Anda di halaman 1dari 5

RESUME JURNAL

Oleh : Indah Kurniawati


- Judul Jurnal : A study of variation in soil gas concentration associated with
earthquakes near Indo-Burma Subduction zone (Studi Hubungan Variasi
Konsentrasi Gas Dalam Tanah Dengan Gempabumi Di Sekitar Zona
Subduksi Indo-Burma )
- Penulis Jurnal : Sanjay Singh, Hari Prasad Jaishi, Raghavendra Prasad
Tiwari dan Ramesh Chandra Tiwari

I. Pendahuluan
Penelitian anomali pancaran gas dalam tanah di sekitar sumber gempabumi
di dunia terus berkembang, khususnya gas radon yang mudah dikenali. Pada
10 tahun terakhir, prekursor gempabumi terbukti pada perubahan signifikan
dari segi geofisika maupun proses geokimia yang teramati pada gempa
berkekuatan sedang hingga besar sehingga hal ini penting untuk diteliti.
Namun pada beberapa penelitian, anomali gas radon baik secara spasial
maupun temporal ada juga dipengaruhi oleh parameter meteorologi. Dalam
100 tahun terakhir, terjadi 18 gempa besar (M>7) di wilayah India bagian
Utara yang artinya wilayah ini memiliki seismisitas yang tinggi akibat aktivitas
subduksi lempeng Indo-Burma. Dengan adanya pengamatan variasi radon
sebagai prekursor menjadi langkah penting untuk usaha mitigasi bencana
gempabumi. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kemungkinan hubungan
pengamatan terus menerus pada gas radon dalam tanah terhadap kejadian
gempabumi di sekitar patahan Chite.

II. Data
Terdapat 3 jenis data dalam penelitian ini yaitu :
1. Data radon hasil pengukuran alat SSTND (Solid State Nuclear Track
Detector) LR-115 tipe II dengan rentang periode Agustus 2013 hingga
Januari 2014.
2. Data gempabumi yang diteliti ( ada 4 kejadian gempabumi)
3. Data parameter meteorologi yang diperoleh dari IMD Pusat meteorologi
regional,Guwahati,Assam.
Parameter meteorologinya antara lain curah hujan, suhu, kelembaban
relatif, dan tekanan. Curah hujan dijumlahkan setiap 7 hari, sedangkan
suhu, kelembaban relatif dan tekanan dibuat rata-ratanya tiap 7 hari.

III. Metode
Plotting menggunakan Ms.Excel 2007 dan analisa statistik normal distribusi,
korelasi. Normal distribusi dilakukan untuk melihat pola data pengukuran
radon, sebelum dianalisa hubungannya terhadap kejadian gempabumi.
Setelah mengetahui polanya, dianalisa dengan statistik korelasi terhadap
kejadian gempabumi.

IV. Hasil dan Diskusi


- Hasil tes normalitas

Grafik plot perbandingan nilai anomali radon aktual dengan nilai yang
diharapkan terlihat saling berhimpit, artinya data radon tersebut memiliki nilai
normal dimana nilai Z hampir mendekati membentuk garis lurus. Data yang
melewati garis lurus setelah dicek nilai normalnya dengan faktor kemiringan
didapatlah kemiringan grafik berarah ke kanan (positif) sebesar 0.49.

- Tabel kejadian gempabumi sekitar lokasi yang diteliti :

Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa anomali radon terjadi dari 1- 24 hari
sebelum kejadian gempabumi.
- Tabel nilai statistik dari konsentrasi radon terhadap parameter
meteorologi

Analisis konsentrasi radon dalam tanah sesuai parameter meliputi


temperatur, curah hujan, kelembaban relatif dan tekanan merupakan
informasi bermanfaat untuk meneliti pengaruhnya pada pancaran parameter
radon. Hubungan konsentrasi radon dengan curah hujan dan suhu
menunjukkan korelasi yang sangat rendah (r = 0.16), alasannya karena efek
tertutupnya lapisan tanah basah di permukaan mencegah radon untuk keluar
ke atmosfer (Virk et al,2000). Korelasi sedang (r = 0.31) ditemukan pada
hubungan konsentrasi radon dengan kelembaban relatif. Peningkatan
kelembaban tanah meningkat pada batuan retak yang menghasilkan radon
bermigrasi ke fluida berpori, sehingga konsentrasi radon bertambah
(Tanner, 1964; Fleischer, 1983). Korelasi negatif yang sangat rendah ( r =
0.01) antara radon dengan tekanan menunjukkan bahwa hubungan
keduanya tidak signifikan.
- Grafik perbandingan konsentrasi radon dengan parameter meteorologi
yang mungkin berpengaruh selama periode gempabumi Agustus 2013
hingga Januari 2014
Pada penelitian ini nilai rata-rata konsentrasi radon (X). Jika anomali X ± 2σ
dianggap sebagai anomali gempabumi. Jika anomali X ± 1σ dianggap
sebagai anomali akibat parameter meteorologi yang perlu dicermati lebih
detail. Terdapat 3 peak positif dan 3 peak negatif selama masa penelitian.
Pada peak pertama (anomali negatif) teramati pada 6 September 2013 yang
diikuti kejadian gempabumi M 4.8 pada 7 September 2013. Peak ini tidak
melewati X - 2σ yang artinya perlu investigasi lebih dalam paramater
meteorologinya. Kelembaban relatif dan curah hujan memiliki korelasi positif
sangat rendah. Kemungkinan anomali ini dipengaruhi faktor meteorologi
bukan kejadian gempabumi.
Peak kedua (anomali negatif) terekam pada 4 Oktober 2013 dimana terjadi
hujan yang cukup tinggi dan kelembaban relatif dan suhu berkorelasi positif
cukup tinggi yang mengindikasikan penurunan konsentrasi radon
disebabkan oleh proses geofisika lain yang gayanya tidak cukup matang
untuk membangkitkan gempabumi (Walia et al., 2009).
Tiga peak positif terekam pada 11 Oktober 2013 dan 25 Oktober 2013
sebesar X + 2σ dengan peak ketiga pada 8 November 2013 sebesar X + 1σ
diikuti 2 gempabumi M 4.7 (29 Oktober 2013) dengan jarak (D) sebesar 176
Km dan M 5.5 (6 November 2013) dengan jarak (D) sebesar 320 Km.
Peak terakhir terekam pada 22 November 2013 bukan akibat kejadian
gempabumi namun parameter lingkungan yang perlu ditindak
lanjuti.penurunan radon ini bertambahnya retakan dan pori saat terjadi
kompresi (Singh et al., 1991; Ramola et al., 2008) atau akibat volume pori
batuan yang terlewat jenuh (Whitcomb, 1983)

V. Kesimpulan
Data radon telah dianalisa berkaitan dengan kejadian gempabumi dan
pengaruh parameter meteorologi, dengan kesimpulan yaitu :
1. Terjadi peningkatan radon(X + 2σ ) sebelum & sesudah gempa M 4.7 dan
5.5
2. Variasi konsentrasi radon terjadi akibat deformasi kerak di zona subduksi
Indo-Burma
3. Terdapat penurunan abnormal data radon (tidak melewati X-2σ)
menunjukkan perubahan akibat parameter meteorologi karena parameter
meteorologi berpengaruh pada kompleksnya mekanisme transport gas
pada tanah yang lebih dalam.

VI. Referensi

Fleischer, R.L. 1983. Theory of alpha recoil effects on radon release and
isotopic disequilibrium. Geochimica et Cosmochimica Acta 47(4): 779–
784.
Ramola, R.C., Y. Prasad, G. Prasad, S. Kumar, and V.M. Choubey. 2008.
Soil-gas radon as seismotectonic indicator in Garhwal Himalaya. Applied
Radiation and Isotopes 66(10): 1523–1530.
Singh M, Ramola RC, Singh B, Singh S, Virk HS (1991) Subsurface soil gas
radon changes associated with earthquakes. International Journal of
Radiation Applications and Instrumentation. Part D. Nuclear Tracks and
Radiation Measurements 19(1):417–420
Tanner, A.B. 1964. Radon migration in the ground: A review, Symposium
Proceedings Natural Radiation Environment, 161–190. Chicago:
University of Chicago Press
Virk, H.S., V. Walia, A.K. Sharma, N. Kumar, and R. Kumar. 2000. Correlation
of radon with microsiesmic events in Kangra and Chamba Valleys of N-
W Himalaya. Geofisica Internacional 39(3): 222–227
Walia, V., S.J. Lin, W.L. Hong, C.C. Fu, T.F. Yang, W.L. Wen, and C.H. Chen.
2009.Continuous temporal soil-gas composition variations for
earthquake precursory studies along Hsincheng and Hsinhua faults in
Taiwan.Radiation Measurements 44(9): 934–939
Whitcomb JH. 1983. Modeling of tectonophysical distortion from
measurements of long base-line geodetic data and other geophysical
paramaters. NASA Grant No. NAG5-22 Semi-annual report, Colorado
University. March-August 1980, 20p

Anda mungkin juga menyukai