Disusun Oleh :
Denendah Pujawati P17333114413
Annisa Nurul Mujahidah P17333114414
B. TUJUAN
Untuk mengetahui karakteristik risiko kesehatan (kanker dan non-kanker) individu
terhadap pajanan benzena pada petugas operator SPBU.
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Benzena
Benzena adalah senyawa hidrokarbon aromatik. Dalam suhu ruangan, benzena
adalah cairan tidak berwarna, mudah menguap dengan bau aromatik yang khas. sedikit
larut dalam air tetapi sangat mudah larut dengan pelarut organik, benzena akan
mengapung di permukaan air.
2. Sumber Pajanan Benzena
Menurut ATSDR (2007) Benzena ditemukan di udara, air, dan tanah. Benzena
berasal dari sumber industri dan alam.
a. Sumber Industri
Benzena pertama kali ditemukan dan diisolasi dari tar batubara di tahun 1800-
an. Saat ini, benzena sebagian besar berasal dari minyak bumi. Karena
penggunaannya yang luas, benzena termasuk dalam 20 zat teratas yang dipakai
untuk bahan kimia yang diproduksi di Amerika Serikat. Berbagai industri
menggunakan bensin untuk membuat bahan kimia lainnya, seperti stirena (untuk
Styrofoam dan plastik), cumena (untuk berbagai resin), dan sikloheksana (untuk
nilon dan serat sintetis). Benzena juga digunakan dalam pembuatan beberapa jenis
karet, pelumas, pewarna, deterjen, obat-obatan, dan pestisida (CDC, 2013).
b. Sumber Alam
Sumber alami dari benzena, yang meliputi emisi gas dari gunung berapi dan
kebakaran hutan, juga berkontribusi terhadap keberadaan benzena di lingkungan.
Benzena juga hadir dalam minyak mentah dan bensin dan asap rokok. (ATSDR
2007).
b. Dampak Kronis
Depresi sumsum tulang dengan efek lambat, pada beberapa kasus, sampai
beberapa tahun. Gejala dan tanda yang pertama sangat samar, namun kemudian
kelelahan dan pendarahan spontan yang akan mengakibatkan anemia, selain itu
terjadi penurunan jumlah berbagai sel darah di sirkulasi darah dan berkurangnya
keeping trombosit dalam darah. Anemia aplastik, leukemia mieloblastik akut dan
eritroleukimia akut merupakan efek yang paling ditakutkan pada pemajanan kronik.
EPA memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup pada konsentrasi 4
ppb di udara akan menghasilkan 1 tambahan kasus leukemia dalam 10.000 orang
yang terpajan. EPA juga memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup pada
konsentrasi 100 ppb dalam air minum akan menambah 1 kasus kanker tambahan
dalam 10.000 orang yang terpajan (ATSDR, 2006).
D. CONTOH SOAL & PENYELESAIAN
1. Seorang pekerja SPBU berumur 25 tahun dengan berat badan 58 Kg telah terpapar
Benzena selama 8 jam/hari kerja. Dengan konsentrasi benzena di SPBU sebesar 0,73
mg/m3. Pekerja tersebut telah bekerja selama 5 tahun. (Laju asupan melalui inhalasi
20 m3/hari). Bagaimana risiko kesehatan (kanker dan non-kanker) individu terhadap
pajanan benzena pada petugas pekerja SPBU tersebut?
Penyelesaian :
𝐶 × 𝑅 × 𝑡𝐸 × 𝑓𝐸 × 𝐷𝑡
𝐼=
𝑊𝑏 × 𝑇𝑎𝑣𝑔
Keterangan :
I : Jumlah risk agent yang diterima individu per satuan
C : Konsentrasi benzena di udara
R : Laju asupan (20 m3/hari berdasarkan US-EFA Default Exposure Factor)
tE : Lama kerja karyawan
fE :Frekuensi pajanan (350 hari per tahun berdasarkan US-EFA Default
Exposure Factor
Dt : Durasi Pajanan
Wb : Berat badan pekerja
tavg : Periode waktu rata-rata (350 hari selama 30 tahun untuk pajanan non
kanker dan 70 tahun unutk pajanan kanker)
Diketahui :
Konsenstrasi (C) = 0,73 mg/M3
Waktu Pajanan tE = 8 jam/hari
Durasi pajanan Dt = 5 tahun
Umur = 25 tahun
Berat (Wb) = 58 Kg
R inhalasi = 20 m3/hari = 0,83 m3/jam
Ditanyakan :
a. RQ
b. ECR
Jawaban :
mg M3 jam
0,73 ×0,83 ×8
M3 jam hari
ℎ𝑎𝑟𝑖
×350 ×10 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐼 = 58 𝑘𝑔 ×30 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ×365 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
mg M3 jam
0,73 ×0,83 ×8
M3 jam hari
ℎ𝑎𝑟𝑖
×350 ×5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐼= ℎ𝑎𝑟𝑖
58 𝑘𝑔 ×30 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ×365
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
8482,6 mg
𝐼= 𝑘𝑔
635100
ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐼 = 0,014 mg/kg/hari
𝑅𝑄 = 1,55
0,014 mg
𝐼= 𝑘𝑔
1481900
ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐼 = 9,45 𝐸 − 9 mg/kg/hari
Perhitungan risiko kanker (ECR)
𝐸𝐶𝑅 = 𝐶𝑆𝐹 × 𝐼
𝐸𝐶𝑅 = 0,0273 × 9,45 𝐸 − 9
𝐸𝐶𝑅 = 2,57 × 10−10
E. PEMBAHASAN
Besarnya nilai intake berbanding lurus dengan nilai konsentrasi bahan kimia, laju
asupan, frekuensi pajanan dan durasi pajanan, yang dapat diartikan semakin besar nilai
tersebut maka akan semakin besar asupan seseorang. Asupan berbanding terbalik dengan
nilai berat badan dan periode waktu rata-rata, yaitu semakin besar berat badan maka akan
semakin kecil risiko kesehatan.
Dalam perhitungan ini, untuk pajanan non-karsinogenik digunakan periode waktu
rata-rata selama 30 tahun untuk orang dewasa, sedangkan pada karsinogenik selama 70
tahun. Nilai risiko (RQ) pajanan non-karsinogenik dengan paparan inhalasi
diperhitungkan setelah diketuahi nilai RfC, sedangkan karsinogenik diperhitungkan setelah
diketahui nilai CSF. Dari perhitungan didapatkan hasil nilai intake (non-karsinogenik)
pada karyawan operator SPBU adalah 0,014 mg/kg/hari. Sedangkan nilai intake
bentuk pengelolaan risiko jika nilai RQ>1 dan ECR≥10-4. Manajemen risiko yang
dilakukan dapat berupa menurunkan konsentrasi pajanan (C), mengurangi waktu kontak
diantaranya mengurangi lama pajanan (te), mengurangi frekuensi pajanan (fe) dan
mengurangi durasi pajanan (dt).
Konsentrasi pajanan benzena terhadap petugas operator SPBU tergantung pada
kandungan benzena dalam bahan bakar minyak yang dipengaruhi oleh kondisi
pencemaran benzena di udara ambient di lingkungan kerja. Sedangkan untuk variabel
waktu berhubungan dengan ketentuan/peraturan kerja yang ada dan telah disepakati oleh
karyawan dengan manajemen SPBU, tentunya peraturan ini mengacu kepada peraturan
ketenagakerjaan.
OHSAS 18001 (2007) memberikan pedoman pengendalian spesifik untuk bahaya
K3 dengan pendekatan eliminasi, substitusi, pendekatan teknis, pengendalian administrasi,
dan penggunaan alat pelinding diri (APD). Untuk pendekatan eliminasi, substitusi sulit
dilakukan dikarenakan sumber pajanan benzena di SPBU ini berasal dari sumber tetap dan
tidak tetap, juga dari sumber tersebut berada di outdoor. Sedangkan untuk pendekatan
teknis ini sudah ada peraturan yang mengatur untuk sumber tidak tetap, yaitu peraturan
mematikan mesin kendaraan bermotor saat mengisi BBM, namun peraturan ini belum
terlalu diindahkan oleh konsumen, sehingga perlu ketegasan dan penegakan peraturan ini.
Perlu juga dilakukan penyuluhan tentang posisi aman saat melayani konsumen agar
petugas operator tidak terlalu terpapar benzena dan pentingnya perilaku hygiene saat
bekerja.
Pengendalian yang terakhir dapat dilakukan dengan penggunaan alat pelindung diri
berupa masker, dimana masker dapat meminimalisir pajanan benzena melalui udara.
Penggunaan masker half mask respirator with organic vapor catridge pada konsentrasi
pajanan benzena kurang atau sama dengan 10 ppm (Gunawan, 2000). Namun
pengendalian akan sulit dilakukan karena sejak tahun 2006 pihak perusahaan telah
memberlakukan peraturan “3S” (Senyum, Salam, Sapa) terhadap petugas operator SPBU,
peraturan ini secara tidak langsung meganjurkan petugas operator SPBU tidak memakai
masker, dan lagi terbukti pihak perusahaan tidak menyediakan sama sekali alat pelindung
diri untuk karyawannya.
F. KESIMPULAN
Benzena memiliki sifat mudah menguap ke udara bebas sehingga apabila suatu
sumber pajanan dibiarkan secara terus menerus terbuka di suatu tempat maka semakin
besar konsentrasi benzena yang ada di suatu lingkungan kerja.
Adapun efek akut dari paparan benzena menurut WHO (2010) adalah dapat
menyebabkan narkosis: sakit kepala, pusing, mengantuk, kebingungan, tremor dan
kehilangan kesadaran, dan pada pengguna alkohol dapat meningkatkan efek toksik.
Benzena juga merupakan iritan yang dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
Depresi sumsum tulang dengan efek lambat, pada beberapa kasus, sampai beberapa tahun.
Anemia aplastik, leukemia mieloblastik akut dan eritroleukimia akut merupakan efek yang
paling ditakutkan pada pemajanan kronik.
Manajemen pengendalian terhadap pajanan Benzena pada pekerja SPBU dapat
dilakukan dengan pendekatan eliminasi, substitusi, pendekatan teknis, pengendalian
administrasi, dan penggunaan alat pelinding diri (APD).
G. DAFTAR PUSTAKA
Hayat, Irmayanti. 2012. Analisis Besaran Risiko Kesehatan Paparan Benzena pada
Petugas Operator SPPBU di Wilayah Ciputat Tahun 2012. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
http://cfpub.epa.gov/ncea/iris/iris_documents/documents/subst/0276_summary.pdf
(Diakses tanggal 11 September 2017)