Anda di halaman 1dari 18

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4 TAHUN 2011

TENTANG

PATROLI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa patroli kepolisian merupakan kegiatan kepolisian yang


diarahkan untuk menghilangkan bertemunya faktor niat dan
kesempatan dari orang atau sekelompok orang yang akan
melakukan kejahatan maupun gangguan Kamtibmas pada
umumnya;
b. bahwa rasa aman merupakan kebutuhan yang hakiki bagi setiap
orang dalam menyelenggarakan aktifitas sehari-hari dan
berinteraksi satu sama lainnya terlepas dari segala kekhawatiran,
ancaman, dan gangguan Kamtibmas;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
Pemelihara Keamanan Polri tentang Patroli.

Mengingat : Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN


POLRI TENTANG PATROLI.

BAB I . . . . .
2

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Polri adalah


alat penegak hukum yang berperan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, dan memberikan perlindungan,
pengayoman serta pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri.
2. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis
masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang
ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta
terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta
mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,
mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-
bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
3. Patroli adalah salah satu kegiatan kepolisian yang dilakukan 2 (dua) orang atau
lebih anggota Polri, sebagai usaha mencegah bertemunya niat dan
kesempatan, dengan jalan mendatangi, menjelajahi, mengamati/
mengawasi/memperhatikan situasi dan kondisi yang diperkirakan akan
menimbulkan segala bentuk pelanggaran dan/atau tindak pidana, yang
menuntut/memerlukan kehadiran Polri untuk melakukan tindakan–tindakan
kepolisian guna memelihara ketertiban dan menjamin keamanan masyarakat.
4. Patroli Dialogis adalah kegiatan Patroli yang dilakukan oleh anggota Polri
didalam kegiatannya melakukan kegiatan dialog antara petugas dengan
komunitas masyarakat sebagai sasaran Patroli dengan materi dialog yang
berupa pesan kamtibmas .

5. Potensi Gangguan yang selanjutnya disingkat PG adalah kondisi/situasi yang


merupakan faktor stimulan/pencetus/embrio gangguan keamanan yang
berpotensi besar akan tumbuh menjadi gangguan nyata keamanan.
6. Ambang Gangguan yang selanjutnya disingkat AG atau Police Hazard adalah
kondisi gangguan Kamtibmas skala menengah yang jika dibiarkan tidak ada
tindakan kepolisian dapat meningkat menjadi Gangguan Nyata.
7. Gangguan Nyata yang selanjutnya disingkat GN atau Ancaman Faktual adalah
gangguan keamanan berupa kejahatan atau pelanggaran yang terjadi dan
menimbulkan kerugian bagi masyarakat berupa kerugian harta benda ataupun
jiwa raga.

8. Acara . . . . .
3

8. Acara Arahan Pimpinan yang selanjutnya disingkat AAP adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pimpinan kesatuan Polri berupa pemberian arahan kepada
seluruh anggota Polri sebelum diterjunkan ke lapangan untuk melaksanakan
tugas.

9. Tempat Kejadian Perkara yang selanjutnya disingkat TKP adalah tempat


terjadinya gangguan Kamtibmas baik karena pelanggaran maupun tindak
pidana.

10. Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara yang selanjutnya disingkat


TPTKP adalah suatu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh anggota Polri
yang pertama kali melihat/secara langsung menemukan suatu kejadian untuk
segera mengamankan korban, pelaku, saksi, barang bukti, dan Tempat
Kejadian Perkara (TKP) sampai Polisi yang berwenang mendatangi dan
mengolah TKP guna proses hukum selanjutnya.

11. Tindak Pidana Ringan yang selanjutnya disingkat Tipiring adalah suatu tindak
pidana yang dilakukan sebagai akibat dari pelanggaran dengan ancaman
hukuman maksimal tiga bulan.

Pasal 2

(1) Patroli bertujuan untuk mencegah kejahatan ditengah masyarakat untuk


mengurungkan bertemunya niat dan kesempatan bagi pelaku kejahatan
dengan menuntut kehadiaran anggoata Polisi , yang memungkinkan timbulnya
kriminalitas, mencegah terjadinya gangguan Kamtibmas, memberikan
perlindungan, pengayoman, dan rasa aman serta rasa tentram kepada
masyarakat, menjalin hubungan sebagai mitra masyarakat untuk mendapatkan
informasi dan partisipasi masyarakat serta pembatasan gerak provokator dan
separatis di tengah-tengah masyarakat.

(2) Patroli berfungsi untuk melaksanakan pencegahan dan penindakan kejahatan,


melakukan penangkapan dan penahanan dalam hal tertangkap tangan,
memelihara keamanan serta menjaga jiwa dan harta benda dari ancaman
kejahatan.

(3) Patroli berperan sebagai tulang punggung (backbone) Polri dalam upaya
mencegah segala bentuk kejahatan/gangguan Kamtibmas, sebagai sumber
informasi, mata dan telinga bagi kesatuan, sebagai perwujudan kehadiran Polri
di tengah masyarakat dan mitra masyarakat, sebagai sarana penyampaian
pesan Kamtibmas terhadap masyarakat, sebagai cerminan kesiapsiagaan Polri
setiap saat dan setiap waktu dalam upaya pemeliharaan dan menjamin
Kamtibmas, melakukan tindakan pertama di tempat kejadian, sebagai petugas
pertolongan dan penyelamatan korban bencana alam dan kecelakaan.

(4) Prinsip . . . . .
4

(4) Prinsip-prinsip patroli merupakan keterpaduan tugas yang dilakukan dan


dikoordinasikan dengan kegiatan operasional untuk saling tukar menukar
informasi pada titik temu sesuai dengan sasaran kerawanan daerah, selektif
prioritas dengan banyaknya objek dan keterbatasan kekuatan maka perlu
menentukan objek yang paling rawan sebagai sasaran patroli, tindakan represif
terbatas dalam hal menentukan gangguan Kamtibmas (tindak pidana) petugas
patroli berhak untuk melakukan penindakan (represif terbatas) dan merupakan
ketanggap-segeraan bagi petugas patroli.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 3

Ruang lingkup patroli meliputi :


a. metode patroli;
b. jenis patroli;
c. sasaran patroli ;dan
d. sifat patroli ;

Pasal 4

(1) Yang dimaksud metode patroli dalam pasal 3 huruf a meliputi:


a. patroli dengan jalan kaki;
b. patroli dengan menggunakan sepeda;
c. patroli dengan menggunakan kendaraan R2;
d. patroli dengan menggunakan kendaraan R4; dan
e. patroli dengan menggunakan speed boat.

(2) Yang dimaksud jenis patroli dalam pasal 3 huruf b meliputi:


a. patroli dialogis;
b. patroli hot spot;
c. patroli lingkungan; dan
d. patroli kota.

(3) Yang . . . . .
5

(3) Yang dimaksud sasaran patroli dalam pasal 3 huruf c meliputi:


a. dalam kota;
b. antar wilayah/kota;
c. wilayah perairan;
d. wilayah konflik;
e. wilayah bencana; dan
f. wilayah perbatasan darat.

(4) Yang dimaksud sifat patroli dalam pasal 3 huruf d meliputi:


a. patroli rutin;
b. patroli khusus; dan
c. patroli insidentil.

Pasal 5

(1) Bentuk-bentuk sasaran patroli dapat berupa Ambang Gangguan (AG) statis
maupun temporer, Gangguan Nyata (GN) dan Pos-pos pengamanan.

(2) AG statis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kawasan/blok/


area/sektor/cluster dari pemukiman, perindustrian, kampus, sekolah,
pertokoan, perkantoran, objek-objek vital, pergudangan, tempat-tempat
hiburan, pusat-pusat perbelanjaan, dan lain-!ain.

(3) AG temporer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jalan, lingkungan
pedagang kaki lima, kegiatan masyarakat/pemerintah yang temporer, lokasi
wisata.

(4) GN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa kasus tertangkap
tangan melaiui TPTKP dan Tipiring.

(5) Pos-pos pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pos
keamanan lingkungan, pos satuan pengamanan, pos polisi khusus.

BAB III

TAHAP PERSIAPAN

Pasal 6

(1) Setiap melaksanakan tugas patroli, pimpinan kesatuan atau pimpinan


lapangan melakukan kegiatan persiapan.

(2) Kegiatan . . . . .
6

(2) Kegiatan persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :


a. menyiapkan surat perintah;
b. menyiapkan kekuatan petugas patroli sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan;
c. melakukan pengecekan kondisi fisik dan mental personel, kelengkapan
perorangan, serta sarana dan prasarana yang digunakan untuk patroli;
d. menentukan rute berangkat dan rute kembali;
e. menentukan titik temu atau titik kumpul dengan petugas patroli
lainnya;dan
f. menyiapkan sistem komunikasi ke seluruh unit-unit patroli.

Pasal 7

Sebelum pelaksanaan tugas patroli, pimpinan kesatuan atau pimpinan lapangan


melaksanakan Acara Arahan Pimpinan (AAP) kepada seluruh anggota Polri yang
ditugaskan dalam patroli dengan menyampaikan :

a. gambaran/karakteristik daerah sasaran, bentuk-bentuk sasaran/objek yang


akan dilakukan patroli;
b. rencana urutan langkah dan tindakan yang akan dilakukan oleh petugas patroli;
c. batasan waktu pelaksanaan patroli; dan
d. larangan dan kewajiban petugas patroli.

Pasal 8
(1) Gambaran/karakteristik daerah sasaran, bentuk–bentuk sasaran/objek yang
akan dilakukan patroli sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf a adalah:
a. situasi daerah;
b. jenis kerawanan; dan
c. budaya/adat istiadat masyarakat;

(2) Rencana urutan langkah dan tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
patroli sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b adalah:
a. sasaran patroli;
b. target patroli; dan
c. cara bertindak.

(3) Batasan . . . . .
7

(3) Batasan waktu pelaksanaan patroli sebagaimana dimaksud dalam pasal 7


huruf c adalah:
a. waktu berangkat;
b. waktu kembali; dan
c. lamanya waktu patroli disesuaikan dengan penanganan kasus.

(4) Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf d adalah :


a. menyimpang dari rute patroli yang sudah ditentukan kecuali dalam
keadaan mendesak/darurat;
b. menerima segala bentuk imbalan/pemberian yang diduga berhubungan
dengan pelaksanaan tugas patroli atau pungutan liar;
c. melepaskan salah satu kelengkapan perorangan patroli pada saat
melakukan tugas patroli;
d. melakukan perbuatan yang dapat mencemarkan kehormatan diri, orang
lain, dan kesatuan;
e. melakukan perbuatan yang dapat mengurangi sikap kewaspadaan; dan
f. melakukan perbuatan lainnya yang melanggar perundang-undangan.

(5) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf d adalah :


a. berpenampilan dan bersikap ramah, tanggap, peduli, etis, korek, dan
tidak sewenang-wenang;
b. bersikap responsif terhadap situasi dan kondisi lingkungan sekelilingnya;
c. penguasaan daerah, rute, dan wilayah yang dilalui petugas patroli;
d. menjaga keamanan diri pada saat patroli;
e. mematuhi rambu-rambu lalulintas dan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku; dan
f. mencatat hasil pelaksanaan tugas patroli.
8

BAB IV . . . . .
BAB IV

TAHAP PELAKSANAAN

Bagian Kesatu

Cara Bertindak Umum

Pasal 9

Cara bertindak secara umum, bagi setiap petugas yang melaksanakan patroli adalah :

a. menjelajahi daerah, rute, dan sasaran yang telah ditentukan serta melihat
kemungkinan adanya kerawanan;

b. mendatangi tempat-tempat penyelenggaraan pengamanan swakarsa seperti


pos keamanan lingkungan, pos satuan pengamanan, dan pos-pos
pengamanan lainnya untuk melakukan tukar-menukar informasi;

c. mendatangi sentra-sentra kegiatan masyarakat/pemerintah yang bersifat


sementara/situasional;

d. melakukan komunikasi terhadap masyarakat dengan maksud memperoleh


informasi-informasi penting bagi tugas kepolisian;

e. memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat;

f. mewaspadai kemungkinan berubahnya PG, AG menjadi GN;

g. memberikan peringatan kepada warga masyarakat yang lalai mengamankan


diri dan harta bendanya;

h. memberikan peringatan kepada masyarakat yang karena ketidaktahuannya


melakukan pelanggaran;

i. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara;

j. melakukan tindakan terhadap pelanggaran Tindak Pidana Ringan;

k. melakukan tindakan represif terbatas;

l. mencatat segala informasi yang didapat dari masyarakat maupun yang


ditemukan sendiri ke dalam buku catatan (blanko patroli); dan

m. melaporkan perkembangan situasi selama melakukan kegiatan patroli terutama


apabila dipandang perlu meminta bantuan lebih lanjut.
9

Bagian . . . . .
Bagian Kedua

Cara Bertindak Khusus

Paragraf Pertama

Patroli jalan kaki

Pasal 10

(1) Sikap petugas dalam melaksanakan patroli jalan kaki adalah :


a. berjalan dengan bersikap tegap, berwibawa, ramah, sopan dan humanis
dengan mengutamakan senyum, sapa, dan salam;
b. pandangan mata ke depan, sewaktu-waktu menoleh dan menggunakan
panca inderanya untuk melihat, mengamati, mendengar dan melakukan
observasi terhadap segala sesuatu yang berada di sekelilingnya; dan
c. berjalan dengan cara sebelah-menyebelah yaitu petugas yang satu
berada di sebelah kiri dan petugas yang lainnya berada di sebelah
kanan agar dapat bergerak secara leluasa.
(2) Apabila membawa senjata api dalam melakukan patroli, ketentuannya adalah :
a. senjata api laras panjang, peluru dimasukkan ke dalam magazen
kemudian dimasukkan ke dalam senjata dan dikunci;
b. senjata api genggam dimasukkan dalam sarung pistol (holster) yang
tertutup;
c. dalam situasi aman, senjata api laras panjang disandang di pundak
sebelah kanan dan apabila hujan posisi moncong laras senjata
menghadap ke bawah; dan
d. dalam situasi bahaya, petugas patroli yang dibonceng mengambil sikap
depan senjata.
(3) Demi keselamatan petugas Patroli jalan kaki, petugas berjalan ditepi jalan
berlawanan arah dengan arus kendaraan.
(4) Mengikuti rute yang telah ditetapkan.
(5) Berhenti di tempat tertentu dan apabila bertemu orang sesekali diajak bicara
untuk mendapatkan informasi yang penting, terutama di daerah yang rawan.
(6) Sesekali berjalan ke arah semula.

(7) Berhenti dan melihat ke belakang, di mana petugas yang satu berhenti dan
melihat kebelakang sementara petugas yang lain berjalan terus, demikian
secara bergantian, terutama pada waktu malam hari dan berada di tempat
yang sunyi.
10

(8) Berhenti . . . . .
(8) Berhenti sebentar di persimpangan dan di tempat yang terlindung untuk melihat
ke segala arah.
(9) Kenali rute wilayah patroli untuk mengetahui situasi atau keadaan yang ganjil
dan mencurigakan.
(10) Mengenali segala hal-ihwal terhadap wilayah/daerah/sasaran yang dilakukan
patroli yaitu :
a. semua objek benda yang bergerak maupun tidak bergerak dengan
segala sesuatu yang melingkupinya;
b. kondisi infrastruktur jalan dengan seluk-beluknya; dan
c. karakteristik penduduk/masyarakat setempat.
(11) Segera melaporkan ke pusat pengendali apabila ditemukan kejanggalan dan
memerlukan bantuan lebih lanjut.

Paragraf Kedua

Patroli dengan menggunakan sepeda

Pasal 11

(1) Sikap petugas dalam melaksanakan patroli menggunakan sepeda adalah :


a. mengendarai dengan sikap tegap, berwibawa, ramah, sopan, tanggap,
dan peduli;
b. pandangan mata bebas dan menggunakan panca inderanya untuk
melihat, mengamati, mendengar, dan melakukan observasi terhadap
segala sesuatu yang berada di sekelilingnya.

(2) Apabila membawa senjata api dalam melakukan patroli, ketentuan


memperlakukannya adalah :
a. peluru ditempatkan di magazen kemudian dimasukkan ke senjata dan
dikunci;
b. senjata api genggam dimasukkan dalam sarung pistol (holster) yang
tertutup;
c. dalam situasi aman, senjata api laras panjang disandang di pundak
sebelah kanan dan apabila hujan posisi moncong laras senjata
menghadap ke bawah; dan
d. dalam situasi bahaya, petugas mengambil sikap kalungkan senjata.

(3) Berjalan mengendarai sepeda dengan cara berbanjar berada di sebelah kiri
jalan dengan kecepatan sedang/tidak terlalu cepat dan tidak melampaui
kecepatan sepeda lainnya.
11

(4) Mengikuti . . . . .
(4) Mengikuti rute yang telah ditetapkan.
(5) Berhenti di tempat tertentu dan apabila bertemu orang sesekali diajak bicara
untuk mendapatkan informasi yang penting, terutama di daerah yang rawan.
(6) Menyalakan lampu sepeda pada waktu patroli di malam hari.
(7) Berhenti sebentar di suatu tempat tertentu yang terlindung untuk melihat ke
segala arah.
(8) Kenali rute wilayah patroli untuk mengetahui situasi atau keadaan yang ganjil
dan mencurigakan.

(9) Mengenali segala hal-ihwal terhadap wilayah/daerah/sasaran yang dilakukan


patroli yaitu :
a. semua objek benda yang bergerak maupun tidak bergerak dengan
segala sesuatu yang melingkupinya;
b. kondisi infrastruktur jalan dengan seluk-beluknya; dan
c. karakteristik penduduk/masyarakat setempat.
(10) Pada tempat-tempat/lokasi-lokasi yang dianggap rawan dapat berjalan kaki
dengan menuntun sepeda.
(11) Memberikan bantuan kepada petugas patroli jalan kaki apabila diperlukan dan
melaksanakan koordinasi pada titik singgung yang telah ditentukan.
(12) Segera melakukan tindakan awal apabila menemukan kasus tertangkap
tangan, kebakaran, kecelakaan maupun pemberian bantuan pelayanan kepada
masyarakat.
(13) Segera melaporkan ke pusat pengendali apabila ditemukan kejanggalan dan
memerlukan bantuan lebih lanjut.

Paragraf Ketiga

Patroli dengan menggunakan kendaraan R2

Pasal 12

(1) Sikap petugas dalam melaksanakan patroli menggunakan kendaraan R2


adalah :

a. dan peduli; dan


b. pandangan mata bebas dan menggunakan panca inderanya untuk
melihat, mengamati, mendengar, dan melakukan observasi terhadap
segala sesuatu yang berada di sekelilingnya.

(2) Apabila . . . . .
12

(2) Apabila membawa senjata api dalam melakukan patroli, ketentuan


memperlakukannya adalah :
a. peluru ditempatkan di magazen kemudian dimasukkan ke senjata dan
dikunci;
b. senjata api genggam agar dimasukkan dalam sarung pistol (holster)
yang tertutup;
c. dalam situasi aman, senjata api laras panjang disandang di pundak
sebelah kanan dan apabila hujan posisi moncong laras senjata
menghadap ke bawah; dan
d. dalam situasi bahaya, petugas mengambil sikap depan senjata.

(3) Bertindak sebagai penghubung dan memberikan bantuan kepada petugas


patroli sepeda dan patroli jalan kaki apabila diperlukan.
(4) Berjalan mengendarai kendaraan sepeda motor dengan kecepatan
sedang/tidak terlalu cepat dan tidak melampaui kecepatan kendaraan lainnya
untuk dapat melakukan pengamatan.
(5) Mengikuti rute yang telah ditetapkan.

(6) Mengamati dan memperhatikan tempat-tempat yang rawan.

(7) Memperhatikan berbagai ketidak-wajaran kendaraan seperti laju yang tidak


wajar, sengaja menghindari petugas, parkir tidak wajar, melanggar peraturan
lalu lintas.

(8) Berhenti di tempat tertentu dan melakukan komunikasi apabila bertemu


orang/masyarakat untuk mendapatkan informasi penting, terutama di daerah
rawan.
(9) Mengenali segala hal-ihwal terhadap wilayah/daerah/sasaran yang dilakukan
patroli yaitu :
a. semua objek benda yang bergerak maupun tidak bergerak dengan
segala sesuatu yang melingkupinya;
b. kondisi infrastruktur jalan dengan seluk-beluknya;
c. kondisi wilayah yang meliputi kondisi geografi, iklim, tempat-tempat
berbahaya; dan
d. karakteristik penduduk/masyarakat setempat.
(10) Segera melakukan tindakan awal apabila menemukan kasus tertangkap
tangan, kebakaran, kecelakaan maupun pemberian bantuan pelayanan kepada
masyarakat.
(11) Segera melaporkan ke pusat pengendali apabila ditemukan kejanggalan dan
memerlukan bantuan lebih lanjut.

Paragraf . . . . .
13

Paragraf Keempat

Patroli dengan menggunakan kendaraan R4

Pasal 13

(1) Sikap petugas dalam melaksanakan patroli menggunakan kendaraan R4


adalah :
a. mengendarai dengan sikap berwibawa, ramah, sopan, tanggap dan
peduli; dan
b. pandangan mata bebas dan menggunakan panca inderanya untuk
melihat, mengamati, mendengar, dan melakukan observasi terhadap
segala sesuatu yang berada di sekelilingnya.

(2) Bertindak sebagai penghubung dan memberikan bantuan kepada petugas


patroli sepeda, patroli kendaraan sepeda motor dan patroli jalan kaki apabila
diperlukan.
(3) Berjalan mengendarai kendaraan mobil dengan kecepatan sedang/tidak terlalu
cepat dan tidak melampaui kendaraan lainnya untuk dapat melakukan
pengamatan.
(4) Mengikuti rute yang telah ditetapkan.
(5) Mengamati dan memperhatikan tempat-tempat yang rawan.
(6) Memperhatikan berbagai ketidak-wajaran kendaraan seperti: laju kendaraan,
sengaja menghindari petugas, parkir tidak wajar, melanggar peraturan lalu
lintas.
(7) Berhenti di tempat tertentu dan melakukan komunikasi apabila bertemu
orang/masyarakat untuk mendapatkan informasi penting, terutama di daerah
rawan.
(8) Mengenali segala hal-ihwal terhadap wilayah/daerah/sasaran yang dilakukan
patroli yaitu :
a. semua objek benda yang bergerak maupun tidak bergerak dengan
segala sesuatu yang melingkupinya;
b. kondisi infrastruktur jalan dengan seluk-beluknya;
c. kondisi wilayah yang meliputi kondisi geografi, iklim, tempat-tempat
berbahaya; dan
d. karakteristik penduduk/masyarakat setempat.

(9) Segera melakukan tindakan awal apabila menemukan kasus tertangkap


tangan, kebakaran, kecelakaan maupun pemberian bantuan pelayanan kepada
masyarakat.

(10) Segera melaporkan ke pusat pengendali apabila ditemukan kejanggalan dan


memerlukan bantuan lebih lanjut.
Paragraf . . . . .
14

Paragraf kelima

Patroli dengan menggunakan speed boat

Pasal 14

(1) Sikap petugas dalam melaksanakan patroli menggunakan speed boat adalah :
a. mengemudi dengan sikap berwibawa, ramah, sopan, tanggap dan
peduli; dan
b. pandangan mata bebas dan menggunakan panca inderanya untuk
melihat, mengamati, mendengar, dan melakukan observasi terhadap
segala sesuatu yang berada di sekelilingnya.

(2) Bertindak sebagai penghubung dan memberikan infomasi kepada petugas


patroli didaratan.
(3) Mengemudi speed boat dengan kecepatan sedang/tidak terlalu cepat untuk
dapat melakukan pengamatan.
(4) Mengikuti rute yang telah ditetapkan.
(5) Mengamati dan memperhatikan tempat-tempat yang rawan.
(6) Memperhatikan berbagai ketidak-wajaran kegiatan di perairan.
(7) Berhenti di tempat tertentu dan melakukan komunikasi apabila bertemu
orang/masyarakat untuk mendapatkan informasi penting, terutama di daerah
rawan.
(8) Mengenali segala hal-ihwal terhadap wilayah/daerah/sasaran yang dilakukan
patroli yaitu :
a. semua objek benda yang bergerak maupun tidak bergerak dengan
segala sesuatu yang melingkupinya;
b. kondisi infrastruktur perairan dengan seluk-beluknya;
c. kondisi wilayah yang meliputi kondisi geografi, iklim, tempat-tempat
berbahaya; dan
d. karakteristik penduduk/masyarakat setempat.

(9) Segera melakukan tindakan awal apabila menemukan kasus tertangkap


tangan, kebakaran, kecelakaan maupun pemberian bantuan pelayanan kepada
masyarakat.

(10) Segera melaporkan ke pusat pengendali apabila ditemukan kejanggalan dan


memerlukan bantuan lebih lanjut.

BAB V . . . . .
15

BAB V

TAHAP PENGAKHIRAN

Pasal 15

Konsolidasi

(1) Konsolidasi dilakukan oleh para petugas pelaksana patroli dalam rangka
mengakhiri kegiatan dengan melakukan pengecekan kekuatan personel dan
peralatan.

(2) Dalam rangka konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apel
konsolidasi dilakukan oleh petugas yang paling tinggi pangkatnya dalam suatu
kelompok/unit patroli/pimpinan lapangan.

(3) Melaporkan kepada pusat pengendali tentang semua yang dilihat, didengar,
dan didapat selama patroli serta kondisi petugas.

BAB VI

PERSYARATAN PETUGAS PATROLI

Pasal 16

Persyaratan yang harus dimiliki oleh petugas patroli adalah :


a. kemampuan tindakan pertama di tempat kejadian perkara (TPTKP);
b. kemampuan pengaturan lalulintas;
c. kemampuan pengaturan pengamanan kegiatan masyarakat;
d. kemampuan membuat laporan tertulis (verbal);
e. kemampuan pengumpulan bahan keterangan (Pulbaket);
f. kemampuan memproses Tipiring;
g. kemampuan melakukan tindakan represif tahap awal;
h. kemampuan penguasaan hukum dan perundang-undangan berkaitan dengan
tugas patroli; dan
i. menguasai wilayah tugasnya.

BAB VII . . . . .
16

BAB VII

ANALISA DAN EVALUASI

Pasal 17

Setiap mengakhiri kegiatan patroli, pimpinan lapangan/pimpinan kesatuan wajib


melakukan analisa dan evaluasi hasil pelaksanaan tugas guna mengadakan koreksi
terhadap tindakan dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan prosedur.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 18

(1) Susunan mengenai kekuatan patroli, perlengkapan/peralatan satuan patroli,


tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.
(2) Untuk mendapatkan nilai aplikatif yang optimal tidak menutup kemungkinan
Kasatwil menjabarkan dalam bentuk “Urut-urutan Tindakan” sesuai dengan
situasi dan kondisi wilayah masing-masing.

BAB IX

KOORDINASI DAN PENGENDALIAN

Pasal 19

(1) Pimpinan kesatuan/pimpinan lapangan dalam pelaksanaan tugas patroli dapat


melakukan koordinasi dengan satuan fungsi kepolisian maupun instansi terkait
lainnya.

(2) Dalam pelaksanaan patroli, masing-masing pimpinan melakukan koordinasi


untuk mencapai hasil yang maksimal.

Pasal 20

(1) Dalam tugas patroli, kendali taktis dan kendali teknis berada pada pimpinan
lapangan/pimpinan kesatuan.

(2) Setiap perkembangan eskalasi selama patroli, wajib dilaporkan secara lisan
dari petugas patroli kepada operator pengendali/atasannya.
(3) Ketua . . . . .
17

(3) Ketua tim patroli membuat laporan tertulis secara berjenjang tentang
pelaksanaan tugas patroli.

BAB X

PEMBIAYAAN
Pasal 21

Pembiayaan dalam kegiatan patroli dibebankan pada anggaran Polri.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Pada saat peraturan ini mulai berlaku semua peraturan perundang–undangan yang
berkaitan dengan patroli dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan ini.

Pasal 23

Peraturan Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Desember 2011

KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN POLRI

Ttd

Drs. IMAM SUDJARWO, M.Si.


KOMISARIS JENDERAL POLISI
18

MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BADAN PEMELIHARA KEAMANAN

PATROLI

PERATURAN KABAHARKAM POLRI


NOMOR 4 TAHUN 2011 TANGGAL 13 DESEMBER 2011

Anda mungkin juga menyukai