PBL Ipt SK2
PBL Ipt SK2
Paramyxovirus
1.1 Definisi
Paramyxovirus: One of a group of RNA viruses that are predominantly responsible for acute
respiratory diseases and are usually transmitted by airborne droplets.
(https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=22713 )
1.2 Klasifikasi
Paramyxoviridae dibagi dalam dua sub family yakni Paramyxovirinae dan Pneumovirinae yang
awalnya terdiri dari tiga genus yakni Respirovirus, Rubulavirus dan Morbilivirus, namun selanjutnya
ditemukan genus Pneumovirus dan Metapneumovirus.
1.3 Morfologi
2. Campak
2.1 Definisi
Campak adalah penyakit menular yg disebabkan oleh virus dgn gejala prodromal seperti demam,
batuk, coryza, dan konjungtivitas, kemudian diikuti dgn munculny ruam makulopapular. (jurnal
kesehatan masyarakat volume 1, no.2, tahun 2012, halaman 293-304. FKM undip
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm )
2.2 Epidemiologi
2.3 etiologi
2.4 patofisiologi
Terjadi sekitar 8 hari sampai 10-12 hari. Walaupun kejadian virologis dan imunologis terjadi
pd saat ini, individu belum tampak sakit (belum terlihat gejala klinis). Gooddall dkk. Menunjukkan
bahwa pd beberapa penderita mengalami gejala respiratorius transien ringan dan demam setelah
terkena virus
Periode Prodromal
Berlangsung sekitar 2-4 hari, virus terdapat dalam air mata, sekresi hidung, tenggorokan,
urin, dan darah. Gejala inisial merupakan gejala respiratorius dan pilek dgn demam sbg gejala awal.
Suhu meningkat secara gradual menjadi 39,5oC selama 4 hari. Pd stadium ini dpt ditemukan
enantema di mukosa pipi yg merupakan tanda patognomonis campak, yaitu koplik spot,
conjunctivity, coryza, dan cough.
Periode Eksantema
Eksantema (makulopapula) muncul sekitar 14 hari setelah terpajan dan pd saat itu antibodi
humoral dapat dideteksi. Eksantema muncul sekitar puncak gejala respiratorius dan suhu berkisar
39,5oC. Saat inilah puncak timbul koplik spot, 3 hari kemudian akan hilang. Setelah menghilang,
mukosa yg merah dan sandpapery menetap selama 1-2 hari.
Periode Konvalesen
Pd fase akhir, ruam menjadi hiperpigmentasi dan kadang” deskuamasi dan gejala” lainny
menghilang.
diagnosis campak biasanya dpt dibuat berdasarkan gejala klinis yg khas, yaitu coryza, conjunctivitis,
coungh (3c) dan demam tinggi beberapa hari diikuti timbulny ruam khas, diawali dari belakang
telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan, dan kaki bersamaan dgn meningkatnya
suhu tubuh- selanjutny mengalami hiperpigmentasi dan deskuamasi. Dgn demikian diagnosis
campak dpt ditegakkan berdasarkan klinis. Secara spesifik dpt dilakukan dgn pemeriksaan serologis
IgM dan isolasi virus dari kultur jaringan.
Diagnosis Banding
1. rubela (campak jerman) : tidak diawali masa prodromal yg spesifik. Remaja dan dewasa
muda dpt memperlihatkan gejala demam ringan disertai lemas badan dalam 1-4hari
sebelum timbulnya ruam. Pembesaran kelenjar getah bening khususny di daerah belakang
telinga dan oksipital sangat menunjang diagnosis rubela.
2. Eksantema subitum : gejala demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas biasanya timbul
sebelum timbulnya ruam pd kulit disertai penurunan demam secara drastis menjadi normal.
3. Demam skarlatina : kelainan kulit pd demam skarlatina biasany terjadi dalam 12 jam
pertama sesudah demam, batuk, dan muntah. Gejala prodromal ini dpt berlangsung selama
2 hari. Lidah berwarna merah stroberi disertai tosilitis eksudativa atau membranosa.
4. Steven-Johnson (erupsi obat) : tidak mempunyai gejala prodromal.
5. Penyakit kawasaki : demam tidak spesifik disertai nyeri tenggorokan sering mendahului
timbulny ruam selama 2-5 hari. Sering ditemui konjungtivitis bilateral.
6. Meningococcemia : kemerahan pd kulit 24 jam pertama. Gejalany berupa demam, muntah,
kelemahan umum, gelisah, dan mungkin disertai kaku kuduk.
7. Penyakit rikets : erupsi papulovesikuler secara menyeluruh, biasany tidak mengenai wajah,
dan sering didahului oleh gejala menyerupai influenza. Sakit kepala lebih menonjol.
8. Staphylococcus toxic shock syndrome : demam tinggi, nyeri kepala. Batuk, muntah dan
diare, serta renjatan sering kali mendahului atau dpt bersamaan dgn keluarny kelainan kulit.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu>39oC), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau terdapat
komplikasi.
Pencegahan
tingkat awal
berhubungan dgn keadaan penyakit yg masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum
tampak. memantapkan status kesehatan balita dgn memberikan makanan bergizi, sehingga dpt
meningkatkan daya tahan tubuh
tingkat pertama
tingkat kedua
tinkat ketiga
2.8 Komplikasi
1. laringotrakeitis : laringitis terjadi oleh karena edema hebat pd mukosa saluran napas dan
bertambah parah pd saat demam mencapai puncakny, ditandai dgn distres pernapasan, dispnea,
sianosis, dan stridor.
2. pneumonia : merupakan komplikasi campak yg sering dijumpai dan sering disebabkan invasi
bakteri sekunder.
3. ensefalitis : penyulit neurologik paling sering terjadi, biasany pd hari ke4 sampai ke7 setelah
timbulny ruam, sejumlah kecil terjadi pd periode preerupsi. Ensefalitis simtomatik timbul sekitar
1:1000.
5. otitis media : invasi virus ke telinga tengah umumny terjadi pd campak. Gendang telinga biasany
hiperemis pd fase prodromal dan erupsi.
2.9 prognosis