Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pupuk merupakan suatu unsur yang mengandung sumber unsur hara
bagi tanaman dan sebagai perubah sifat tanah. Pupuk mengandung unsur hara
yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman
selama dibudidayakan. Tanah sebenarnya mengandung unsur hara yang
diperlukan tanaman, namun dengan pemberian pupuk akan melengkapi unsur
hara yang diperlukan tanaman selama proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pupuk juga dapat bermanfaat sebagai perubah sifat-sifat tanah
seperti memperbaiki struktur tanah, sumber makan mikroorganisme tanah,
ketersediaan unusr hara tanah, kesuburan tanah meningkat dan lain-lain.
Pupuk dibedakan menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa-sisa
tumbuhan dan kotoran dari hewan. Pupuk organik mengandung unsur hara
yang kompleks, namun konsentrasi unsur hara kecil. Pupuk anorganik adalah
pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk yang ada. Pupuk anorganik
hanya mengandung satu atau dua jenis unsur hara yang diperlukan tanaman.
Namun presentase kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik tinggi.
Sebagai mahasiswa pertanian perlu adanya pembekalan bagaimana cara
pembuatan pupuk-pupuk, baik organik maupun anorganik. pupuk yang dibuat
sebaiknya yang ramah lingkungan sehingga tidak menambah residu di dalam
tanah yang bisa menyebabkan kurang suburnya suatu tanah. Pembekalan
pembuatan pupuk dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan
menerapkan apa yang sudah diajarkan dalam perkuliahan dan dapat
membagikan ilmu tersebut untuk petani Indonesia.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Teknologi Pupuk yang diharapkan tercapai adalah
sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat membuat pupuk organik
2. Mahasiswa dapat membuat pupuk anorganik

1
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Pupuk terdiri atas tiga kegiatan yang mendukung
praktikum Teknologi Pupuk terselenggara. Kegiatan praktikum Teknologi
Pupuk teridiri atas dan dilaksanakan pada :
1. Pembuatan pupuk organik dilaksanakan pada hari Rabu, 4 November 2015
bertempat di Rumah Kompos Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.
2. Pembuatan pupuk anorganik dilaksanakan pada hari Rabu, 11 November
2015 bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret.
3. Analisis Laboratorium dilaksanakan pada hari Senin, 7 Desember 2015
bertempat di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat
1. Pembuatan Pupuk Organik (Kompos)
a. Keranjang
b. Sekop
c. Plastik penutup
d. Gembor
e. Ember
f. Alat penggiling
g. Timbangan
h. Thermometer
2. Pembuatan Pupuk Anorganik
a. Alat pembuat pellet
b. Alat pembuat granul
c. Alat bantu yang lain (ember, cetok dan lain-lain)
3. Analisis Kadar Pupuk
a. C Organik
1) Labutakar 50 ml
2) Erlenmeyer 50 ml
3) Gelas Ukur 25 ml
4) Botol Semprot
5) Buret 50 ml
b. N Total
1) Tabung Kjeldhal
2) Destruktor
3) Destilator
4) Tabung Destilasi/Labu Godok
5) Erlenmeyer 50 ml
6) Gelas ukur
7) Buret

3
c. Kadar P Tersedia
1) Erlenmeyer 50 ml
2) Flakon
3) Gelas ukur 10 ml
4) Pipet Ukur 2 ml
5) Spectrophotometer (660 nm)
6) Tabung reaksi
B. Bahan
1. Pembuatan Pupuk Organik
a. Jerami padi
b. Enceng gondok
c. Serasah daun
d. Pupuk kandang
e. Dekomposer (EM4)
f. Air gula jawa
g. Tetes tebu
h. Ar
i. Kapur/dolomit
2. Pembuatan Pupuk Anorganik
a. Batuan Fosfat Alam
b. Asam sulfat 1 N
c. Asam fosfat 1 N
d. Asam sitrat 1 N
3. Analisis Kadar Pupuk
a. C Organik
1) H2SO4 Pekat
2) K2Cr207 1 N
3) Larutan Standar 5000 ppm C
b. N Total
1) H2SO4 Pekat
2) Campuran Garam K2SO4 : CuSO4 ( 20 : 1 )
3) NaOH 45%
4) H3BO3 1 %
5) Indikator Campuran
6) HCl 0,1 N
7) Butir Zn
c. Kadar P Tersedia
1) Larutan Bray I/II
2) Amonium Hepta Molybdat
3) Stanao Clorid (SnCl)
4) Larutan standar 10 ppm P
5) Aquadest
6) Kertas saring
C. Cara Kerja
1. Pembuatan Pupuk Organik
a. Menyiapkan bahan jerami, seresah, enceng gondok, pupuk kandang,
dolomit dan starter
b. Menggiling bahan: jerami dan enceng gondok hingga berukuran kecil
c. Bahan aktif (air gula jawa, tetes tebu, EM4, dan air) dicampur dan
diaduk sampai rata (20 ml)
d. Perbandingan bahan dengan pupuk kandang yaitu 3:1
e. Meletakkan bahan diletakkan dilantai kemudian dicampur dengan
pupuk kandang, setelah itu dituangkan bahan aktif dan diaduk hingga
homogen dengan sekop
f. Ditambahkan kapur/dolomit sebanyak 6 kg sambil dibolak-balik hingga
merata
g. Meminggirkan adonan pupuk yang telah jadi dan menutupi dengan
menggunakan plastik penutup agar terlindung dari hujan dan panas
h. Melakukan pemeliharaan 2 hari sekali dengan cara menjaga
kelembaban pupuk agar kadar airnya 60-80% dengan cara
menyiram/memercikkan airdan melakukan pengukuran suhunya
i. Kompos siap digunakan setelah 3-4 minggu
2. Pembuatan Pupuk Anorganik
a. Menyiapkan batuan fosfat alam 1 kg
b. Menyaring dengan saringan lolos 100 mesh
c. Menimbang sebanyak 200 gram tepung fosfat alam tersebut
d. Menambahkan air/asam sulfat/asam sitrat (sesuai perlakuan) hingga
BFA jenuh dengan cairan perlakuan
e. Menginkubasikan selama 1 minggu
f. Mengeringkan pada kadar tertentu sehingga mudah dibuat pellet dan
dibuat granul
g. Membuat pellet/granul bahan tersebut
h. Mengeringkan dengan dijemur atau dioven hingga kadar air 15%
i. Melakukan analisis kadar P tersedia
j. Mengambil secara acak 3 butir pupuk yang telah dibuat tersebut dan
memasukkan dalam petridish yang berisi air
k. Mencatat waktu hingga butiran tersebut pecah
3. Analisis Kadar Pupuk
a. C Organik
1) Memasukkan 0,05 gram bahan pupuk organik dalam labu ukur 50
ml
2) Menambahkan 2,5 ml K2Cr2O7 1 N dan 3,75 ml H2SO4 pekat
3) Mendiamkan selama 30 sampai dingin
4) Menambahkan aquadest
b. N Total Tanah
1) Destrusi
a) Menimbang 0,5 gram bahan pupuk organik dan memasukkan
dalam tabung Kjeldhal
b) Menambahkan 1 gram campuran garam dan 3 ml H2SO4 pekat
c) Memanaskan hingga larutan berwarna putih (tak berasap)
d) Mendinginkan dan menambah aquadest sebanyak 50 ml
2) Destilasi
a) Memasukkan larutan (d) yang sudah ditambah aquadest ke
dalam tabung destilasi
b) Menambahkan 10 ml NaOH 45 %
c) Memanaskan dengan penampung H3BO3 1% hingga volume
40 ml
3) Titrasi
a) Melakukan titrasi dengan HCL 0,1 N hingga terjadi perubahan
warna dari biru-putih
c. Kadar P Tersedia
1) Menimbang 1 gram tanah kering angin
2) Memasukkan dalam erlenmeyer 50 ml dan menambahkan 7 ml
larutan Bary I/II
3) Menggojok satu menit dan menyaringnya
4) Mengambil 2 ml ekstrak jernih dan memasukkan dalam tabung
reaksi
5) Menambahkan 5 ml aquadest, 2 ml amonium heptamolibdat dan 1
ml SnCl encer
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Pembuatan Pupuk Organik/Kompos
Tabel 3.1 Pengomposan secara Konvensional
Kel
Hari, tanggal Suhu Warna Tekstur
Besar
Rabu, 4 November
1 30 Hitam Remah
2015
Rabu, 4 November Coklat
2 30 Remah
2015 Kehitaman
Rabu, 4 November Coklat
3 29 Remah
2015 Kehitaman
Rabu, 4 November Coklat
4 30 Remah
2015 Kehitaman
Kamis, 5 November Coklat
5 33 Remah
2015 Kehitaman
Kamis, 5 November Coklat
6 31 Remah
2015 Kehitaman
Kamis, 5 November Coklat
7 30 Remah
2015 Kehitaman
Kamis, 5 November Coklat
8 28 Remah
2015 Kehitaman
Sumber : Laporan Sementara

8
Menyiapkan jerami 14 Menyiapkan pupuk
kg kandang 20 kg

Mencampur jerami dan pupuk


kandang dengan bantuan sekop

Menaburi bahan dengan dolomit 5


kg

Menyiram bahan dengan mol 20


ml

Mencampur kembali bahan yang


ada dan ditutupi dengan plastik
penutup

Melakukan penyiraman setiap 2


hari sekali sampai pupuk sudah
siap

Gambar 3.1 Proses Pembentukan Pupuk Organik


2. Pembuatan Pupuk Anorganik

Menimbang Batuan Fosfat Alam 200 gr

Menambah air secukupnya dan


mengaduknya sampai tercampur semua

Menutup wadah plastik

Bahan diinkubasikan selama satu minggu


dan setiap hari dilakukan pengecekan air
yang tersedia dalam wadah plastik

Gambar 3.2 Proses Pembentukan Pupuk Anorganik


3. Analisis Kadar Pupuk
a. C Organik/Bahan Organik
Tabel 3.2 Hasil Penembakan C Organik Satu Shift
Kelompok C Organik
1 0,176
2 0,198
3 0,096
4 0,137
5 0,169
6 0,085
Sumber : Data Rekapan
Analisis Data
1) ppm kurva = 865,05 x hasil penembakan
= 865,05 x 0,137
= 118,51
1
2) Kadar C organik (%) = ppm kurva x 10 x x fk
500
1
= 118,51 x 10 x 500 x 6,235

= 14,77 %
100
3) Bahan organik = C organik x 58
100
= 14,77 x 58

= 25,46
b. N Total
(𝑏−𝑎)×0,1×14
%N= 100 × 100%
100+𝐾𝐿
×𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)

(0,73−0)×0,1×14
= 100 × 100%
100+6,235
× 500

1,022
= 100 × 100%
× 500
100+6,235

1,022
= × 100%
407,65
= 0,25 %
c. P Tersedia
Tabel 3.3 Hasil Penembakan P Tersedia Satu Shift
Kelompok C Organik
1 0,030
2 0,012
3 0,003
4 0,004
5 0,036
6 0,010
Sumber: Data Rekapan
Analisis Data
1) Regresi y = 0,393x + 0,046
= 0,393(0,004) + 0,046
= 0,048
2) ppm larutan P = y x 10
= 0,048 x 10
= 0,48
𝑝𝑝𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑝 ×35
3) P tersedia = 100
100+𝐾𝐿
×𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑔)

0,48 ×35
= 100
100+15
×1

16,8
=
0,87
= 19,31

B. Pembahasan
1. Pembuatan Pupuk Organik/Kompos
Pupuk organik atau kompos merupakan pupuk dari sisa-sisa
tumbuhan dan kotoran hewan yang melewati beberapa proses yang dapat
mengandung unsur hara dan bermanfaat bagi tanah dan tanaman.
Supriyadi (2008) menyatakan kompos adalah bahan organik yang telah
mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme dan mengandung humus
sebagai hasil sistesa antara bahan yang tahan lapuk dengan senyawa
bentukan mikroorganisme. Teknologi ini dapat diterapkan pada berbagai
bahan organik dengan C/N >25 atau kandungan polyfenol dan lignin
tinggi. Dengan teknik ini bahan organik berkurang volumenya dan mudah
diaplikasikan pada tanah.
Tujuan dari pengomposan adalah untuk mengurangi dan
menggunakan sisa-sisa dari makhluk lain yang telah terbuang untuk
makhluk lainnya. Pengomposan merupakan salah satu biofisika yang
terjadi di alam. Zat yang terbuang dari suatu proses dapat digunakan dan
bermanfaat bagi proses yang lain. Kegiatan pengomposan juga dapat
mengatasi masalah sampah yang semakin hari semakin menumpuk.
Amalis (2008) menyatakan keuntungan kompos antara lain adalah sebagai
pengganti pupuk buatan dengan biaya yang sangat murah, memperbaiki
stuktur tanah, tekstur, aerasi dan peningkatan daya serap tanah terhadap air
(kompos akan mengurangi kepadatan tanah lempung dan membantu tanah
berpasir untuk menahan air) dan stimulan untuk meningkatkan kesehatan
akar tanaman. Hal ini dimungkinkan karena kompos menyediakan
makanan untuk mikroorganisme yang menjaga tanah dalam kondisi sehat
dan seimbang. Kompos mengandung banyak unsur hara yang kompleks
yang dapat berguna bagi tanaman dan tanah. Pemberian kompos pada
tanah dapat memperbaiki tanah yang sudah rusak, namun prosesnya sedikit
demi sedikit.
Pemilihan bahan yang akan dikomposkan sebaiknya sisa-sisa
tanaman yang mudah didapatkan, mudah lapuk dan keberadaannya
semakin mengganggu lingkungan. Contoh sisa tanaman yang biasanya
digunakan sebagai bahan kompos yaitu jerami, seresah dedaunan, eceng
gondok dan lain-lain. Selain sisa-sisa tanaman, bahan lain dalam
pembuatan kompos yaitu feses atau sisa dari hewan. Feses yang digunakan
dalam pengomposan sebaiknya yang telah hampir seperti tanah. Feses
yang masih baru akan mematikan mikroorganisme yang akan membantu
dalam penguraian kompos tersebut. Bahan lain yang digunakan dalam
pengomposan yaitu dolomit dan bahan aktif. Dolomit atau kapur pertanian
berfungsi sebagai penyeimbang pH dalam pupuk kompos tersebut. Pupuk
kompos yang dihasilkan tidak selalu berpH asam atau basa, sehingga perlu
ditambahkan dolomit sebai penyeimbang pH agar saat diberikan pada
tanaman dapat diserap tanaman dengan baik. Bahan aktif atau mol dapat
berasal dari sisa-sisa buah-buahan yang difermentasi dan mengandung
mikroorganisme yang membantu dalam penguraian bahan-bahan kompos.
Mol atau bahan aktif terdiri atas air gula jawa, tetes tebu, EM4 dan air.
Semua bahan tersebut dicampur dan difermentasi dengan waktu tertentu.
Indriani (2007 dalam Yuniarti et al 2012) meyatakan larutan EM4
mengandung mikroorganisme fermenrasi yang jumlahnya sangat banyak
yaitu sekitar 80 genus dan mikroorganisme tersebut dipilh yang dapat
bekerja sevara efektif dalam fermentasi bahan organik. Lim agolongan
yang pokok dalam EM4 yaitu Bakteri Fotosintetik, Lactobacillus sp. ,
Saccharomyces sp., Actinomycetes sp dan jamur fermentasi.
Pembuatan kompos diawali dengan menyiapkan semua bahan yang
akan diolah. Kelompok 4 mendapatkan perlakuan pupuk kompos dengan
bahan jerami dengan pupuk kandang. Jerami yang dibutuhkan dipotong
lebih kecil-kecil dengan tujuan agar lebih cepat dalam proses
pengomposan tersebut. Jerami yang diperlukan dalam proses
pengomposan tersebut yanitu 14 kg. Pupuk kandang sebagai campuran
diperlukan sebanyak 30 kg. Kedua baha tersebut dicampur jadi satu
dengan bantuan sekop. Campuran bahan tersebut ditambah dengan dolomit
5 kg dan disiram mol sebanyak 20 L. Bahan tersebut kemudian dicampur
lagi dan terakhir ditutup dengan plastik penutu. Tujuan penutupan dengan
plastik yaitu agar bahan kompos terhindar dari hujan dan pans sinar
matahari. Setiap 2 hari sekali bahan kompos dilakukan penyiraman dengan
air agar tetap lembab dan diukur suhunya.
Kompos akan matang setelah warna kompos mirip dengan warna
tanah. Firmansyah (2010) menyatakan suhu pengomposan menentukan
mutu kompos yang dihasilkan. Suhu kompos mempunyai pengaruh baik
karena mampu menurunkan patogen. Jika suhu dalam proses
pengomposan hanya berkisar kurang dari 20oC, maka kompos diyatakan
gagal dan perlu diulang. Jika suhu pengomposan lebih dari 20 oC maka
menunjukkan aktivitas mikroba cukup baik dan laju metabolisme
meningkat cepat. Suhu pada pengomposan akan meningkat saat proses
fermentasi itu berlangsung dan akan menurun saat kompos tersebut sudah
matang. Kompos yang telah matang dan siap digunakan memiliki suhu
berkisar 30oC, warna kompos mirip seperti tanah dan bertekstur remah.
Hasil pengomposan kelompok 4 yaitu kompos jerami dan pupuk kandang
yiatu menghasilkan pupuk yang sempurna. Suhu akhirnya yaitu 30oC
dengan warna kompos coklat dan bertekstur remah.
2. Pembuatan Pupuk Anorganik
Menurut Imam (2010), pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat
di pabrik-pabrik pupuk terdiri atas berbagai macam campuran bahan-bahan
kimia. Pupuk anorganik tidak natural atau tidak berasal dari alam dan
seringkali disebut sebagai pupuk buatan. Pupuk anorganik antara lain urea,
ZA, TSP dan lain-lain. Pupuk anorganik mengandung unsur hara yang
lebih jelas kandungannya daripada pupuk organik. Pupuk anorganik
mengandung sat atau dua jenis unsur hara yang diperlukan tanaman.
Sehingga pengaplikasian pada tanaman yang kurang suatu unsur dapat
langsung diberikan pupuk anorganik yang mengandung unsur ahra yang
diperlukan agar tanaman tumbuh dengan optimal.
Firmansyah (2011) menyatakan Pupuk makro anorganik
merupakan pupuk alternatif yang merupakan sumber hara N,P dan atau K
kandungan N, P2O5 dan K2O masing - masing minimal 10%. Khusus untuk
pupuk K dapat disubstitusi atau diganti dengan jerami hsil panen setempat
yang umumnya mengandung 24-36 kg K2O per ton jerami atau setara
dengan 40-60 kg pupuk KCl. Untuk pupuk majemuk (coumpound) sebagai
sumber hara lebih dari satu unsur (NPK, NK, NP), harus mengandung
unsur minimal 10% berupa N, P2O5, maupun K2O bagi masing-masing
unsur.
Pembuatan pupuk anorganik dalam praktikum teknologi pupuk kali
ini kelompok 4 mendapatkan perlakuan batuan fosfat alami ditambah
dengan air. Pertama-tama. Bahan yang diperlukan yaitu batuan fosfat
alami ditimbang sebanyak 200 gram dan dimasukkan ke dalam wadah
plastik. Batuan fosfat alam yang sudah ditimbang, kemudian ditambahka
iar secukupnya. Bahan setelah diberikan air, tidak terlalu banyak air dan
tidak boleh kurang air, bahan yang sudah ditambahkan air kemudian
diaduk dan ditutip dengan penutupnya. Bahan campuran diinkubasikan
selama satu minggu. Setelah satu minggu, bahan campuran dibuat granul-
granul dengan bantuan tangan. Pupuk anorganik diuat bulut-bulat kecil dan
kemudian dioven selama sehari semalam. Berat pupuk anorganik yang
dihasilkan oleh kelompok 4 yaitu 200,290 gram.

3. Analisis Kadar Pupuk


a. C Organik/BO
Unsur C dalam kompos sangat penting untuk menentukan kualitas
atau mutu kompos yang dihasilkan. Kadar C dalam yang baik yaitu
sekitar 20-40. Kadar C yang palin ideal untuk pupuk kompos yaitu 30.
Menurut Priambada et al 2005, nisbah C/N berguna sebagai penanda
kemudahan perombakan bahan organik dan kegiatan jasad renik tanah
akan tetapi apabila nisbah C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan C
sebagai sumber energi berlebihan menurut bandingannya dengan
ketersediaanya N bagi pembentukan mikroba. Kegiatan jasad renik
akan terhambat.
Bahan organik dalam kompos juga sangat berperan dalam
menentukan kualitas dari kompos tersebut. Utami dan Handayani
(2004) menyatakan Bahan Organik merupakan bahan-bahan yang dapat
diperbaharui, di daur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah
menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari
tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-
sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan
dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam
pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai
akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga
harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau
binatang.
Bahan organik dan C organik berguna bagi tanaman untuk
menunjang pertumbuhan tanaman dan perkembangannya. Bahan
organik berfungsi sebagai pembenah tanah. Secara biologi, bahan
organik sebagai habitat bagi organisme tanah. apabila organisme tanah
banyak di dalam tanah akan menguntungkan tanaman yang ditanam.
Secara kimiawi, menyeimbangkan hara dan menyimpan cadangan hara
penting sperti N dan K. Secara fisika, meningkatkan kemampuan tanah
dalam menyimpan air. Apabila air tersedia, maka akan menguntungkan
bagi tanaman.
C organik perlu diuji agar kita tahu berapa kandungan C organik
dalam pupuk organik yang kita buat. C organik yang terlalu tinggi juga
menurunkan kualitas atau mutu dari kompos tersebut. C organik yang
terlalu rendah juga menurunkan kualitas atau mutu dari kompos yang
dibuat. Rasio C/N telah diatur dalam SNI sehingga perlu disesuaikan
dengan peraturan tersebut. SIN menyatakan C/N ratio kompos yang
diijinkan yaitu 10-20. KepMEn ration C/N kompos yang diijinkan
berkisar anatar 20. C organik yang terlalu tinggi akan menyebabkan
pertumbuhan organisme tanah akan lebih cepat atau upnormal.
Hasil pengujian C organik oleh kelompok 4 yaitu 14,77 %.
Sedangkan hasil bahan organik yang terkandung dalam pupuk organik
yang telah dibuat yaitu 25,46. Pengujian C organik pada pupuk dengan
cara memasukkan 0,05 gram pupuk organik dalam labu ukur 50 ml.
Bahan ditambahan larutan 2,5 ml K2Cr2O7 1 N dan 3,75 ml H2SO4
pekat. Larutan digoog sebentar dan kemudian didiamkan selama 30
menit atau sampai dingin. Larutan ditambahkan aquadest dan kemudian
dilakukan penembakan dengan spectropotometri 560 nm.
b. N Total
Menurut Campbell et al (2007), nitrogen tersedia di atmosfer
sekitar 80%. Nitrogen di atmosfer ini adalah gas N2 dan tumbuhan tidak
dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk ini. Supaya tumbuhan dapat
menyerap nitrogen, nitrogen harus diubah menjadi amonium atau nitrat.
Dalam larutan tanah, amonia mengambil ion hidrogen lain untuk
membentuk amonium yang dapat diserap oleh tumbuhan. Tumbuhan
memperoleh nitrogennya terutama dalam bentuk nitrat yang dihasilkan
oleh bakteri nitrifikasi yang mengoksidasi amonium. Nitrat akan
diserap oleh akar, suatu enzim tumbuhan dapat mereduksi nitrat
tersebut kembali ke amonium. Enzim lain dapat menggabungkanya
dengan asam amino dan senyawa organik lainnya. Sebagaian besar
spesies tumbuhan mengangkut nitrogen dari akar ke tunas melalui
xilem dalam bentuk nitrat atau senyawa organik yang telah disintesis
oleh akar. Tumbuhan dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat
yang terlah melalui berbagai proses. Nitrogen di udara akan
difiksasioleh bakteri penambat nitrogen atau masuk ke dalam tanah
dengan lerut terlabawa air hujan. Nitrogen akan diubah menjadi
amonium lalu menjadi nitrat dan nitri oleh bakteri. Bentuk nitrat atau
nitrit tersebut yang dapat diserap oleh tumbuhan.
Kebutuhan suatu unsur hara pada tanaman pasti berbeda-beda.
Bila kelebihan dan kekurangan akan menunjukkan ciri-ciri atau tanda
yang diperlihatkan oleh tanaman tersebut. Hernita et al (2012)
menyatakan gejala kekuranagan N secara umum menyebabkan daun
menguning, pertumbuhan daun dan ranting terbatas, tanaman kerdil,
bunga mekar sedikit dan prosuksi buah rendah. Kelebihan unsur N pada
tanaman ditunjukkan dengan warna hijau pada tanaman yang tidak
wajar. Gejala yang spesifim akibat kekuranagna dan kelebihan pada
setiap jenis tanaman berbeda-beda.
Pengujian N total pada tanah melalui beberapa tanah yaitu
destruksi, destilasi dan titrasi. Hasil dari percobaan tersebut yaitu 0,25%
kandungan N total yang tersedia dalam pupuk organik yang kita buat.
Bahan dari pupuk organik ditimbang dan ditambah garam kimia serta
H2SO4 pekat. Larutan tersebut dimasukkan ke alat destruktor dan
ditunggu sampai asap putih hilang. Asap putih telah hilang,
menambahkan aquadest ke dlam tabung tersebut. Larutan kemudian
ditambahkan NaOH 45%. Setalah pencampuran, larutan dihubungkan
dengan alat destilator dean menampung H3BO3 1% samapi volume 40
ml. Larutan yang dihasilkan dititrasi dengan HCL 0,1 N. Larutan yang
berwarna biru ditunggu sampai larutan berwarna putih. Hasil titrasi
yang didapatkan yaitu 0,73.
c. P Tersedia
Fosfor merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan tanaman.
Kebutuhan fosfor dalam jumlah yang kecil dibandingkan kebutuhan
nitrogen dan kalium yang diperlukan tanaman selama pertumbuhan
tanaman. Fosfor diperlukan tanaman sebagai penyusun DNA pada
makhluk hidup. Oleh sebeb itu, unsur hara fosfor dianggap sebagai key
of life. Silvikultur (2012) menyatakan tanaman menyerap fosfor dalam
bentuk ion ortofosfat (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO4=).
Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah
menjadi senyawa fosfor organik. Fosfor ini mobil atau mudah bergerak
antar jaringan tanaman. Kadar optimal fosfor dalam tanaman pada saat
pertumbuhan vegetatif adalah 0.3% - 0.5% dari berat kering tanaman.
Semua unsur pasti ada batas kebutuha terhadap unsur ahra
berbeda-beda. Redaksi Agromedia (2007) menyatakan gajala
kekurangan P adalah warna daun yang sudah tua menjadi keunguan,
tepi daun cokelat dan tulang daun muda berwrna hijau gelap. Daun
akan menjadi hangus, perytumbuhan daun mengecil dan akhirnya
rontok. Fase pertumbuhan tanaaman melambat dan tanaman tumbuh
kerdil. Gajala kelebihan P antara lain penyerapan unsur lain terutama
unsur mikro seperti besi, tembaga, dan seng akan terganggu. Namun,
gajalanya tidak akan terlihat secara fisik pada tanaman.
Pengukuran kandungan P tersedia dalam pupuk organik dilakukan
dengan cara memasukkan 1 gram bahan dan kemudian ditambakan
larutan Bray I/II. Menggojok larutan tersebut selama satu menit.
Mengambil kertas saring dan menyaring larutan tersebut. Hasil yang
didapat diambil 2 ml dan ditambahkan 5 ml aquadest, 2 ml amonium
heptamolibdat dan 1 ml SnCl encer. Larutan tersebut akan ditembak
dengan alat spectropotometri 660 nm.hasil penembakan untuk
kelompok 4 yaitu 0,004. Hasil dimasukkan dimasukkan dalam
persamman regersi y dengan hasil 0,048. P tersedia dalam pupuk
organik atau kompos yaitu 19,31.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan praktikum Teknologi Pupuk adalah sebagai
berikut :
1. Pupuk organik atau kompos adalah pupuk dari sisa-sisa tumbuhan dan
kotoran hewan yang dilakukan penguraian dengan penambahan mol atau
bahan aktif dan dolomit.
2. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat di pabrik-pabrik pupuk terdiri
atas berbagai macam campuran bahan-bahan kimia yang mengandung
satu atau dua jenis unsur hara tertentu.
3. C Organik/ Bahan Organik berfungsi sebagai pembenah tanaman yang
nantinya akan menguntungkan tanaman.
4. Hasil C Organik pada kelompok 4 yaitu 14,77%.
5. Bahan organik pada pupuk organik kelompok 4 yaitu 25,46.
6. Unsur hara N diserap tanaman dalam bentuk amonium atau nitrat.
7. Kandungan N total pada pupuk organik kelompok 4 yaitu 0,25 %.
8. Unsur hara P diserap tanaman dalam bentuk ion ortofosfat dan ion
ortofosfat sekunder.
9. Fungsi P untuk organime yaitu bahan dasar pembentuk DNA atau RNA.
10. P tersedia dalam pupuk organik yaitu 19,31.
B. Saran
Sebaiknya praktikum Teknologi Pupuk lebih dikoordinasikan. Agar
praktikum Teknologi Pupuk tidak seperti diburu-buru dan menghasilkan
laporan yang bagus serta bermanfaat bagi praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
20
Amalia 2008. Sedikit Tantang Kompos. http://amaliaonearth.com Diakses pada 19
Desember 2015
Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV
2007. Biologi. Jakarta : Erlangga
Firmansyah MA 2010. Teknik Pembuatan Kompos. Palangkaraya : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah
Firmansyah MA 2011. Peraturan tentang Pupuk, Klasifikasi Pupuk Alternatif dan
Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produksi Pertanian.
Palangkaraya : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan
Tengah
Hernita, Poerwanto D, Susila R dan Anwar S 2012. Penentuan Status Hara
Nitrogen pada Bibit Duku. J.Hort.22 (1) : 29-36
Imam 2010. Perbedaan Pupuk Organik dan Anorganik. http://obatpertanian.com
Diakses pada 19 Desember 2015
Indriani 2007 dalam Yuniwati M, Frendy I dan Adiningsih P 2012. Optimasi
Kondisi Proses Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan Cara
Fermentasi menggunakan EM4. J. Teknologi 5 (2) : 172-181
Priambada I D, J Widodo dan R A Sitompul 2005. Impact of Landuse Intency on
Microbal Community in Agrocosystem of Southern Sumatra
International Symposium on Academic Exchange Cooperation Gadjah
Mada University and Ibraki University. Yogyakarta :Gadjah Mada
University Press
Redaksi Agromedia 2007. Cara Tepat Memupuk Tanaman Hias. Jakarta : PT.
Agromedia Pustaka
Supriyadi S 2008. Kandungan Bahan Organik sebagai Dasar Pengelolaan Tanah
di Lahan Kering Madura. Jurnal Embryo 5 (2) : 176-183Utami S M H
dan S Handayani 2004. Sifat Kimia Entisol Pertanian Organik dan
Anorganik. J. Ilmu Tanah 10:63-69
Utami S M H dan S Handayani 2004. Sifat Kimia Entisol Pertanian Organik dan
Anorganik. J. Ilmu Tanah 10:63-69
Silvikultur 2012. Unsur Hara Fosfor (P). http://silvikultur.com Diakses pada 19
Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai