Anda di halaman 1dari 4

Chikungunya adalah virus yang menyerang manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti atau Aedes albopictus. Nyamuk ini berperan sebagai perantara atau vektor
yaitu organisme yang membawa virus chikungunya di dalam tubuhnya tanpa terjangkiti.
Keduanya adalah jenis nyamuk sama yang menyebabkan demam berdarah.
Penyebab dan gejalanya yang serupa menyebabkan penyakit chikungunya
sering didiagnosis secara keliru sebagai penyakit demam berdarah.

Chikungunya biasanya terjadi di daerah yang mengalami curah hujan tinggi.


Kasus chikungunya telah teridentifikasi di sekitar 40 negara yang sebagian
besar berada di Asia dan Asia Tenggara, Afrika Barat dan Timur, serta di
sekitar Lautan Hindia.

Pengidap Chikungunya di Indonesia


Di Indonesia sendiri, chikungunya pertama kali tercatat mewabah pada
tahun 1973 di Samarinda, kemudian pada tahun 1982 di Jambi, dan di
Yogyakarta pada tahun 1983. Saat itu peristiwa wabah chikungunya
dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB.

Setelah kira-kira tidak ada kasus dalam jumlah signifikan selama 20 tahun
setelahnya, pada kurun waktu 2001-2002 chikungunya kembali mewabah
dengan jumlah kasus yang lebih tinggi. Kasus pada 2001 dilaporkan terjadi di
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Sulawesi Utara. Peristiwa ini membuat chikungunya diperkirakan dapat
diidentifikasi sebagai penyakit re-emerging (yaitu penyakit yang pernah
mewabah, lalu menghilang, dan mewabah kembali dalam periode tertentu)
dengan jenis virus yang telah bermutasi setelah 20 tahun.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2011 dari Departemen Kesehatan,
kepadatan populasi di Indonesia menyebabkan banyak tempat yang dapat
menjadi sarana nyamuk berkembang biak. Rendahnya kekebalan tubuh
masyarakat di sekitarnya membuat penyakit ini terus berkembang terutama
di musim penghujan.

Meski demikian, pada 2011 Departemen Kesehatan mencatat jumlah kasus


chikungunya sebanyak 2.998 kasus yang menurun dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya. Kasus-kasus ini banyak terjadi di beberapa tempat
berikut: DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera
Barat, Lampung, Banten, Bali, NTB, Gorontalo dan Sulawesi Barat.

Pada 2010, tercatat adanya 10 kasus wisatawan Australia yang teridentifikasi


mengidap chikungunya setelah bepergian ke Bali.
Kesimpulannya, chikungunya bisa tergolong penyakit yang jarang terjadi
tetapi patut diwaspadai karena berpotensi merenggut nyawa penderitanya.

Penyebab Utama: Gigitan Nyamuk


Virus chikungunya tidak bisa menyebar langsung dari satu orang ke orang
lainnya. Penyakit ini disebabkan virus yang menyebar melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti atauAedes albopictus. Virus chikungunya termasuk ke
dalam kelompok gen alfavirus dari famili Togaviridae yang banyak ditemukan
di negara-negara tropis.
Umumnya nyamuk-nyamuk ini menyerang di siang hari. Namun gigitan
dapat juga terjadi saat dini hari dan menjelang petang. Anda lebih rentan
terserang saat berada di luar rumah, meski nyamuk Aedes aegypti juga
dapat menyerang di dalam ruangan.
Demam Sebagai Gejala Utama
Setelah tergigit nyamuk yang membawa virus, gejala akan mulai terasa pada
3 hingga 12 hari setelahnya. Gejala-gejala awalnya menyerupai gejala-gejala
flu.
 Demam – berawal secara tiba-tiba; salah satu gejala utama
chikungunya
 Nyeri otot – keparahannya bisa sampai menghalangi penderita untuk
bergerak seperti biasanya; gejala ini bisa bertahan selama berminggu-
minggu dan merupakan gejala utama chikungunya
 Radang sendi, terjadi pada 80% kasus

 Menggigil

 Sakit kepala tak tertahankan


 Ruam atau bintik-bintik merah di sekujur tubuh
 Kelelahan

 Mual dan muntah


Gejala-gejala di atas bisa mereda setelah 3-5 hari, tetapi nyeri sendi
biasanya akan tetap terasa hingga beberapa bulan, bahkan bertahun-tahun.

Dalam beberapa kasus yang sangat terjadi, timbul komplikasi akibat


chikungunya seperti gangguan pada saraf, mata, jantung, dan saluran
pencernaan. Terutama pada orang lanjut usia, penyakit ini dapat
mengakibatkan kematian.

Tes untuk Mendiagnosis Chikungunya


Sampel darah milik pengidap sebaiknya diambil pada minggu pertama
setelah gejala mulai terasa. Sampel ini kemudian diuji dengan tes serologi
dan virologi (RT-PCR) di laboratorium. ELISA (enzyme-linked immunosorbent
assays) akan mengonfirmasi keberadaan antibodi yang mengindikasikan
infeksi chikungunya.
Pada minggu ketiga hingga kelima setelah gejala mulai terasa, antibodi jenis
IgM akan berada dalam kadar tertinggi dan akan tetap sama hingga dua
bulan. Bila pada pemeriksaan pertama hasilnya negatif, sebaiknya tes
diulang untuk mengonfirmasi ada atu tidaknya penyakit ini.

Cara Penanganan Chikungunya


Tidak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan chikungunya. Obat-
obatan pereda rasa sakit dan anti-peradangan hanya bertujuan meredakan
gejala. Di antaranya penurun demam dan analgesik untuk meredakan nyeri
otot dan rasa sakit yang lain. Pada beberapa penderita yang kekurangan
cairan misalnya akibat kehilangan nafsu makan dan malas minum, cairan
oralit atau infus bisa diberikan untuk mencegah dehidrasi

Mencegah Gigitan Nyamuk Penyebab Chikungunya


Belum ada vaksin yang dapat mencegah seseorang terinfeksi chikungunya,
melainkan pencegahan yang dilakukan berfokus pada mengurangi habitat
tempat nyamuk berkembang biak seperti:

 Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari: tangki air,


tempayan, bak mandi, ember

 Penampung air yang bukan untuk keperluan sehari-hari: vas bunga,


tempat pembuangan air kulkas atau AC, kaleng-kaleng bekas, tempat minum
hewan piaraan

 Penampung air alami: lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa

Perhatikan hal-hal berikut untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk di


sekitar tempat tinggal:

 Kuras bak mandi dan tempat air secara teratur

 Tutup rapat tempat-tempat air setelah digunakan

 Tempatkan wadah-wadah yang sedang tidak terpakai dalam posisi


tertelungkup

 Taburkan bubuk abate untuk membunuh jentik-jentik nyamuk pada


tempat-tempat air yang sulit dikuras. Ulangi 2-3 bulan sekali.

 Takaran penggunaan bubuk abate: 1 gram bubuk abate atau 1 sendok


makan untuk 10 liter air

 Singkirkan barang-barang tidak terpakai yang dapat menjadi sarang


nyamuk, terutama yang berada di luar rumah dan dapat menampung air
hujan

 Bersihkan vas bunga, akuarium dan tempat minum hewan piaraan


secara teratur setidaknya seminggu sekali

 Pastikan septic tanks tetap tertutup rapi dan tidak bocor


 Pastikan talang atap rumah Anda tidak menampung genangan air

 Pasang kasa anti-nyamuk pada jendela

 Hindari menggantung baju di tempat terbuka

Berikut ini adalah hal-hal yang disarankan untuk menghindarkan gigitan


nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus:
 Gunakan pakaian tertutup atau lotion anti-nyamuk jika sedang berada
di area dengan potensi banyak nyamuk seperti di kebun atau pasar
tradisional
 Sebaiknya kenakan pakaian dengan warna cerah. Nyamuk lebih
enggan menempel pada warna ini.

 Gunakan penyemprot atau obat anti-nyamuk elektrik di petang hari.


Namun hindari obat semprot jika ada bayi atau orang lanjut usia. Dalam
jangka panjang, gunakan obat nyamuk berbeda. Nyamuk lama kelamaan
akan menjadi kebal terhadap satu jenis obat semprot

 Minimalkan bau menyengat seperti parfum atau hairspray. Bau-bauan


ini bisa menarik nyamuk untuk hinggap
 Tempatkan tanaman lavender yang secara alami membuat nyamuk
enggan bertahan dalam ruangan

 Pengasapan/ fogging untuk membunuh nyamuk umumnya dilakukan


terutama jika chikungunya atau demam berdarah sudah mewabah di suatu
daerah. Pastikan pengasapan yang dilakukan di rumah atau tempat kerja
Anda sudah dijalankan dengan prosedur yang tepat sesuai dengan daur
hidup nyamuk.

Anda mungkin juga menyukai