Anda di halaman 1dari 5

Identifikasi Variasi TEC dan ULF Sebelum Gempabumi

(Studi Kasus Gempabumi Halmahera 15 November 2014)


Rizky Muhammad Rahman dan Indah Kurniawati

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Email : rizky29rahman@gmail.com , indahkurniawati.bmkg@gmail.com

ABSTRAK

Sebelum gempabumi terjadi perubahan parameter fisis dan elektrik di zona persiapan gempabumi.
Tekanan yang terus-menerus terhadap batuan dapat berpengaruh pada perubahan jumlah
kandungan elektron (TEC) karena adanya medan listrik vertikal yang menembus ionosfer dan juga
munculnya anomali medan magnet bumi pada frekuensi sangat rendah (ULF/Ultra Low
Frequency). Usaha mitigasi seperti pengamatan tanda awal (prekursor) dari berbagai parameter
diperlukan untuk meminimalisir dampak gempabumi. Data TEC diperoleh dari GPS Receiver
Bitung (BTNG) dari jaringan International GNSS Service (IGS). Data TEC dianalisa dengan
teknik autokorelasi. Sedangkan Data magnet bumi diperoleh dari MAGDAS di Manado(MND)
diolah mengunakan metode analisis polarisasi rasio komponen Z dan H (SZ/SH). Dalam studi kasus
ini, gempabumi 15 November 2014 (Mw=7.1) anomali TEC terlihat 4 hari sebelum gempabumi,
sedangkan anomali ULF terlihat mulai 14 hari sebelum gempabumi.

Kata kunci: TEC, ULF, Prekursor

ABSTRACT

There are changes in the physical and electrical parameters around earthquake’s preparation zone
before the earthquake event. Simultaneous pressure toward rock cause change in the number of
electron (TEC) due to electrical field toward the ionosphere and create anomalies of earth
magnetic field on ultra low frequency(ULF). Mitigation effort such as observation of the early sign
(precursor) of many parameters are needed to minimize the impact of earthquake. The TEC data
were taken from Bitung (BTNG) GPS Receiver from International GNSS Service (IGS) network.
The TEC data were processed using autocorrelation technique. In other hand, MAGDAS data from
Manado station (MND) used polarization ratio analysis component Z and H (SZ / SH). In this case,
earthquake of November 15th of 2014 (M=7,2), there was anomaly of TEC data about 4 days
before the earthquake and ULF anomaly appear with lead time 14 days before earthquake.

Keywords: TEC, ULF, Precursor

1. PENDAHULUAN

Gempabumi besar sering menimbulkan besar kekuatan gempabumi dan kapan


kerusakan bangunan hingga korban gempabumi akan terjadi (Nurdiyanto dkk.,
meninggal. Untuk meminimalkan dampak 2010). Hingga saat ini sudah banyak para ahli
dari kejadian gempabumi, maka diperlukan gempabumi yang bisa memprediksi lokasi
berbagai upaya mitigasi, salah satunya dan kekuatan gempabumi yang akan
melalui upaya prediksi terjadinya gempabumi terjadi,namun belum bisa memprediksi
seperti penelitian dan pengamatan tentang dengan akurat kapan saat gempabumi akan
tanda awal sebelum terjadinya gempabumi terjadi.
(prekursor gempabumi). Prediksi gempabumi Sebelum terjadinya gempabumi muncul
menyangkut tiga hal yang pokok yaitu anomali parameter geofisika di litosfer dan
dimana gempabumi akan terjadi, berapa ionosfer (Kamogawa, 2004; Pullinet dan
Boyarchuk, 2004). Anomali sebelum
terjadinya gempabumi utama dapat diamati 2.2. Prosedur
sebagai prekursor gempabumi. Salah satu Proses perhitungan TEC menggunakan
parameter di ionosfer yang mengalami GPS-TEC versi 2.9.3 yang dikembangkan
anomali yaitu kandungan total electron oleh Dr. Gopi Seemala (2014). Disini
content (TEC). Sedangkan parameter dilakukan analisa data TEC selama bulan
geofisika di litosfer salah satunya mengamati November (tiga puluh hari) sebelum dan
prekursor pada variasi medan magnet bumi sesudah terjadinya gempabumi. Analisis
(Vere-Jones,1995). Karakteristik medan autokorelasi dilakukan antara variasi diurnal
magnet pada zona subduksi telah TEC pada hari tertentu untuk 30 hari dengan
diinvestigasi melalui eksperimen analog dan variasi diurnal rata-rata bulanan TEC,
model induksi elektromagnet (Dosso dkk., sehingga dihasilkan 30 koefisien korelasi.
1989). Teknologi Global Positioning System Dengan teknik autokorelasi antara variasi
(GPS) bisa dimanfaatkan untuk mengukur diurnal TEC pada hari tertentu dengan variasi
kandungan TEC arah vertikal untuk diurnal nilai rata-rata selama 30 hari,anomali
menentukan prekursor gempabumi (Subakti, variasi diurnal TEC yang disebabkan oleh
2008; Liu dkk., 2004). Untuk mendeteksi gempabumi melalui mekanisme anomali
anomali ULF akibat seismik diperlukan variasi diurnal medan listrik dapat dideteksi.
analisis polarisasi rasio komponen vertikal Perbandingan simpangan koefisien korelasi
dan horizontal (Hayakawa dkk., 1996). harian untuk 30 hari terhadap nilai rata-rata
koefisien korelasi (skk) dibagi dengan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk deviasi standar koefisien korelasi (dskk)
menentukan anomali TEC dan anomali ULF digunakan sebagai indikator anomali ionosfer
akibat aktivitas seismik sebelum gempa besar (Buldan, 2015).
terjadi 15 November 2014 (Mw=7.1) di Laut Dalam pengolahan untuk mendapatkan
Maluku . sinyal ULF dilakukan proses seperti berikut :
1. Memilih data pengamatan 5 jam tengah
malam waktu lokal ( 22.00-04.00 LT)
2. METODE untuk menghindari gangguan akibat
2.1. Data aktivitas manusia dan badai magnet
Data yang digunakan adalah data GPS signifikan.
Receiver Bitung (BTNG) dari jaringan 2. Menyaring data dengan bandpass filter
International GNSS Service (IGS) dan pada frekuensi 1/600 sampai 1/3 Hz.
MAGDAS di Manado sebagai prekursor 3. Menganalisis spektrum dengan metode
gempabumi dapat dilihat pada Tabel 1. Data PWelch yang membagi panjang sinyal (N
lain ialah indeks Disturbance storm time data) ke dalam beberapa segmen secara
(Dst) dari WDC Geomagnetic Data Center, overlapping 50%. Pada setiap segmen
Universitas Kyoto. dilakukan FFT dengan panjang jendela
N+1
Tabel 1. Stasiun GPS dan MAGDAS yang
1 𝑓𝑠/2
Koordinat E{Pwelch}=𝑓𝑠 𝐿𝑠 ∫ 𝑃𝑥𝑥(𝑝)|𝑊(𝑓 − 𝑝)|2 𝑑𝑝 (1)
𝑈 −𝑓𝑠/2
No Stasiun
Lintang (⁰) Bujur (⁰)
1 Bitung 1,44 125,19 Dengan fs = frekuensi sampling, Ls =
2 Manado 1,44 124,84 panjang data dalam satu segmen, U =
digunakan. normalisasi dari periodigram (Pxx) , W =
rectangular windows (1024), p = power
dan f = frekuensi yang dipilih.
Gempa bumi yang diteliti anomali TEC dan
ULF terlihat pada Tabel 2. 4. Memilih frekuensi pada 0,012 Hz dan
0,022 Hz (dalam rentang Pc3 dan Pc4)
Tabel 2. Daftar gempa bumi yang diteliti 5. Membuat standar deviasi data dan
melakukan moving average 2 harian
Jarak gempa terhadap hasil polarisasi.
OT (UTC) Mag(Mw) Depth(km) Lintang(°) Bujur(°) dari sensor(km) 6. Membuat analisis data dan kesimpulan.
MND BTG
15-Nov-14 2:31:40 7.1 35 1.93 126.55 197.4 161,7
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil TEC

Anomali ionosfer juga dapat disebabkan


oleh badai geomagnet. Oleh karena itu data
indeks badai geomagnet juga digunakan untuk
menentukan penyebab anomali ionosfer. Data
geomagnet untuk daerah lintang rendah dan
ekuator yang digunakan adalah data indeks
Dst. Indikator adanya anomali ionosfer yang
disebabkan oleh gempabumi dan atau badai
magnet adalah nilai skk/dskk kurang dari -1.
Jika anomali ionosfer ionosfer memenuhi
syarat tersebut, maka pengaruh gempabumi
ditetapkan terdeteksi dengan teknik (b)
autokorelasi. Jika anomali ionosfer terdeteksi
sebelum gempabumi (H-), maka kondisi
anomali ionosfer tersebut direkomendasikan Gambar 1. (a) Variasi diurnal, (b) Perbandingan
simpangan koefisien korelasi dengan
sebagai prekursor gempabumi terdeteksi
deviasi standar koefisien korelasi
(PGT). Kriteria PGT harus memenuhi syarat pada kasus gempabumi 15 November
pada saat tersebut tidak terjadi badai 2014
geomagnet yang moderat yang berpengaruh
pada ionosfer. Syarat tidak terjadi badai Anomali dari nilai TEC yang dianggap
geomagnet moderat dan yang lebih kuat yang anomali diamati selama 15 hari sebelum
diindikasikan dengan indeks Dst yang lebih gempabumi terjadi. Nilai dari TEC akan
besar dari -50 nT. untuk gempabumi yang memiliki pola seperti siklus normal, yaitu pada
terjadi di daerah lintang rendah dan ekuator pagi hari menuju siang hingga malam hari dan
(Buldan, 2015). kembali ke pagi hari lagi, dimana pada siang
hari merupakan titik puncak dari nilai TEC
Pada kejadian gempabumi pada tanggal 15 kemudian mengalami penurunan pada malam
November 2014 dengan M=7,1, variasi TEC hari dan berlanjut pada hari berikutnya.
ionosfer pada stasiun BTNG diperlihatkan Anomali ionosfer berdasarkan nilai
pada Gambar 1 yang meliputi (a) variasi skk/dskk dari stasiun BTNG terjadi pada hari
diurnal TEC, (b) perbandingan simpangan ke 4 sebelum kejadian gempabumi dimana
koefisien korelasi dengan deviasi standar terlihat memenuhi kriteria skk/dskk <-1. Data
koefisien korelasi (skk/dskk). Nilai ambang aktivitas geomagnet yang dinyatakan dengan
batas anomali ionosfer ditandai dengan garis indeks Dst pada hari ke 4 sebelum kejadian
horizontal pada skk/dskk = -1. gempa(10 November 2014) sebesar -57 nT
yang artinya terjadi badai geomagnet. Anomali
ionosfer yang terjadi sebelum gempabumi
bersamaan waktunya dengan badai geomagnet
sehingga kondisi tersebut dikategorikan
sebagai prekursor gempabumi yang terdeteksi
atau efek geomagnet yang terdeteksi
(PGT/EMT), karena memenuhi persyaratan
anomali terjadi sebelum gempabumi dan ada
badai geomagnet (Dst < -50nT) sebagaimana
halnya dengan hasil dari Buldan Muslim,
2015.
Hasil analisis untuk masing-masing
parameter kemudian dirangkum untuk melihat
rentang waktu kemunculan, jarak dan pola
penurunan anomali yang diduga sebagai
(a) prekursor gempabumi. Rekapitulasi hasil
analisis ditampilkan pada Tabel 2.
tenang. Anomali saat hari tenang diindikasi
Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis nilai TEC yang sebagai anomali perkursor gempabumi.
diduga sebagai prekursor gempabumi
Pada frekuensi 0,022 Hz rasio SZ/SH
stasiun Manado juga muncul sejak 1
November 2014 (11 hari sebelum gempa) dan
pengaruh badai magnet tidak terlihat jelas
(lihat Gambar 3).

3.2. Hasil ULF

Polarisasi rasio SZ/SH Manado pada


frekuensi 0,012 Hz (lihat Gambar 2) terlihat
jelas adanya anomali di mana ada peningkatan
nilai SZ/SH saat hari tenang sejak tanggal 1
November 2014 dan kembali normal beberapa
hari setelahnya. Hari-hari setelah gempa
terjadi, ada beberapa anomali yang dapat
dikaitkan dengan aktivitas post-seismic.
Seperti gempa bumi Spitak ( Kopytenko dkk.,
Gambar 3. Rasio SZ/SH frekuensi 0,022 Hz
1993) emisi ULF muncul beberapa jam
Manado. Anomali muncul 11 hari sebelum
sebelum gempa bumi susulan yang kuat.
gempa(titik-titik hitam) dan terjadi badai
Dalam hal ini, gempa bumi 7,1 Mw diikuti
magnet(titik-titik merah)
banyak gempa susulan yang tidak berbeda
jauh magnitudonya dari gempa utama,
sehingga anomali ULF juga muncul saat post-
4. Kesimpulan
seismic.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa anomali yang muncul dari
TEC dan ULF berbeda waktu. anomali TEC
terlihat 4 hari sebelum gempabumi, sedangkan
anomali ULF terlihat mulai 14 hari sebelum
gempabumi. Hal ini dapat mengindikasikan
bahwa respon litosfer dan ionosfer terhadap
gempabumi berbeda. Kejadian gempa yang
diteliti juga memiliki hambatan karena
bersamaan dengan kejadian badai magnet kecil
di ekuator yang menyebabkan anomali yang
Gambar 2. Rasio SZ/SH frekuensi 0,012 Hz muncul menjadi bersifat ambigu, dapat
Manado. Anomali muncul 11 hari sebelum berpotensi sebagai prekursor dan atau efek
gempa(titik-titik hitam) dan terjadi badai dari badai magnet. Untuk penelitian
magnet(titik-titik merah) selanjutnya, dapat ditambah lagi unsur
pengamatan yang mendukung untuk lebih
menyakinkan prekursor gempabumi yang
muncul.
Badai magnet di ekator yang ditunjukkan dari
Gamabr 2 (grafik warna ungu) bulan
November 2017 sering terjadi namun dalam
skala kecil hingga -57 nT. Hal ini dapat Ucapan Terima kasih
membuat identifikasi anomali ULF semakin
sulit. Oleh karena itu dalam menganalisa Terima kasih kami ucapkan kepada
anomali dibedakan antara data yang memiliki ICSWSE dan BMKG untuk penyediaan data
gangguan badai magnet dengan data di hari gempa bumi dan magnet bumi serta pihak-
pihak yang ikut serta atas perbaikan yang
bermanfaat dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Buldan, M., 2015, Pengujian Teknik


Autokorelasi untuk Mendeteksi Pengaruh
Aktivitas Gempabumi Besar pada Ionosfer
(dalam proses penerbitan di Jurnal Sains
Dirgantara)

Dosso, H. W., Nienaber, W. dan Chen, J.


1989.Laboratory electromagnetic modeling
of the subducting Juan de Fuca plate.Phys.
Earth Planet Inter.Vol.53.Hlm.3-4
Hayakawa M., Kawate R., Molchanov O.A,
dan Yumoto K.1996. Result of Ultra-Low
frequency magnetic field measurement
during the Guam Earthquake of 8 August
1993.Geophys.Res.Lett.23, Hlm.241-244.

Kapicka,A., E. Petrovsky, dan J. Pohl.


1997.Magnetic anisotropy ofˇ rocks under
stress conditions of the earth’s crust
(Laboratory modelling),” Physics and
Chemistry of the Earth. Vol.22. No.
1-2. Hlm.157–160

Kopytenko,Yu. A, Matiashvili, T.G.,Voronov,


P. M., Kopytenko, E.A dan Molchanov,
O.A.1993.Detection of ultra-low frequency
emissions connected with Spitak
earthquake and its aftershock activity,
based on geomagnetic pulsation data at
Dusheti and Vardzia observatories. Phy.
Earth Planet. Int,77. Hlm.85-95.

Nurdiyanto, B., Sunardi, B., Harsa, H.,


Ngadmanto, D., Susilanto, P., Rohadi, S.,
Efendi, N., Nugraha, J., Guswanto dan
Sari, D. L., 2010, Integrasi Pengamatan
Parameter Geofisika dalam Usaha
Prediktabilitas Gempabumi. Puslitbang
BMKG, Jakarta
Pulinets, S. A. dan Boyarchuk, K., 2004,
Ionospheric Precursors of Earthquakes,
Springer, Jerman
Seemala, G., 2014, GPS-TEC Analysis
Application, http://seemala.blogspot.co.id/
Subakti, H., 2008, Analisis Variasi GPS –
TEC Yang Berhubungan Dengan
Gempabumi Besar Di Sumatera, BMKG,
Jakarta
Vere-Jones, D.1995. Forecasting earthquakes
and earthquake risk (invited review paper).
Int. J. Forecast.Vol. 11.Hlm.503–538

ftp://ftp.unibe.ch/aiub/CODE
http://wdc.kugi.kyoto-u.ac.jp

Anda mungkin juga menyukai