TENTANG
PATROLI
MEMUTUSKAN :
BAB I . . . . .
2
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
8. Acara . . . . .
3
8. Acara Arahan Pimpinan yang selanjutnya disingkat AAP adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pimpinan kesatuan Polri berupa pemberian arahan kepada
seluruh anggota Polri sebelum diterjunkan ke lapangan untuk melaksanakan
tugas.
11. Tindak Pidana Ringan yang selanjutnya disingkat Tipiring adalah suatu tindak
pidana yang dilakukan sebagai akibat dari pelanggaran dengan ancaman
hukuman maksimal tiga bulan.
Pasal 2
(3) Patroli berperan sebagai tulang punggung (backbone) Polri dalam upaya
mencegah segala bentuk kejahatan/gangguan Kamtibmas, sebagai sumber
informasi, mata dan telinga bagi kesatuan, sebagai perwujudan kehadiran Polri
di tengah masyarakat dan mitra masyarakat, sebagai sarana penyampaian
pesan Kamtibmas terhadap masyarakat, sebagai cerminan kesiapsiagaan Polri
setiap saat dan setiap waktu dalam upaya pemeliharaan dan menjamin
Kamtibmas, melakukan tindakan pertama di tempat kejadian, sebagai petugas
pertolongan dan penyelamatan korban bencana alam dan kecelakaan.
(4) Prinsip . . . . .
4
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 3
Pasal 4
(3) Yang . . . . .
5
Pasal 5
(1) Bentuk-bentuk sasaran patroli dapat berupa Ambang Gangguan (AG) statis
maupun temporer, Gangguan Nyata (GN) dan Pos-pos pengamanan.
(3) AG temporer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jalan, lingkungan
pedagang kaki lima, kegiatan masyarakat/pemerintah yang temporer, lokasi
wisata.
(4) GN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa kasus tertangkap
tangan melaiui TPTKP dan Tipiring.
(5) Pos-pos pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pos
keamanan lingkungan, pos satuan pengamanan, pos polisi khusus.
BAB III
TAHAP PERSIAPAN
Pasal 6
(2) Kegiatan . . . . .
6
Pasal 7
Pasal 8
(1) Gambaran/karakteristik daerah sasaran, bentuk–bentuk sasaran/objek yang
akan dilakukan patroli sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf a adalah:
a. situasi daerah;
b. jenis kerawanan; dan
c. budaya/adat istiadat masyarakat;
(2) Rencana urutan langkah dan tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
patroli sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b adalah:
a. sasaran patroli;
b. target patroli; dan
c. cara bertindak.
(3) Batasan . . . . .
7
BAB IV . . . . .
BAB IV
TAHAP PELAKSANAAN
Bagian Kesatu
Pasal 9
Cara bertindak secara umum, bagi setiap petugas yang melaksanakan patroli adalah :
a. menjelajahi daerah, rute, dan sasaran yang telah ditentukan serta melihat
kemungkinan adanya kerawanan;
Bagian . . . . .
Bagian Kedua
Paragraf Pertama
Pasal 10
(7) Berhenti dan melihat ke belakang, di mana petugas yang satu berhenti dan
melihat kebelakang sementara petugas yang lain berjalan terus, demikian
secara bergantian, terutama pada waktu malam hari dan berada di tempat
yang sunyi.
10
(8) Berhenti . . . . .
(8) Berhenti sebentar di persimpangan dan di tempat yang terlindung untuk melihat
ke segala arah.
(9) Kenali rute wilayah patroli untuk mengetahui situasi atau keadaan yang ganjil
dan mencurigakan.
(10) Mengenali segala hal-ihwal terhadap wilayah/daerah/sasaran yang dilakukan
patroli yaitu :
a. semua objek benda yang bergerak maupun tidak bergerak dengan
segala sesuatu yang melingkupinya;
b. kondisi infrastruktur jalan dengan seluk-beluknya; dan
c. karakteristik penduduk/masyarakat setempat.
(11) Segera melaporkan ke pusat pengendali apabila ditemukan kejanggalan dan
memerlukan bantuan lebih lanjut.
Paragraf Kedua
Pasal 11
(3) Berjalan mengendarai sepeda dengan cara berbanjar berada di sebelah kiri
jalan dengan kecepatan sedang/tidak terlalu cepat dan tidak melampaui
kecepatan sepeda lainnya.
11
(4) Mengikuti . . . . .
(4) Mengikuti rute yang telah ditetapkan.
(5) Berhenti di tempat tertentu dan apabila bertemu orang sesekali diajak bicara
untuk mendapatkan informasi yang penting, terutama di daerah yang rawan.
(6) Menyalakan lampu sepeda pada waktu patroli di malam hari.
(7) Berhenti sebentar di suatu tempat tertentu yang terlindung untuk melihat ke
segala arah.
(8) Kenali rute wilayah patroli untuk mengetahui situasi atau keadaan yang ganjil
dan mencurigakan.
Paragraf Ketiga
Pasal 12
(2) Apabila . . . . .
12
Paragraf . . . . .
13
Paragraf Keempat
Pasal 13
Paragraf kelima
Pasal 14
(1) Sikap petugas dalam melaksanakan patroli menggunakan speed boat adalah :
a. mengemudi dengan sikap berwibawa, ramah, sopan, tanggap dan
peduli; dan
b. pandangan mata bebas dan menggunakan panca inderanya untuk
melihat, mengamati, mendengar, dan melakukan observasi terhadap
segala sesuatu yang berada di sekelilingnya.
BAB V . . . . .
15
BAB V
TAHAP PENGAKHIRAN
Pasal 15
Konsolidasi
(1) Konsolidasi dilakukan oleh para petugas pelaksana patroli dalam rangka
mengakhiri kegiatan dengan melakukan pengecekan kekuatan personel dan
peralatan.
(2) Dalam rangka konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apel
konsolidasi dilakukan oleh petugas yang paling tinggi pangkatnya dalam suatu
kelompok/unit patroli/pimpinan lapangan.
(3) Melaporkan kepada pusat pengendali tentang semua yang dilihat, didengar,
dan didapat selama patroli serta kondisi petugas.
BAB VI
Pasal 16
BAB VII . . . . .
16
BAB VII
Pasal 17
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 18
BAB IX
Pasal 19
Pasal 20
(1) Dalam tugas patroli, kendali taktis dan kendali teknis berada pada pimpinan
lapangan/pimpinan kesatuan.
(2) Setiap perkembangan eskalasi selama patroli, wajib dilaporkan secara lisan
dari petugas patroli kepada operator pengendali/atasannya.
(3) Ketua . . . . .
17
(3) Ketua tim patroli membuat laporan tertulis secara berjenjang tentang
pelaksanaan tugas patroli.
BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 21
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Pada saat peraturan ini mulai berlaku semua peraturan perundang–undangan yang
berkaitan dengan patroli dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan ini.
Pasal 23
Peraturan Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Desember 2011
Ttd
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BADAN PEMELIHARA KEAMANAN
PATROLI