Anda di halaman 1dari 66

METODOLOGI DAN PENDEKATAN

1. PENDEKATAN
1.1. Ruang Lingkup Kegiatan
Mengacu pada pemahaman KAK terhadap lingkup kegiatan, kegiatan Studi
Kelayakan (FS) Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pulau Lombok
Provinsi Nusa Tenggara Barat ini, mencakup kegiatan besar, yaitu:
1. Memberikan gambaran pengembangan SPAM yang sesuai prinsip –
prinsip kepengusahaan, namun tetap mementingkan kepentingan yang
seimbang antara konsumen dengan penyedia jasa.
2. Memberikan gambaran terhadap kelayakan teknologis, lingkungan,
social, budaya, ekonomi, kelembagaan, finansial, dan rencana
perlindungan air baku untuk jangka panjang.
3. Melakukan kajian terhadap sumber pembiayaan.
4. Menetapkan cakupan pengembangan SPAM Regional PulU Lombok,
dan SPAM Kota/Kabupaten di Pulau Lombok.
5. Melakukan evaluasi kemampuan membayar masyarakat setiap
Kota/Kabupaten di Pulau Lombok yang akan mendapat air curah, dan
dielaborasi menjadi kemampuan SPAM Kota/Kabupaten untuk
membayar harga air dari SPAM Regional Pulau Lombok.
6. Melakukan evaluasi kemampuan SPAM Pemerintah Kota/Kabupaten
untuk mendukung SPAM Kota/Kabupaten dalam menyerap air curah
yang disediakan SPAM Regional Pulau Lombok.
7. Melakukan perhitungan tarifair curah untuk setiap Kota/Kabupaten di
Pulau Lombok, untuk memperoleh harga jual rata – rata sesuai dengan
tingkat kelayakan finansial yang diinginkan.
8. Melakukan Indikasi pembiayaan dan sumber pembiayaan, baik untuk
investasi maupun operasi dan pemeliharaan yang diperlukan setiap
Kota/Kabupaten untuk menyerap air curah yang disediakan oleh SPAM
Regional Pulau Lombok.
9. Menghitung kebutuhan dana dan sumber dana yang diperlukan SPAM
Regional Pulau Lombok, untuk investasi dan operasi dan
pemeliharaan.
10. Memberikan gambaran kelayakan teknis dan non teknis untuk SPAM
Regional Pulau Lombok.

1.2. Dasar Hukum


Untuk menyusun pekerjaan DED Air Limbah Kabupaten Lombok Utara, aspek
undang-undang yang melandasinya adalah :
1) Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang pengairan.
2) Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentag Sumber Daya Air.
3) Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).
4) Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 201 tentang Sumber Air Baku
SPAM.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
7) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
8) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
9) Perpres Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemda dengan Badan
Usaha.
10) Permen PU Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Kerjasama
Pengusaha Pengembangan Sistem Penyediaan Air mInum.
11) Permen PU Nomor 21/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Kelayakan
Investasi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
12) Permen PU Nomor 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan SIstem
Penyediaan Air Minum (SPAM)
13) Permendagri No 120-251 Tahun 2014 Tentang Penetapan Peringkat dan
Status Kinerja Penyelenggara Pemda.

1.3. Data Dasar


a) Data kapasitas fiscal Kabupaten/Kota dari Peraturan Menteri Keuangan.
b) Laporan realisasi anggaran Kabupaten/Kota.
c) Laporan Kinerja Pemda berdasarkan Kepmendagri No 120 – 251 Tahun
2014 tentang Penetapan Peringkat dan Status Kinerja Penyelenggara
Pemerintah Daerah Secara Nasional.
d) Data alokasi APBD untuk sector air minum Kabupaten/Kota.
e) Laporan hasil audit BPKP terhadap Kinerja PDAM Tahun 2015, 2016, dan
2017.
f) Data Kinerja Pemda.
g) Data Teknis dan Keuangan PDAM/Penyelenggara Air MInum.
h) Rencana Induk Sistem Penyediaan Air MInum (RISPAM) Kabupaten/Kota.
i) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota.

1.4. Pendekatan dan Metodologi


A. Pendahuluan
Pendahuluan menguraikan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Lingkup
Kegiatan, Keluaran, Dasar Hukum, serta Sistematika Laporan Pekerjaan
sesuai tertuang dalam KAK.

B. Arah Perencanaan Pembangunan Sektor Air Minum


Uraian arah perencaaan pembangunan sektor air minum berdasarkan sub
bab sebagai berikut:
1. Arahan RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota
Arahan RTRW baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota berisi
penjelasan mengenai arah pengembangan wilayah provinsi maupun
kabupaten/kota bersangkutan baik berupa pengembangan pola ruang
dan struktur ruang, kebijakan, strategi serta program-program
implikatif tentang pengembangan provinsi dan kabupaten/kota
sebagai dasar dalam perencanaan dan pembangunan sektor air
minum. Arahan RTRW yang diberikan meliputi:
1). Arah pengembangan wilayah skala strategis nasional-regional
2). Arah pengembangan wilayah skala kabupaten/kota

Arahan RTRW sektor air minum di masing-masing Kabupaten/Kota


pada wilayah studi digambarkan pada contoh tabel berikut:

Tabel 1. Contoh Tabel Arahan RTRW

Arahan RTRW Kabupaten/Kota


Strategi Rencana Arahan Arahan
No Kabupaten/Kota
Penataan Sistem Pengembangan Pengembangan
Ruang Wilayah Perkotaan Sumber Daya Air Air Minum
1
2
Arahan RTRW Kabupaten/Kota
Strategi Rencana Arahan Arahan
No Kabupaten/Kota
Penataan Sistem Pengembangan Pengembangan
Ruang Wilayah Perkotaan Sumber Daya Air Air Minum
3
dst

2. Arahan RISPAM
Arahan RISPAM Kabupaten/Kota akan menjadi panduan dan
arahan dalam perencanaan dan pembangunan sektor air minum
karena merupakan rencana induk Kabupaten/Kota bersangkutan.
Arahan RISPAM yang diberikan meliputi:
 Proyeksi kebutuhan air
 Potensi air baku
 Rencana pengembangan SPAM 2015-2019
 Rencana investasi 2015-2020
 Pengembangan kelembagaan

Tabel 2. Contoh Tabel Data Ketersediaan RISPAM


Kepemilikan Penetapan
No Kabupaten/Kota
RISPAM Ditetapkan oleh Tahun
1 ………………………. [ ada/ tidak * ] [Bupati/....................... Tahun
*] 20....
2 …………………….. [ ada/ tidak * ] [Bupati/....................... Tahun
*] 20....
dst ………………………. [ ada/ tidak * ] [Bupati/....................... Tahun
*] 20....

Arahan RISPAM di masing-masing Kabupaten/Kota pada wilayah


studi digambarkan pada contoh tabel berikut:

Tabel 3. Contoh Tabel Arahan RISPAM


[ Arahan RISPAM #]
Kabupaten
No Proyeksi Potensi Rencana
/Kota Rencana Pengembangan
Kebutuhan Sumber Pengembanga
Investasi Kelembagaan
Air Air Baku n
1 ………… 1. Ren 1.Sumbe 1.Kapasitas 1. Bia 1.Kebutuhan
[ Arahan RISPAM #]
Kabupaten
No Proyeksi Potensi Rencana
/Kota Rencana Pengembangan
Kebutuhan Sumber Pengembanga
Investasi Kelembagaan
Air Air Baku n
…… cana r air sistem ya Kelembaga
Daerah baku yang Investasi an
Pelayana yang direncanak 2.Sumber 2.Kebutuhan
n direnca an: ....... dan Pola SDM
meliputi: nakan l/dtk Pendana
.......... adalah an
..........
2. Tar
get 2.Kondisi
Rencana Kualita
Pelayana s,
n Kuantit
meningk as dan
atkan Kontinu
pelayana itas
n dari .... Sumbe
% r
menjadi .
...%.
3. Pen
ambahan
sambung
an
pelayana
n ......
unit.
2 …………
……
ds …………
t ……

Kriteria ini meliputi antara lain:


 Prinsip dasar penanganan air limbah artinya untuk apa air limbah tersebut
ditangani
 Azas yang digunakan dalam penaganan air limbah
 Landasan operasional yang digunakan untuk pelaksanaan sistem air
limbah
 Penerapan faktor lingkungan sosial dan ekonomi untuk penanganan air
limbah
 Konsep pemilihan teknologi yang digunakan untuk Penanganan limbah
 Kriteria Teknis dari masing-masing teknologi pilih

3. Gambaran Umum Wilayah Studi Sektor Air MInum


Gambaran umum wilayah studi diuraikan berdasarkan sub bab sebagai
berikut:
a. Kondisi Wilayah Adminitrasi
Menguraikan kondisi administrasi masing-masing wilayah studi,
mencakup administrasi wilayah Provinsi yang terdiri dari jumlah
kabupaten/kota, serta jumlah kecamatan dan jumlah desa pada
masing-masing kabupaten/kota diwilayah studi,
b. Kondisi Fisik Dasar
1) Kondisi Geografis dan Fisiografi
2) Kondisi Iklim dan Curah Hujan
3) Topografi dan Geologi
4) Kondisi Hidrologi dan Hidrogeologi

c. Kondisi Kependudukan
Kondisi kependudukan diperlukan sebagai dasar proyeksi
pelayanan air minum pada masa yang akan datang, berisi uraian:
1) Jumlah penduduk 3 tahun terakhir
2) Laju pertumbuhan penduduk
3) Kepadatan penduduk
4) Grafik pertumbuhan penduduk
5) Grafik kepadatan penduduk

d. Kondisi Sosial Ekonomi


Berisi uraian kondisi sosial ekonomi masing-masing wilayah studi:
1) Tingkat pendidikan
2) Lapangan Pekerjaan
3) Tingkat Kesejahteraan Keluarga
4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
- PDRB perkapita
- Laju pertumbuhan PDRB perkapita

4. Kondisi Perusahaan Daerah Air Minum


a. Aspek Teknis
1) Unit Air Baku
Pengertian dari air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber
air permukaan cekungan air tanah dan/atau air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk minum.

Tabel 4. Contoh Tabel Sumber Air Baku


Kabupate Sumber Air Kapasitas Sumber (liter/detik)
No Keterangan
n/Kota Baku 2015 2016 2017
a. Air Tanah
 ……… ………… …………
… ……………
…… …

 ……… ………… …………
……………
… …… …

b. Mataair
 ……… ………… …………
……………
… …… …
………… …
1  ……… ………… …………
…… ……………
… …… …

c. Air
Permukaan ………… …………
……………
 ……… …… …

… ………… …………
……………
 ……… …… …

… ................ ...............
...................
TOTAL ... ....
a. Air Tanah
 ……… ………… …………
… ……………
…… …

 ……… ………… …………
……………
… …… …

b. Mataair
 ……… ………… …………
……………
… …… …
………… …
2  ……… ………… …………
…… ……………
… …… …

c. Air
Permukaan ………… …………
……………
 ……… …… …

… ………… …………
……………
 ……… …… …

… ................ ...............
...................
TOTAL ... ....
Tabel 5. Contoh Tabel Stabilitas Air Baku
Stabilitas Air Baku
Kabupaten/ 2015 2016 2017
No
Kota Menggangg Menggangg Menggangg
Penurunan Penurunan Penurunan
u suplly u suplly u suplly
1 2 3 4 5 6 7 8
[............... (Ya / tidak (Ya / tidak (Ya / tidak
1 [........%] [........%] [........%]
..] *) *) *)
[............... (Ya / tidak (Ya / tidak (Ya / tidak
2 [........%] [........%] [........%]
..] *) *) *)
[............... (Ya / tidak (Ya / tidak (Ya / tidak
3 [........%] [........%] [........%]
..] *) *) *)
ds
t
Keterangan:
(+ ) = peningkatan
(-) = penurunan

Tabel 6. Contoh Tabel Perlindungan Air Baku


Perlindungan Air Baku
N Kabupat
Pemda memiliki
o en/Kota Perda SKPD
anggaran
………… ( Ada / Tidak / ( Ada / Tidak / ( Ada / Tidak /
1
… Proses *) Proses* ) Proses* )
………… ( Ada / Tidak / ( Ada / Tidak / ( Ada / Tidak /
2
… Proses *) Proses *) Proses* )
………… ( Ada / Tidak / ( Ada / Tidak / ( Ada / Tidak /
3
… Proses *) Proses *) Proses* )
ds ………… ( Ada / Tidak / ( Ada / Tidak / ( Ada / Tidak /
t … Proses *) Proses *) Proses* )

Tabel 7. Contoh Tabel Perencanaan Air Baku Alternatif


Perencanaan Air Baku Alternatif
Studi
No Kabupaten/Kota Persetujuan
Perencanaan Kelayakan
Pemda
( Tidak ada / Sedang ( Ya / Tidak * ( Ada /
1 …………………….
disusun / Ada *) ) Tidak *)
2 ……………………. ( Tidak ada / Sedang ( Ya / Tidak * ( Ada /
Perencanaan Air Baku Alternatif
Studi
No Kabupaten/Kota Persetujuan
Perencanaan Kelayakan
Pemda
disusun / Ada *) ) Tidak *)
( Tidak ada / Sedang ( Ya / Tidak * ( Ada /
3 …………………….
disusun / Ada *) ) Tidak *)
( Tidak ada / Sedang ( Ya / Tidak * ( Ada /
dst …………………….
disusun / Ada *) ) Tidak *)

Tabel 8. Contoh Tabel Kapasitas Pengambilan Air Baku


Kapasitas Pengambilan
Kapasitas Sumber
N Kabupat Air Baku
(liter/detik)
o en/Kota (liter/detik)
2015 2016 2017 2015 2016 2017
………… [.........
1 [.........] [.........] [.........] [.........] [.........]
… ]
………… [.........
2 [.........] [.........] [.........] [.........] [.........]
… ]
………… [.........
3 [.........] [.........] [.........] [.........] [.........]
… ]
ds ………… [.........
[.........] [.........] [.........] [.........] [.........]
t … ]
Provinsi [.........
[.........] [.........] [.........] [.........] [.........]
…… ]

2) Unit Produksi dan Distribusi


Kapasitas sistem atau kapasitas produksi terpasang
merupakan kapasitas dari sistem yang telah dibangun (telah
terpasang).

Tabel 9. Contoh Tabel Kapasitas Produksi Terpasang

Kapasitas Produksi Terpasang


N
Kabupaten/Kota (M3/tahun) (Liter/detik)
o 2015 2016 2017 2015 2016 2017
………………… [.........] [.........] [.........] [......... [.........] [.........]
1
……. ]
Kapasitas Produksi Terpasang
N
Kabupaten/Kota (M3/tahun) (Liter/detik)
o 2015 2016 2017 2015 2016 2017
………………… [.........] [.........] [.........] [......... [.........] [.........]
2
….. ]

ds ………………… [.........] [.........] [.........] [......... [.........] [.........]

t ……. ]
[.........] [.........] [.........] [......... [.........] [.........]
Provinsi ……
]

Kapasitas produksi (riil) merupakan kapasitas yang diproduksi


oleh sistem.Waktu operasi merupakan waktu operasi sistem
secara rata-rata. Kapasitas produksi dalam waktu operasi akan
menghasilkan volume air produksi.

Tabel 10. Contoh Tabel Kapasitas Produksi Riil dan Waktu Operasi
Kapasitas Produksi
Waktu Operasi
Riil
No Kabupaten/Kota (jam)
(M3/tahun)
2015 2016 2017 2015 2016 2017
1 ………………………. [.........] [.........] [.........] [.........] [.........] [.........]
2 …………………….. [.........] [.........] [.........] [.........] [.........] [.........]
dst ………………………. [.........] [.........] [.........] [.........] [.........] [.........]
Provinsi …… [.........] [.........] [.........] [.........] [.........] [.........]

3) Kapasitas Yang Tidak Dapat Dimanfaatkan dan Kapasitas


Menganggur (Idle Capacity)
Kapasitas yang tidak dapat dimanfaatkan merupakan kapasitas
sistem yang belum atau tidak diproduksi secara riil (tidak menjadi
kapasitas produksi riil), yang disebabkan karena sistem belum
dioperasikan optimal atau waktu (jam) operasi belum 24 jam.
Sedangkan kapasitas menganggur (idle capacity) adalah
kapasitas produksi riil yang tidak dimanfaatkan menjadi kapasitas
produksi yang disebabkan karena sistem belum dioperasikan
optimal atau waktu (jam) operasi belum 24 jam.
Tebel 11. Contoh Tabel Kapasitas Yang Tidak Dapat Dimanfaatkan dan Kapasitas Menganggur
Kabupaten Kapasitas yang tidak dapat dimanfaatkan Kapasitas Menganggur
N (M3/tahun) (liter/detik) (M3/tahun) (liter/detik) %
/
o 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017
Kota
………… [....... [....... [.......
1 [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......]
……… ] ] ]
………… [....... [....... [.......
2 [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......]
……… ] ] ]
………… [....... [....... [.......
3 [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......]
……… ] ] ]
ds ………… [....... [....... [.......
[.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......]
t ……… ] ] ]
Provinsi [....... [....... [.......
[.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......] [.......]
…… ] ] ]
4) Kondisi Operasional
Kondisi operasional PDAM meliputi volume air produksi, volume
air distribusi dan volume air terjual.

Tabel 12. Contoh Tabel Kondisi Operasional

Volume air produksi Volume air distribusi Volume air terjual


Kabupaten/
No (m3/tahun) (m3/tahun) (m3/tahun)
Kota
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017

………… […….. […….. […….. […….. […….. […... […….. […….. […...
1
… .] .] .] .] .] ] .] .] ]
………… […….. […….. […….. […….. […….. […... […….. […….. […...
2
… .] .] .] .] .] ] .] .] ]
ds ………… […….. […….. […….. […….. […….. […... […….. […….. […...
t … .] .] .] .] .] ] .] .] ]
Provinsi […….. […….. […….. […….. […….. […... […….. […….. […...
…… .] .] .] .] .] ] .] .] ]

5) Unit Pelayanan
a) Cakupan Pelayanan
Pengertian dari cakupan pelayanan adalah suatu ukuran
untuk mengetahui berapa besar prosentase jumlah penduduk
terlayani oleh PDAM dibanding dengan jumlah penduduk di
wilayah pelayanan PDAM.

Tabel 13. Contoh Tabel Jumlah Penduduk Wilayah Pelayanan


Penduduk administrasi Penduduk teknis
No Kabupaten/Kota (jiwa) (jiwa)
2015 2016 2017 2015 2016 2017
…………………… [……... [……... [……... [……... [……... [……...
1
…. ] ] ] ] ] ]
…………………… [……... [……... [……... [……... [……... [……...
2
.. ] ] ] ] ] ]
………………… […….. […….. […….. […….. […….. [……..
dst
……. .] .] .] .] .] .]
Provinsi …… […….. […….. […….. […….. […….. [……..
Penduduk administrasi Penduduk teknis
No Kabupaten/Kota (jiwa) (jiwa)
2015 2016 2017 2015 2016 2017
.] .] .] .] .] .]

Tabel 14 Contoh Tabel Cakupan Pelayanan


Penduduk Pelayanan Cakupan Pelayanan (%)
No Kabupaten/Kota (jiwa) Administrasi Teknis
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017
1 …………………….. [.........] [.........] [.........] [........] [........] [........] [........] [........] [........]
2 …………………….. [.........] [.........] [.........] [........] [........] [........] [........] [........] [........]
dst ………………………. [.........] [.........] [.........] [........] [........] [........] [........] [........] [........]
Provinsi …… [.........] [.........] [.........] [........] [........] [........] [........] [........] [........]

b) Jumlah Sambungan dan Konsumsi Air


Jumlah sambungan adalah jumlah sambungan aktif pada
suatu periode/tahun, sedangkan Konsumsi air merupakan
ukuran yang digunakan untuk menggambarkan tingkat
pemakaian air oleh pelanggan kategori domestik (rumah
tangga).

Tabel 15 Contoh Tabel Jumlah Sambungan dan Konsumsi Air

Pertumbuhan
Jumlah Sambungan Volume air terjual Konsumsi Air
Kabupate Sambungan
No (unit) (m3/tahun) (m3/unit/bulan)
n/Kota (%)
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017

………… [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [......
1 [........] [........]
… ..] ..] ..] ..] ..] ..] .] ..] ..] ..]
………… [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [......
2 [........] [........]
… ..] ..] ..] ..] ..] ..] .] ..] ..] ..]
ds ………… [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [......
[........] [........]
t … ..] ..] ..] ..] ..] ..] .] ..] ..] ..]
Provinsi [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [...... [......
[........] [........]
…… ..] ..] ..] ..] ..] ..] .] ..] ..] ..]

c) Kontinuitas Pelayanan
Kontinuitas pelayanan merupakan indikator untuk
mengukur efisiensi sistem secara keseluruhan dan
kaitannya dengan kontinuitas pelayanan.

Tabel 16. Contoh Tabel Kontinuitas Pelayanan


Waktu Operasi
No Kabupaten/Kota (jam)
2015 2016 2017
1 …………………….. [........] [........] [........]
2 …………………….. [........] [........] [........]
dst ………………………. [........] [........] [........]

d) Kehilangan Air/ NRW


Tingkat kehilangan air atau Non Revenue Water (NRW)
merupakan selisih volume air terjual dibandingkan dengan
volume air distribusi.

Tabel 17. Contoh Tabel Kehilangan Air/ NRW


Kehilangan Air/ NRW
2015 2016 2017
No Kabupaten/Kota
(m3/tahun (m3/tahun
% % (m3/tahun) %
) )

1 ………………… [...............] [.......] [...............] [......] [.................] [.......]

2 ………………… [...............] [.......] [...............] [......] [.................] [.......]


dst ………………… [...............] [.......] [...............] [......] [.................] [.......]

[................
Provinsi …… [...............] [.......] [......] [.................] [.......]
]

6) Aspek Kelembagaan dan SDM


a. Business Plan PDAM
Business Plan merupakan dokumen perencanaan utama
PDAM, yang mengatur tujuan keseluruhan dan target spesifik
untuk penyediaan air bersih selama periode waktu tertentu.

Tabel 18. Contoh Tabel Business Plan PDAM


Business Plan PDAM
N Memiliki Dituangkan Pemutakhiran
Kabupaten/Kota Disetujui
o Business Dalam RKAP (Update)
Pemda
Plan
( Ya / Tidak * ) ( Ya / Tidak ( Ya / Tidak * ) ( Ya / Tidak * )
1 ……………………….
*)
( Ya / Tidak * ) ( Ya / Tidak ( Ya / Tidak * ) ( Ya / Tidak * )
2 ……………………..
*)
( Ya / Tidak * ) ( Ya / Tidak ( Ya / Tidak * ) ( Ya / Tidak * )
3 …………………….
*)
ds ( Ya / Tidak * ) ( Ya / Tidak ( Ya / Tidak * ) ( Ya / Tidak * )
……………………….
t *)

b. Standar Operasi dan Prosedur


Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
selanjutnya mendokumentasikannya serta
mengimplementasikannya untuk kegiatan-kegiatan teknik,
keuangan, dan manajemen PDAM merupakan praktek bisnis
yang sangat baik dalam meningkatkan efisiensi pekerjaan
administrasi dan kinerja keseluruhan PDAM.

Tabel 19. Contoh Tabel Standar Operasi dan Prosedur PDAM


Kabupaten/Kot Kepemilikan SOP
No
a 2015 2016 2017
(Tidak ada / 1 SOP (Tidak ada / 1 (Tidak ada / 1
/ SOP / SOP /
……………… > 3 SOP / Semua > 3 SOP / Semua
1 > 3 SOP / Semua
…… SOP / ISO SOP / ISO
SOP / ISO
14000/9000 * ) 14000/9000 * )
14000/9000 * )
(Tidak ada / 1 SOP (Tidak ada / 1 (Tidak ada / 1
/ SOP / SOP /
……………… > 3 SOP / Semua > 3 SOP / Semua
2 > 3 SOP / Semua
…… SOP / ISO SOP / ISO
SOP / ISO
14000/9000 * ) 14000/9000 * )
14000/9000 * )
(Tidak ada / 1 SOP (Tidak ada / 1 (Tidak ada / 1
/ SOP / SOP /
……………… > 3 SOP / Semua > 3 SOP / Semua
dst > 3 SOP / Semua
…… SOP / ISO SOP / ISO
SOP / ISO
14000/9000 * ) 14000/9000 * )
14000/9000 * )

7) Laporan Kinerja Tahunan


Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/2007 (Pasal 7)
menyebutkan adanya kewajiban atas penyerahan laporan
perkembangan tahunan PDAM kepada pemerintah daerah oleh
Dewan Pengawas dan Direksi.

8) Penyesuaian Tarif Berkala


Penyesuaian tarif yang dilakukan secara reguler (berkala) dapat
memberikan perkiraan pendapatan yang dapat diukur oleh PDAM.
a. Seleksi Pimpinan (Direksi)
Penunjukan manajemen PDAM adalah salah satu aspek paling
penting dari tanggung jawab pemerintah daerah sebagai
pemilik PDAM. Dengan memilih profesional yang berkualitas,
pemerintah daerah membantu dalam proses penyediaan air
yang berkualitas kepada masyarakat. Permendagri No 2/2007
dan Keputusan Menteri Keuangan No. 120/2008 mengatur
serangkaian petunjuk yang ideal dan kriteria minimum. (Tabel
3.22.).
Tabel 20. Contoh Tabel Laporan Kinerja Tahunan
Laporan Kinerja Tahunan
2015 2016 2017
Dukung Dukung
Kabupate Dukunga
No an an
n/ kota n Badan Dipublikasi Dipublikasi Dipublikasi
Laporan Laporan Badan Laporan Badan
Pengawa kan kan kan
Pengaw Pengaw
s
as as

(tidak/keuang (tidak/keuan (tidak/keuan


[................ an gan (ya/tidak gan (ya/tidak
1 (ya/tidak *) (ya/tidak *) (ya/tidak *) (ya/tidak *)
] saja/lengkap saja/lengkap *) saja/lengkap *)
*) *) *)

(tidak/keuang (tidak/keuan (tidak/keuan


[................ an gan (ya/tidak gan (ya/tidak
2 (ya/tidak *) (ya/tidak *) (ya/tidak *) (ya/tidak *)
] saja/lengkap saja/lengkap *) saja/lengkap *)
*) *) *)

dst

Tabel 21. Contoh Tabel Penyesuaian Tarif Berkala


Kabupaten/ Penyesuaia Tarif
No 2015 2016 2017
kota
Berkala Perda Berkala Perda Berkala Perda
1 2 3 4 5 6 7 8

(tidak ada/1 (tidak ada/1 (tidak ada/1


(ada/tidak (ada/tidak (ada/tidak
1 […………..] kali/2 kali/ setiap kali/2 kali/ setiap kali/2 kali/
*) *) *)
tahun *) tahun *) setiap tahun *)

(tidak ada/1 (tidak ada/1 (tidak ada/1


(ada/tidak (ada/tidak (ada/tidak
2 […………..] kali/2 kali/ setiap kali/2 kali/ setiap kali/2 kali/
*) *) *)
tahun *) tahun *) setiap tahun *)

dst
9) Dukungan Investasi Pemerintah Daerah
Dukungan Pemerintah Daerah dalam bentuk modal untuk
pengembangan pelayanan air minum memegang peranan
penting dalam mendukung pengembangan PDAM.

Tabel 22. Contoh Tabel Dukungan Investasi Pemerintah Daerah


Dukungan Pemerintah Daerah
Kabupa 2015 2016 2017
N
ten/ Sesuai Sesuai Sesuai
o
kota Berkala Business Berkala Business Berkala Business
plan plan plan
1 2 3 4 5 6 7 8
(tidak ada/1 (tidak ada/1 (tidak ada/1
[............
1 kali/2 kali/ (ya/tidak *) kali/2 kali/ (ya/tidak *) kali/2 kali/ (ya/tidak *)
....]
setiap tahun *) setiap tahun *) setiap tahun *)
(tidak ada/1 (tidak ada/1 (tidak ada/1
[............
2 kali/2 kali/ (ya/tidak *) kali/2 kali/ (ya/tidak *) kali/2 kali/ (ya/tidak *)
....]
setiap tahun *) setiap tahun *) setiap tahun *)
ds
t

10)Pegawai
Rasio pegawai rata-rata per 1000 sambungan pelanggan serta
jumlah dan biaya pelatihan pegawai.

Tabel 23. Contoh Tabel Jumlah dan Rasio Pegawai


Jumlah pegawai Rasio pegawai
No Kabupaten/Kota (orang) (pegawai/1.000 sambungan)
2015 2016 2017 2015 2016 2017

…………………
1 [............] [............] [...........] [............] [............] [............]

Jumlah pegawai Rasio pegawai
No Kabupaten/Kota (orang) (pegawai/1.000 sambungan)
2015 2016 2017 2015 2016 2017

…………………
2 [............] [............] [...........] [............] [............] [............]

…………………
dst [............] [............] [...........] [............] [............] [............]

Tabel 24 Contoh Tabel Jumlah Pelatihan dan Biaya Pelatihan Pegawai


Jumlah Pelatihan Biaya Pelatihan
No Kabupaten/Kota (orang/tahun) (Rp/tahun)
2015 2016 2017 2015 2016 2017

1 …………………… [........] [...........] [......] [............] [............] [............]

2 …………………… [........] [...........] [......] [............] [............] [............]

Provinsi [............] [........] [...........] [......] [............] [............] [............]

11) Aspek Keuangan


1. Aktiva
Aktiva PDAM merupakan harta kekayaan yang dimiliki PDAM
untuk menjalankan usaha.

Tabel 25. Contoh Tabel Aktiva PDAM

No. Kabupaten /Kota Aktiva 2015 2016 2017


KasdanDeposito(1) [……….] [……….] [……….]
PiutangRekening Air(2) [……….] [……….] [……….]
No. Kabupaten /Kota Aktiva 2015 2016 2017
PiutangRekeningNonAir( [……….] [……….] [……….]
Piutang Ragu-ragu(4) [……….] [……….] [……….]
PenyisihanPiutang [……….] [……….] [……….]
AktivaLancar(6=1s/d4) [……….] [……….] [……….]
1 Kab/Kota………
AktivaTetap(7) [……….] [……….] [……….]
…. Aktiva lain-lain(8) [……….] [……….] [……….]
KasdanDeposito(1) [……….] [……….] [……….]
KasdanDeposito(1) [……….] [……….] [……….]
PiutangRekening Air(2) [……….] [……….] [……….]
PiutangRekeningNonAir( [……….] [……….] [……….]
Kab/Kota……… Piutang Ragu-ragu(4) [……….] [……….] [……….]
2
…. PenyisihanPiutang [……….] [……….] [……….]
AktivaLancar(6=1s/d4) [……….] [……….] [……….]
AktivaTetap(7) [……….] [……….] [……….]
Aktiva lain-lain(8) [……….] [……….] [……….]
Totalaktiva(6+7+8) [……….] [……….] [……….]

2. Rugi – Laba
Data mengenai rugi/laba terdiri dari data pendapatan dan
data beban/biaya.

Pendapatan Pendapatan Total


PendapatanAir
NonAir LainLain PendapatanUsaha
Kabupaten
No. /Kota
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017

……
1 ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………

2 ……… ……… ……… …… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………
3 …
……… ……… ……… …… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………

Tabel 26. Contoh Tabel Pendapatan Usaha

3. Laba Bersih Usaha


Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas
seluruh biaya/ beban untuk suatu periode tertentu (satu
tahun) setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan
dalam bentuk laporan laba rugi.
Tabel 27. COntoh Tabel Laba Bersih Usaha
Total Biaya/ Laba Bersih
Pajak
Kabupate Total Pendapatan Beban Usaha
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017
No. n/Kota
………………… …… …… …… ……
1 ……… ………
……… ……… ……… ……… ……… ………
. … … … …
2 ………………… …………… ……… …… ……… ……… …… ……… …… ……… ……… ………
. … … … …

4. Metode Pembayaran Pasang Baru Dengan Angsuran


Dalam meningkatkan cakupan pelayanan PDAM melalui
peningkatan jumlah pelanggannya, banyak berbagai macam
cara dilakukan oleh PDAM salah satunya melalui metode
pembayaran pasang baru dengan cara angsuran.
12) Kinerja Operasi
Kinerja Operasi PDAM dikaji berdasarkan:
1) Tingkat keberhasilan perusahaan, dinilai berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 47 tahun 1999 tanggal
31 Mei 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan
Daerah Air Mnum.
2) Tingkat Kesehatan, yang dinilai berdasarkan kriteria
BPPSPAM.

Tabel 27. Contoh Tabel Kinerja Operasi

Berdasarkan Kepmendagri
Berdasarkan BPPSPAM
(Baik Sekali / Baik/ Cukup / Kurang /
No Kabupaten/Kota (Sehat / Kurang Sehat / Sakit *)
Tidak Baik *)
2015 2016 2017 2015 2016 2017

1 …………………… [..........] [............] [...........] [............] [............] [...........]

2 …………………… [..........] [............] [...........] [............] [............] [...........]

Provinsi [............] [..........] [............] [...........] [............] [............] [...........]

5. Kondisi Keuangan Daerah


a. Realisasi Pendapatan dan Pengeluaran Daerah
Contoh tabel Realisasi Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran
Pemerintah Daerah pada masing-masing kabupaten/kota
disajikan sebagai berikut.

Tabel 28. Contoh Tabel Pendapatan Daerah (Tahun ...)

Pendapatan
Penerimaan Penerimaan
Asli Daerah Total
No Kabupaten/Kota Perimbangan Lainnya
(PAD) (Rp)
(Rp) (Rp)
(Rp)

1 …………………….. ...………… ...………… ...………… ...…………

2 …………………….. ...………… ...………… ...………… ...…………

Provinsi […………] ...………… ...………… ...………… ...…………

TAbel 29. Contoh Tabel Pengeluaran Daerah (Tahun ...)


Belanja
Belanja Pembiayaan
Tidak Total
No Kabupaten/Kota Langsung Daerah
Langsung (Rp)
(Rp) (Rp)
(Rp)
1 …………………….. ...………… ...………… ...………… ...…………
2 …………………….. ...………… ...………… ...………… ...…………
Provinsi […………] ...………… ...………… ...………… ...…………

b. Pembiayaan Keuangan Daerah


Pembiayaan keuangan daerah terdiri dari:
 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah (SILPA)
 Penerimaan Pinjaman Daerah
 Dana Cadangan Daerah
 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Tabel 30. Contoh Tabel Pembiayaan Keuangan Daerah (Tahun ...)
Hasil
Penjualan
Penerimaan Dana
Kekayaan
SILPA Pinjaman Cadangan
No Kabupaten/Kota Daerah
(Rp) Daerah Daerah
Yang
(Rp) (Rp)
Dipisahkan
(Rp)
1 …………………….. ...………… ...………… ...………… ...…………
2 …………………….. ...………… ...………… ...………… ...…………
Provinsi […………] ...………… ...………… ...………… ...…………

5. Kapasitas Investasi PDAM


Kapasitas Investasi PDAM akan dikaji untuk periode 3 (tiga) tahun
terakhir (tahun 2015, tahun 2016 dan tahun 2017) berdasarkan 3
(tiga) kinerja, yaitu: Kinerja Teknis dan Pelayanan, Kinerja
Keuangan, serta Kinerja Kelembagaan dan SDM.
a. Kinerja Teknis dan Pelayanan
1) Sumber Air Baku
Parameter penilaian pada Sumber Air Baku meliputi:
Perlindungan Air Baku, Stabilitas Air Baku, dan
Perencanaan Air Baku.
a) Perlindungan Air Baku
Air baku merupakan sumber utama bagi sistem
penyediaan air minum PDAM. Oleh karena itu
kesinambungan air baku, melalui perlindungan air baku,
merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan. Dalam
upaya perlindungan air baku penting adanya peraturan
daerah (Perda) yang dapat memastikan terjaganya air
baku. Kemudian agar peraturan tersebut dapat
diterapkan secara baik, perlu ditunjang adanya pihak
atau bagian instansi pemerintah (SKPD) yang
bertanggung jawab dan memantau (memonitor)
terhadap perlindungan air baku serta didukung dengan
anggaran dalam rangka upaya perlindungan air baku.
b) Stabilitas Air Baku
Sebagaimana telah diuraikan, Air baku merupakan
sumber yang paling mendasar dalam pengembangan
pelayanan air minum PDAM. Namun sumber air baku
umumnya menunjukan kecenderungan adanya
penurunan, meskipun mungkin saat ini belum
mempengaruhi kapasitas sistem yang ada di PDAM.
Meskipun demikian penurunan air baku tersebut penting
mendapat perhatian karena dapat menyebabkan resiko
bagi pengembangan pelayanan air minum PDAM
bahkan sangat mungkin dapat menurunkan kapasitas
sistem yang ada saat ini, sehingga malah dapat
menurunkan pelayanan, dimana PDAM tidak mampu
lagi menyediakan air dengan kapasitasnya akibat
supply air baku yang telah menurun dibawah kapasitas
yang dapat digunakan untuk sistem PDAM.
Penurunan (kapasitas) air baku didefinisikan sebagai
jumlah penurunan kapasitas air baku terhadap
kapasitas air baku semula.

Yang dimaksud mengganggu supply adalah apabila


kapasitas saat ini telah menurun sedemikian rupa
sehingga kapasitas pengambilan PDAM menjadi
menurun. Bila penurunan kapasitas air baku tidak
mengganggu kapasitas pengambilan PDAM maka
dikatakan tidak mengganggu supply, namun kondisi ini
juga perlu diperhatikan mengingat resiko mengganggu
supply kemungkinan dapat terjadi dimasa datang.
c) Perencanaan Air Baku
Perencanaan air baku penting dilakukan untuk
mempertimbangkan kebutuhan pelayanan di masa
depan. Perencanaan air baku diperlukan untuk
mendukung peningkatan kapasitas dalam rangka
peningkatan pelayanan serta untuk menggantikan
sumber air baku yang rentan.
Perencanaan sumber air baku alternatif perlu dilakukan
melalui kegiatan uji tuntas misalnya studi kelayakan,
untuk memastikan sumber air baku tersebut layak
digunakan sebagai air baku PDAM secara tepat. Untuk
menjamin penggunaan dan kelangsungan alternatif air
baku tersebut perlu adanya dukungan dari pemerintah
daerah.
Yang dimaksud dengan Perencanaan adalah studi atau
kajian mengenai sumber air baku alternatif yang bersifat
kajian awal. Sedangkan Studi Kelayakan adalah kajian
sumber air baku alternatif yang telah
mempertimbangkan kelayakan dari berbagai aspek,
sehingga dapat dieksekusi untuk dijadikan sumber air
baku yang nyata.
Persetujuan pemerintah daerah dari perencanaan atau
studi yang dilakukan sangat penting, artinya dengan
disetujuinya sumber air baku tersebut maka PDAM
dapat melakukan action untuk implementasinya.

2) Pelanggan
Pelanggan merupakan konsumen yang sangat
mempengaruhi roda bisnis penyediaan air minum
PDAM.Oleh karena itu kondisi pelanggan sangat penting
dalam rangka pengembangan PDAM.

Parameter penilaian pada Pelanggan meliputi: Jumlah


pelanggan, Pertumbuhan Pelanggan, dan Cakupan
Pelayanan.
a) Jumlah Pelanggan
Jumlah pelanggan yang dicerminkan dari jumlah
sambungan merupakan konsumen yang sangat
mempengaruhi bisnis PDAM. Jumlah pelanggan (aktif)
menunjukan besaran bisnis sekaligus juga besaran
pelayanan PDAM. PDAM yang mempunyai jumlah
pelanggan yang besar menunjukan PDAM tersebut
besar dan umumnya memiliki stabilitas yang lebih baik.
Selain itu PDAM dengan jumlah pelanggan yang besar
secara ekonomis menunjukan skala yang lebih besar.
Yang dimaksud jumlah pelanggan adalah jumlah
sambungan aktif.
b) Pertumbuhan Pelanggan
Pertumbuhan pelanggan dapat mengindikasikan bahwa
PDAM mempunyai kemampuan untuk berkembang dan
pada sisi lain menunjukan adanya kepercayaan dari
masyarakat untuk menjadi pelanggan.
Pertumbuhan pelanggan merupakan stabilitas
pelanggan yang menunjukan kemampuan PDAM dalam
meningkatkan pelayanan, sebaliknya PDAM dengan
jumlah pelanggan yang menurun menunjukan kurang
kepercayaan dari pelanggan.
Yang dimaksud pertumbuhan pelanggan adalah jumlah
tambahan sambungan terhadap jumlah sambungan
sebelumnya.
c) Cakupan Pelayanan
Lokasi bisnis PDAM berada pada lokasi daerah
pelayanannya (wilayah teknis).Kemampuan PDAM
dalam melayani masyarakat di wilayah teknis
pelayanannya menunjukan tingkat kemampuan PDAM
dalam mengembangkan bisnisnya.
Cakupan pelayanan menunjukan kemampuan PDAM
dalam memenuhi pelayanan pada wilayah
pelayanannya (wilayah teknis).Cakupan pelayanan
yang rendah umumnya menunjukan kondisi pelayanan
yang tidak normal akibat fungsi yang tidak normal,
inefisien dan atau kurangnya program investasi yang
dilakukan.
Yang dimaksud dengan cakupan pelayanan adalah
jumlah cakupan pelayanan teknis artinya jumlah
penduduk yang terlayani terhadap jumlah penduduk
pada wilayah teknis pelayanan.

3) Teknis Operasional
a) Kapasitas Menganggur
Kapasitas menganggur (idle) menunjukan adanya
kapasitas produksi (riil) yang tidak mampu diserap oleh
konsumen. Kondisi ini mengakibatkan adanya biaya
yang hilang akibat biaya produksi dan asset yang tidak
produktif.
Kapasitas menganggur dapat menunjukan juga
ketidakmampuan pengembangan pelayanan.Apabila
dibiarkan adanya kapasitas menganggur dapat
menghambat kinerja keuangan dan sering dikaitkan
dengan kegiatan perencanaan dan pemasaran yang
buruk.
Yang dimaksud dengan kapasitas menganggur (idle
capacity) adalah selisih antara kapasitas produksi riil
terhadap volume air produksi.Dan perntase kapasitas
menganggur adalah kapasitas menganggur terhadap
kapasitas produksi riil.
b) Kehilangan Air/ NRW
Kehilangan air atau non revenue of water (NRW)
menunjukan besarnya kerugian akibat adanya sumber
daya dan asset yang tidak produktif.NRW yang besar
juga menunjukan adanya pemeliharaan yang kurang
baik.Kondisi ini secara tidak langsung mencerminkan
kondisi kinerja sistem dan kinerja PDAM dalam
mengelola bisnisnya.
NRW yang tinggi akan memberikan kehilangan
pendapatan yang besar atau biaya yang tinggi dengan
pendapatan yang rencah. Kondisi ini akan
memperburuk PDAM.
Yang dimaksud kehilangan air adalah kehilangan air
distribusi (NRW) distribusi yaitu: selisih antara volume
air distribusi dengan volume air terjual. Dan persentase
kehilangan air adalah kehilangan air distribusi terhadap
volume air distribusi.
c) Kontinuitas Pelayanan
Kontinuitas pelayanan menunjukan kemampuan PDAM
dalam menyalurkan air yang handal selama 24 jam
perhari. Kondisi ini menunjukan adanya kegiatan
operasional teknik yang baik dan dapat meningkatkan
pendapatan.Kontinuitas pelayanan dapat dicerminkan
melalui waktu operasi PDAM.
Yang dimaksud dengan Kontinuitas pelayanan adalah
waktu operasi distribusi.

b. Kinerja Keuangan
1) Manajemen Utang dan Solvabilitas
a) Histori Utang
Gagal bayar atas utang yang berlangsung sebelumnya
indikasi dari rendahnya manajemen keuangan dan
komitmen utang yang serius, dengan demikian patut
diperhatikan juga kemampuan menyelesaikan utang
baru di depan.
Solvabilitas diartikan sebagai suatu ukuran untuk
mengetahui kemampuan PDAM menjamin kewajiban-
kewajiban jangka panjang dengan asetnya.Solvabilitas
juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
melunasi seluruh kewajiban yang ada dengan
menggunakan seluruh aset yang dimilikinya.Kondisi
keuangan PDAM yang solvable menjadi salah satu
faktor penting dalam penentuan kelayakan diberikannya
pinjaman kepada PDAM terutama untuk
mengembangkan pelayanan air minumnya.

Formulasi indikator solvabilitas adalah:

Jumlah aset adalah sumber daya yang dikuasai PDAM


sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas.
Jumlah kewajiban adalah jumlah kewajiban yang harus
dibayar
b) Rasio Pembayaran Hutang
DSCR adalah sebuah ukuran kemampuan PDAM
melakukan kewajiban utang.
Formulasi untuk menghitung DSCR adalah:

c) Rasio Utang terhadap Aset


Rasio utang terhadap aset mengukur seberapa besar
utang yang dimiliki PDAM. Porsi utang yang tinggi
(biasanya lebih dari 50%) menunjukkan tingginya
ketergantungan terhadap utang dan cukup potensial
terhadap adanya resiko keuangan.
d) Dana Cadangan Pembayaran Utang
Sekalipun perencanaan keuangan yang sangat aman
telah dibuat, namun hal ini kadang belum dapat
menjelaskan semua skenario di masa depan, termasuk
suatu peristiwa yang sangat buruk sehingga
mengakibatkan pelayanan menjadi terhenti. Dengan
demikian, dimilikinya margin yang aman untuk situasi
tersebut merupakan suatu praktek yang sangat
bijaksana dan disukai oleh pihak pemberi pinjaman
yang berminat. Untuk tujuan indikator ini, cadangan
utang dihitung dengan rumus:

2)
Struktur Tarif dan Profitabilitas
a) Rasio Kecukupan Tarif
Mengukur sejauh mana pendapatan PDAM mampu
menutupi biayanya, termasuk biaya operasi dan
pemeliharaan, depresiasi dan amortisasi.
Formulasi untuk mengukur rasio kecukupan tariff
adalah:

b) Keterjangkauan Tarif
Memastikan bahwa besaran tarif masih tetap terjangkau
bahkan untuk pelanggan berpendapatan terendah. Tarif
yang mendekati tingkat keterjangkauan akan
meningkatkan risiko menunggak dan dapat mengancam
stabilitas pendapatan. Peraturan menteri yang
dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri
menunjukkan besaran 4% (dari pendapatan rumah
tangga) sebagai patokan yang tidak boleh dilampaui
untuk pengeluaran air minum.
c) Laba Bersih
Margin laba bersih menunjukkan keseluruhan tingkat
profitabilitas PDAM, menandakan sejauh mana PDAM
mampu mencapai laba yang memuaskan dalam
investasinya.
Formulasi untuk menghitung margin laba bersih
adalah :

d) Kecenderungan Laba Bersih


Kecenderungan laba bersih adalah pendapatan bersih
setelah dikurangi biaya dari tahun ke tahun dan diukur
dalam prosentase.
3) Arus Kas dan Likuiditas
a) Rasio Lancar
Rasio lancar menunjukkan indikasi kas untuk memenuhi
kewajiban utang lancar (jangka pendek).Rasio lancar
yang rendah berarti PDAM memiliki likuiditas yang
minimal, yang bisa mengancam pembayaran utang
jangka panjangnya.
Formulasi dari rasio lancar adalah :

b) Dana cadangan Biaya Operasi


Sekalipun perencanaan keuangan yang sangat aman
telah dibuat, namun hal ini kadang belum dapat
menjelaskan semua skenario di masa depan, termasuk
suatu peristiwa yang sangat buruk sehingga
mengakibatkan pelayanan menjadi terhenti. Dengan
demikian, dimilikinya margin yang aman untuk situasi
tersebut merupakan suatu praktek yang sangat
bijaksana dan disukai oleh pihak pemberi pinjaman
yang berminat. Secara umum, PDAM sebaiknya
memiliki minimum 45 hari dana cadangan operasional,
sementara 90 hari merupakan besaran yang digunakan
dalam praktek bisnis pada umumnya.
Formulasi untuk menghitung dana cadangan biaya
operasi:

c) Jumlah Hari Piutang Usaha


Jumlah hari piutang usaha adalah lamanya tingkat
pengembalian piutang diukur dalam jumlah hari rata-
rata dalam satu tahun.

c. Kinerja Kelembagaan dan SDM


Parameter penilaian Kinerja Kelembagaan dan SDM
dikelompokan dalam 2 (dua) bagian, yaitu Tata Kelola dan
Kebijakan, serta Manajemen dan SDM.
1) Tata Kelola dan Kebijakan
Parameter penilaian Tata Kelola dan Kebijkan terdiri dari 4
(empat) bagian, yaitu: Seleksi Pimpinan, Laporan Kinerja
Tahunan, Penyesuaian Tarif Berkala, dan Dukungan
Investasi Pemerintah Daerah.
a) Seleksi Pimpinan
Penunjukan direksi (pimpinan) PDAM merupakan salah
satu aspek paling penting dari tanggung jawab
pemerintah daerah sebagai pemilik PDAM.Dengan
memilih direksi yang professional dan berkualitas berarti
pemerintah daerah telah membantu dalam penyediaan
air minum yang berkualitas kepada masyarakat.
Dalam rangka pengaturan serta kriteria minimum
pemilihan direksi PDAM, telah ditetapkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 2/2007 dan Keputusan
Menteri Keuangan No. 120/2008.
b) Laporan Kinerja Tahunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
2/2007 Pasal 7, menyebutkan adanya kewajiban dari
Direksi PDAM untuk menyerahkan laporan kinerja
(perkembangan) tahunan PDAM kepada Pemerintah
Daerah melalui Badan Pengawas (Dewan Pengawas).
Laporan Kinerja tersebut menggambarkan kinerja
keuangan dan kinerja manajemen PDAM yang akan
dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap
efektivitas dari Direksi PDAM. Laporan kinerja ini juga
harus disampaikan untuk umum.
Laporan Kinerja disusun oleh direksi PDAM untuk
diserahkan melalui persetujuan Badan Pengawas
kepada Kepala Daerah pada setiap tahun.Laporan
Kinerja ini meliputi Laporan Kinerja Teknis Operasional,
Kinerja Keuangan dan Kinerja Manajemen dan SDM.
c) Penyesuaian Tarif Berkala
Penyesuaian tarif yang dilakukan secara reguler
(berkala) dapat memberikan perkiraan pendapatan
yang dapat diukur oleh PDAM. Kondisi ini
memungkinkan PDAM merencanakan pengembangan
serta mengatasi adanya peningkatan biaya dan atau
memenuhi kewajibannya tanpa harus melakukan
penyesuaian tarif pada saat tertentu.
d) Dukungan Investasi Pemerintah Daerah
Dukungan Pemerintah Daerah dalam bentuk modal
untuk pengembangan pelayanan air minum memegang
peranan penting dalam mendukung pengembangan
PDAM. Hal ini akan meringankan beban keuangan
PDAM yang terkait dengan investasi untuk
pengembangan pelayanan air minum terutama investasi
dengan modal yang besar.

2) Manajemen dan Sumber Daya Manusia


Parameter penilaian Manajemen dan SDM terdiri dari 3
(tiga) bagian, yaitu: Rencana Usaha, Standar Operasi dan
Prosedur, dan Kemampuan Pegawai.
a) Rencana Usaha (Business Plan)
Rencana Usaha (Business plan) merupakan dokumen
perencanaan utama bagi PDAM, yang menguraikan
mengenai tujuan dan target spesifik dalam penyediaan
air minum selama periode tertentu. Untuk itu sangat
penting bahwa penyusunan dokumen ini dilakukan
secara independen, tranparan, dan partisipatif yang
mencerminkan praktek usaha terbaik dalam industri
penyediaan air minum.Dalam rangka mewujudkan
rencana usaha tersebut penting didukung oleh
anggaran yang sesuai serta dilakukan pemutakhiran
agar selalu mampu menjawab tantangan yang dihadapi.
b) Standard Operasi dan Prosedur
Penyusunan Standar Operasi dan Prosedur (SOP) yang
didokumentasikan serta diimplementasikan dalam
pelaksanaan kegiatan teknis, keuangan dan
manajemen di PDAM merupakan praktek bisnis yang
sangat baik.Melalui pelaksanaan SOP tersebut dapat
meningkatkan efisiensi pekerjaan administrasi serta
kinerja secara keseluruhan. Selain itu penggunaan SOP
akan membantu mengurangi resiko operasi internal.
SOP pada PDAM yang lengkap meliputi 5 (lima) jenis
aspek kegiatan, yaitu: keuangan, administrasi,
hubungan pelanggan, produksi dan distribusi.
c) Kemampuan Pegawai
Untuk mencapai target kinerja operasional yang baik,
PDAM harus melengkapi kemampuan pegawainya
dengan pengetahuan dan pelatihan yang memadai,
sehingga pegawai dapat melaksanakan tanggung
jawabnya dalam bekerja serta mampu melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Kemampuan pegawai pada
dasarnya akan dapat meningkatkan efisiensi PDAM.
Pelatihan dan pengembangan pegawai perlu
direncanakan secara baik, serta dilaksanakan atau
implementasi sehingga pegawai dapat menjaga tingkat
keterampilan yang dimiliki serta dapat meningkatkan
kemampuannya.Secara umum pelatihan dapat
dilakukan melalui kegiatan formal maupun non
formal.Pelatihan formal merupakan pelatihan yang
diselenggarakan oleh lembaga formal atau lembaga
khusus yang bertugas untuk menyelenggarakan
pelatihan secara berkala, sedangkan pelatihan non
formal dapat diselenggarakan melalui kegiatan khusus
atau tertentu yang tidak terus menerus diadakan.
Rasio jumlah pelatihan didefinisikan dengan jumlah
pegawai yang mengikuti pelatihan dibagi total jumlah
pegawai.

2. Kapasitas Investasi Daerah


a. Kinerja Keuangan Daerah
Penilaian kinerja keuangan pemerintah daerah (Pemda) sangat
berbeda dengan penilaian kinerja keuangan perusahaan. Selain
berbasis anggaran, keuangan Pemda tidak memiliki tujuan untuk
memaksimalkan keuntungan atau laba (profits atau net income),
meskipun ada sebutan surplus atau defisit untuk selisih antara
pendapatan dan belanja. Surplus/defisit menunjukkan sebuah
“muara” dari “komitmen” atau “kesepakatan” antara eksekutif
(kepala daerah dan jajarannya) dengan legislatif (DPRD) dalam
satu tahun anggaran, yang di hulunya sendiri sudah dihiasi dengan
berbagai asumsi dan “kompensasi”.
 PAD, adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
 Dana Perimbangan, merupakan dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daearah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi
 Lain-Lain Pendapatan

1) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (KKD)


Tingkat Kemandirian Keuangan daerah adalah ukuran yang
menunjukkan kemampuan keuangan pemerintah daerah
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, yang
diukur dengan rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap jumlah bantuan pemerintah pusat dan pinjaman.
Berikut formula untuk mengukur tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah:

Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah


terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi resiko
kemandirian mengandung arti bahwa tingkat
ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern
semakin rendah dan demikian pula sebaliknya.Rasio
kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pembangunan daerah.Semakin tinggi
rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat
dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang
merupakan komponen utama pendapatan asli
daerah.Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan
retribusi daerah menggambarkan bahwa tingkat
kesejahteraan masyarakat semakin tinggi.

2) Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)


Derajat Desentralisasi Fiskal adalah kemampuan
pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan
Pendapatan Asli daerah guna membiayai pembangunan.
Derajat Desentralisasi Fiskal, menurut hasil penelitian Tim
Fisipol UGM dapat diukur menggunakan skala interval
khususnya komponen PAD dibandingkan dengan TPD,
sebagai berikut (Anita W, 2001 : 22):

Tabel 31. Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal

% Kemampuan Keuangan Daerah

0,00-10,00 Sangat Kurang


10,01-20,00 Kurang
20,01-30,00 Cukup
30,01-40,00 Sedang
40,01-50,00 Baik
>50,00 Sangat Baik

Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan


menggunakan rumus sebagai berikut :
3) Kemampuan Pinjam Daerah (DSCR)
DSCR merupakan ambang batas kemampuan pelunasan
hutang yang dapat digunakan pemerintah untuk
menetapkan jumlah pinjaman yang relatif aman. Sesuai
dengan ketentuan dalam, jumlah minimum DSCR adalah
sebesar 2,5 (dua setengah). Secara matematis, DSCR
dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
DSCR : Debt Service Coverage Ratio.
PAD : Pendapatan Asli Daerah.
BD : Bagian Daerah (PBB, BPHTB, SDA).
DAU :Dana Alokasi Umum.
BW : Belanja Wajib Rutin
P : Angsuran Pokok Pinjaman
B : Bunga Pinjaman
BL : Biaya Lainnya.

Kemampuan Pemerintah Kota/kabupaten untuk melakukan


pinjaman dan melakukan pembayaran kembali pinjaman
yang dinyatakan dengan nilai DSCR tersebut ditopang oleh
dana sumbangan dan bantuan (DAU). Untuk melihat
kemampuan riil keuangan daerah dalam membayar
angsuran pinjaman dan kewajiban lainnya, maka dapat
dihitung dengan menghilangkan komponen DAU dalam
menghitung nilai DSCR.

Tabel 32. Peringkat dan Kategori DSCR


DSCR Peringkat Kategori

DSCR ≤2,5 A Tinggi


DSCR ≥2,5 B Rendah

b. Kapasitas Fiskal Daerah


1) Kapasitas Fiskal
Kapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan
masing-masing daerah yang dicerminkan melalui
penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (tidak termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana
Darurat, Dana Pinjaman Lama dan penerimaan lain yang
penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran
tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan setelah
dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah
penduduk miskin.
Penghitungan Kapasitas Fiskal didasarkan pada data
Realisasi APBD sesuai dengan peraturan mengenai sistem
akuntansi pemerintah. Penghitungan Indeks Kapasitas
Fiskal Provinsi dilakukan dengan menghitung Kapasitas
Fiskal masing-masing daerah provinsi dibagi dengan rata-
rata Kapasitas Fiskalseluruh Daerah Provinsi. Penghitungan
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota dilakukan dengan
menghitung Kapasitas Fiskal masing-masing daerah
Kabupaten/Kota dibagi dengan rata-rata Kapasitas Fiskal
seluruh Daerah Kabupaten/Kota.
2) Indeks Kapasitas Fiskal (IKF)
Berdasarkan Indeks Kapasitas Fiskal, daerah
dikelompokkan dalam 4 (empat) katagori Kapasitas Fiskal
sebagai berikut :
a) Daerah yang Indeks Kapasitas Fiskal ≥2 merupakan
daerah yang termasuk katagori Kapasitas Fiskal sangat
tinggi
b) Daerah yang Indeks Kapasitas Fiskal (1<indeks<2)
merupakan daerah yang termasuk kategori Kapasitas
Fiskal tinggi
c) Daerah yang indeks Kapasitas Fiskalnya antara lebih
dari 0,5 sampai kurang dari 1 (0,5<indeks<1)
merupakan daerah yang termasuk kategori Kapasitas
Fiskal sedang; dan
d) Daerah yang indeks Kapasitas Fiskalnya kurang dari
atau sama dengan 0,5 (indeks <0,5) merupakan daerah
yang termasuk kategori Kapasitas Fiskal Rendah.
Formulasi untuk minghitung Kapasitas Fiskal adalah:

Keterangan :
KF = KapasitasFiskal
PAD = PendapatanAsli Daerah
DBH = Dana BagiHasil
DAU = Dana AlokasiUmum
LP = Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
BP = Belanja Pegawai

c. Kinerja Pemerintah Daerah


Konsep Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah menggunakan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah.
Didalam PP No 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, yang disebut dengan
Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
selanjutnya disingkat EKPPD adalah suatu proses
pengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap
kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan
menggunakan sistem pengukuran kinerja. Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah
selanjutnya disingkat LPPD Sumber informasi utama yang
digunakan untuk melakukan EKPPD adalah LPPD.
Selain sumber informasi utama sebagaimana di atas, dapat
digunakan sumber informasi pelengkap yang dapat berupa:
a) Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
b) Informasi keuangan daerah;
c) Laporan kinerja instansi pemerintah daerah;
d) Laporan hasil pembinaan, penelitian, pengembangan,
pemantauan, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan
urusan pemerintahan daerah;
e) Laporan hasil survey kepuasan masyarakat terhadap
layanan pemerintahan daerah;
f) Laporan kepala daerah atas permintaan khusus;
g) Rekomendasi/tanggapan DPRD terhadap LKPJ kepala
daerah;
h) Laporan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang berasal dari lembaga
independen;
i) Tanggapan masyarakat atas informasi LPPD; dan
j) Laporan dan/atau informasi lain yang akurat dan jelas
penanggungjawabnya.

Penetapan peringkat dan status kinerja penyelenggaraan


Pemerintah Daerah secara periodik mengacu pada Keputusan
Menteri Dalam Negeri tentang Penetapan Peringkat dan Status
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Secara Nasional.

8. Pola Pembiayaan Investasi


a. Kapasitas Investasi PDAM
Kapasitas Investasi PDAM menggambarkan kemampuan
PDAM dalam pengembangan investasi SPAM melalui berbagai
sumber alternatif pembiayaan. Kapasitas Investasi PDAM
diukur dengan 3 (tiga) variabel, yaitu: Kinerja Teknis dan
Pelayanan, Kinerja Keuangan, serta Kinerja Kelembagaan dan
Sumber Daya Manusia.
Perhitungan kapasitas investasi PDAM akan dihitung
berdasarkan kondisi PDAM pada masing-masing
kabupaten/kota dengan menggunakan instrumen variabel
perhitungan serta bobot pada masing-masing instrumen
variabel tersebut.
1) Instrumen Penilaian
a) Kinerja Teknis dan Pelayanan
Kinerja Teknis dan Pelayanan diukur melalui variabel:
(1). Sumber Air Baku
(a) Perlindungan Air Baku
Penilaian yang besar diberikan bagi PDAM
yang memiliki peraturan daerah tentang
perlindungan air baku, pada pemerintah
daerah telah dibentuk bagian (SKPD) yang
bertanggung jawab dan menjalankan kegiatan
monitoring (pemantauan) secara rutin (berkala),
selain itu pemerintah daerah mengalokasikan
anggaran untuk kegiatan perlindungan air baku.

Tabel 33. Nilai pada instrumen Perlindungan Air Baku


No Unsur Penilaian Nilai
Tidak memiliki peraturan daerah dan tidak ada
1 1
perencanaan
2 Peraturan daerah dalam proses pembuatan 2
3 Memiliki peraturan daerah 3
Memiliki peraturan daerah dan terbentuk bagian
(SKPD) yang bertanggung jawab dan menjalankan
4 4
kegiatan monitoring (pemantauan) secara rutin
(berkala)
Memiliki peraturan daerah dan terbentuk bagian
(SKPD) yang bertanggung jawab dan menjalankan
5 5
kegiatan monitoring (pemantauan) secara rutin
(berkala) serta didukung adanya alokasi anggaran

(b) Stabilitas Air Baku


Penilaian tertinggi diberikan pada PDAM yang
mempunyai kondisi stabilitas air baku dalam 3
(tiga) tahun terakhir dimana supply air baku
stabil, walaupun kapasitas air baku menunjukan
penurunan, namun penurunannya relatif sangat
kecil.

Tabel 34. Nilai pada instrumen Stabilitas Air Baku


No Unsur Penilaian Nilai
Air Baku eksisting mengalami penurunan yang
1 signifikan dalam 3 tahun terakhir sampai 25% atau 1
lebih
Air Baku eksisting mengalami penurunan yang
2 signifikan dalam 3 tahun terakhir sampai 10% atau 2
lebih
Air Baku eksisting mengalami penurunan yang
3 3
signifikan dalam 3 tahun terakhir kurang dari 10%
Supply air baku masih stabil dalam 3 tahun terakhir
4 namun telah menunjukan penurunan dalam 3 tahun 4
terakhir
Supply air baku stabil dalam 3 tahun terakhir
5 walaupun menunjukan penurunan yang sangat 5
kecil dalam 3 tahun terakhir

(c) Perencanaan Air Baku


Penilaian terbesar diberikan bagi PDAM yang
telah memiliki perencanaan sumber air baku
alternatif yang didukung uji tuntas (misalnya
studi kelayakan) serta telah disetujui
pemerintah daerah.

Tabel 35. Nilai pada instrumen Perencanaan Air Baku


No Unsur Penilaian Nilai
1 Tidak memiliki perencanaan sumber air baku 1
alternatif
2 Perencanaan sumber air baku alternatif sedang 2
disusun
3 Perencanaan sumber air baku alternatif sudah 3
disusun
4 Perencanaan sumber air baku alternatif sudah 4
disusun dan didukung uji tuntas (misalnya studi
kelayakan)
5 Perencanaan sumber air baku alternatif sudah 5
disusun dan didukung uji tuntas (misalnya studi
kelayakan) serta telah disetujui pemerintah daerah

(2). Pelangan
(a) Jumlah Pelanggan
Jumlah pelanggan (aktif) menunjukan besaran
pelayanan PDAM. PDAM yang mempunyai
jumlah pelanggan yang besar menunjukan
PDAM tersebut besar dan umumnya memiliki
stabilitas yang lebih baik serta secara ekonomis
menunjukan skala yang lebih besar, sehingga
akan diberikan nilai yang lebih besar.
Semakin tinggi jumlah sambungan pelanggan,
maka akan mendapatkan nilai yang semakin
besar.

Tabel 36. Nilai pada instrumen Jumlah Pelanggan


No Unsur Penilaian Nilai
1 Kurang dari 10.000 1
2 10.000 - < 35.000 2
3 35.000 - < 65.000 3
4 65.000 - < 85.000 4
5 > 85.000 5

(b) Pertumbuhan Pelanggan


Pertumbuhan pelanggan yang semakin besar
maka akan memperoleh nilai yang semakin
besar.

Tabel 37. Nilai pada instrumen Pertumbuhan Pelanggan


No Unsur Penilaian Nilai
1 Kurang dari 0% 1
2 0% - < 1,5% 2
3 1,5% - < 3% 3
4 3% - < 4,5% 4
5 > 4,5% 5

(c) Cakupan Pelayanan


Cakupan pelayanan semakin besar, maka akan
memperoleh nilai yang semakin besar pula.

Tabel 38. Nilai pada instrumen Cakupan Pelayanan


No Unsur Penilaian Nilai
1 < 25% 1
2 25% – < 40% 2
3 40% – < 55% 3
4 55% – < 70% 4
5 ≥ 70% 5

(3). Operasional
(a) Kapasitas Menganggur
Nilai yang terbesar akan diberikan bagi PDAM
yang memiliki kapasitas menganggur yang
kecil.

Tabel 39. Nilai pada instrumen Kapasitas Menganggur


No Unsur Penilaian Nilai
1 ≥ 55% 1
2 40% - < 55% 2
3 25% - < 40% 3
4 10% - < 25% 4
5 < 10% 5

(b) Kehilangan Air


Semakin kecil kehilangan air akan memperoleh
nilai yang semakin besar.

Tabel 40. Nilai pada instrumen Kehilangan Air


No Unsur Penilaian Nilai
1 ≥ 35% 1
2 30% - < 35% 2
3 28% - < 30% 3
4 25% - < 28% 4
5 < 25% 5

(c) Kontinuitas Pelayanan


PDAM yang mampu melayani selama 24 jam
akan mendapatkan nilai terbesar.

Tabel 41. Nilai pada instrumen Kontinuitas Pelayanan


No Unsur Penilaian Nilai
1 < 12 jam 1
2 12 jam – < 16 jam 2
3 16 jam – < 20 jam 3
4 20 jam – < 24 jam 4
5 24 jam 5

b) Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan diukur melalui variabel:
(1). Manajemen Hutang & Solvabilitas
(a) History Hutang
Gagal bayar atas hutang yang berlangsung
sebelumnya mengindikasikan dari rendahnya
manajemen keuangan dan komitmen hutang
yang serius, dengan demikian patut
diperhatikan juga kemampuan untuk
menyelesaikan hutang baru yang akan datang

Tabel 42. Nilai pada instrumen History Hutang


No Unsur Penilaian Nilai
1 Memiliki tunggakan untuk jumlah lebih dari 2 tahun 1
2 Memiliki tunggakan untuk jumlah lebih dari 1 tahun 2
3 Tidak ada tunggakan untuk tahun berjalan 3
4 Tidak ada tunggakan untuk masa 1 tahun 4
sebelumnya
5 Tidak ada tunggakan untuk masa 2 tahun 5
sebelumnya

(b) Rasio Pembayaran Hutang


Umumnya besaran DSCR tidak kurang dari 1,3
sebagai gambaran kemampuan melakukan
pembayaran hutang. DSCR didefinisikan
sebagai Pendapatan (sebelum bunga, Pajak
dan Penyusutan) dibagi dengan total
pembayaran hutang.

Tabel 43. Nilai pada instrumen Rasio Pembayaran Hutang


No Unsur Penilaian Nilai
1 < 0,8 1
2 0,8 - < 1 2
3 1 - < 1,3 3
4 1,3 - < 1,5 4
5 ≥ 1,5 5

(c) Rasio Hutang terhadap Aset


Rasio hutang terhadap asset atau Debt to
Assets Ratio mengukur seberapa besar hutang
yang dimiliki PDAM.Porsi hutang yang tinggi,
biasanya lebih dari 50% menunjukan tingginya
ketergantungan terhadap hutang dan cukup
potensial terhadap adanya resiko keuangan.

Tabel 44. Nilai pada instrumen Rasio Hutang terhadap Aset


No Unsur Penilaian Nilai
1 > 0,70 1
2 0,50 - < 0,70 2
3 0,35 - < 0,50 3
4 0,20 - < 0,35 4
5 ≤ 0,20 5

(d) Dana Cadangan untuk Pembayaran Hutang


Dana cadangan untuk pembayaran hutang
dapat mengindikasikan keamanan keuangan
untuk pembayaran hutang. Sekalipun
perencanaan keuangan yang sangat aman
telah dibuat, namun kadang-kadang belum
dapat memuaskan untuk menyusun scenario
pembayaran hutang di masa depan, termasuk
peristiwa yang sangat buruk, sehingga
mengakibatkan pelayanan menjadi terhenti.
Dengan demikian, dimilikinya margin yang
aman untuk situasi tersebut merupakan suatu
praktek yang sangat bijaksana dan disukai oleh
pihak pemberi pinjaman yang berminat.

Tabel 45. Nilai pada instrumen Dana Cadangan untuk Pembayaran Hutang
No Unsur Penilaian Nilai
1 < 20% dari jumlah pembayaran hutang tahunan 1
2 20% - < 30% dari jumlah pembayaran hutang tahunan 2
3 30% - < 40% dari jumlah pembayaran hutang tahunan 3
4 40% - < 50% dari jumlah pembayaran hutang tahunan 4
5 ≥ 50% dari jumlah pembayaran hutang tahunan 5

(2). Struktur Tarif & Profitabilitas


(a) Rasio Pemulihan Tarif
Rasio Pemulihan Tarif didefinisikan sebagai
jumlah pendapatan dibagi jumlah biaya operasi
dan pemeliharaan, depresiasi, serta amortisasi.
Rasio Pemulihan Tarif merupakan alat yang
mengukur sejauh mana pendapatan PDAM
mampu menutupi biaya, termasuk biaya
operasi dan pemeliharaan, depresiasi, serta
amortisasi.

Tabel 46. Nilai pada instrumen Rasio Pemulihan Tarif


No Unsur Penilaian Nilai
1 < 0.70 1
2 0,70 - < 0,90 2
3 0,90 - < 1,10 3
4 1,10 - < 1,30 4
5 ≥ 1,30 5

(b) Keterjangkauan Membayar


Keterjangkauan membayar atau Affordability
merupakan nilai atau ukuran tariff yang dapat
memastikan bahwa besaran tariff masih
terjangkau bahkan terjangkau bagi pelanggan
berpendapatan rendah. Tarif yang mendekati
tingkat keterjangkauan akan meningkatkan
resiko menunggak dan dapat mengancam
stabilitas pendapatan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri menunjukan
bahwa besaran tariff air minum tidak boleh
melampaui 4% dari pendapatan rumah tangga.

Tabel 47. Nilai pada instrumen Keterjangkauan Membayar


No Unsur Penilaian Nilai
1 > 4% 1
2 > 3% - 4% 2
3 > 2% - 3% 3
4 ≤ 2% 4
5 ≤ 2% dan adanya metoda angsuran untuk biaya 5
penyambungan

(c) Margin Laba Bersih


Margin Laba Bersih didefinisikan sebagai Laba
Bersih dibagi Jumlah Pendapatan dalam
persen.
Margin Laba Bersih menunjukan tingkat
profitabilitas PDAM, yang menandakan sejauh
mana PDAM mampu mencapai laba yang
memuaskan dalam investasinya.

Tabel 48. Nilai pada instrumen Margin Laba Bersih


No Unsur Penilaian Nilai
1 < 4,5% 1
2 4,5% - < 6% 2
3 6% - < 7,5% 3
4 7,5% - < 10% 4
5 ≥ 10% 5

(d) Kecenderungan Laba Bersih


Laba Bersih didefinisikan sebagai Laba Kotor
dikurangi bunga, pajak dan penyusutan.
Kecenderungan laba bersih dalam 3 tahun
terakhir dapat mengindikasikan apakah
profitabilitas PDAM meningkat ataukah
berkurang.
Tabel 49. Nilai pada instrumen Kecenderungan Laba Bersih
No Unsur Penilaian Nilai
1 Penurunan > 5% 1
2 Penurunan 2% – 5% 2
3 Stabil (± 1%) 3
4 Meningkat 2% - 5% 4
5 Meningkat > 5% 5

(3). Arus Kas & Likuiditas


(a) Rasio Lancar
Rasio Lancar didefinisikan sebagai Aktiva
Lancar dibagi Hutang Lancar.
Rasio Lancar menunjukan indikasi kas untuk
memenuhi kewajiban utang lancar (jangka
pendek).Rasio lancar yang rendah berarti
PDAM memiliki likuiditas yang minimal, yang
biasanya mengancam pembayaran utang
jangka panjang.

Tabel 50. Nilai pada instrumen Rasio Lancar


No Unsur Penilaian Nilai
1 < 1,00 1
2 1,00 - < 1,20 2
3 1,20 - < 1,35 3
4 1,35 - < 1,50 4
5 ≥ 1,50 5

(b) Cadangan Dana Operasional


Secara umum, PDAM sebaiknya memiliki dana
cadangan operasional minimum 45 hari,
sementara besaran yang umum digunakan
dalam dunia bisnis adalah 90 hari.

Tabel 51. Nilai pada instrumen Cadangan Dana Operasional


No Unsur Penilaian Nilai
1 < 30 hari 1
2 30 hari – < 45 hari 2
3 45 hari – < 60 hari 3
4 60 hari – < 90 hari 4
5 ≥ 90 hari 5

(c) Jumlah Hari Piutang Usaha


Jumlah hari piutang usaha didefinisikan
sebagai Piutang dibagi jumlah tagihan
(tahunan) dibagi 12 bulan.
Tingkat pengumpulan piutang yang baik
merupakan hal yang sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan kas untuk biaya
operasional rutin.Sedangkan perioda
pengumpulan yang berlarut-larut dapat
mengurangi likuiditas.

Tabel 52. Nilai pada instrumen Jumlah Hari Piutang Usaha


No Unsur Penilaian Nilai
1 > 75 hari 1
2 65 hari – < 75 hari 2
3 55 hari – < 65 hari 3
4 45 hari – < 55 hari 4
5 ≤ 45 hari 5

c) Kinerja Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia


Kinerja Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia diukur
melalui variabel:
(1). Tata Kelola & Kebijakan
(a) Seleksi Pimpinan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/2007
dan Keputusan Menteri Keuangan No.
120/2008 telah ditetapkan dalam rangka
mengatur serangkaian petunjuk yang ideal dan
kriteria minimum dalam pemilihan direksi
PDAM.

Tabel 53. Nilai pada instrumen Seleksi Pimpinan


No Unsur Penilaian Nilai
1 Tidak dilakukan fit and proper test atau penunjukan 1
langsung
2 Pemda melakukan uji kepatutan & kelayakan, 2
namun tidak mengikuti Permendagri 2/2007
3 Pemda melakukan uji kepatutan & kelayakan, dan 3
mengikuti Permendagri 2/2007
4 Pemda melakukan uji kepatutan & kelayakan, dan 4
mengikuti Permendagri 2/2007 serta melakukan
publikasi proses dan hasil seleksi
5 Lembaga independen melakukan uji kepatutan & 5
kelayakan, dan mengikuti Permendagri 2/2007
serta melakukan publikasi proses dan hasil seleksi

(b) Laporan Kinerja Tahunan


Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 2/2007 Pasal 7, menyebutkan adanya
kewajiban dari Direksi PDAM untuk
menyerahkan laporan kinerja (perkembangan)
tahunan PDAM kepada Pemerintah Daerah
melalui Badan Pengawas (Dewan Pengawas).

Tabel 54. Nilai pada instrumen Kinerja Tahunan


No Unsur Penilaian Nilai
1 Tidak menyampaikan Laporan Tahunan 1
2 Laporan yang disampaikan hanya laporan 2
keuangan tidak mencakup laporan kinerja
3 Laporan Kinerja disampaikan kepada Pemerintah 3
Daerah namun tidak melalui Badan Pengawas
4 Laporan disampaikan kepada Pemerintah Daerah 4
dan ditandatangani Badan Pengawas
5 Laporan disampaikan kepada Pemerintah Daerah 5
dan ditandatangani Badan Pengawas serta
dipublikasikan

(c) Penyesuaian Tarif Berkala


Penyesuaian tarif yang dilakukan secara
reguler (berkala) dapat memberikan perkiraan
pendapatan yang dapat diukur oleh PDAM.
Kondisi ini memungkinkan PDAM mengatasi
adanya peningkatan biaya dan memenuhi
kewajibannya tanpa harus melakukan
penyesuaian tarif pada saat tertentu.

Tabel 55. Nilai pada instrumen Penyesuaian Tarif Berkala


No Unsur Penilaian Nilai
1 Tidak ada penyesuaian tarif dalam 3 tahun terakhir 1
2 Terdapat 1 (satu) kali penyesuaian tarif dalam 3 2
tahun terakhir
3 Terdapat 2 (dua) kali penyesuaian tarif dalam 3 3
tahun terakhir
4 Terdapat penyesuaian tarif setiap tahun dalam 3 4
tahun terakhir
5 Terdapat penyesuaian tarif setiap tahun dalam 3 5
tahun terakhir dan dikuatkan melalui Peraturan
Daerah

(d) Dukungan Investasi Pemerintah Daerah


Dukungan Pemerintah Daerah dalam bentuk modal
untuk pengembangan pelayanan air minum memegang
peranan penting dalam mendukung pengembangan
PDAM. Hal ini akan meringankan beban keuangan
PDAM yang terkait dengan investasi untuk
pengembangan pelayanan air minum terutama investasi
dengan modal yang besar.

Tabel 56. Nilai pada instrumen Dukungan Investasi PEMDA


No Unsur Penilaian Nilai
1 PEMDA tidak memberikan dana investasi PDAM 1
dalam 3 tahun terakhir
2 PEMDA memberikan 1 (satu) kali dana investasi 2
PDAM dalam 3 tahun terakhir
3 PEMDA memberikan 2 (dua) kali dana investasi 3
PDAM dalam 3 tahun terakhir
4 PEMDA memberikan dana investasi PDAM setiap 4
tahun dalam 3 tahun terakhir
5 PEMDA memberikan dana investasi PDAM setiap 5
tahun dalam 3 tahun terakhir sesuai yang tertuang
dalam business plan PDAM

(2). Manajemen & Sumber Daya Manusia


(a) Rencana Usaha
Dalam rangka mewujudkan rencana usaha
(Business plan) penting didukung oleh
anggaran yang sesuai serta dilakukan
pemutakhiran agar selalu mampu menjawab
tantangan yang dihadapi.

Tabel 57. Nilai pada instrumen Business Plan & Anggaran


No Unsur Penilaian Nilai
1 Tidak memiliki business plan 1
2 Memiliki business plan sebagai dasar perencanaan 2
tahunan
3 Memiliki business plan sebagai dasar perencanaan 3
tahunan dan disetujui Pemerintah Daerah
4 Memiliki business plan sebagai dasar perencanaan 4
tahunan dan disetujui Pemerintah Daerah serta
dituangkan dalam RKAP PDAM
5 Memiliki business plan sebagai dasar perencanaan 5
tahunan dan disetujui Pemerintah Daerah serta
dituangkan dalam RKAP PDAM. Business plan
tersebut dilakukan pemutakhiran (update) setiap
tahun

(b) Standar Operasi dan Prosedur (SOP)


SOP pada PDAM yang lengkap meliputi 5
(lima) jenis aspek kegiatan, yaitu: keuangan,
administrasi, hubungan pelanggan, produksi
dan distribusi.

Tabel 58. Nilai pada instrumen Standar Operasi & Prosedur


No Unsur Penilaian Nilai
1 Tidak memiliki atau tidak menggunakan SOP 1
2 Memiliki 1 (satu) SOP dan menggunakannya 2
3 Memiliki sedikitnya 3 (tiga) SOP dan 3
menggunakannya
4 Memiliki semua jenis SOP dan menggunakannya 4
5 PDAM telah memiliki ISO 14000/9000 5

(c) Kemampuan Pegawai


Hal yang mendasar untuk mencapai target
kinerja PDAM adalah melengkapi kemampuan
pegawainya dengan pengetahuan dan
peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan
tanggung jawab dalam bekerja. Selanjutnya
implementasi perencanaan pelatihan dan
pengembangan pegawai juga sangat jelas
dapat menjaga tingkat keterampilan yang
dimiliki serta untuk meningkatkan kemampuan
yang ada yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan efisiensi PDAM.

Tabel 59. Nilai pada instrumen Kemampuan Pegawai


No Unsur Penilaian Nilai
1 Tidak memiliki perencanaan pelatihan dan 1
pengembangan profesionalitas pegawai
2 Memiliki perencanaan pelatihan dan 2
pengembangan profesionalitas pegawai
3 Tidak memiliki perencanaan pelatihan dan 3
pengembangan profesionalitas pegawai melalui
kegiatan formal
4 Tidak memiliki perencanaan pelatihan dan 4
pengembangan profesionalitas pegawai secara
formal yang disertai anggaran untuk
implementasinya
5 Tidak memiliki perencanaan pelatihan dan 5
pengembangan profesionalitas pegawai secara
formal yang disertai anggaran untuk
implementasinya serta mengimplementasikan
sedikitnya 20% dari jumlah pegawai dalam satu
tahun

2) Bobot Instrumen Penilaian


Parameter penilaian Kapasitas Investasi PDAM
sebagaimana telah diuraikan memiliki bobot tertentu yang
berbeda antara parameter.

Tabel 60. Bobot Instrumen Penilaian Kapasitas Investasi PDAM


No Variabel Bobot
I Kinerja Teknis dan 30%
Pelayanan
1. Sumber Air Baku 10%
a. Perlindungan Air 3,333%
Baku
b. Stabilitas Air Baku 3,333%
c. Perencanaan Air 3,333%
Baku
2. Pelanggan 10%
a. Jumlah 3,333%
Sambungan Aktif
b. Pertumbuhan 3,333%
Pelanggan
c. Cakupan 3,333%
Pelayanan
3. Operasional 10%
a. Kapasitas 3,333%
Menganggur
b. Kehilangan Air 3,333%
(NRW)
c. Kontinuitas 3,333%
Pelayanan
II Kinerja Keuangan 40%
1. Manajemen Hutang 13,332%
& Solvabilitas
a. Histori Hutang 3,333%
b. Rasio 3,333%
Pembayaran
Hutang
c. Rasio Hutang 3,333%
terhadap Aset
d. Dana cadangan 3,333%
pembayaran
hutang
2. Struktur Tarif & 13,332%
Profitabilitas
a. Rasio kecukupan 3,333%
tarif
b. Keterjangkauan 3,333%
No Variabel Bobot
Tarif
c. Laba Bersih 3,333%
d. Kecenderungan 3,333%
Laba Bersih
3. Arus Kas dan 13,332%
Likuiditas
a. Rasio Lancar 4,444%
b. Dana Cadangan 4,444%
Biaya Operasi
c. Jumlah hari 4,444%
piutang usaha
III Kinerja Kelembagaan 30%
& SDM
1. Tata Kelola & 15%
Kebijakan
a. Seleksi Pimpinan 3,75%
b. Laporan Kinerja 3,75%
Tahunan
c. Penyesuaian Tarif 3,75%
d. Dukungan 3,75%
Investasi Daerah
2. Manajemen & SDM 15%
a. Business plan & 5%
Anggaran
b. Standar Operasi & 5%
Prosedur (SOP)
c. Kemampuan 5%
Pegawai

Berdasarkan data kondisi kinerja PDAM pada masing-


masing kabupaten/kota sebagaimana telah diuraikan maka
dilakukan perhitungan kapasitas investasi PDAM
menggunakan Instrumen Penilaian Kapasitas Investasi
PDAM serta bobot masing-masing.

Contoh tampilan dari hasil Perhitungan Kapasitas Investasi


PDAM ditunjukan pada tabel berikut ini.
Tabel 61. Contoh Tampilan Hasil Perhitungan Model Pola Pembiayaan Investasi
PDAM

b. Kapasitas Investasi PDAM


Kapasitas Investasi PEMDA menggambarkan kemampuan
PEMDA dalam pengembangan investasi SPAM melalui
berbagai sumber alternatif pembiayaan. Kapasitas Investasi
PEMDA diukur dengan 3 (tiga) variabel, yaitu: Kinerja Keuangan
Daerah, Kinerja Kapasitas Fiskal Daerah, serta Kinerja
Pemerintah Daerah.
Perhitungan kapasitas investasi PEMDA dihitung berdasarkan
kondisi Pemerintah Daerah pada masing-masing
kabupaten/kota dengan menggunakan instrumen variabel
perhitungan serta bobot pada masing-masing instrumen
variabel tersebut.
1) Instrumen Penilaian
a) Kinerja Keuangan Daerah
Kinerja Keuangan Daerah diukur melalui variabel:
(1). Rasio Kemandirian Daerah
Semakin tinggi rasio kemandirian daerah semakin
tinggi pula partisipasi masyarakat dalam membayar
pajak dan retribusi daerah yang merupaka n
komponen utama dari pendapatan asli daerah
(PAD).Semakin tinggi masyarakat dalam membayar
pajak dan retribusi daerah juga dapat
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang semakin tinggi.

Tabel 62. Nilai pada instrumen Rasio Kemandirian Daerah


No Unsur Penilaian Nilai
1 < 25% 1
2 25% - < 50% 2
3 50% - 75% 3
4 75 % - 100% 4

(2). Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal


Derajat Desentraslisa Fiskal khususnya komponen
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan
dengan Total Pendapatan Daerah (TPD).

Tabel 63. Nilai pada instrumen Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal


No Unsur Penilaian Nilai
1 < 20% 1
2 20% - < 40% 2
3 40% - < 60% 3
4 60% - < 80 % 4
5 80% - 100% 5

(3). Kemampuan Membayar Hutang


Kemampuan membayar hutang atau Debt Service
Coverage Ratio (DSCR)

Tabel 64. Nilai pada instrumen Kemampuan Membayar Hutang


No Unsur Penilaian Nilai
1 DSCR < 2,5 1
2 DSCR ≥ 2,5 2

(4). Kinerja Kapasitas Fiskal


Perhitungan kinerja Kapasitas Fiskal umumnya
dilakukan dengan menggunakan Indeks Kapasitas
Fiskal (IKF)

Tabel 65. Nilai pada instrumen Kinerja Kapasitas Fiskal


No Unsur Penilaian Nilai
1 < 0,5 1
2 0,5 - < 1 2
3 1-<2 3
4 ≥2 4

(5). Kinerja Pemerintah Daerah


Konsep Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah
menggunakan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8
Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Tabel 66. Nilai pada instrumen Kinerja Pemerintah Daerah
No Unsur Penilaian Nilai
1 Rendah 1
2 Sedang 2
3 Tinggi 3
4 Sangat Tinggi 4

2) Bobot Instrumen Penilaian


Parameter penilain Kapasitas Investasi PEMDA sebagimana
telah diuraikan memiliki bobot tertentu yang berbeda antara
parameter.

Tabel 67. Bobot Instrumen Penilaian Kapasitas Investasi PEMDA


No Variabel Bobot
I Kinerja Keuangan Daerah 30%
a. Rasio Kemandirian Daerah 10%
b. Rasio Derajat Desntralisasi Fiskal 10%
c. Kemampuan Pinjam Daerah 10%
(DSCR)
II Kinerja Kapasitas Fiskal Daerah (IKF) 40%
III Kinerja PEMDA 30%

Berdasarkan data kondisi kinerja PEMDA pada masing-


masing kabupaten/kota sebagimana telah diuraikan maka
dilakukan perhitungan kapasitas investasi PEMDA
menggunakan Instrumen Penilaian Kapasitas Investasi
PEMDA serta bobot masing-masing.
Contoh tampilan dari hasil Perhitungan Kapasitas Investasi
PEMDA ditunjukan berikut ini.
Tabel 68. Contoh Tampilan Hasil Perhitungan Model Pola Pembiayaan Investasi
PEMDA

c. Pola Pembiayaan Investasi


Pola Pembiayaan Investasi disimpulkan berdasarkan
perhitungan dari Kapasitas Investasi PDAM dan Kapasitas
Investasi PEMDA. Hasil tertimbang dari kedua kapasitas
investasi tersebut dikelompokan dalam 4 (empat) katagori yang
dapat digambarkan dalam 4 (empat) Kuandran sebagaimana
telah arahan dalam Panduan Penyusunan Laporan Advisory
Investasi Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015. Kuadran
Pola Pembiayaan Investasi tersebut digambarkan berdasarkan
nilai Kapasitas Investasi PDAM dan Kapasitas Investasi
PEMDA, dimana Kuadran tersebut akan digunakan sebagai
dasar penyusunan matriks alternatif pembiayaan investasi dari
berbagai sumber pembiayaan.
Berdasarkan perhitungan dapat diperoleh nilai Kapasitas
Investasi PDAM dan Kapasitas Investasi PEMDA. Kapasitas
Investasi dibedakan dalam 2 (dua) bagian, yaitu tinggi dan
rendah.

Tabel 69. Nilai Kapasitas Investasi


Nilai Kapasitas
No Kelompok
Investasi
1 0 – < 2,5 Rendah
2 2,5 – 5,0 Tinggi

Berdasarkan batasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa


Kapasitas Investasi PDAM dan Kapasitas Investasi PEMDA
pada masing-masing kabupaten/kota dapat ditunjukan seperti
pada contoh tabel berikut,

Tabel 70. Contoh Tabel Kapasitas Investasi (PDAM dan PEMDA)


Kapasitas Investasi
Kabupaten/
No 2011 2012 2013
Kota
PEMDA PDAM PEMDA PDAM PEMDA PDAM
1 2 3 4 5 6 7 8
(tinggi/rend (tinggi/rend (tinggi/rend (tinggi/rend (tinggi/rend (tinggi/rend
1 [....................]
ah*) ah*) ah*) ah*) ah*) ah*)
(tinggi/rend (tinggi/rend (tinggi/rend (tinggi/rend (tinggi/rend (tinggi/rend
2 [....................]
ah*) ah*) ah*) ah*) ah*) ah*)
dst

Berdasarkan Kapasitas Investasi sebagaimana diuraikan, maka


dikelompokan pada 4 (empat) kelompok atau Kuadran, dengan
batasan sebagai berikut:

Tabel 71. Batasan Pola Pembiayaan Investasi


Kapasitas Investasi Katagori
No
PEMDA PDAM (Kuadran)
1 Tinggi Tinggi I
2 Tinggi Rendah II
3 Rendah Tinggi III
4 Rendah Rendah IV

Anda mungkin juga menyukai