tahun 2015 dilaksanakan tanggal 24 30 April 2015 dengan tema
Bersama Wujudkan Cakupan Imunisasi yang Tinggi dan Merata. Pekan Imunisasi Dunia untuk
menggalang dukungan dan kerjasama disemua sektor yang terkait.

Demikian sambutan Menkes yang di wakili oleh Direktur Bina Kesehatan Anak dr.Elizabeth
Jane Soepardi,MPH,DSc pada acara Pekan Imunisasi Dunia bersama Ikatan Dokter Anak
Indonesia dan Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (Kiara-RSCM) yang dihadiri oleh Direktur utama
RSUPN Cipto Mangunkusumo, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Deputi
Kesehatan Kependudukan dan KB Menko PMK, Ketua Pengurus Besar Profesi IDI, Ketua
Pengurus Besar Profesi IDAI dan para Penjabat di Lingkungan Kementerian Kesehatan, (23/4) di
Jakarta.

Saat ini ada 22 juta bayi di dunia yang belum diimunisasi dasar lengkap dan 9,5 juta di wilayah
Asia Tenggara atau South East Region termasuk anak Indonesia. Pelaksanaan kegiatan imunisasi
melibatkan semua pihak, baik Pemerintah, Swasta dan Masyarakat dan kalangan Dunia Usaha
guna meningkatkan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata.

Indonesia berhasil dalam Program Imunisasi antara lain; membasmi cacar tahun 1974, bebas
polio, tahun 2014 dan penurunan angka kesakitan dan kematian akibat Difteri, Pertusis atau
batuk 100 hari, Tetanus serta Campak, jelas Direktur Bina Kesehatan Anak.

Pemerintah berharap agar media ikut berperan untuk mempegaruhi masyarakat, mendorong para
orang tua untuk memberikan hak anak untuk diimunisasi serta menginformasikan tentang
imunisasi yang benar.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 500-
567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan alamat email
kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id. - See more at:
http://www.depkes.go.id/article/view/15051500002/berikan-imunisasi-sebagai-hak-
anak.html#sthash.jpDUYY6v.dpuf

IMUNISASI UNTUK MASA DEPAN LEBIH


SEHAT
DIPUBLIKASIKAN PADA : JUMAT, 09 MEI 2014 08:09:00, DIBACA : 4.757 KALI

Jakarta, 9 Mei 2014

Diperkirakan 2-3 juta kematian per tahun secara global berhasil dicegah dari penyakit difteri,
campak, pertusis, pneumonia, polio, rotavirus diare, rubella, dan tetanus melalui imunisasi.
Namun, masih ada sekitar 22 juta bayi di dunia yang belum mendapat imunisasi lengkap dan
sebesar 9,5 juta ada di Asia Tenggara termasuk anak-anak di Indonesia. Situasi ini mendorong
langkah global dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dunia melalui pelaksanaan Pekan
Imunisasi Dunia.
Pekan Imunisasi Dunia (PID) di Indonesia tahun 2014 sudah dilaksanakan pada tanggal 23 30
April 2014. Tema PID tahun ini adalah Are you up to date ? Know, Check, and Protect,
Immunize for a Healthy Future.

Dalam rangkaian PID, Kemenkes bersama stakeholder lain menggelar seminar dengan tema
Imunisasi untuk Masa Depan Lebih Sehat, di Jakarta (9/5). Seminar ini dihadiri oleh tenaga
kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, organisasi profesi serta kader kesehatan.

Wakil Menkes Prof. dr. Ali Ghufron Mukti dalam sambutannya saat membuka seminar
menyatakan bahwa pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan mengutamakan upaya
promotif-preventif termasuk Program Imunisasi yang terbukti sangat efektif untuk menurunkan
angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I).
Upaya pencegahan ini diperkuat dengan pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia sejak
sekitar 6 dasa-warsa yang lalu dan menghasilkan banyak prestasi yang amat membanggakan,
antara lain:
1. Dicapainya Eradikasi Cacar tahun 1974.
2. Dicapainya Universal Child Immunization (UCI) tingkat provinsi di seluruh Indonesia tahun
1990 dan UCI Kabupaten/Kota tahun 1992.
3. Dicapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal di regional Jawa-Bali dan
Sumatera tahun 2010 serta regional Kalimantan, Sulawesi, NTT dan NTB tahun 2011.
4. Diturunkannya lebih dari 90% angka kesakitan dan kematian akibat penyakit Difteri,
Pertusis, Tetanus, dan Campak jika dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu.
5. Diperluasnya cakupan penyakit yang dicegah Program Imunisasi dengan dimasukkannya
antigen Haemophylus influenzae Type B (Hib) pada 2013 untuk mencegah pneumonia dan
meningitis akibat Hib. Upaya ini diperkuat dengan pengurangan jumlah suntikan agar anak yang
diberi imunisasi dan orang-tuanya merasa lebih nyaman. Selain itu, biaya yang dikeluarkan
Pemerintah dan Masyarakat juga dapat dikurangi. Sejak digunakan vaksin baru yang terdiri dari
DPT-HB-Hib (Pentavalen), jumlah suntikan menurun dari 9 suntikan menjadi hanya 3 suntikan
saja.

Pada tahun 2013, Imunisasi Pentavalen telah dilaksanakan di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, DI
Yogyakarta, Bali, dan NTB. Di samping itu, akan diberikan imunisasi lanjutan pada anak di
bawah tiga tahun berupa DPT-HB-Hib pada usia 18 bulan, dan Campak usia 24 bulan.

Insya Allah, pada tahun 2014, imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen) akan dilaksanakan di
seluruh Indonesia, kata Wamenkes.

Indonesia Bebas Polio


Pada tanggal 27 Maret 2014 Indonesia menerima Sertifikat Bebas Polio dari Regional
Commission for Certification of Poliomyelitis Eradication untuk semua negara di Regional Asia
Tenggara atau WHO South East Asia Region. Ini menandakan suatu keberhasilan dari
perjuangan panjang antara Pemerintah bersama seluruh masyarakat. Perjuangan dimulai dengan
pelaksanaan Imunisasi Polio 1980 dan diperkuat dengan berbagai upaya lainnya seperti AFP
Surveillance atau Surveilans Lumpuh Layu.

Upaya ini berhasil menurunkan insiden penyakit polio dari lebih 800 kasus pada tahun 1984
menjadi hanya 1 kasus asli Indonesia atau indigenous case pada tahun 1995. Meskipun pada
tahun 2005 2006 terjadi importasi polio dari luar negeri yang berakibat terjadinya lebih dari 300
anak Indonesia lumpuh, akan tetapi penyebaran virus polio liar ini dapat diakhiri tahun 2006.
Kondisi ini terwujud berkat upaya penanggulangan yang mencakup 5 kali Pekan Imunisasi
Nasional.

Meskipun kita telah mencapai Eradikasi Polio, kita masih harus : (1) melanjutkan kegiatan
Imunisasi Polio dengan cakupan yang tinggi, merata, dan bermutu, (2) melanjutkan Surveilans
Lumpuh Layu yang adekuat dengan indikator 2 per 100.000 anak kurang dari 15 tahun, dan (3)
melaksanakan kegiatan pengamanan virus Polio di laboratorium atau Laboratory Containment,
kata Wamenkes.
Upaya-upaya ini harus dilaksanakan karena ada dua wilayah regional dunia yang belum
mencapai tahap eradikasi Polio yaitu Regional Afrika dan Regional Mediterania Timur East
Mediterranian Region, tambahnya. - See more at:
http://www.depkes.go.id/article/view/201405300001/imunisasi-untuk-masa-depan-lebih-
sehat.html#sthash.YVpzSKwV.dpuf

LINDUNGI IBU DAN BAYI DENGAN


IMUNISASI
DIPUBLIKASIKAN PADA : SENIN, 15 DESEMBER 2014 00:00:00, DIBACA : 7.774 KALI

Jakarta, 15 Desember 2014

Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, masih ditemukan tantangan
besar dalam pembangunan kesehatan, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). Mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan bahwa AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sebesar 32
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Ini berarti di Indonesia, ditemukan kurang lebih 44
orang ibu meninggal dan 440 bayi yang meninggal setiap harinya.

Merujuk pada penyebab kematian ibu, penyebab langsung terbanyak kematian ibu adalah
perdarahan, infeksi dan hipertensi dalam kehamilan; penyebab kematian bayi terbanyak
disebabkan oleh masalah neonatal seperti berat bayi lahir rendah (BBLR), Asfiksia, Diare, dan
Pneumonia, serta beberapa penyakit infeksi lainnya, dimana penyakit infeksi tersebut dapat
dicegah dengan imunisasi.

Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan beberapa alasan anak tidak
diimunisasi antara lain karena takut anaknya panas, keluarga tidak mengizinkan, tempat
imunisasi jauh, kesibukan orang tua, seringnya anak sakit, dan tidak tahu tempat imunisasi, ujar
Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), pada pembukaan kegiatan
Workshop Peningkatan Kesehatan Ibu dan Imunisasi di Jakarta, Rabu malam (17/12).

Sebenarnya, terdapat peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap dari 89% pada 2010
menjadi 90% pada 2013. Capaian Universal Child Immunization (UCI) atau desa yang 100%
cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi juga meningkat dari 75,3% pada 2010 menjadi 82%
pada 2013. Namun, target yang ditetapkan belum tercapai, yaitu 95% pada 2013.

Ini menyebabkan banyaknya kantong-kantong imunisasi yang berisiko menimbulkan kejadian


luar biasa (KLB) dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), terang Menkes.

Pada kesempatan tersebut, Menkes menyatakan masalah kesehatan ibu dan bayi sangat
kompleks. Faktor yang berkontribusi besar dalam meningkatkan risiko kematian ibu dikenal
dengan istilah 4 Terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu
banyak anak. Faktor keterlambatan juga berpengaruh, yakni terlambat mengenali tanda bahaya
kehamilan dan persalinan, terlambat dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan, serta
terlambat mendapatkan pertolongan.

Upaya Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan Bayi

Pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat terus berupaya untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas seperti yang tercantum di dalam
Rencana Aksi Nasional Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PP AKI) 2013-2015. Program
utama yang dilaksanakan diantaranya: 1) Menempatkan tenaga kesehatan dalam jumlah dan
kualitas sesuai standar; 2) Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar; 3) Menjamin terlaksananya rujukan efektif pada kasus komplikasi melalui penyediaan
pelayanan PONED dan PONEK 24 jam 7 hari; 4) Memobilisasi masyarakat untuk pelaksanaan
Program Perencanaan Persalinan dengan Pencegahan Komplikasi (P4K); 5) Penjaminan
dukungan Pemda terhadap regulasi yang mendukung pelaksanaan program kesehatan; serta 6)
Peningkatan kemitraan dengan lintas sektor dan swasta, hal ini didukung dengan penguatan
sistem pembiayaan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Pemecahan masalah kesehatan ibu dan bayi ada dalam suatu rangkaian upaya kesehatan
berkelanjutan yang dikenal sebagai continuum of care mulai dari hulu sampai ke hilir yaitu
sebelum masa hamil, masa kehamilan, persalinan dan nifas. Adapun upaya di hulu antara lain: 1)
meningkatkan status gizi perempuan dan remaja; 2) meningkatkan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja; 3) meningkatkan konseling meliputi pranikah untuk calon pengantin, KB,
Gizi dan imunisasi; serta 4) meningkatkan peran aktif suami, keluarga, tokoh agama, tokoh adat,
kader dan masyarakat, misalnya kemitraan bidan dan dukun.

Imunisasi Murah dan Efektif

Imunisasi lengkap dapat melindungi anak dari wabah, kecacatan dan kematian. Orang tua
diharapkan melengkapi imunisasi anak mereka agar seluruh anak Indonesia terbebas dari
penyakit yang sebenarnya dapat dicegah lewat imunisasi. Imunisasi melindungi anak-anak dari
beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian. Lebih lanjut, imunisasi
tidak membutuhkan biaya besar, bahkan di Posyandu anak-anak mendapatkan imunisasi secara
gratis.

Ada lima (5) jenis imunisasi yang diberikan secara gratis di Posyandu, yang terdiri dari imunisasi
Hepatitis B, BCG, Polio, DPT-HIB, serta campak. Semua jenis vaksin ini harus diberikan secara
lengkap sebelum anak berusia 1 tahun diikuti dengan imunisasi lanjutan pada Batita dan Anak
Usia Sekolah. Tahun 2013 pemerintah telah menambahkan Vaksin HIB (Haemophilus Influenza
Tipe B), yang digabungkan dengan vaksin DPT-HB menjadi DPT-HB-Hib yang disebut vaksin
pentavalen.
1. Vaksin Hepatitis B diberikan pada bayi baru lahir untuk mencegah penularan Hepatitis B dari
ibu ke anak pada proses kelahiran. Hepatitis B dapat menyebabkan pengerasan hati yang
berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati.
2. Vaksin BCG diberikan satu kali pada usia 1 bulan guna mencegah kuman tuberkulosis
menyerang paru, dan selaput radang otak yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan
3. Vaksin Polio diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk mencegah
lumpuh layu.
4. Vaksin Campak diberikan dua kali pada usia 9 bulan dan 24 bulan untuk mencegah penyakit
campak berat yang dapat mengakibatkan radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang
otak.
5. Vaksin DPT-HB-HIB diberikan 4 kali, pada usia 2, 3, 4 dan 18 bulan guna mencegah 6
penyakit, yaitu: Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Pneumonia (radang paru) dan Meningitis
(radang otak). Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas,
serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung. Penyakit Pertusis berat dapat
menyebabkan infeksi saluran nafas berat (Pneumonia). Kuman Tetanus mengeluarkan racun
yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan sulit bernafas.
Kuman Haemophilus Influenza tipe B dapat menyebabkan Pneumonia dan Meningitis.

Workshop Lindungi Ibu dan Bayi dengan Imunisasi

Dalam laporannya, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kemenkes RI, dr.
Anung Sugihantono, M.Kes, menuturkan bahwa kegiatan Workshop Peningkatan Kesehatan Ibu
dan Imunisasi merupakan salah satu bagian dari rangkaian Kampanye Peduli Kesehatan Ibu yang
diawali pada tanggal 21 April 2014 dengan mengambil momentum peringatan Hari Kartini
sebagai titik awal, dan diakhiri pada Hari Ibu tanggal 22 Desember 2014 yang kegiatannya akan
terus berlanjut.

Workshop ini diharapkan dapat memberikan gambaran realita di lapangan, khususnya


pengalaman keberhasilan dalam meningkatkan akses dan kulitas pelayanan KIA dan imunisasi,
ujar dr. Anung.

Dalam rangkaian workshop tersebut, dilakukan pula pemutaran film pelayanan KIA dan
Imunisasi, panel diskusi yang membahas mengenai Kesehatan Ibu dan Imunisasi Ditinjau dari
Sudut Pandang Agama dan Budaya, talkshow, pemberian tanda ucapan terima kasih kepada
pelaku yang menunjukkan komitmennya dalam Peningkatan Pelayanan KIA dan Imunisasi.
Dalam workshop yang terselenggara atas kerjasama Kemenkes RI bersama Health System
Strengthening GAVI Alliance dilaksanakan juga mini university untuk mensosialisasikan
program Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health (AIPMNH) yang
telah dilakukan di 14 Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam program GAVI HSS,
yang mempunyai indikator persalinan oleh tenaga kesehatan, diharapkan akan mendukung dan
menjamin kontinuitas imunisasi kepada bayinya. Cakupan imunisasi dan pelayanan KIA
memiliki sasaran yang sama, sehingga melalui penguatan program KIA diharapkan cakupan
imunisasi juga akan meningkat.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode
lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan alamat email
kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id
- See more at: http://www.depkes.go.id/article/view/15010200001/lindungi-ibu-dan-bayi-
dengan-imunisasi.html#sthash.mp0ifTVi.dpuf

Anda mungkin juga menyukai