Anda di halaman 1dari 26

MATA KULIAH : Kegawadaruratan

NAMA DOSEN : Ns. Andre Horhoruw, S.Kep, M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


SPINAL SYOK

OLEH
KELOMPOK V :

ALVIAN SAIYA ROSDIANA LATUNUSSA


EDWIN B TEHUPURING SUSYE MAITALE
MARYON NINKEULA VALENCIA D PATTIPEILOHY
MOHAMMAD FAJAR YOYO C LIPTIAY

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA
AMBON
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat,serta penyertaan-Nya, sehingga tugas makalah kami yang berjudul ``ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPINAL SYOK`` ini dapat kami selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.

Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan tugas makalah ini. Maka kami berharap
adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata, semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.

Ambon, 23 November 2017

Kelompok V

2|ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPINAL


SYOK
DAFTAR ISI
Halaman judul........................................................................................................................1
Kata pengantar........................................................................................................................2
Daftar isi.................................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3.Tujuan Penulisan...............................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
2.1.Pengertian Spinal Syok.....................................................................................................6
2.2.Etiologi Spinal Syok.........................................................................................................7
2.3.Tanda Dana GejalaSpinal Syok.......................................................................................7
2.4.PatofisiologiSpinal Syok..................................................................................................8
2.5.KomplikasiSpinal Syok....................................................................................................8
2.6.Pemeriksaan Spinal Syok..................................................................................................9
2.7.PenatalaksanaanSpinal Syok............................................................................................9
2.8.AlogoritmaSpinal Syok...................................................................................................11
B.Konsep Medis
3.1 PengkajianSpinal Syok................................................................................................... 15
3.2 Diagnosa Keperawatan Selulitis.......................................................................................17
3.3 Intervensi KeperawatanSelulitis......................................................................................18
3.4 Implementasi Keperawatan Selulitis................................................................................24
3.5 Evaluasi KeperawatanSelulitis........................................................................................24
BAB III : PENUTUP
4.1.Kesimpulan.......................................................................................................................25
4.2.Saran.................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26

3|ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPINAL


SYOK
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Syok adalah suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang


menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan.
(Rupii, 2005). Syok merupakan Keadaan kritis akibat kegagalan sistem
sirkulasi dalam mencukupi nutrien dan oksigen baik dari segi pasokan &
pemakaian untuk metabolisme selular jaringan tubuh sehingga terjadi defisiensi
akut oksigen akut di tingkat sekuler.(Tash Ervien S, 2005)

Ada beberapa jenis syok yang akan dibahas yaitu : Syok Hipovolemik,
Syok Kardiogenik,Syok Distributif yang terdiri dari : Syok septic, Syok
Neurogenik, dan Syok Anapilaktik, dan Syok Obstruksi. Dalam makalah ini
penulis membahas secara lebih detail tentang syok neurogenik beserta asuhan
keperawatan pada syok neurogenik.

Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance
vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini
diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera
spinal, atau anestesi umum yang dalam.
Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat
kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran toinus
simpatik menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari respon
syok umum (Linda, 2008).
1.2.Rumusan Masalah
1.1.Bagaimana konsep dasar dari syok neurogenik?
1.2.Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan syok neurogenik?
1.3.Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum

4|ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPINAL


SYOK
Untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen fasilitator, serta
mengetahui bagaimana konsep dasar Syok Neurogenik serta bagaimana
Asuhan Keperawatannya.
b. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami bagaimana konsep dasar dari syok neurogenik?
b. Mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
dengan syok neurogenik?

5|ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPINAL


SYOK
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
2.1.Definisi
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital tubuh. Seseorang
dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan zat gizi ke
sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian sel
yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita
(Boswick, 1997)
Syok sulit didefinisikan, hal ini berhubungan dengan sindrom klinik yang
dinamis yang ditandai dengan perubahan sirkulasi volume darah yang
menyebabkan ketidaksadaran dan memyebabkan kematian (Skeet,1995). Shock
tidak terjadi dalam waktu lebih lama dengan tanda klinis penurunan tekanan
darah, dingin, kulit pucat, penurunan cardiac output , ini semua tergantung dari
penyebab shock itu sendiri.
Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance
vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini
diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera
spinal, atau anestesi umum yang dalam.
Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat
kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran tonus
simpatik menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari respon
syok umum (Linda, 2008).
Syok Neurogenik (depresi pusat vasomotor). Syok neurogenik, juga
diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat dari kehilangan tonus vasomotor
yang mengakibatkan dilatasi vena dan arteriol umum. Syok ini menimbulkan
hipotensi , dengan penumpukan darah pada pembuluh penyimpanan atau

6|ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPINAL


SYOK
penampung dan kapiler organ splanknik. Tonus vasomotor dikendalikan dan
dimediasi oleh pusat vasomotor di medulla dan serat simpatis yang meluas
kemedula spinalis sampai pembuluh darah perifer secara berurutan.
Karenanya,kondisi apa pun yang menekan fungsi medulla atau integritas
medulla spinalis serta persarafan dapat mencetuskan syok neurogenik. Salah
satu contohnya adalah kondisi cedera kepala yang secara langsung dan tidak
langsung berefek negative pada area medulla batang otak. Cedera langsung
akibat edema serebral, dengan peningkatan tekanan intracranial yang menyertai
trauma kepala atau iskemia otak. Contoh lain yang dapat menimbulkan syok
neurogenik karena depresi batang otak medulla adalah anesthesia umum dan
takar lajak (overdose) obat, khususnya barbiturate, opium, dan tranquilizer.
Episode sinkope atau pingsan dipertimbangkan menjadi bentuk syok
neurogenik ringanyang relative sementara (Tambayong, 2000).

2.2.Etiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan susunan saraf simpatis, yang
menyebabkan dilatasi arteriola dan kenaikan kapasitas vakular. Tekanan darah
sistolik biasanya akan turun hingga dibawah 80-90 mm Hg walaupun curah
jantung normal atau meningkat. Pingsan yang biasa merupakan contoh syok
neurogenik sementara. Kerusakan medula spinalis servikalis merupakan sebab
tersering syok neurogenik traumatik. (Boswick, 1997).
Syok neurogenik disebabkan oleh kerusakan alur simpatik di spinal cord.
Alur system saraf simpatik keluar dari torakal vertebrae pada daerah T6.
Kondisi pasien dengan syok neurogenik : Nadi normal, tekanan darah rendah ,
keadaan kulit hangat, normal, lembab. Kerusakan alur simpatik dapat
menyebabkan perubahan fungsi autonom normal (elaine cole, 2009):

2.3.Manifestasi Klinis
Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat, dan bukan
dingin, lembab seperti yang terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya
adalah bradikardia dan bukan takikardia seperti yang terjadi pada bentuk syok
lainnya (Smeltzer & Brenda 2013). Gangguan neurologis akibat syok

7|ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPINAL


SYOK
neurogenik dapat meliputi paralisis flasid, reflex ekstremitas hilang dan
priapismus (Leksana, 2015).
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik
terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat
lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis
berupa quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah
pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya
pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak
hangat dan cepat berwarna kemerahan.

2.4.Patofisiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh cedera pada medulla spinalis yang
menyebabkan gangguan aliran keluar otonom simpatis. Sinyal-sinyal tersebut
berasal dari kornu grisea lateralis medulla spinalis antara T1 dan L2.
Konsekuensi penurunan tonus adrenergic adalah ketidakmampuan
meningkatkan kerja inotopik jantung secara tepat dan konstriksi buruk
vaskularisasi perifer sebagai respon terhadap stimulasi eksitasional. Tonus
vagal yang tidak mengalami perlawanan menyebabkan hipotensi dan
bradikardia. Vasodilatasi perifer menyebabkan kulit menjadi hangat dan
kemerahan. Hipotermia dapat disebabkan oleh tidak adanya vasokontriksi
pengatur otonomik pada redistribusidarah ke inti tubuh. Lebih tinggi tingkat
cedera medulla spinalis karena lebih banyak massa tubuh terpotong dari
regulasi simpatisnya. Syok neurogenik biasanya tidak terjadi cedera dibawah
T6 (Greenberg, dkk. 2007).

2.5.Komplikasi
Syok neurogenik dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
a. Hipoksia jaringan, kematian sel, dan kegagalan multiorgan akibat penurunan
aliran darah yang berkepanjangan.
b. Sindrom distres pernapasan pada orang dewasa akibat destruksi pembatasan
alveolus-kapiler karena hipoksia.

8|ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPINAL


SYOK
c. Kebanyakan pasien yang meninggal karena syok, disebabkan koagulasi
intravascular diseminata akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas
sehingga terjadi stimulus berlebihan kaskade koagulasi (Corwin, 2009)

2.6.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. CT-scan
Pemeriksaan CT-scan Berhubungan dengan omen atau lavasi peritoneal bila
diduga ada perdarahan atau cedera berhubungan dengan ominal (Batticaca,
2008). Menentukan tempat luka/jejas, mengevalkuasi gangguan structural
b. Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit.

c. Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur , dislokasi),
untuk kesejajaran traksi atau operasi

d. MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi

e. Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terdajat oklusi pada


subaraknoid medulla spinalis

f. Rongent torak : untuk memperlihatkan keadan paru

g. Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal dan ekpirasi


maksimal terutama pada kasus trauma servikal bagian bawah

h. GDA : menunjukan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.

2.7.Penatalaksanaan
a. Imobilisasi pasien untuk mencegah semakin beratnya cedera medulla spinalis
atau kerusakan tambahan

b. Kolaborasi tindakan pembedahan untuk mengurangi tekanan pada medulla


spinalis akibat terjadinya trauma yang dapat mengurangi disabilitas jangka
panjang.

c. Pemberian steroid dosis tinggi secara cepat (satu jam pertama) untuk
mengurangi pembengkakan dan inflamasi medulla spinalis serta mengurangi
luas kerusakan permanen.

9|ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPINAL


SYOK
d. Fiksasi kolumna vertebralis melalui tindakan pembedahan untuk mempercepat
dan mendukung proses pemulihan.

e. Terapi fisik diberikan setelah kondisi pasien stabil.

f. Penyuluhan dan konseling mengenai komplikasi jangka panjang seperti


komplikasi pada kulit, system reproduksi, dan system perkemihan dengan
melibatkan anggota keluarga (Corwin, 2009).

Sedangkan menurut Batticaca dan Fransisca B, (2008) penatalaksanaan syok


spinal yaitu :

1. Lakukan kompresi manual untuk mengosongkan kandung kemih secara teratur


agar mencegah terjadinya inkontinensia overfloe dan dribbling

2. Lakukan pengosongan rectum dengan cara tambahkan diet tinggi serat,


laksatif, supposutoria, enema untuk BAB atau pengosongan secara teratur
tanpa terjadi inkontinensia.

10 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
ALGORITMA NEUROGENIC SHOCK

Gambar 2.8 Algoritma Neurogenic Shock menurut U.S. National Library of


Medicine, National Institute of Health.

11 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
Pengobatan segera menurut (Boswick, 1997):
a. Amankan saluran pernapasan yang adekuat dan mulai pemberian oksigen 3
sampai 5 liter per menit. Pastikan ventilasi per menit normal atau meningkat.
b. Amati tanda-tanda vital dan mulai pencatatan tentang hal ini, waktu pemberian
cairan, obat-obatan dan terapi lainnya.
c. Bila penderita hipovolemik, tinggikan tungkai sampai sudut 45o untuk
mendapatkan aliran balik darah vena yang cepat dari tungkai ke jantung. Bila
cairan tak dapat segera diberikan dan penderita hipotensif berat, maka naikkan
tungkai hingga 90o untuk lebih meningkatkan aliran balik vena. Kepala dan
dada harus direndahkan kalai visera akan tertekan ke diafragma dan
mengganggu pernapasan. Aliran balik vena lebih baik tercapai dengan
penggunaan bidai udara atau pakaian antisyok.
d. Mulai infus cepat cairan Ringer laktat atau ‘saline’ normal dengan
mempergunakan satu atau dua jarum atau kateter intravena berukuran 18 atau
lebih. Bila orang dewasa jelas hipovolemi maka biasanya dapat diberikan 1000
sampai 2000 ml cairan dalam waktu 20-40 menit dengan aman. Pada anak-
anak dorongan intravena 10 ml per pon biasanya aman.
e. Bila mungkin, harus dipasang sadapan kardioskopi ke pasien untuk
mendapatkan rekaman EKG yang kontinu.
f. Paramedik EMT(Emergency Medical Technician) yang terlatih akan
memasang kateter urina ‘indwelling’, bila perjalanan ke bagian gawat darurat
akan memerlukan waktu lebih daari dua jam.
g. Pada keadaan tertentu dan atas perintah dokter, paramedik EMT(Emergency
Medical Technician) yang bermutu dapat memberikan obat tertentu seperti
glukosa bagi pasien yang hipoglikemi, lidokain untuk konstaksi ventrikel
prematur yang sering terjadi atau takikardia ventrikel atau epinefrin bagi pasien
yang syok anafilaktik.
h. Pakaian antisyok (‘MAST’) dapat sangat berguna pada penderita hipovolemi
yang harus diangkat untuk jarak jauh.
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan
sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang
berkumpul ditempat tersebut.
12 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
a. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg).
b. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan
menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang
berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan.
Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika
terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong
menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-
otot respirasi.
c. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi
cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang
cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk
menilai respon terhadap terapi.
d. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan
seperti ruptur lien) :
 Dopamin Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit,
berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.
 Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah. Monitor
terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika norepinefrin gagal
dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat. Pada pemberian subkutan,
diserap tidak sempurna jadi sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan
obat yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih besar dari
pengaruh terhadap jantung (palpitasi). Pemberian obat ini dihentikan bila
tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian obat ini pada wanita
hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.
 Epinefrin Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan
dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat
dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus
diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu

13 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan
pada pasien syok neurogenik
 Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya cardiac
output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui vasodilatasi
perifer.
Pasien-pasien yang diketahui/diduga mengalami syok neurogenik harus
diterapi sebagai hipovolemia. Pemasangan kateter untuk mengukur tekanan
vena sentral akan sangat membantu pada kasus-kasus syok yang meragukan.

14 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
B. Konsep Medis

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Syok Neurogenik


3.1.Pengkajian
1. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan,
alamat.

2. Keluhan utama

Menurut Nursalam (2008), keluhan utama adalah keluhan saat petama kali
mengkaji (data baru). Biasanya pada pasien Syok Neurogenik
mengalami defisit neurologis dalam bentuk quadriplegia atau paraplegia.
Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah
nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol,
kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna
kemerahan.

3. Riwayat kesehatan saat ini

Menurut Nursalam (2008), riwayat penyakit saat ini adalah hal yang menjadi
penyebab utama klien atau alasan klien datang ke Rumah Sakit. Biasanya
penyebeb utama klien mengalami Syok Neurogenik adalah karena SCI, nyeri
hebat pada fraktur tulang, atau trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat
otonom).

4. Riwayat penyakit dahulu

Beberapa hal penting yang perlu diketahui pada pasien baik dari keluarga
maupun teman dekatnya dalam pengkajian riwayat kesehatannya, antara lain:
Riwayat trauma, riwayat penyakit jantung, riwayat infeksi, riwayat pemakaian
anafilaktik.

5. Psikokultural

Mengkaji respon klien terhadap penyakit dan perannya dalam keluarga dan
masyarakat. Adanya kelemahan fisik, dan prognosis penyakit yang berat akan
memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptif pada klien.

15 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
 Pemeriksaan Fisik

B1 (breathing) : Takipnea, pernapasan cepat dan dangkal

B2 (blood) : Tekanan darah menurun atau hipotensi, nadi lemah, bradikardi,


vena perifer kolaps, CVP rendah

B3 (brain) : Gangguan status mental, deficit neurologis berupa quadraplegi


atau paraplegi, kesadaran menurun, sinkop

B4 (baldder) : Terjadi oliguri-anuria, haluaran urin berkurang.

B5 (bowel) : Mual dan muntah, serta anoreksia, membrane mukosa kering

B6 (bone) : Letargi, Kulit kering, kulit terasa hangat dan berwarna kemerahan,
turgor buruk.

 Pengkajian Penunjang
1. Pemeriksaan darah: Hb, Hmt, Leukosit, dan golongan darah
2. Kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, dan glukosa darah
3. Analisa gas darah
4. EKG
5. Rontgen toraks
6. Kultur darah

16 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
3.2.Diagnosa Keperawatanyangmungkinmuncul

1. Polanapastidakefektifb.dkelumpuhanototpernapasan(diafragma), kompresi
medulaspinalis
2. Gangguan pertukaran gasb.d kekurangan oksigen
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik venadan
penurunan curah jantung
4. Kerusakanmobilitasfisikyangberhubungandengankerusakanfungsi motorik dan
sensori.
5. Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat
kandungkemihataukerusakankemampuanuntukmengenaliisyarat kandungkemih
sekunder terhadapcederamedullaspinalis.
6. Gangguaneliminasialvi:Konstipasib.dpenurunanperistaltikusus akibatkerusakan
persarafan ususdan rektum
7. Nyeri akut b.d kompresi saraf

17 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
3.3.Rencana TindakanKeperawatan

1. KetidakefektifanPolaNafasb.dgangguanpersarafanpadakontrolgerak
diafragma, kehilangan fungsiotot interkostakomplit/sebagian.

Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatn 3x24jam, pasien


diharapkanmenunjukkan statuspernapasan ventilasi tidak terganggu.

Kriteria hasil: Pemeliharaanventilasiyangmemadaiyangdibuktikan


dengan tidak adanyagangguan pernapasandan BGAdalambatas
yangdapatditerima. Menunjukkanperilakuyangsesuaiuntuk mendukung
upaya pernafasan
Ventilasiadekuat
PaCO2 < 45
PaO2 > 80
RR16-20 x/menit
Tidak ada tandatandasianosis:CRT< 2 detik

IntervensiKeperawatan Rasional
Kelolaoksigen dengan Metodeditentukan oleh tingkat cedera,
metodeyang sesuai, misal tingkat insufisiensirespirasi, dan jumlah
masker, nasalkanul, pemulihan fungsiototpernapasan setelah
intubasi. fasesyok spinal.

Berikan oksigen masker Menyediakan supplyoksigenyangadekuat,


3lpm meminimalkan resiko kelelahan, dan
mencegah terjadinyaARDS.

Memeliharakepatenan jalan Pasiendengan cederaleher rahimtinggi


nafas:menjagakepaladalam dan gangguan muntah/batukrefleksakanm
posisiyangtepat. emerlukan bantuandalam
Menggunakan jalan nafas mencegah aspirasi/mempertahankanjalan
tambahan napaspaten

Memeriksaserangan tiba- Perkembangan emboliparu dapat―silent‖


tibadaridispnea, sianosis karenapersepsinyeri mengalamiperubahan
dan/atau tandalain yang dan/atau thrombosisvenadalamtidak mudah
mengarah padadistress dikenali.
pernafasan.
Auskultasibunyinafas. Hiperventilasisecaraumumdapat

18 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
Catatareadimanaterjadi menyebabkan akumulasisekret, atelektasis
perubahan suaranafas dan pneumonia(komplikasiyangsering
terjadi)

Kajiwarnakulitdarisianosi, Dapat menunjukkan kegagalan pernafasan,


kehitam-hitaman membutuhkan segera evaluasipengobatan
dan intervensi.

Kajidistensi abdomen, dan Dapat menghambatperjalanan diafragma,


spasmeotot mengurangikapasitasekspansiparu dan lebih
jauh dapat mengurangifungsirespirasi

2. Gangguan pertukaran gasb.d kekurangan oksigen

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien


mempunyaistatuspernapasan :pertukatan gastidakterganggu

Kriteria Hasil:

a. Statusneurologisdalamrentang yangdiharapkan b.
Dispneapadasaat istirahatdan aktivitastidak ada
c. PaO2, PaCO2c, pHarteridan SaO2 dalambatasnormal d.
Tidak adagelisah, sianosis, dan keletihan.

Intervensi Rasional
Pantau saturasi O2 dengan oksimeter Dengan memantau O2 perawat
Nadi mengetahuikecukupan pasien akan O2
Pantau hasilgasdarah Indikasi normalnya pertukaran gas di
tubuhyaitu BGA
Pantau kadarelektrolit
Pantau statusmental Status mental menunjukkan status
pertukaran gas
Observasi terhadap sianosis, terutama sianosis adalah indikator
mukosa mulut ketidakadekuatan pertukaran O2 di
darah dan jaringan
Identifikasi kebutuhan pasien akan Jikapasien tidak dapatbernapasnormal
insersi jalan napasaktual/potensial
Auskultai bunyi napas, tandai area Mengetahuifungsiparu dalam
penurunanatauhilangnyaventilasidan
adanyabunyi tambahan
Pantau status pernapasan dan Jika status pernapasan adekuat, status
Oksigenasi pertukaran gasjuga adekuat.

19 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik
venadan penurunan curah jantung

Tujuan:mengembalikan perfusijaringan yangadekuat

Kriteria hasil:

a. Iramajantung/frekuensidannadiperifernormal,tidakadasianosis,
akralhangatdan kering, haluaran urin dalambatasnormal.

b. Mengidentifikasifaktor-faktor yangmeningkatkan sirkulasiperifer

c. Mengidentifikasi cara medis, diet, pengobatan, aktivitas, yang


meningkatkan vasodilatasi

d. Mengidentifikasifaktor yangmenghambatsirkulasi

Intervensi Rasional
Pertahankan ekstrimitas dengan Memudahkan aliran darah turun ke
posisi tergantung perifer
Mempertahakan ekstrimitas Menghindari hipotermi pada pasien
Hangat akibatketidakcukupan sirkulasiperifer

Auskultasi frekuensi dan irama Menghindari komplikasi atau faktor


jantung. Catat terjadinya bunyi lain penyebab penurunan perfusi
jantungekstra jaringan
Observasi perubahan status Menghindari pasien jatuh ke kondisi
Mental koma
Observasiwarnadansuhukulit/ Observasi menentukan apakah perfusi
membranmukosa jaringan kembaliadekuat atautidak
Berikan cairan IV sesuai indikasi Rehidrasiuntukmencukupikebutuhan
perifer.

4. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi


motorik dan sesorik

Tujuan:Memperbaiki mobilitas

KriteriaHasil:Mempertahankanposisifungsidibuktikanolehtakadanya
kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yangsakit
/kompensasi, mendemonstrasikan teknik /perilaku yangmemungkinkan
melakukan kembaliaktifitas.

20 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
Intervensi Rasional
Kaji fungsi-fungsi sensori dan Menetapkan kemampuan dan
motorik pasien setiap 4 jam. keterbatasan pasien setiap 4 jam.
Gantiposisipasiensetiap2jam Mencegah terjadinyadekubitus.
dengan memperhatikan
kestabilantubuh dan
kenyamanan pasien.
Beripapan penahan padakaki Mencegah terjadinyafoodrop
Gunakan otot orthopedhi, edar, Mencegah terjadinyakontraktur.
handsplits
LakukanROMPasifsetelah48- Meningkatkanstimulasidanmencehag
72setelahcedera4-5 kali/hari kontraktur.
Monitor adanya nyeri dan Menunjukan adanya aktifitas yang
kelelahan padapasien. berlebihan.
Kaji fungsi-fungsi sensori dan Menetapkan kemampuan dan
motorik pasien setiap 4 jam. keterbatasan pasien setiap 4 jam.

5. Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandungkemih atau


kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandungkemih sekunder
terhadap cederamedullaspinalis.

Tujuan:Peningkatan eliminasiurine

Kriteria Hasil: Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder


tanparesidudandistensi,keadaanurinejernih,kultururinenegatif,intake
danoutputcairan seimbang.

Intervensi Rasional
Kajitanda-tandainfeksisaluran Efek dari tidak efektifnya bladder
kemih adalahadanya infeksisaluran kemih.
Kaji intakedan outputcairan Mengetahuiadekuatnyagunsignjaldan
efektifnyablodder.
Lakukan pemasangan kateter Efek trauma medulla spinalis adlah
sesuaiprogram adanya gangguan refleks
berkemihsehinggaperlu bantuan dalam
pengeluaran urine
Anjurkanpasienuntukminum2- Mencegah urine lebih pekat yang
3liter setiap hari berakibat timbulnya
Cek bladder pasien setiap 2jam Mengetahui adanya residu sebagai

21 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
akibatautonomichyperrefleksiaf.
Lakukan pemeriksaan urinalisa, Mengetahui adanya infeksig.
kultur dan sensitibilitas
Monitortemperaturtubuhsetiap Temperatur yang meningkat indikasi
8jam adanya infeksi

6. GangguaneliminasiAlvi/konstipasib.dgangguanperstyarafanususdan rektum

Tujuan : pasien tidak menunjukkan adanya gangguan eliminasi


alvi/konstipasi

Kriteria hasil: pasien bisaBAB secarateratur sehari1 kali

Intervensi Rasional

Auskultasibisingusus,catatlokasi Bising usus mungkin tidak ada


dan karakteristiknya selamasyok spinal

Observasi adanyadistensiperut

Catat adanya keluhan mual dan Perdarahan gastrointestinal dan


ingin muntah, pasangNGT lambung mungkin terjadi akibat
traumadan stress

Berikan dietseimbangTKTPcair Meningkatkan konsistensifeses

Kolaborasikanobatpencaharsesuai Merangsangkerjausus
indikasi

7. Nyeri akutb.d kompresisaraf

Tujuan :penurunan rasanyeri

Kriteria hasil:pasien melaporkanpenurunan rasanyeri2x24 jam,


mengidentifikasi cara-caramengatasinyeri, pasien bisa
mendemontrasikanteknikrelaksasidadistraksi

IntervensiKeperawatan Rasional
Jelaskan dan bantu klien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan peredanyeri relaksasidan nonfarmakologi lainnya
nonfarmakologidan non invasif. telahmenunjukkan keefektifan dalam
menguranginyeri
Ajarkan Relaksasi:Tehnik- Akan melancarkan peredaran darah,
tehnik untukmenurunkan sehinggakebutuhan O2 oleh jaringan
ketegangan ototrangka,yang akan terpenuhi, sehingga akan

22 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
dapatmenurunkan intensitas menguranginyerinya.
nyeridan juga tingkatkan
relaksasimasase.
Ajarkanmetodedistraksiselama Mengalihkan perhatian nyerinyakehal-
nyeri akut. halyangmenyenangkan

Kolaborasidenmgan dokter, Analgetik memblok lintasan nyeri,


pemberian analgetik. sehingganyeri akan berkurang.

Observasi tingkatnyeri, dan Pengkajianyangoptimal akan


respon motorik klien, 30 menit memberikan perawatdatayangobyektif
setelah pemberian obat analgetik untuk mencegah kemungkinan
untuk mengkaji efektivitasnya. komplikasidan melakukanintervensi
Sertasetiap 1-2 jamsetelah yangtepat.
tindakan perawatan selama1-2
hari.

23 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
3.4.Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik.

3.5.Evaluasi Keperawatan
1. Keefektifan pola napas
2. Keefektifan pertukaran gas
3. Curah jantung normal
4. Bertambahnya mobilitas fisik
5. BAK lancar
6. Eliminasi lancar
7. Nyeri berkurang

24 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
BAB III

PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital tubuh.
Syok neurogenik, juga diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat dari kehilangan
tonus vasomotor yang mengakibatkan dilatasi vena dan arteriol umum. Syok ini
menimbulkan hipotensi , dengan penumpukan darah pada pembuluh penyimpanan
atau penampung dan kapiler organ splanknik.
Setiap syok yang harus dimonitor adalah Tanda-tanda vital, ritme jantung,
penurunan produksi urine dan memerlukan monitoring yang terus- menerus Oleh
karena itu Syok merupakan keadaan gawat darurat yang membutuhkan terapi yang
agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi intensif.
4.2.Saran
Penting bagi kita mempelajari tentang syok, agar dalam penatalaksanaan konsep
asuhan keperawatan gawat darurat dapat kita lakukan dengan cepat dan tepat
sesuai dengan metode yang telah di pelajari di atas.

25 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat Darurat (Emergency Care). Jakarta:


EGC.

Cole, Elaine. 2009. Trauma Care: Initial Assessment and Management in the
Emergency Departement. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta. EGC.

Greenberg, Michael I. dkk. 2007. Teks-Atlas Kedokteran Kegawatdaruratan

Greenberg.Jakarta : Penerbit Erlangga. Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi


: Buku Saku. Jakarta. EGC.

Leksana, Ery. 2015. Dehidrasi dan Syok. Fakultas Kedokteran Universitas


Diponegoro. Vol 42 No. 5 hal 393.

Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2012), Aplikasi Asuhan Keperawatan


NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.

Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta. EGC

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Urden, Linda D., Stacy Kathleen M, & Lough, Mary E. 2012. Prioritas in Critical
Care Nursing-Seventh edition.St, Louis, Missouri: ELSEVIER

26 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK

Anda mungkin juga menyukai