Anda di halaman 1dari 14

6/1/2013

MEDAN MAGNET KONSTAN


(TUNAK)
1. Hukum Biot-Savart
 Hukum Biot-Savart adalah hukum yang memberikan
hubungan antara besarnya medan magnet yang
ditimbulkan oleh arus listrik, disini juga ditunjukkan
secara vektoris arah medan tersebut .
 “ Pada setiap titik P, besar intensitas medan magnet yang ditimbulkan
oleh unsur diferensial arus berbanding lurus dengan perkalian arus,
besar panjang diferensial dan sinus sudut antar filamen dengan garis
yang menghubungkan filamen tersebut ke titik P. Besar intensitas
medan magnet berbanding terbalik dengan jarak kuadrat ; jarak normal
terhadap bidang datar yang melalui filamen diferensial dan garis yang
ditarik dari filamen ke titik P. Arah medan magnet dapat digambarkan
sebagai arah majunya sekrup yang diputar dari dL ke garis yang
menghubungkan filamen dengan titik P”

Secara matematis hukum Biot-Savart ditulis :

Dengan memasukkan unsur vektor :

Dalam bentuk integralnya :

Medan Magnet krn arus pada elemen panjang

1
6/1/2013

Hukum biot savart dapat juga dinyatakan dengan


menggunakan sumber yang terdistribusi seperti
kerapatan arus J, kerapatan arus permukaan K.

Bentuk arus diferensial I dL dapat dinyatakan


sebagai arus kerapatan permukaan, atau
kerapatan arus.

Jadi :

Sehingga bentuk lain hukum Biot Savart


adalah :

Medan Magnet krn arus


pada elemen luasan

dan
Medan Magnet
krn arus pada
elemen volume

2
6/1/2013

Penerapan Hukum Biot-Savart


Untuk mengilustrasikan peneapan hukum Biot-Savart adalah dengan
menggunakan sebatang konduktor filamen dengan panjang tak
berhingga.

Persamaan yang digunakan :

Sebuah konduktor filamen dengan


panjang tak-berhingga yang
membawa sebuah arus searah, I.
Medan di titik 2 adalah H = (I/2)a

 Medan tidak berubah terhadap koordinat z


maupun koordinat  .
 Titik 2, lokasi untuk menentukan medan,
dipilih berada pada bidang datar z = 0.
 Titik medan r adalah r = a
 Titik sumber r’ adalah r’ = z’az
maka :

Sehingga :

Ambil dL = dz’az maka :

Karena arus mengalir ke arah


pertambahan nilai z’ (yaitu z’ positif)
maka, kedua limit untuk integral dari
persamaan ini adalah - dan ,
sehingga :

3
6/1/2013

 Jika kawat panjang tak berhingga maka


medan magnet pada bagian tengah elemen
panjang pada jarak ρ :

 a
2

Intensitas medan magnet


yang ditimbulkan oleh
sebatang filamen berarus
dengan panjang berhingga
di sumbu z adalah
(I/4)(sin 2 - sin 1) a

Bentuk persamaannya adalah :

4
6/1/2013

CONTOH :

Arus sebesar 8 A mengalir melalui


sumbu x positip (dari x =  ke x = 0 dan
kemudian melalui sumbu-y positip ( dari
y = 0 ke y =  ). Hitung medan magnetik
di titik (0.4,0.3.0)

2. Hukum Ampere Untuk Rangkaian Listrik


Hukum rangkaian Ampere menyatakan bahwa
integral garis dari H untuk sebuah lintasan
tertutup persis sama dengan besarnya arus
searah yang dilingkari (diikat) oleh lintasan
tersebut,

5
6/1/2013

Saluran transmisi (kabel) koaksial yang panjang


tak-berhingga.

ditulis dengan persamaan :

Gambar lintasan medan


magnet sebagai fungsi
terhadap jari-jari untuk
sebuah saluran transmisi
koaksial yang panjang tak
berhingga dengan dimensi-
dimensi yang diindikasikan.

Apabila kita memilih  yang lebih kecil dari jari-jari konduktor


dalam, maka arus yang dilingkari oleh lintasan tertutup adalah :

dan

atau

6
6/1/2013

Apabila jari-jari  lebih besar dari jari-jari terluar konduktor bagian


luar, maka arus yang dilingkupi oleh lintasan adalah nol, dan :

Jika lintasan ini berada di dalam konduktor bagian luar, maka :

Medan magnetik akibat lembaran arus

Kerapatan arus permukaan seragam adalah :

Untuk jalur tertutup 1-1’ - 2’ – 2 – 1


Hukum rangkaian Ampere untuk gambar di atas ditulis dengan :

Untuk jalur tertutup 3-3’ - 2’ – 2 – 3 maka :

Sehingga :

7
6/1/2013

 Untuk Hx adalah sama untuk semua nilai z positif.


 Demikian pulan, Hx adalah sama untuk semua nilai z
negatif
 Karena sifat simetri, maka intensitas medan magnet di
salah satu sisi lempeng konduktor adalah negatif dari
nilai intensitas disisi sebaliknya.
 Disebelah atas lempeng ditulis :

 Disebelah bawah ditulis :

 Bila aN adalah sebuah vektor satuan yang mengarah


normal (keluar) dari lembaran konduktor, maka hasil-
hasil di atas dapat ditulis dengan :

Solenoida

     
H  K  a N  K a a   a   K a a z a

H0 a

 NI 
H az   a
d

H0 a

8
6/1/2013

Toroida

 
K  K a a z   o  a, z  0
  a   NI 
H  Ka o a o  a    o  a H
2d
a


H0   o  a   o  a

3. Pusaran (Curl)
Pusaran (curl) dari medan vektor berhubungan dengan rotasi
dari medan vektor tsb. Dilihat dari sudut pandang lain, rotasi
dapat dipakai sebagai ukuran ke-tidakseragam-an medan,
semakin tidak seragam suatu medan, semakin besar pula nilai
pusarannya.

medan tak-seragam,
Curl-nya tidak nol.

Medan B seragam,
curl-nya nol.

9
6/1/2013

Ingat Gradien, Divergensi &


Curl !
   A A A
   xˆ  yˆ  zˆ   A  x  y  z
x y z x y z

xˆ yˆ zˆ
  
  A 
x y z

A A A
x y z

Curl H
xˆ yˆ zˆ
  
  H 
x y z
=J Kartesian

H H H
x y z

 1  ˆ 
 rˆ    zˆ (silindris)
r r  z
 1  ˆ 1  ˆ
= rˆ    (bola)
r r  r sin  

10
6/1/2013

Misalkan medan magnetik di tengah-tengah :

H  H o  H ox a x  H oy a y  H oz a z

Medan di sekitarnya :
H y  x 
H y ,1 2  H oy   
x  2 
H y  x  H x  y  H x  y 
H y , 3 4  H oy    H x , 2 3  H ox    H y , 4 1  H ox   
x  2  y  2  y  2 

Hukum Integral Ampere :

 H  dL  H y ,1 2  y   H x , 2 3   x   H y , 3 4   y   H x , 41  x 
 H y  x   H x  y 
H oy     (y)  H ox     (  x ) 
 x  2    y  2 
 H y  x   H x  y 
H oy     ( y)  H ox     ( x )
 x  2   y  2 

 H  dL  H y ,1 2  y   H x , 23   x   H y ,3 4   y   H x , 4 1  x 


 H y  x   H x  y 
 H oy     (y)  H ox     (  x ) 
 x  2   y  2 
 H y  x   H x  y 
H oy     ( y)  H ox     (x )
  x  2   y  2 
H y H x  H H x 
 xy  yx   y  xy
x y  x y 
 H y H 
 H  dL   x  yx   J z xy ax ay az
 H  dL   H  dL   H H x    
lim
y
 x  y   J z  H 
xy x ,y 0 xy   x x x
 H z H y   H x H z  Hx Hy Hz
    Jx     Jy
 y z   z x 

(curl H ) N  lim
 H  dL
S N  0 S N
 H H y   H H z   H y H x 
curl H    H   z  a x   x  a y    a z
 y z   z x   x y 

11
6/1/2013

curl H    H  J x a x  J ya y  J z a z  J

 H  J Persamaan Maxwell kedua

 E  dL  0 Persamaan Maxwell ketiga

H Hy H H Hy Hx


KartesianH  ( z  )ax ( x  z )ay (  )az
y z z x x y

1 Hz H H H 1 (H) H


Silinder H (  )a (   z )a  [  ]az
  z z    

1 (H sin) H 1 1 Hr (rHz ) 1 (rH) Hr


Bola H  [  ]ar  [  ]a  (  )a
rsin   r sin  r r r 

4. TEOREMA STOKES
 H  dL    H   S a
S N    H S

 H  dL     H   dS
S

Teorema Divergensi

 D  dS  (  D)dv
S
v

12
6/1/2013

5. FLUKS MAGNETIK DAN RAPAT FLUK MAGNETIK


B  H Rapat fluks magnetik weber/m2 = tesla [T]

   B  dS Fluks magnetik weber


S

 = 4 x 10-7 H/m permeabilitas

   D  dS  Q    D   v Hukum Gauss untuk medan elektrik


S

 B  dS  0
S
 B  0 Hukum Gauss untuk medan magnetik

Persamaan Maxwell :

  D  v D  o E H  Vm Potensial magnetik skalar


E  0 B  H
H  J E  V
Potensial magnetik vektor A
B  0

6. POTENSIAL MAGNETIK SKALAR Vm [A]

H  Vm

  H    (Vm )    Vm   H  J

  X  0  H  Vm J  0

Persamaan Maxwell ke 4 :
  B  0 B  H H  Vm
  H    Vm     Vm   0
  X   2 X   2 Vm  0

I I 1 Vm
H a  a    Vm   
2 2  
Vm I I
  Vm         
 2 2
I  I
Vm P    
2  4  8

13
6/1/2013

POTENSIAL MAGNETIK VEKTOR A [Wb/m]


  B  0  A  0  B   A
1 1
B  H  H   A  H  J   A
 

 L dL  o IdL  o IdL
V A  dA 
4R 4R 4R
 o Idz a z
dL  dz a z  dA 
4 2  z 2
 o Idz
dA z  , dA   0 dA   0
4  2  z 2

1
B    A B  H  dH    dA
o

1  dA z  1     o Idz   Idz 


dH    a        a Biot-Savart
o     o    4  2  z 2
  
  4  2  z 2 
3/ 2

14

Anda mungkin juga menyukai