Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN STRATEGIS

“ACTIVITY BASED COSTING AND CUSTOMER


PROFITABILITY ANALYSIS”

Disusun oleh :

1. Diana Putri C (62201114004)


2. Muhamad Ilham F (62201114025)
3. RekaApriani (62201114017)

UNIVERSITAS NURTANIO BANDUNG


Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Bandung
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat, rahmat dan hidayahNya, sehingga kami diberikan kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Activity Based Costing
and Customer Profitability Analysis”.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Akuntansi Manajemen Strategis. Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan
dapat memberikan informasi kepada berbagai pihak yang membutuhkan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik ataupun masukan yang membangun demi
kesempurnaan pembuatan makalah ini untuk masa yang akan datang dan lebih
bermanfaat bagi pembaca.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II Pembahasan ..................................................................................... 3


2.1. Activity Based Costing………………….............................................. 3
2.2. Customer Profitabillity…....................................................................... 4
2.3. Kasus Allied Office Products…………………..................................... 10

BAB III Kesimpulan .................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bab ini menjelaskan hubungan penerapan observasi dalam mananajemen


biaya. Mengapa? Karena dengan memiliki biaya yang akurat perusahaan dapat
menentukan produk yang menguntungkan. Informasi biaya yang akurat
memberikan keunggulan kompetitif. Ini membantu perusahaan atau organisasi
untuk mengembangkan dan melaksanakan strategi dengan memberikan informasi
yang akurat tentang biaya produk dan layanan, biaya melayani pelanggan, biaya
berurusan dengan pemasok, dan biaya penunjang proses bisnis dalam perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan pembuatan makalah ini, penyusun berusaha memahami dan


menyajikan data yang berhubungan dengan “Activity Based Costing And
Customer Profitabillity Analyis”. Oleh karena itu, penyusun mencoba
merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Activity Based Costing?


2. Apa yang dimaksud dengan Customer Profitabillity Analyis?

1.3. Tujuan

Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memperoleh


pengetahuan tentang “Activity Based Costing And Customer Profitabillity
Analyis”.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Activity Based Costing (ABC)

2.1.1. Definisi Activity Based Costing (ABC)

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:25) Activity-Based Costing


adalah: “Metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya
pemakaian sumber daya dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti
produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk
mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terikat dengan proses dan objek
biaya”.
Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry (2004:496) Activity-Based
Costing adalah: “Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan
biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar
yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume
(non-volume-related factor)”.
Pengertian ABC (Activity Based Cost) sistem dalam Mulyadi (2003:25)
merupakan: “sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang
aktivitas untuk memungkinkan personil perusahaan melakukan pengelolaan
terhadap aktivitas”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Activity


Based Costing adalah pendekatan biaya yang memberikan sumber daya untuk
biaya objek seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan kegiatan yang
dilakukan untuk objek biaya. Premis pendekatan biaya ini adalah produk atau
jasa perusahaan, hasil kegiatan dan sumber daya yang dikenakan biaya kegiatan
digunakan. Biaya sumber daya yang ditugaskan untuk kegiatan berdasarkan
kegiatan yang menggunakan atau mengkonsumsi sumber daya, dan biaya
kegiatan yang ditugaskan untuk biaya objek berdasarkan kegiatan dilakukan

2
untuk objek biaya (driver konsumsi aktivitas). ABC mengakui kausal atau
hubungan langsung antara biaya sumber daya, biaya driver, kegiatan, dan objek
biaya untuk menentukan biaya kegiatan dan kemudian ke objek biaya. ABC
memberikan biaya overhead pabrik untuk biaya objek seperti produk atau jasa
dengan mengidentifikasi sumber daya dan kegiatan serta biaya dan jumlah yang
dibutuhkan untuk menghasilkan output.

2.1.2. Manfaat Activity Based Costing System

1) ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informative, yang
menuju pada pengukuran kemampuan perolehan laba atas produk yang
lebih akurat dan keputusan-keputusan strategis yang diinformasikan
dengan lebih baik mengenai harga jual, lini produk, pasar pelanggan dan
pengeluaran modal.

2) ABC memberikan pengukuran yang lebih akurat atas biaya-biaya


pemacu aktivitas, yang membantu manajer memperbaiki produk dan
proses menilai dengan membuat keputusan desain produk yang lebih
baik, pengendalian biaya yang lebih baik dan membantu mempertinggi
berbagai nilai objek.

3) ABC membantu manajer lebih mudah mengakses informasi tentang


biaya-biaya yang relevan dalam membuat keputusan bisnis.

2.1.3. Keterbatasan Activity Based Cost System

1) Pengalokasian

Sekalipun data aktivitas tersedia, banyak biaya-biaya mungkin perlu


dialokasikan dan produk-produk yang didasarkan pada ukuran volume
berubah-ubah karena secara praktis tidak dapat ditemukan suatu
aktivitas khusus yang menyebabkan timbulnya biaya-biaya tidak
menjadi mudah.

2) Biaya-biaya yang diabaikan

Banyak biaya produk-produk khusus yang dihilangkan dari

3
analisis.Aktivitas-aktivitas tersebut menyebabkan biaya-biaya seperti
pemasaran, periklanan, riset dan pengembangan, teknik produk dan
klaim jaminan.

3) Biaya dan waktu yang digunakan

System ABC sangat mahal untuk dikembangkan dan


diterapkan.Hal ini juga sangat memakan waktu.Seperti kebanyakan
manajemen inovasi atau sistm akuntansi, seringkali memerlukan lebih
dari setahun untuk mengembangkan dan melaksanakan ABC dengan
berhasil.

2.1.4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Activity Based Costing (ABC)

Sebuah sistem yang ada tidak selalu memberikan nilai positif bagi sebuah
perusahaan yang menggunakannya tetapi ternyata dapat juga memberikan nilai
negatif bagi perusahaan. Sistem Activity Based Costing ternyata memiliki juga
kelemahan yang harus diperhitungkan pula oleh perusahaan yang
menggunakannya.

1. Kelebihan dari sistem ABC


a. Dapat mengatasi diversitas volume dan produk sehingga pelaporan
biaya produknya lebih akurat.
b. Mengidentivikasi biaya overhead dengan kegiatan yang
menimbulkan biaya tersebut.
c. Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi
aktivitas yang tidak bernilai tambah.
d. Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan
pengambilan keputusan.
2. Kelemahan dari sistem ABC
a. Mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara
berfikir mereka mengenai biaya, yang pada awalnya sulit bagi
manajer untuk memahami ABC.

4
b. Tidak menunjukkan biaya yang akan dihindari dengan
menghentikan memproduksi lebih sedikit produk.
c. Memerlukan upaya pengumpulan data yang diperlukan guna
keperluan persyaratan laporan keuangan.
d. Implementasi sistem ABC belum dikenal dengan baik sehingga
prosentase penolakan terhadap sistem ini cukup besar.

2.2. Pengertian Customer ProfitabilityAnalysis

2.2.1 Definisi Customer Profitability Analysis

1) Horngen et al. (2003: 475) mendefinisikan Customer Profitability Analysis


adalah analisis dan pelaporan pendapatan yang diperoleh dari pelanggan
dan biaya–biaya yang terjadi untuk memperoleh pendapatantersebut.
2) Hilton et al. (2003: 159) mendefinisikan Customer Profitability Analysis
adalah pendekatan manajemen biaya yang mengindentifikasikan biaya dan
manfaat dari pelayanan kepada pelanggan atau kelompok pelanggan
tertentu untuk meningkatkan profitabilitas organisasi (perusahaan) secara
keseluruhan.

Profitabilitas dalam penelitian ini tidak diartikan sebagai kemampuan


perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan,
namun lebih diartikan sebagai selisih antara laba kotor dengan biaya pelayanan
pelanggan.

2.2.2 Pentingnya Customer ProfitabilityAnalysis

Customer Profitability Analysis saat ini menghadirkan suatu arah yang


penting untuk akuntansi manajemen. Customer Profitability Analysis
menyediakan manajemen dengan cara menganalisis penjualan ke pelanggan untuk
menentukan apakah perusahaan secara keseluruhan menguntungkan dalam
penjualan dengan pelanggan tertentu. Perusahaan menggunakan data profitabilitas
pelanggan untuk memahami kontribusi laba dari hubungan pelanggan, dalam

5
menandingkan biaya jasa yang meningkat dengan manfaat (Hansen dan Mowen,
1999: 176).

Connolly dan Ashworth (1994: 34) menyebutkan bahwa banyak organisasi


menyatakan memusatkan diri pada pelanggan dan mengenali tingkat pemakaian
sumber daya oleh pelanggan, tetapi yang bertentangan bahwa angka dan jumlah
(biaya pelayanan pelanggan) tidak diukur dan dilaporkan. Hal ini
mengakibatkanperusahaan tidak memahami hubungan angka dan jumlah biaya
pelayanan pelanggan dengan akun laba kontribusi pelanggan. Hal ini benar ketika
semua biaya relevan pemakaian sumber daya perusahaan oleh pelanggan
diperhitungkan. Perusahaan yang tidak waspada, dapat menerima akibat yaitu
kerugian bagi perusahaan itu sendiri.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan Customer


Profitability Analysis adalah sebagai berikut (Cannolly dan Ashworth, 1994):

1) Seperangkat strategi petunjuk bagi perusahaan dengan cara


memusatkan padapelanggan.
2) Mengidentifikasi konflik yang potensial pada tahap awal dan
kemudian membantu memecahkan mereka sebelum sampai ke masa–
masagawat.
3) Meyakinkan bahwa sumber alokasi yang langka antara pelanggan
menghasilkan pendapatan yangmaksimum.
4) Memusatkan dan mengidentifikasi penurunan biaya
melaluibenchmarkinginternal dan eksternal.
5) Membuat perhitungan total investasi dan keputusan harga dan
membantu dalam negosiasi denganpelanggan.
6) Memonitor dan mengendalikan laba terus menerus dan kesejahteraan
perusahaan.

Grey (2003) menyebutkan bahwa Customer Profitability Analysis dapat


digunakan untuk pengukuran laba dan rugi dari suatu produk, merek, dan juga
salurannya, satu langkah lebih maju. Ia juga menjelaskan Customer Profitability

6
Analysis adalah alat strategis penting yang berpotensi membangkitkan energy
penyalur untuk mulai memikirkan profitabilitas, pelanggan, dan proses bisnisnya.
Pendekatan analisis biaya pelanggan menggali lebih dalam tingkatan pendapatan
(top line revenue), menganalisis margin, dan dimensi biaya pelayanan (cost to
serve) untuk membuka asal usul kontribusi laba pada perusahaan. Dengan cara
ini, Customer Profitability Analysis dapat membangkitkan perusahaan dan
penyalur untuk mengukur pelanggan individu, segmen tertentu, profitabilitas
pasar, dan keluar dari pengukuran biaya dengan rata–rata yang terkadang tidak
jelas atau kabur menjadi jelas sehingga diperoleh pemahaman yang berarti.

Berdasarkan uraian diatas maka terdapat tiga alasan utama suatu


perusahaan perlu melakukan Customer Profitability Analysis, yaitu:

1. Customer Profitability Analysis memberikan informasi yang lebih akurat


dengan menganalisis secara detil pendapatan dan biaya pelayanan masing–
masing pelanggan serta keterkaitan antara laba operasi perusahaan dengan
pelanggannya.
2. Banyak perusahaan yang mulai berusaha memfokuskan diri pada
pelanggannya tetapi tidak mencatat dan memahami hubungan antara angka
dan jumlah biaya pelayanan pelanggan.
3. Customer Profitability Analysis adalah alat strategis yang penting yang
berpotensi membangkitkan energi perusahaan dan penyalur untuk mulai
memikirkan profitabilitas, biaya, pelanggan, dan prosesbisnisnya.

Cotton (dikutip dalam Sunarni, 2006:76) menyebutkan dengan mengetahui


kontribusi setiap customer atau kelompok customer terhadap laba
perusahaan,maka diharapkan dengan analisa ini perusahaan akan mampu untuk
melakukan beberapa hal berikut ini:

1. Melindungi dan mengembangkan perusahaan dengan memfokuskan pada


kelompok profitablecustomer
2. Meninjau kembali penetapan harga bagi produk atau jasa yang dihasilkan
dengan mendasarkan biaya untuk melayani setiap kelompokcustomer.

7
3. Mengembangkan business dengan menggunakan biaya yang rendah untuk
melayani customer atau kelompokcustomer
4. Menentukan customer atau kelompok customer yang tidak
menguntungkan untuk diberikanpesaing
5. Mampu mendapatkan customer atau kelompok customer yang
menguntungkan dari para pihak pesaing.

Harvey (2005) mengatakan bahwa dengan melakukan analisa


profitabilitascustomer, perusahaan akan mampu melakukan hal–hal berikut ini:

1. Memutuskan dengan tepat penggunaan sumber–sumber ekonomi


perusahaan yang terbatas dengan sebaik-baiknya untuk
kepentingancustomer
2. Mengubah kebiasaan atau perilaku customer dalam melakukan pembelian
atau mengubah kebiasaan perusahaan dalam melakukan transaksi
penjualan agar lebihmenguntungkan.
3. Mampu mengarahkan akivitas pemasaran dan kekuatan tenaga penjual
dengan tepat pada target pasar yang menguntungkan bagi paraperusahaan.
4. Mampu melakukan negosiasi harga dan potongan harga bagi setiap
customer dengan lebih baik, berbeda-beda tergantung pada kontribusi
customer pada profitabilitasperusahaan.

2.2.3. Penerapan Customer ProfitabilityAnalysis

Ada berbagai macam metode yang digunakan untuk menerapkan


Customer Profitability Analysis, antara lain:

Customer Profitability Analysis menurut Supriyono (1987 :229). Untuk


memperoleh laba yang optimal dari pelanggan, suatu perusahaan perlu
mengetahui besarnya biaya yang telah dikeluarkan untuk melayani pelanggannya.
Biaya–biaya tersebut berupa biaya pemasaran baik biaya pemasaran langsung
maupun tidak langsung.

8
Biaya pemasaran ini mengurangi laba kotor yang diperoleh perusahaan
sehingga laba yang diterima menjadi kecil. Analisa laba pelanggan dapat
dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pelanggan sesuai dengan analisis pelanggan yang


dikehendaki.
2. Menentukan besarnya penghasilan penjualan untuk setiappelanggan.
3. Menentukan besarnya harga pokok penjualan untuk setiap pelanggan
sesuai konsep yang digunakan.
4. Menghitung laba kotor atas penjualan atau batas kontribusi kotor setiap
pelanggan.
5. Menentukan besarnya biaya pemasaran langsung untuk setiappelanggan.
6. Menghitung laba pelanggan atau kontribusi setiap pelanggan sebelum
diperhitungkan biaya pemasaran tidak langsung dan biaya administrasidan
umum
7. Menghitung biaya pemasaran tidak langsung dan biaya administrasi dan
umum
8. Menghitung lababersih

Setiap customer membutuhkan penanganan yang berbeda – beda dari pihak


manajemen. Masing – masing kategori dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Potential
Daerah ini menunjukkan pendapatan yang rendah namun
prosentase kemampuan menghasilkan laba pelanggan tinggi. Untuk
pelanggan dalam kategori ini, perusahaan harus meningkatkan usaha
penjualan yang diikuti oleh aktivitas pelayanan yang lebih baik.
2. Winners
Daerah ini menunjukkan pendapatan yang tinggi disertai
prosentase kemampuan menghasilkan laba pelanggan yang tinggi pula.
Untuk pelanggan dalam kategori ini, perusahaan harus mempertahankan
usaha penjualan dan aktivitas pelayanan yang telah diberikan.

9
3. Losers
Daerah ini menunjukkan pendapatan yang rendah dan diikuti
dengan prosentase kemampuan menghasilkan laba pelanggan yang rendah.
Untuk pelanggan dalam kategori ini perusahaan harus membatasi aktivitas
pelayanan tambahan untuk menekan biaya yang ditimbulkan dari hal
tersebut. Selain itu pihak manajemen perlu memusatkan perhatian untuk
meningkatkan nilai penjualan bagi pelanggan dalam kategori ini.
4. Problems
Daerah ini menunjukkan pendapatan yang tinggi tetapi prosentase
kemampuan menghasilkan laba pelanggan rendah. Untuk pelayanan dalam
kategori ini perusahaan harus mencari penyebab rendahnya kontribusi laba
dari pelanggan ini meskipun nilai pembeliannya tergolong besar.

Kelebihan dari analisis ini setelah perhitungan, laba bersih masing–


masing customer dapat dikelompokkan dalam 4 kategori sehingga perusahaan
dapat mengetahui customer mana yang potensial dalam meningkatkan laba
perusahaan. Sedangkan kelemahan dari analisis ini, sulitnya mengelompokkan
customer ke dalam setiap kategori yang ada, karena muncul banyak metode dalam
pengelompokkancustomer.

Customer Profitability Analysis menurut Wiwik Sunarni (2006:76)

Penerapan Customer Profitability Analysis sebagai upaya untuk


mengetahui tingkat profitabilitas setiap customer atau kelompok customer dapat
dilakukan melalui 6 tahap berikut :

1) Mengidentifikasi dan mendefinisikan kelompok customer atau customer


berdasarkan kebutuhan perusahaan. Pengelompokkan kosumen dapat
dilakukan berdasarkan kelompok umur, gender, jumlah unit perorder,
frekuensi pemesanan per periode, profesi, jenis usaha, tempat tinggal dan
seterusnya.

10
2) Mengidentifikasi faktor–faktor yang menyebabkan adanya perbedaan
perlakuan ataupun fasilitas yang digunakan dalam melayani setiap
kelompokcustomer.
3) Menganalisa cara yang telah digunakan perusahaan untuk melayani
kelompok customer secaraberbeda.
4) Mengidentifikasi sumber–sumber ekonomi perusahaan yang telah
digunakan untuk melayani setiap kelompok customer. Sumber ekonomi
dapat berupa karyawan, alat transportasi, gudang, kegiatan administrasi
dan lain sebagainya. Kebanyakan sumber ekonomi perusahaan digunakan
secara bersama bagi pelayanancustomer.
5) Menentukan cara atau metode yang dapat digunakan untuk
mendistribusikan nilai atau harga semua sumber ekonomi perusahaan ke
setiap kelompok customer, karena sumber ekonomi perusahaan digunakan
secara bersama, maka perlu dialokasikan setiap customer untuk dapat
diketahui jumlah sumber ekonomi yang dibutuhkan bagi pelayanan setiap
customer untuk dapat diketahui jumlah sumber ekonomi yang dibutuhkan
bagi pelayanan setiap customer. Agar alokasi sumber ekonomi ke setiap
customer dilakukan secara akurat, maka dasar aktivitas atau yang lebih
dikenal dengan activity Based Costing (ABC) merupakan cara yang paling
tepat.
6) Mempertemukan hasil penjualan setiap kelompok customer dengan biaya
yang dibutuhkan untuk melayaninya untuk menentukan besarnya laba
setiapkelompokcustomer.

Biaya merupakan cerminan nilai dari sumber ekonomi perusahaan yang


dikonsumsi oleh setiap kelompok customer. Tingkat profitabilitas dapat di lihat
dari jumlah laba setiapkelompok customer atau dengan rasio antara laba dengan
jumlah penjualanan per kelompok.

Tingkat profitabilitas setiap customer dapat dilihat dari jumlah laba setiap
kelompok customer atau dengan rasio antara laba dengan jumlah penjualan per
kelompok pelanggan.

11
Secara garis besar masing– masing metode memiliki persamaan dalam
menganalisis kelompok pelanggan, pendapatan yang diperoleh, dan laba yang
diperhitungkan. Perbedaan dari masing – masing metode ada pada komponen biaya.
Penulis merangkum langkah– langkah yang akan digunakan dalam menerapkan Customer
Profitability Analysis pada penelitian ini. Langkah–langkah tersebut antara lain :

1) Mengindentifikasi dan mengelompokkan pelanggan berdasarkan daya


tersambung.
2) Menganalisa cara perusahaan dalam melayani setiap kelompokpelanggan.
3) Mengindentifikasi pendapatan, BPP, subsidi, dan menghitung laba kotor
setiap golongan tarif pada kelompok pelangganbisnis.
4) Mengalokasikan biaya tidak langsung ke kelompok pelangganbisnis.
5) Menyusun Customer Profitability AnalysisReport
6) Menentukan ranking berdasarkan profitabilitastertinggi

2.3. Kasus Allied Office Product

Kasus Allied Office Products Allied Office Product adalah sebuah


perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dalam pembuatan segala macam
jenis kertas dan form seperti amplop, kertas tulis, kartu ucapan, dan kartu pesan.
Pada tahun 1988, Allied Product Company memperluas bisnis mereka dalam
bidang layanan manajemen persediaan. Allied berkeyakinan bahwa bisnis layanan
manajemen persediaan ini akan mendatangkan nilai tambah dan terbilang unik
dibandingkan dengan para perusahaan pesaingnya. Allied juga memulai program
yang dinamakan Total Form Control (TFC), dimana program ini menyediakan
berbagai layanan seperti layanan yang berkaitan dengan pergudangan dan
distribusi form (termasuk pendanaan persediaan), serta pengendalian persediaan
dan pelaporan penggunaan form. Allied menggunakan jaringan sistem komputer
yang canggih utnuk memonitor persediaan milik pelanggannya, penggunaa form,
dan aktivitas pemesanan. Mereka menyediakan informasi-informasi berkaitan
dengan hal tersebut dalam bentuk yang sederhana dan mudah untuk dibaca oleh
pihak manajemen pelanggan. Layanan distribusi Allied terdiri dari layanan Pick
Pack dan Desk Top Delivery. Return on investment TFC mengalami penurunan

12
yang mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dikelola dengan baik. Hal ini
berkaitan dengan biaya yang seharusnya dikenakan terhadap klien. Tidak fair
ketika dua klien membeli produk dalam jumlah yang sama, tetapi salah satu
menyimpan inventori lebih lama dan menginginkan pengiriman secara bertahap.
Seharusnya klien dibebankan biaya yang sesuai. Masalah yang dihadapi oleh
Allied adalah :

1) Customer Profitability”. Tidak semua pelanggan menguntungkan tetapi


dengan bantuan ABC dapat diketahui pelanggan mana yang
menguntungkan.
2) Penetapan Harga. Biaya yang dikenakan terhadap servis layanan
membutuhkan perhatian lebih agar tercipta biaya yang fair antara klien
yang menggunakan fasilitas yang berbeda.

Perhitungan Biaya Layanan Distribusi untuk Pelanggan A dan B dengan


Sistem Perhitungan Biaya Baru Pelanggan A Pelanggan B.

Pelanggan A Pelanggan B
Storage charge $1,550.5 Stronge charge $3,101
($4.43 x 350 cartons) ($4.43 x 700 cartons)
Requisition handling $2,114.84 Requisition handling $4,589.9
($5.81 x 364 ($5.81 x 790
requisition) requisition)
Basic warehouse stock $828.1 Basic warehouse stock $2,275
($0,91 x 910 lines) ($0,91 x 2500 lines)
Data entry $718.9 Data entry $1,975
($0.79 x 910 lines) ($0.79 x 2500 lines)
Charge “picik pack” $955.5 Charge “picik pack” $2,625
($1.05 x 910 lines) ($1.05 x 2500 lines)
Freight charge $2.250 Charge “desk top” $764,66
($29.41 x 26 desktop)
Cost of investory $1,950 Freight charge $7,500

13
(13% x $15.000)
Total $10,367.84 Cost of inventory $6,500
(13% x $50.000)
Total $29,
330.56

Kesimpulan Mengenai Profitabilitas Dua Pelanggan Profitabilitas kedua


pelanggan yang telah diukur dengan metode ABC telah memberikan gambaran
bagi perusahaan tentang kedua pelanggan yang mempunyai angka profitabilitas
berbeda. Pelanggan A memberikan biaya yang lebih sedikit kepada perusahaan
karena mereka tidak terlalu banyak membebankan layanan, seperti penyimpanan
inventori, pengiriman langsung ke meja dll. Sedangkan, pelanggan B lebih banyak
membebani perusahaan dengan aktivitas-aktivitas tambahan seperti itu. Oleh
karena itu, perlu ada pembenahan terhadap sistem TFC, karena ketika
dilaksanakan berdasarkan prinsip ABC, maka seharusnya customer B
memberikan pendapatan yang lebih besar kepada perusahaan, karena pelangganr
B menggunakan banyak jasa perusahaan. Ketergantungan pelanggan B begitu
tinggi terhadap perusahaan, dikarenakan lebih banyak memanfaatkan fitur
perusahaan daripada pelanggan A yang selama ini berperan sebagai pembeli biasa
yang tidak terlalu merepotkan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan Allied bisa
mempertahankan pelanggan B dan pelanggan A sekaligus dengan prinsip ABC,
karena aktivitas yang mereka bebankan ke perusahaan berbeda, dan pendapatan
yang diterima oleh perusahaan seharusnya berbeda pula. 3.4 Keputusan
Implementasi Sistem Penetapan Harga SBP Menurut kelompok kami, divisi TFC
patut untuk mengimplementasikan Service based Pricing di dalam kegiatan
operasinya. Penerapan SBP akan membantu manajemen untuk membebankan
biaya kepada konsumen sesuai pelayanan yang didapatkan konsumen tersebut.
Tidak adil ketika dua klien membeli produk dalam jumlah yang sama, tetapi salah
satu menyimpan inventori lebih lama dan menginginkan pengiriman secara

14
bertahap. Seharusnya klien dibebankan biaya yang sesuai. SBP membantu
perusahaan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dengan menciptakan
charges for services yang tidak ditawarkan oleh cost based system. Ketika ROI
perusahaan menurun dalam beberapa waktu terakhir, SBP memberikan
kesempatan untuk menciptakan sistem pembiayaan yang memberikan
pertumbuhan pendapatan yang lebih stabil. Namun mungkin sistem SBP ini tidak
menjamin bahwa profitabilitas TFC akan meningkat, dengan bantuan ABC system
(yang berguna untuk mengetahui pelanggan yang menguntungkan dan yang
tidak), SBP akan memberikan kontribusi yang besar terhadap net sales dari divisi
TFC. 3.5 Saran Manajerial untuk Allied Mengenai Bisnis TFC Manajemen
memiliki beberapa aspek menguntungkan dalam operasi mereka dalam
menjalankan bisnis mereka seperti memiliki proporsi yang lebih besar dari pusat
distribusi dan layanan yang diberikan. Namun, mereka kurang dalam pelayanan
kepada klien mereka.

Oleh karena itu perbaikan harus dilakukan agar dapat beroperasi secara
adil kepada semua klien dalam bisnis mereka. Sebagai manajer, adalah tugasnya
untuk mengawasi dan memberikan saran pada setiap perubahan yang harus
dilakukan untuk meningkatkan bisnis dan membawanya ke pandangan positif
terhadap perusahaan. Adapun beberapa poin saran yang dapat ditambahkan
sebagai berikut:

1. Penyesuaian pengelolaan kawasan dengan tingkat pelayanan. Alasannya


adalah karena meskipun rekening nasabah A dan B keduanya membuat
penjualan tahunan $79.320 dengan biaya produk menjadi $50.000, sistem
saat ini dikenakan biaya layanan yang sama. Meskipun account tersebut
adalah sama hanya dalam produk yang dijual, mereka berbeda dalam
tingkat layanan yang diperlukan oleh Sekutu.

2. Layanan dan maintenance‟ harus sama dengan semua klien, baik kecil

atau besar.

15
3. Biaya harus dikenakan untuk penggunaan pusat distribusi di setiap layanan
yang diberikan pada klien. Dari tampilan 1 (The Value Chain Concept-
TFC), bagian yang memberikan kontribusi lebih kepada TFC hanya Stock
Selection & Pick Pack dan Desk Top Delivery. Dengan demikian,
diharapkan bahwa aktivitas-aktivitas yang lain seperti Storage & Inventory
financing, Freight dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar
terhadap pelanggan. TFC harus menetapkan harga pada klien sesuai
dengan servis yang mereka manfaatkan. Sebaiknya TFC menggunakan
sistem “cost plus pricing strategy”. Hal ini mengimplementasikan bahwa
klien harus dibebani harga sesuai dengan servis yang dikenakan ditambah
dengan sejumlah mark-up. Dengan demikian akan dikenakan harga yang
fair bagi klien.

16
BAB III

KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Metode manajemen biaya yang canggih seperti Activity Based Costing


(ABC) banyak diterapkan pada perusahaan – perusahaan dunia. ABC membantu
perusahaan mengurangi distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan harga
pokok tradisional, sehingga dengan ABC dapat diperoleh biaya produk yang lebih
akurat. ABC menyediakan pandangan yang jelas bagaimana perusahaan
membedakan produk, jasa dan aktivitas yang memberikan kontribusi dalam
jangka panjang.

Sedangkan CPA sangat penting bagi perusahaan, karena dapat dihitung


revenue (pendapatan) yang dilakukan oleh seorang customer sepanjang dia
menjadi pelanggan produk perusahaan itu. Kemudian estimasi revenue ini
dibandingkan dengan biaya akuisisi dan juga biaya pemeliharaan supaya
pelanggan loyal. Namun jika lebih rendah, maka pelanggan itu tidak memberikan
sumbangan lebih bagi perusahaan. Keuntungan yang didapat oleh sebuah
perusahaan tidak hanya dapat dilihat melalui angka-angka keuntungan yang di
dapat. CPA juga dapat digunakan untuk menentukan bagaimana pengalokasian
sumber daya yang dimiliki perusahaan kepada tiap-tiap pelanggan, sehingga
perusahaan dapat tau apakah pengalokasian tersebut efektif melalui profit yang
dihasilkan oleh masing-masing pelanggannya.

17

Anda mungkin juga menyukai