Dampak Pendidikan Tabel
Dampak Pendidikan Tabel
Oleh : JASASILA
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Graha Karya Muara Bulian
ABSTRAK
1
ABSTRACT
2
Latar Belakang
Konsep desentralisasi kelembagaan sekolah, manajemen
pendidikan pada jenjang pendidikan kepala sekolah, SDM sekolah,
dasar yang tengah disiapkan oleh partisipasi orangtua siswa dan
Depdiknas adalah dengan cara masyarakat, proses belajar
memberikan otonomi yang luas mengajar, dan kultur masyarakat
pada institusi sekolah dalam lokal.
konsep manajemen berbasis
sekolah (MBS). Dengan MBS maka Pada saat ini disadari bahwa
pemberdayaan sekolah dapat sektor pendidikan merupakan sektor
dilakukan secara lebih optimal yang yang berperan besar dalam
berorientasi pada empat aspek pembangunan ekonomi suatu
yaitu untuk : meningkatkan mutu negara termasuk Indonesia. Hal
pendidikan, pemerataan, relevansi, tersebut teridentifikasi dar berbagai
dan efisiensi penyelenggara studi menunjukkan adanya
pendidikan. Secara struktural hubungan positif antara
mencakup : komitmen politik dan pembangunan ekonomi dan
kebijakan pemerintah pusat pembangunan sumber daya
(Depdiknas) yang bersifat makro. manusia. Sebagai wujud kepedulian
Dalam hal ini pemerintah pusat terhadap sektor ini, maka
tidak boleh ragu-ragu dengan sikap pemerintah meluncurkan Undang-
setengah hati untuk melaksanakan Undang No. 20 tahun 2003 tentang
desentralisasi pendidikan. Hal itu Sistem Pendidikan Nasional. Salah
haruslah tercermin pada kebijakan satu pasal menyebutkan tentang
di bidang pendidikan yang meliputi aspek alokasi budgeting dalam
penyiapan landasan hukum berupa sektor pendidikan.yang menyatakan
undang-undang, peraturan bahwa dana pendidikan selain gaji
pemerintah dan keputusan menteri pendidik dan biaya pendidikan
serta penyediaan anggaran yang kedinasan harus dialokasikan
memadai. Dalam lingkup struktural minimal 20 % dari APBN dan APBD.
juga mencakup peran pemerintah Sejalan dengan itu maka akan
daerah antara lain meliputi dikaji Dampak Sosial Ekonomi Dan
penataan kelembagaan institusi Evaluasi Belanja Daerah Terhadap
pendidikan dalam organisasi Proyek Pembangunan Di Kabupaten
pemerintah daerah, peraturan Batanghari ( Studi Kasus Sektor
pemerintah daerah, kemampuan Pendidikan )
pemerintah daerah dalam
mengakomodasi aspirasi Rumusan Masalah
masyarakat daerah yang berkaitan Pada saat ini pemerintah
dengan substansi kurikulum Kabupaten Batanghari telah
pendidikan, dan kemampuan mencanangkan wajib belajar
keuangan daerah. Dalam lingkup (WAJAR) 12 (dua belas) tahun bagi
non struktural mencakup seluruh warga masyarakat
tersedianya anggaran sekolah, Batanghari. Dengan kata lain warga
sarana prasarana sekolah, masyarakat harus bisa lulus tidak
3
hanya dari Sekolah dasar 6 (enam) baik sekolah dasar (SD) dan sekolah
tahun juga harus lulus Sekolah lanjutan pertama (SMP) maupun
Menengah Pertama (SMP) 3 tahun Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
dan Sekolah Menengah Atas ( SMA ) terbagi menjadi beberapa indikator
3 tahun. mempunyai standar ketercapaian
Mengacu kepada Pemerintah minimal yang harus dipenuhi.
pusat yang sudah melakukan Standar ketercapaian minimal ini
WAJAR 9 tahun serta melalui Ditjen didasarkan atas persentase, ada
Pendidikan Dasar dan Menengah tidaknya indikator serta terjadinya
telah mengeluarkan pedoman peningkatan maupun penurunan
pelaksanan proses belajar mengajar indikator. Lebih lanjut, ketercapaian
(PBM) dengan standar pelayanan dari obyek yang diteliti secara
minimal (SPM). empiris dapat lebih kecil maupun
Dari uraian diatas didapat lebih besar dari Standar Pelayanan
rumusan masalah sebagai berikut : Minimum (SPM) yang ditentukan.
1) Sejauh mana Dari hasil perhitungan
pelaksanaan program Wajar 12 ketercapaian minimal komponen
(dua belas) tahun di Kabupaten SPM sesuai dengan indikator
Batanghari ? yang ada kemudian ditabulasikan
2) Bagaimana Dampak Ekonomi berdasarkan jumlah sampel yang
terhadap pembangunan dan digunakan. Berdasarkan hasil
Evaluasi Belanja Daerah perhitungan tersebut maka
Terhadap Pembangunan sektor diperoleh jumlah sekolah dasar
Pendidikan di Kabupaten (SD), sekolah lanjutan pertama
Batanghari (SMP) Sekolah Menengah Atas
( SMA) yang sederajat yang
Tujuan Penelitian memenuhi ketercapaian minimal
Untuk menjawab maupun yang belum memenuhi.
permasalahan diatas maka tujuan Hasil perhitungan ini akan
penelitian adadalah sebagai berikut: diketahui terjadinya gap positif
1) Untuk Mengidentifikasi atau negatif dari indikator yang
pelaksanaan program WAJAR 12 telah ditentukan.
tahun di Kabupaten Batanghari. Untuk menjawab rumusan
2) Untuk melihat dampak ekonomi masalah tersebut diatas maka
dan evaluasi belanja daerah tahap pertama adalah menghitung
terhadap pembangunan di biaya operasional program wajar
Kabupaten Batanghari ( Studi pendidikan dasar 12 tahun tahun
Kasus Sektor Pendidikan ) yang berbasis kurikulum per siswa
maupun per lembaga. Cara
Model Analisis perhitungannya dengan
Untuk menganalisis digunakan menentukan fungsi biaya
data sekunder. Selanjutnya data operasional per siswa untuk
tersebut diolah dan dianalisis secara tingkat SD maupun SLTP & SLTA
deskriptif. Rumusan masalah yang diformulasikan sebagai
pertama akan dijawab dengan cara berikut:
membandingkan komponen SPM ci = f (Ii)ε ...............................…(1)
4
Di mana, ci adalah biaya ketercapaian minimal
operasional per siswa setiap berdasarkan
sekolah i yang dinyatakan dalam ketentuan;
satuan rupiah dan Ii adalah indeks Σ I = Jumlah indikator dalam
pendidikan setiap sekolah i. Biaya ketentuan.
operasional diperoleh dari data Catatan: Bila indikator dalam
primer masing-masing sekolah i. ketentuan tidak
ci merupakan biaya yang mempunyai besaran
dikeluarkan oleh masing-masing dengan skala interval
sekolah i selama satu tahun (Ci) maka dikeluarkan dari
dibagi dengan jumlah murid perhitungan Dengan
masing-masing sekolah (N). melakukan regresi
Dengan demikian, formula biaya variabel ci dengan Ii
operasional per siswa adalah: maka akan diperoleh
ci = Ci fungsi biaya
……………………………………… operasional per siswa
….. (2 ) ci = f (Ii). Dengan
N memasukkan nilai ISPM
Indeks pendidikan masing ke dalam fungsi biaya
masing sekolah (Ii) diperoleh tersebut maka akan
berdasarkan indikator diperoleh biaya
keberhasilan setiap sekolah operasional per siswa
dalam melaksanakan kurikulum sesuai dengan
nasional maupun kurikulum ketentuan SPM (cSPM).
lokal. Indikator-indikator yang Dari beberapa fungsi biaya
dihitung dalam penelitian ini tersebut akan dipilih satu fungsi
disesuaikan dengan indikator biaya pendidikan operasional per
yang ada di dalam siswa yang dianggap paling
Kep.Mendiknas tersebut diatas tepat dengan menggunakan
dengan mengeluarkan indikator- beberapa pertimbangan statistik
indikator yang tidak mempunyai (t test, white test dan Ramsey’s
besaran dengan skala interval. RESET test) maupun non-
Kriteria penentuan nilai statistik.
maksimal Ii adalah 100.
Dengan mengacu ketentuan Perhitungan biaya
tersebut diatas maka indeks operasional per lembaga. Untuk
pendidikan berdasarkan SPM menghitung biaya operasional per
(ISPM) dihitung dengan formula lembaga perlu diketahui rata-rata
sebagai berikut: jumlah siswa di setiap sekolah. Rata-
I SPM =ISPMi ......................…(3) rata jumlah siswa di setiap sekolah
I dapat diperoleh dengan persamaan
Di mana: berikut:
ISPM = Indeks pendidikan SPM Sw = Σsw ………..(4)
berdasarkan kentetuan; Σsk
Σ ISPMi = Jumlah masing masing Di mana:
nilai indikator
5
Σ sw = jumlah siswa di Kabupaten Dalam menganalisis dampak belanja
Batanghari pemerintah terhadap pencapaian
kinerja sektor pendidikan di
Σsk = jumlah sekolah di Kabupaten
Batanghari model analisis yang
Batanghari
digunakan direfleksikan dalam
Dengan mengetahui biaya bentuk hubungan matematis sebagai
operasional per siswa sesuai dengan berikut:
ketentuan SPM (cSPM) dan rata-rata Yi = f(Xi ,Zi)
jumlah siswa di setiap sekolah maka dimana: Y adalah indikator sosial
akan dapat ditentukan biaya yang menunjukkan kinerja sektor
operasional per lembaga sesuai pendidikan dan kesehatan di
dengan ketentuan SPM (cLBG). kabupaten/kota i sebagai fungsi dari
Adapun caranya sebagai berikut: rasio pengeluaran pembangunan
untuk sektor pendidikan dan
CLBG = CSPM.SW kesehatan dengan PDRB (Xi), dan
Sedangkan untuk menganalisis vektor variabel sosial ekonomi (Z i)
Pertumbuhan Ekonomi sektor yang diperlakukan sebagai variabel
pendidikan digunakan model kontrol. Berdasarkan hubungan
sebagai berikut : matematis tersebut, model untuk
(PDRBt – PDRBt-1) bidang pendidikan dan kesehatan
(PDRB) = --------------------------- x 100%
dapat dirumuskan sebagai berikut:
PDRBt
Model Pendidikan
6
GERi = β0 + β1 (EDU/PDRB)i + β2Y_Kapi + β3 AMHi + β4 AKB + εi
dimana:
GER = kinerja sektor pendidikan yang dalam model ini menggunakan
angka partisipasi sekolah (APS).
EDU/PDRB = rasio pengeluaran pemerintah untuk bidang pendidikan terhadap
Produk Domestik regional Bruto. Semakin besar rasio tersebut
diharapkan akan meningkatkan kinerja sektor pendidikan.
Y_Kap = pendapatan per kapita. Semakin tinggi tingkat pendapatan
rumah tangga biaya menyekolahkan anak menjadi relatif murah.
Lebih lanjut, dengan asumsi bahwa pendidikan adalah barang
normal, maka pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi,
permintaan terhadap pendidikan akan meningkat.
AMH = angka melek huruf. Penggunaan variabel ini didasarkan pada
kenyataan bahwa orang tua yang terdidik (baca: dapat
membaca & menulis) biasanya mempunyai motivasi yang tinggi
untuk menyekolahkan anak-anaknya. Dengan demikian variabel
ini diharapkan berdampak positip kinerja pendidikan.
AKB = angka kematian bayi. Jumlah penduduk usia sekolah menurun
dengan semakin tingginya angka kematian bayi. Oleh karena itu
semakin tinggi tingkat kematian bayi diharapkan berkorelasi
negatip dengan kinerja pendidikan.
β0, β1, ... β4 = koefisien regresi
ε = kesalahan penganggu (error term)
i = Wlayah ( Kecamatan )
7
Dalam penentuan daerah yang dibutuhkan untuk mencapai
sampel sebaiknya berdasarkan atas indeks pendidikan SD berdasarkan
pendekatan indeks pendidikan dan SPM adalah Rp. 157.815,01.
indeks harapan hidup masing- Dengan demikian gap biaya antara
masing Kecamatan yang ada di biaya operasional yang harus
Kabupaten Batanghari dengan dikeluarkan dengan biaya
kriteria: 1) Tinggi, 2) sedang, dan 3) operasional untuk mencapai SPM
rendah. Di samping menggunakan sebesar Rp 56.028,-.
pendekatan tersebut juga
Kedua, Dengan asumsi
memperhatikan aspek penyebaran
beban/ partisipasi masyarakat tetap,
daerah sehingga diharapkan dapat
beban kekurangan pembiayaan yang
mewakili karakteristik semua daerah
ditanggung pemerintah pusat
di Kabupaten Batanghari. Masing-
sebesar 90% dan pemerintah daerah
masing kelompok diambil 2 daerah
menanggung sebesar 10% maka
sampel.
total biaya operasional per siswa per
Sebagai ilustri contoh kasus dalam tahun maka biaya yang ditanggung
melihat Dampak Ekonomi dan pemerintah pusat sebesar Rp
Evaluasi Belanja Daerah Terhadap 80.389,-, pemerintah daerah sebesar
Pembangunan ( sektor pendidikan ) Rp 40.696,- dan masyarakat sebesar
diperkirakan Jumlah sampel untuk Rp 36.731,- dengan kontribusi
semua tingkatan pendidikan ( SD/MI, masing-masing sebesar 50,94%,
SMP/MTs ) sebanyak 191 sekolah 25,79%, dan 23,37%.
baik negeri maupun swasta.
Sedangkan data untuk PDRB* Ketiga, Dengan asumsi
kabupaten Batanghari adalah kontribusi masing-masing pihak
sebagai berikut : sebesar 60% untuk pemerintah
PDRBt = Rp. 135.940.000,- pusat, 25% pemerintah daerah, dan
PDRBt-1 =Rp. 106.500.00,- 15% partisipasi masyarakat.
(mengacu pada Renstra Ditjen
5. Pembahasan dan Hasil Analisis Pendidikan Dasar dan Menengah
Dari contoh kasus dan data Depdiknas) maka distribusi beban
rekayasa data ( analisis dilakukan pembiayaan untuk mencapai SPM
hanya kepada SD dan SMP ) diatas masing-masing sebesar Rp 94.689,-
didapat hasil analisis sebagai berikut (pemerintah pusat), Rp 39.454,-
: (pemerintah daerah), dan Rp
23.672,- (partisipasi masyarakat).
Pertama, Indeks pendidikan
SD diperoleh sebesar 82 dan indeks Keempat, Kebutuhan biaya
untuk mencapai SPM sebesar 92. per siswa per tahun SMP untuk
Sedangkan biaya operasional mencapai indeks pendidikan
pendidikan SD per siswa per tahun berdasarkan SPM adalah Rp.
di Batanghari adalah Rp. 38.800, 272.823,57. Kekurangan
dengan kontribusi dari pemerintah pembiayaan dibebankan kepada
pusat, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat dan daerah
masyarakat masing-masing sebesar dengan proporsi masing-masing
Rp 1.164,- (30%), Rp 2.328,- (60%), 90% dan 10% (skenario-1).
dan Rp 388,- (10%). Sedangkan Alternatifnya, total pembiayaan untuk
8
mencapai SPM didistribusikan yang sudah dikeluarkan dengan
menggunakan proporsi 60% biaya pendidikan yang
pemerintah pusat, 25% pemerintah seharusnya dikeluarkan baik
daerah dan 15% partisipasi untuk SD maupun SMP
masyarakat (skenario-2).
Ketergantungan biaya
Kelima, Dengan rata-rata pendidikan masih mengharapkan
jumlah murid SMP sebanyak 504, kontribusi pusat sehingga
maka biaya rata-rata per siswa per Standar pelayanan Minimal dapat
tahun (sebesar Rp 230.360,-. tercapai.
Sedangkan biaya rata-rata per siswa
per tahun untuk mencapai SPM Dengan pertumbuhan Ekonomi
masing-masing adalah Rp (PDRB) 21,66 % diharapkan
1.109.072,- (dengan asumsi memberikan dampak ekonomi
termasuk item gaji) dan Rp 248.894,- yang signifikan terhadap
(tanpa item gaji). pembangunan sektor pendidikan
di Kabupaten Batanghari
Keenam, dilihat dari data
PDRB maka diperoleh pertumbuhan
ekonomi tahun 2006 dan 2007 Saran
terjadi pertumbuhan sebanyak 21,66
% Untuk mengurangi gap biaya
pendidikan kontribusi semua
pihak terutama masyarakat
Kesimpulan sangat diharapkan dalam proses
pembangunan pendidikan,
Hasil analisis diatas dengan peningkatan pertumbuhan
menunjukkan bahwa dengan ekonomi akan memberikan
kontribusi 60 % dari Pemkab dampak yang positif terhadap
masih terjadi Gap antara biaya pembangunan sektor pendidikan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, PDRB Batanghari menurut lapangan usaha, 2008 – 2013,
Batanghari.
Dinas Pendidikan & Kebudayaan, Profil Pendidikan Kabupaten Batanghari,
2012, Batanghari
Budiono. 2002, Kebijakan Pengelolaan Keuangan Negara Dalam Rangka
Pelaksanaan Asas Desentralisasi Fiskal, Makalah Rakor Pendayagunaan
Aparatur Negara Tingkat Nasional Tahun 2002, Jakarta.
Davey, Kenneth. 1989. Hubungan Keuangan Pusat-Daerah di Indonesia,
Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.
Departemen Keuangan, Nota Keuangan RI Tahun 2000 - 2002, Jakarta
Hanushek, Eric. 1995, Interpreting Recent Research on Schooling in Developing
Countries, World Bank.
Jhinghan, M.L. 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, terjemahan.
Rajawali Press, Jakarta.
Mardiasmo. 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, ANDI,
Yogyakarta.
SMERU. 2004, Alokasi Anggaran Pendidikan di Era Otonomi Daerah:
Implikasinya terhadap Pengelola Pelayanan Pendidikan Dasar, Lembaga
Penelitian SMERU, Jalarta.
Suparmoko. 2000, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, BPFE
UGM,Yogyakarta.