PEMBAHASAN
A. Pengertian
Epilepsi atau yang lebih sering disebut ayan atau sawan adalah gangguan sistem saraf
pusat yang terjadi karena letusan pelepasan muatan listrik sel saraf secara berulang,
dengan gejala penurunan kesadaran, gangguan motorik, sensorik dan mental, dengan atau
tanpa kejang-kejang (Ahmad Ramali, 2005 :114). Epilepsi adalah gangguan kronik otak
dengan ciri timbulnya gejalagejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang
yang disebabkan muatan listrik yang abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel
dengan berbagai etiologi (Arif Mansjoer , 2000 : 27).
Epilepsi adalah serangan kehilangan atau gangguan kesadaran rekuren dan paroksimal,
biasanya dengan spasme otot tonik-klonik bergantian atau tingkah laku abnormal lainnya
(Helson, 2000 : 339345). Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang
dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan dan
berkala (Harsono, 2007). Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang
yang terjadi dengan sendirinya, yang membutuhkan pengobatan jangka panjang (Judit M
Wilkinson, 2002 : 576).
B. Etiologi
1. Menurut Pincus Catzel halaman 216-226, penyebab epilepsi yaitu:
a. Pra Lahir-genetika
Kesalahan metabolisme herediter seperti penyakit penimbunan glikogen dan
fenilketonuria. Anomali otak kongenital seperti porensefali, infeksi dalam rahim
seperti rubella, penyakit cytomegalo virus, meningoensefalolitis dan
toksoplasmosis.
b. Perinatal
Trauma kelahiran, infeksi, hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan hipokalsemia.
c. Paska Lahir
Termasuk meningitis, trauma, ensefalitis, ensefalopati (misalnya keracunan timah
hitam, gangguan elektrolit berat, neoplasma dan kelainan degeneratif SSP.
2. Menurut Arif Mansjoer halaman 27, penyebab epilepsi yaitu :
a. Idiopatik
Sebagian epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik.
b. Faktor Herediter
Ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang seperti
sklerosis tuberosa, neurofibromatosis, fenilketonuria, hipoparatiroidisme,
hipoglikemia.
c. Faktor Genetik
Pada kejang demam dan breath holding spell.
d. Kelainan Kongenital Otak
Atrofi, porensefali
e. Gangguan Metabolik
Penurunan konsentrasi glukosa darah (Hipoglikemia), hipokalsemia, hiponatremia,
hipernatremia
1) Glukosa digunakan dalam metabolisme dari otak. Kekurangan glukosa sama
merusak seperti kekurangan oksigen.
2) Air dan elektrolit sepanjang membrane sel bertanggungjawab bagi keadaan
terangsang (eksitabilitas) neuron dan karena setiap gangguan elektrolit dapat
mencetuskan konvulsi.
f. Infeksi
Radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya, toksoplamosis.
g. Trauma
Cedera kepala, kontusio cerebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural.
h. Neoplasma dan selaputnya
Tumor otak yang jinak (benigna) lebih sering mengakibatkan epilepsi dibaning
tumor ganas. Hal ini didapatkan pada sekitar 25-40 % penderita tumor otak.
i. Keracunan
Timbal (Pb), kamper (kapur barus), air.
3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ialah faktor yang mempermudah terjadinya serangan, yaitu :
a. Faktor sensori
Cahaya, bunyi-bunyi yang mengejutkan, air panas.
b. Faktor sistenis
Demam, penyakit infeksi, obat-obatan tertentu (misal fenotiazin), hipoglikemia dan
kelelahan fisik.
c. Faktor mental
Stress, gangguan emosi.
d. Haid
Penelitian menduga bahwa perubahan keseimbangan hormon semasa haid ikut
berperan dalam mencetuskan serangan.
C. Patofisiologi
Menurut Harsono, sistem saraf merupakan communication network (jaringan komunikasi).
Otak berkomunikasi dengan organ-organ tubuh yang lain melalui sel-sel saraf (neuron).
Pada kondisi normal, impuls saraf dari otak secara elektrik akan dibawa neurotransmitter
seperti GABA (gammaaminobutiric acid dan glutamat) melalui sel-sel saraf (neuron) ke
organ-organ tubuh lain. Faktor-faktor penyebab epilepsi di atas, mengganggu sistem ini
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan aliran listrik pada sel saraf dan menimbulkan
kejang yang merupakan salah satu ciri epilepsi.
Gambar : Neurotransmiter
D. Manifestasi Klinis
Menurut Commision of Classification and Terminology of The International League
Against Epilepsy (ILAE) tahun 1981, klasifikasi epilepsi sebagai berikut :
1. Epilepsi Parsial (Fokal, Lokal)
a. Epilepsi Parsial Sederhana; sawan parsial dengan kesadaran tetap normal.
1) Dengan Gejala Motorik
a) Fokal motorik tidak menjalar : epilepsi terbatas pada satu bagian tubuh
saja
b) Fokal motorik menjalar : epilepsi dimulai satu bagian tubuh dan menjalar
luas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson (epilepsi lobus
temporalis). Umumnya hampir terjadi pada semua pasien dengan struktur
otak, serangan umumnya dimulai pada tangan, kaki, dan muka diakhiri
dengan seizure grandmal.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram (EEG)
a) Tujuan : dapat membuktikan fokal atau gangguan disfungsi otak akibat lesi
organic melalui pengukuran aktivitas listrik dalam otak.
b) Pada epilepsy pola EEG dapat membantu untuk menentukan jenis dan lokasi
bangkitan. Didapatkan hasil berupa gelombang epilepsy form discharge sharp
wave spike and wave.
c) Pemeriksaan EEG harus dilakukan secara berkala karena kirakira 8-12 % pasien
epilepsi mempuntai rekaman EEG yang normal.
2. Pemeriksaan Radiologis
a) Foto tengkorak : untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak, destruksi tulang,
kalsifikasi intrakranium yang abnormal (yang disebabkan oleh penyakit dan
kelainan), juga tanda peningkatan TIK seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika,
dan sebagainya.
b) Pneumoensefalografi dan ventrikulografi
Dilakukan atas indikasi tertentu untuk melihat gambaran system ventrikel, sisterna,
rongga subaraknoid serta gambaran otak.
c) Arteriografi
Untuk mengetahui pembuluh darah di otak; apakah ada pernjakan (neoplasma,
hematom abses), penyumbatan (thrombosis, peregangan, hidrosefalus) atau
anomali pembuluh darah.
d) Pemeriksaan Pencitraan Otak
MRI bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Yang
berguna untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri dan mendeteksi
kelainan pertumbuhan otak, tumor yang berukuran kecil.
3. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan atas indikasi untuk memastikan adanya kelainan sistemik seperti
hipoglikemi dan hiponatremia.
G. Komplikasi
Menurut Yuda Turana, 2006 :
1. Gangguan Memori
a) Fenomena “tip of tounge” yaitu penderita tahu kata yang ingin diucapkan, tapi
tidak terpikir olehnya.
b) Checking, yaitu harus kembali memerikaa hal-hal yang dilakukan.
c) Sering lupa dimana meletakkan barang
Lesi pada otak adalah penyebab utama gangguan memori pada epilepsi, karena
lesi pada lobus temporal mempunyai hubungan dengan fungsi belajar.
2. Gangguan Kognitif
Pada anak, gangguan berbahasa lebih sering terjadi pada anak. Kejang berulang pada
anak berhubungan dengan penurunan fungsi intelek. Dapat juga disebabkan oleh
obat antiepilepsi.
3. Penurunan Fungsi Memori Verbal
Disebabkan oleh operasi yaitu paska operasi epilepsi.
4. Keterbatasan Interaksi Sosial
Hal itu terjadi pada epilepsi lobus frontal, karena peranan korteks prefrontal yang
berperan dalam fungsi emosi, perilaku hubungan interpersonal. Apabila terganggu
dapat mengakibatkan keterbatasan interaksi sosial.
5. Status Epileptikus
6. Kematian
H. Penatalaksanaan
1. Penataksanaan Medikamentosa Menurut Arif Mansjoer, 2000 :
No Bangkitan Jenis Obat Tujuan pengobatan
Diazepam 0,05-0,015 IV
DENGAN EPILEPSI
2000 :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan umum. Keterbatasan dalam
beraktivitas/bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri /
orang terdekat/pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
Gejala : stressor eksternal/internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan. Peka
rangsangan : perasaan tidak ada harapan / tidak berdaya. Perubahan dalam berhubungan.
4. Eliminasi
5. Makanan/Cairan
6. Neurosensori
a) Kejang umum :
f) Status epileptikus :
7. Nyeri/Ketidaknyamanan
8. Pernapasan
9. Keamanan
Gejala : masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau lingkungan sosialnya.
Pembatasan/ penghindaran terhadap kontak social.
11. Penyuluhan/Pembelajaran
2. Observasi kejang
b. Awitan
1. Waktu awitan
3. Perilaku
c. Gerakan
d. Wajah
2. Keringat
e. Mata
f. Observasi paska-kejang
1. Masa paska-kejang
2. Metode terminasi
3. Status kesadaran (tidak responsive,
mengantuk, konfusi,)
6. Kemampuan motorik
8. Sensasi
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh
1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan,
misalnya perubahan status mental, usia, pengobatan dan deficit
motorik / sensorik.
2. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan risiko jatuh.
3. Singkirkan benda-benda yang dapat menimbulkan bahaya.
4. Arahkan anak ke area aman, khususnya jauh dari jendela, tangga,
alat pemanan, atau sumber air.
5. Jangan menbuat anak teragitasi; bicara dengan suara lembut dan
sikap tenang.
6. Lindungi anak setelah kejang.
Kriteria hasil :
2. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia dari orang
penting bagi pasien yang menyangkut citra tubuh.
3. Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan dan untuk berduka.
Kriteria hasil :
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada