Anda di halaman 1dari 31

12.

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


12. DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I . GAMBARAN UMUM

1. Keadaan daerah

Luas daerah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah


3.142,5 km2 terbagi atas, Kabupaten Gunung Kidul dengan selu-
as 1.485,1 km2, Kabupaten Bantul seluas 506,9 km2, Kabupaten
Sleman seluas 575,3 km2 dan Kabupaten Kulon Progo seluas
542,7 km2, serta Kotamadya Yogyakarta seluas 32,5 km2.

Secara administratif Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri


atas 5 Daerah Tingkat II yaitu 4 kabupaten dan 1 kotamadya,
73 kecamatan dan 438 kelurahan (Tabel).
Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai topografi yang ber-
variasi dari datar sampai bergunung-gunung dengan kemiringan
lahan 3-8 derajat sampai lebih dari 25 derajat. Ketinggian
tempat bervariasi antara 0-100 m di atas permukaan laut sam-
pai 100 - 500 di atas permukaan laut yang penyebarannya ada-
lah sebagai berikut: 0 - 100 m di sebagian besar Kabupaten
Bantul dan sebagian Kabupaten Sleman, sedang ketinggian 100 -
500 m penyebarannya di semua kabupaten kecuali Kabupaten Ban-
tul bagian selatan yang merupakan dataran aluvial yang bera-
sal dari gunung Merapi.

Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai jenis tanah yang


kompleks antara lain, aluvial, regosol, grumusol, lateritik,
dan lapisan gamping. Penyebaran tanah regosol terdapat di da-
taran tinggi Merapi di Sleman dan di daerah pantai Bantul.
Tanah lateritik di teras Progo, Pegunungan Kulon Progo dan

355
Batur Agung Range. Lapisan tanah gamping terdapat di perbu-
kitan Sentolo serta Batur Agung. Tanah aluvial terdapat di
daerah dataran rendah kabupaten Bantul dan di kanan-kiri su-
ngai yang berasal dari Gunung Merapi.

Kabupaten Sleman, Kulon Progo dan Kodya Yogyakarta mempu-


nyai iklim dengan bulan basah 5-6 bulan dan bulan kering 2-3
bulan, sedangkan Kabupaten Bantul mempunyai bulan basah 5-6
bulan dengan bulan kering 4-6 bulan. Curah hujan tahunan di
daerah Yogyakarta bervariasi antara 1000 - 1500 mm per tahun
sampai sekitar 1500 - 2000 mm per tahun yang penyebarannya
merata di seluruh propinsi kecuali Gunung Kidul dan Kulon
Progo.
Daerah Yogyakarta mempunyai potensi lahan untuk pertanian
23%, perkebunan 39,73%, tanaman keras 27%, dan kawasan lin-
dung 5,2% dan 5,07% untuk keperluan lainnya. Pola penggunaan
tanah pada saat sekarang adalah sebagai berikut: hutan seki-
tar 4,78%, sawah sekitar 21%, ladang sekitar 34,0%, pekarang-
an sekitar 0,035%, perkebunan 4,35% dan sisanya untuk penggu-
naan lainnya serta 0.001% belum digunakan.

Penduduk propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah


2.488.544 jiwa pada tahun 1971 dan pada tahun 1980 tercatat
2.750.813 jiwa. Dengan demikian pertumbuhan rata-rata per ta-
hun adalah 1,1% dan kepadatan penduduk adalah 868 jiwa/km2,
sedangkan perincian jumlah penduduk per kabupaten dan kepada-
tannya dapat terlihat dalam tabel.

Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai penduduk pada usia


kerja sejumlah 2.113.275 jiwa, sedangkan angkatan kerja yang
tercatat digolongkan bekerja 1.221.746 jiwa dan pencari kerja
13.660 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja di berbagai sektor

356
antara lain sektor pertanian sebesar 621.641 jiwa, sektor in-
dustri 160.874 jiwa, sektor angkutan 20.645 jiwa serta sektor
perdagangan 155.187 jiwa sedangkan sektor lainnya 263.404 ji-
wa.

Komposisi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pada ta-


hun 1980 menurut lapangan usaha dapat diperinci sebagai ber-

ikut: pertanian 39,30%,pertambangan 0,32%, industri 9,44%,


listrik/gas/air minum 0,48%, bangunan 6,82%, perdagangan /res-
toran 15,48%, pengangkutan/komunikasi 5,36%, perbankan 1,28%,
sewa rumah 3,47%, pemerintahan, hankam dan pegadaian
12,65% dan jasa-jasa 5,41%.
Kegiatan ekonomi di berbagai bidang antara tahun 1975 dan
1980 telah memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi
walaupun tidak tinggi. PDRB daerah ini meningkat dari Rp 146,2
milyar ditahun 1975 menjadi Rp 188,7 milyar ditahun 1980. Ini
berarti bahwa pertumbuhan PDRB rata-rata per tahun adalah
5,2%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi yang rendah disebabkan
karena masih adanya daerah yang relatif terkebelakang, yaitu
Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo.

Komposisi penduduk yang sedang mengikuti pendidikan ada-


lah sebagai berikut: SD 10,45%, SMTP 42,62%, SMTA 39,42% dan
Akademi 4,44% serta yang duduk di universitas 3,0%.

Banyaknya rumah sakit, Puskesmas, BKIA dan Balai Pengo-


batan di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat diperinci sebagai
berikut yaitu: rumah sakit umum dan khusus 16 buah, Puskes-
mas 83 buah, Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan 204
buah, serta sejumlah BKIA. Oleh karena itu 1 Puskesmas harus
melayani sekitar 30.000 penduduk.

357
Ratio tenaga medis dan para medis per 1000 penduduk hanya se-
kitar 1,6 saja, dengan asumsi bahwa 1 Puskesmas memiliki se-
orang dokter.

2. Masalah-masalah yang dihadapi

Wilayah Propinsi D.I. Yogyakarta meliputi 3.142,7 km2 dan


pada tahun 1980 berpenduduk 2,7 juta jiwa, maka kepadatan ra-
ta-rata penduduk per km2 mencatat 868 jiwa. Daerah terpadat
adalah Kotamadya Yogyakarta yang telah mencapai 12.252 jiwa
per km2. Berkaitan dengan masalah kependudukan ini maka
transmigrasi dianggap salah satu usaha pemecahan permasalah-
an, tetapi target transmigrasi selama Repelita III sebanyak
22.000 belum tercapai dan masih terdapat sisa sebanyak 6.500
KK.

Di bidang pangan Daerah Istimewa Yogyakarta telah dapat


memenuhi kebutuhannya sendiri akan tetapi lahan pertanian
yang tersedia di daerah untuk pertanian cenderung tergeser
guna keperluan pemukiman penduduk dan industri (hampir 100 ha
setiap tahun). Sedangkan pemilikan tanah rata-rata hanyalah
0,5 ha per petani. Dengan demikian apabila tidak diikuti de-
ngan kebijaksanaan yang tepat maka lahan pertanian akan terus
menciut sedangkan usaha mempertahankan swasembada pangan akan
terganggu.

Pola tanam tanaman keras di lereng bukit masih perlu di-


perkenalkan dan digalakkan kepada petani di daerah kritis de-
ngan tanaman komoditi seperti, jambu mete, buah-buahan dan
lain-lain terutama di lokasi disebelah utara kabupaten Kulon
Progo.

358
Dalam rangka pengembangan industri, yang diarahkan pada
industri kecil atau industri kerajinan rakyat, maka masalah
pokok yang dihadapi adalah kurangnya modal untuk menunjang
pembelian peralatan industri serta kurangnya tenaga penyuluh
industri kecil.
Masalah lain yang dihadapi dalam pengembangan industri
kecil, seperti produksi sabit, batu bata, genteng dan lain-
lain, adalah masalah pemasaran sehingga perlu didukung dengan
kebijaksanaan pemerintah untuk memperlancar pemasaran dan
agar kegiatan pembangunan menggunakan produksi lokal, dan
membatasi masuknya barang-barang impor yang sejenis yang da-
pat diproduksi di dalam negeri. Pembinaan hasil produksi in-
dustri kecil dan kerajinan rakyat dengan peningkatan mutu dan
desain barang hasil produksinya, perlu ditingkatkan agar da-
pat memenuhi selera pembeli.

Selama Repelita III data statistik menunjukkan bahwa jum-


lah wisatawan asing cenderung untuk menurun, tetapi wisatawan
dalam negeri agaknya menunjukkan kenaikan terutama wisatawan
remaja dari berbagai-bagai daerah. Hal ini terjadi khususnya
pada hari libur panjang.
Untuk mempromosikan hasil kebudayaan, dengan kegiatan
berbagai atraksi-atraksi seperti seni tari dan lain-lain,
yang menjadi masalah adalah kurangnya sarana penunjang seba-
gai pusat penampilan seni tersebut. Sedang untuk menampung
wisata remaja perlu peningkatan akomodasi dan untuk menuju
obyek-obyek wisata perlu didukung adanya peningkatan dan pem-
bangunan baru jalan dan jembatan.

Penyebaran anak-anak usia sekolah tidak merata diseluruh


daerah, sedang lulusan sekolah mulai dari SD, SMTP dan SMTA

359
rata-rata mencapai 56.000 anak didik per tahun. Akibatnya da-
ya tampung untuk lulusan SD, SMTP dan SMTA menjadi kecil,
apalagi daya tampung untuk masuk perguruan tinggi.
Di samping itu perlu adanya pengawasan tentang mutu pen-
didikan terutama sekolah swasta.

Anak-anak kurang bergairah untuk memasuki sekolah kejuru-


an karena dianggap kurang menarik, oleh karena itu perlu ada-
nya perangsang, misalnya bea siswa dan sebagainya.
Lulusan SPG (kebanyakan wanita) sulit untuk dipekerjakan
di sekolah-sekolah, apalagi di Jawa, sehingga perlu penempat-
an di luar Jawa.

Jumlah Puskesmas yang telah ada sebanyak 83 buah relatip


sudah mencukupi, namun bila 1 buah Puskesmas harus memberikan
pelayanan untuk 30.000 penduduk, maka ini berarti bahwa jum-
lah tersebut masih dirasakan kurang. Ditambah pula dengan ma-
sih kurangnya jumlah tenaga medis dan paramedis yang ada maka
masalah yang perlu dipecahkan adalah menambah tenaga medis
dan para medis disetiap Puskesmas yang ada tersebut. Untuk
menambah pelayanan kesehatan masyarakat, perlu peningkatan
type rumah sakit yang ada sekarang menjadi type C untuk
setiap kabupaten.

II. ARAH DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

1. Arah pembangunan daerah dalam rangka pembangunan na-


sional.

Dengan memperhatikan keadaan dan potensi daerah serta ma-


salah-masalah mendesak yang dihadapi, maka arah dan kebijak-
sanaan pembangunan yang telah ditempuh selama Repelita III,

360
akan dilanjutkan dan dikembangkan dalam Repelita IV.
Berbagai upaya akan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Repelita
IV diarahkan pada pemerataan pembangunan dan pertumbuhan eko-
nomi yang optimal. Kegiatan dititik-beratkan pada usaha per-
tanian, perindustrian, perdagangan dan pariwisata. Pertanian
dipusatkan pada peningkatan produksi dan produktivitas tanam-
an pangan. Di bidang industri dan kerajinan diusahakan pe-
ningkatan mutu dan daya saing. Berbagai usaha dilakukan guna
peningkatan jasa pelayanan, peningkatan kesempatan kerja ser-
ta menciptakan lapangan kerja baru.

Pertumbuhan ekonomi sebagai hasil pembangunan harus dapat


lebih meningkatkan kesejahteraan rakyat secara merata serta
dapat membawa kepada tingkat kemampuan penduduk yang sanggup
mandiri, menuju peningkatan mutu hidup dan kehidupan yang le-
bih baik.
Pengembangan kebudayaan daerah akan lebih ditingkatkan
dalam rangka memperkaya khazanah budaya nasional dengan mem-
perhatikan kesenian tradisional, serta mempertahankan pening-
galan sejarah dan tradisi khas daerah.

Sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Daerah Istimewa


Yogyakarta di bidang pendidikan, maka kebijaksanaan di bidang
pendidikan diarahkan sebagai upaya sumbangan daerah dalam
rangka meningkatkan kecerdasan bangsa serta menyediakan tena-
ga yang terlatih, terdidik dan terampil bagi pembangunan. Pe-
ngembangan pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai de-
ngan pendidikan tinggi terus dikembangkan baik metodik bela-

361
jar dalam kelas maupun di luar kelas yang berorientasi pada
kehidupan masyarakat sekelilingnya.

Dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu


dimanfaatkan pusat-pusat ilmiah dan studi yang telah ada di
daerah dengan cara menjalin kerjasama dalam hal penciptaan,
penemuan, dan perumusan teknologi tepatguna, madya dan mo-
dern sehingga dapat mendorong pembangunan daerah lebih lanjut.

Pembangunan prasarana dan sarana perhubungan untuk menun-


jang kelancaran, peningkatan dan keberhasilan pembangunan di-
sertai dengan usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efekti-
vitas pelayanan. Pembangunan prasarana perhubungan perlu di-
arahkan untuk menata kembali jaringan perhubungan baik dalam
wilayah perkotaan maupun hubungannya dengan wilayah pedesaan
sehingga dapat tercipta kesatuan wilayah yang mantap.

Pembangunan pedesaan dan perkotaan akan lebih ditingkat-


kan dengan pendataan perwilayahan untuk mendapatkan kecermat-
an dalam pemanfaatan potensi dan pemecahan masalah dari ma-
sih-masing wilayah. Bagi daerah kritis dan rawan pangan serta
daerah yang padat penduduknya diusahakan penanganan secara
lebih terpadu.
Yogyakarta sebagai Ibu kota propinsi perlu diusahakan pe-
ngaturan tata ruangnya yang mencakup beberapa kawasan di da-
lam maupun disekitarnya guna meningkatkan peranannya sebagai
pusat pelayanan.

Pembinaan dunia usaha akan ditingkatkan dengan mencipta-


kan iklim yang sehat yang mendorong swasta untuk berminat me-
nanamkan modalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta me-
ningkatkan usaha golongan ekonomi lemah dengan cara penangan-

362
an yang lebih bersifat terpadu antar sektoral, serta mendo-
rong mereka untuk memanfaatkan wahana koperasi.

Guna memperlancar perencanaan dan pelaksanaan pembangunan


kemampuan dan keterampilan aparat perencana di daerah perlu
lebih ditingkatkan.

Dalam Repelita IV Daerah Istimewa Yogyakarta diperkirakan


akan berkembang dengan laju pertumbuhan rata-rata 3,5% seta-
hun.
2. Kebijaksanaan pembangunan daerah

Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas beberapa kawasan


pembangunan yaitu:
Wilayah pembangunan I meliputi kawasan Lereng Merapi sampai
kelembah pesisir Samudera Indonesia (termasuk daerah Kabupa-
ten Sleman, Bantul dan Kotamadya Yogyakarta), dengan pusatnya
Yogyakarta. Kegiatan diarahkan pada peningkatan produksi ta-
naman pangan dan hortikultura, pembangunan dan pemeliharaan
pengairan, pemeliharaan kelestarian alam, peningkatan produk-
si daging, perikanan darat dan kewaspadaan terhadap bencana
alam Gunung Merapi.

Selain daripada itu pembangunan diarahkan untuk mendukung


Yogyakarta sebagai pusat pendidikan, pusat kebudayaan, daerah
tujuan wisata, pusat pelayanan perdagangan dan transportasi
regional, pusat pelayanan kesehatan serta pengembangan indus-
tri besar dan kecil yang diarahkan untuk menunjang pertumbuh-
an ekonomi dan menciptakan lapangan kerja daerah dan kesempa-
tan kerja.

Dalam mendukung kebijaksanaan kependudukan, maka program


keluarga berencana dan transmigrasi perlu ditingkatkan.

363
Berbagai usaha perlu dilakukan untuk menjaga kemungkinan
bencana alam Gunung Merapi dan mengatasinya. Di samping itu
kewaspadaan terhadap kelestarian alam dan lingkungan perlu
ditingkatkan di wilayah ini.

Wilayah Pembangunan II meliputi daerah Perbukitan Mano-


reh di Kabupaten Kulon Progo dengan pusatnya Wates. Kegiatan
diarahkan untuk peningkatan pembangunan dan pemeliharaan pe-
ngairan dalam rangka meningkatkan hasil pertanian tanaman pa-
ngan, pembangunan perbukitan dengan pola tanam terasering,
peningkatan serta perluasan tanaman keras dan tanaman perda-
gangan, peningkatan tanaman hortikultura, pengembangan pro-
duksi peternakan, serta usaha-usaha untuk mengatasi masalah
genangan air di bagian selatan.
Selain itu perlu dikembangkan pembangunan industri dalam
hubungannya dengan pemanfaatan potensi tambang dan galian,
serta peningkatan industri kecil guna mendukung pertumbuhan
ekonomi daerah dan menciptakan lapangan kerja serta kesempat-
an berusaha.

Kebijaksanaan kependudukan masih tetap mengutamakan pro-


gram keluarga berencana dan transmigrasi.

Di daerah perbukitan masih terdapat daerah-daerah yang


terisolasi. Usaha untuk membuka daerah tersebut perlu diting-
katkan dengan pembangunan prasarana perhubungan.
Wilayah Pembangunan III meliputi kawasan Perbukitan Gu-
nung Seribu di Kabupaten Gunung Kidul dengan pusatnya Wono-
sari. Masalah pokoknya adalah penyediaan air untuk perta-
nian dan kehidupan sosial. Kegiatan diarahkan pada pemanfaat-
an potensi air tanah untuk meningkatkan kualitas hidup, usaha

364
penghijauan dan reboisasi, peningkatan produksi tanaman pa-
ngan melalui pola tanam dengan terasering serta pola tanam di
tanah perbukitan yang kering, peningkatan produksi peterna-
kan, pengembangan perikanan laut dan darat.
Guna mendukung kebijaksanaan kependudukan, masih perlu
ditingkatkan program keluarga berencana dan transmigrasi.
Perhatian khusus untuk menangani daerah yang terisolasi de-
ngan usaha pembukaan serta pembangunan prasarana perhubungan.
Selanjutnya perlu adanya pembangunan daerah wisata pantai gu-
na mendukung Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata.

III. KEGIATAN-KEGIATAN PEMBANGUNAN SELAMA REPELITA IV


Untuk mempertahankan swasembada pangan sesuai dengan per-
tumbuhan penduduk, maka perlu dilakukan usaha-usaha peningkat-
an produksi pangan melalui: pertanian pangan dengan usaha
intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi
tanaman padi dan palawija. Beberapa jenis komoditi palawija
dan hortikultura yang akan dikembangkan adalah: bawang merah,
bawang putih, kedele, jagung, sorghum, dan ubi kayu. Pembina-
an usaha-usaha pasca panen dan pemasaran hasil-hasil pertani-
an serta tenaga penyuluh pertanian perlu diperhatikan. Usaha
ekstensifikasi melalui pencetakan sawah baru akan dilaksana-
kan pada lahan irigasi sederhana di Kabupaten Kulon Progo,
Bantul, Gunung Kidul dan Sleman, serta lahan irigasi sedang
kecil di Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul.

Pembangunan peternakan akan ditingkatkan melalui usaha


pokok intensifikasi yang mencakup semua jenis ternak, diver-
sifikasi yakni menambah kegiatan petani agar dapat mening-
katkan produktivitas kerjanya, usaha rehabilitasi yang dila-
kukan terhadap wilayah yang terkena wabah penyakit menular,
peningkatan hijauan makanan ternak serta peningkatan mutu

365
ternak melalui kawin suntik. Di samping itu akan ditingkatkan
usaha pengembangan aneka ternak antara lain kelinci dan ung-
gas, serta penyidikan penyakit hewan di Daerah Istimewa Yog-
yakarta.

Di bidang perikanan, pembudidayaan perikanan baik peri-


kanan air tawar maupun tambak guna peningkatan gizi makanan
akan digalakkan. Di samping itu akan dikembangkan pangkalan
pendaratan ikan di Baron (pantai selatan) dan balai benih
ikan (BBI) di Cangkringan akan diperluas.

Dalam rangka peningkatan produksi perkebunan, akan dilak-


sanakan melalui usaha-usaha pokok peremajaan/perluasan tana-
man kelapa, cengkeh, panili, tebu dan jambu mete, yang akan
mencakup areal 6.550 ha, serta intensifikasi dan rehabilitasi
jambu mete seluas 19.000 ha. Selain usaha peningkatan produk-
si, juga akan diikuti dengan usaha peningkatan mutu serta
perbaikan tata niaga dengan pengikutsertaan PNP/PTP, perke-
bunan besar dan lembaga swasta lainnya dengan meningkatkan
peranserta koperasi. Pelaksanaannya akan dilakukan dengan po-
la UPP, pola PIR dan secara parsial. Di samping itu akan diu-
sahakan pengembangan tanaman yang potensial non tradisional
seperti linum, abaca, stevia, kenaf, melinjo, jarak, tanaman
obat-obatan dan lain-lain.

Dalam rangka reboisasi dan penghijauan, maka di bidang


kehutanan akan diusahakan perluasan dan reboisasi hutan serta
meningkatkan usaha penghijauan.
Di bidang pengairan keterpaduan dan kerjasama perencanaan
dan pelaksanaan proyek, seperti pembangunan waduk Sermo dan
kelestarian aliran dan sumber air untuk irigasi seperti Pro-
yek Kali Progo perlu dilanjutkan. Selain itu dilanjutkan pe-

366
ngembangan air tanah di wilayah selatan Yogyakarta, usaha-
usaha perbaikan sungai untuk pengendalian banjir dan pe-
ngendalian lahar Gunung Merapi.

Di bidang industri pengembangan industri ditujukan khu-


susnya untuk peningkatan pembinaan dan peningkatan kemampu-
an industri kecil dalam memiliki dan memanfaatkan peralatan
yang sesuai dengan kebutuhan dan bersifat labour-intensive
(padat tenaga).

Guna melindungi basil produksi industri-industri kecil


dan kerajinan rakyat yang condong untuk meningkat dan berkem-
bang, akan diambil kebijaksanaan antara lain: (1) memanfaat-
kan hasil industri kecil dan kerajinan rakyat seperti batu
bata, pacul, parang dan lain-lainnya untuk mengisi peralatan
yang dibutuhkan oleh proyek-proyek pemerintah, yaitu untuk
mensuplai peralatan yang diperlukan oleh transmigrasi, batu
bata dan genteng untuk mensuplai kebutuhan proyek Perumnas
dan lain-lain, (2) membatasi dan melarang impor jenis komodi-
ti yang telah banyak dihasilkan oleh pengrajin dalam negeri.
Dalam rangka lebih meningkatkan kebutuhan tenaga-tenaga pe-
nyuluh lapangan, baik penyuluh teknis maupun spesialis akan
ditingkatkan. Di samping itu perlu adanya pusat perdagangan
basil kerajinan rakyat dan industri kecil seperti daerah Nga-
sem.

Di bidang pertambangan akan dilanjutkan dan ditingkatkan


kegiatan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam seperti ka-
olin, mangaan dan sebagainya, namun harus disertai dengan pe-
ngawasan yang menyeluruh demi untuk mempertahankan kelestari-
an alam. Usaha pertambangan rakyat akan lebih ditingkatkan
dengan penyempurnaan pengaturan dan pembinaan usaha pertam-

367
bangan, peningkatan promosi hasil dan sebagainya.

Di bidang kelistrikan akan ditingkatkan perluasan jaring-


an listrik sampai di ibukota kecamatan serta diusahakan mem-
percepat listrik masuk desa.

Pembangunan di bidang jalan meliputi peningkatan dan pe-


nunjangan jalan. Peningkatan jalan akan dilaksanakan antara:
Yogyakarta - Sentolo - Milir, Wates - Toyan, Toyan - Karang-
nongko, Sentolo - Klangon, Bantul - Srandakan, Yogyakarta -
Kaliurang, Yogyakarta - Panggang, Yogyakarta - Piungan – Ga-
ding, Gading - Gledag - Wonosari, Semin - Bulu dan Yogyakarta -
Bantul.

Dalam bidang perhubungan darat akan dikembangkan fasili-


tas dan pengawasan lalu-lintas jalan seperti untuk pengujian
kendaraan, peralatan operasional serta pemasangan rambu ja-
lan, marka jalan dan pagar pengamanan jalan. Di samping itu
rel kereta api antara Yogya dan Solo akan ditingkatkan.

Dalam rangka pengembangan pos dan telekomunikasi antara


lain akan dilaksanakan pembangunan kantor pos pembantu serta
bis surat. Untuk jasa telekomunikasi akan dipasang antara lain
sekitar 15.000 ss telepon serta akan diadakan sebuah stasiun
monitoring bergerak.
Dalam rangka mengembangkan dan mewujudkan Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai daerah pusat pariwisata dan pusat kebuda-
yaan, sarana promosi untuk pementasan hasil-hasil kebudayaan
asli perlu disempurnakan seperti pembangunan Mandala Wisata
sebagai pusat pengembangan atraksi-atraksi seni budaya. Se-
lanjutnya pembangunan sarana akomodasi hotel, penginapan se-
perti Youth Hostel, camping ground, serta peningkatan sarana

368
jalan dan jembatan untuk menuju obyek-obyek wisata perlu di-
tingkatkan.
Demikian pula pendidikan keterampilan para pengelola dan
pemandu wisata perlu ditingkatkan dengan memanfaatkan Akademi
Pariwisata serta lembaga pendidikan baik yang dikelola oleh
pemerintah maupun swasta.

Dalam rangka peningkatan kegiatan perdagangan akan dilak-


sanakan melalui penyempurnaan sistem administrasi termasuk
penyempurnaan perundang-undangan dan peraturannya, penyeder-
hanaan sistem perizinan serta usaha-usaha penyempurnaan lem-
baga perdagangan dan pemasaran untuk peningkatan efisiensi
dan efektivitas penyaluran sarana produksi serta pemasaran
hasil-hasil produksi. Demikian pula akan dilanjutkan usaha-u-
saha perluasan pasaran barang-barang produksi dalam negeri
melalui pameran-pameran dagang dan penyebarluasan informasi
pasar, perlindungan konsumen serta peningkatan dan pengem-
bangan peranan pedagang golongan ekonomi lemah melalui pena-
taran penyuluhan dan pusat-pusat pembinaan/pelayanan pengusa-
ha golongan ekonomi lemah. Usaha-usaha untuk meningkatkan
ekspor non migas akan terus dilanjutkan dalam rangka pengem-
bangan perdagangan luar negeri melalui pengendalian mutu,
penggarapan komoditi potensial, peningkatan koordinasi yang
lebih terpadu antar instansi dan penyuluhan eksportir.

Dalam bidang perkoperasian, upaya peningkatan kemampuan


organisasi, tata laksana, dan usaha akan dilanjutkan. Upaya
peningkatan itu tetap akan diprioritaskan pada koperasi pri-
mer, khususnya Koperasi Unit Desa (KUD) yang melaksanakan
usaha dalam bidang pertanian pangan, peternakan rakyat, pe-
rikanan rakyat, perkebunan rakyat, kerajinan rakyat, industri

369
kecil, perkreditan/simpan pinjam, kelistrikan desa, jasa ang-
kutan pedesaan, dan berbagai jenis komoditi ekspor yang di-
produksi masyarakat pedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk mendukung upaya peningkatan diatas, akan diusahakan


adanya penyempurnaan dalam metode, materi dan penyelenggaraan
pendidikan, penataran dan latihan keterampilan pengurus, ba-
dan pemeriksa, manajer, dan karyawan koperasi serta penyem-
purnaan cara pemberian bantuan tenaga manajemen yang terdi-
dik/terlatih kepada KUD yang dianggap masih memerlukan bantu-
an yang dimaksud. Untuk menciptakan iklim masyarakat yang
mendukung pengembangan kehidupan koperasi yang sehat, pene-
rangan dan penyuluhan perkoperasian akan dilanjutkan dan
ditingkatkan.
Untuk membantu golongan ekonomi lemah maka usaha-usaha
yang telah dilaksanakan dalam Repelita III, seperti bimbing-
an, latihan keterampilan untuk meningkatkan mutu, penyediaan
fasilitas pasar dan bantuan modal (kredit candak kulak dan
sebagainya) akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan, sedang-
kan potensi pengusaha kecil akan terus dikembangkan antara
lain melalui program KIK dan KMKP.
Di bidang tenaga kerja dilanjutkan kegiatan latihan, dan
keterampilan serta kewiraswastaan di lembaga-lembaga latihan
yang ada baik milik pemerintah, maupun lembaga latihan swasta
dan perusahaan. Kegiatan latihan disesuaikan dengan kebutuhan
pasar kerja dan kesempatan kerja daerah setempat. Selain itu
lebih ditingkatkan perencanaan tenaga kerja yang menyeluruh,
terkoordinasi dan terpadu mencakup semua sektor pembangunan
pemerintah dan swasta baik di Daerah Tingkat I, maupun di Da-
erah Tingkat II. Penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja muda
terdidik di daerah pedesaan sebagai tenaga kerja sukarela pe-

370
lopor pembaharuan dan pembangunan terus dilanjutkan dan di-
sempurnakan.

Proyek Padat Karya Gaya Baru (PKGB) yang ditujukan untuk


mengatasi masalah kekurangan lapangan kerja dilaksanakan di
kecamatan-kecamatan padat penduduk dan miskin baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan dengan mengutamakan wilayah-wilayah
yang sering dilanda bencana alam dan kegiatan ekonomi yang
menurun. Sejauh mungkin pelaksanaan kegiatan PKGB dipadukan
dengan pembangunan wilayah kecamatan UDKP.

Selama Repelita IV selain transmigrasi umum usaha untuk


mendorong lebih ditingkatkannya transmigrasi swakarsa akan
lebih digalakkan. Diperkirakan selama Repelita IV akan dapat
dipindahkan sejumlah ± 30.000 kepala keluarga atau sekitar ±
150.000 jiwa, ke daerah-daerah luar Jawa.

Dalam rangka pembangunan di bidang agama akan dilanjutkan


berbagai kegiatan yang pada dasarnya merupakan kegiatan pe-
nunjang bagi usaha-usaha pembinaan kehidupan beragama.

Dalam Repelita IV direncanakan antara lain akan disedia-


kan kitab suci berbagai agama, diberikan bantuan kepada ma-
syarakat untuk pembangunan/rehabilitasi 1.000 tempat ibadah
berbagai agama dan pembangunan 28 balai sidang pengadilan agama,
serta perluasan sejumlah balai sidang pengadilan agama dan
kantor-kantor urusan agama tingkat kecamatan, kabupaten/
kotamadya dan wilayah.
Sebagai usaha peningkatan mutu perguruan agama, akan di-
tingkatkan dan disempurnakan prasarana dan sarana pendidikan
pada madrasah ibtidaiyah negeri, madrasah tsanawiyah negeri
dan madrasah aliyah negeri serta pendidikan guru agama nege-
ri. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi rehabilitasi (terma-

371
suk madrasah ibtidaiyah swasta)/penambahan ruang kelas, pe-
nyediaan antara lain alat peraga, buku pelajaran dan buku
perpustakaan serta penataran guru berbagai bidang studi.

Selanjutnya IAIN Sunan Kalijaga akan terus ditingkatkan


sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Sementara itu pe-
nerangan dan bimbingan hidup beragama akan terus ditingkatkan
terutama bagi masyarakat-masyarakat khusus.

Di bidang hukum akan dilanjutkan berbagai kegiatan yang


pada dasarnya merupakan kegiatan penunjang bagi usaha-usaha
pembinaan dan penegakan hukum, pembinaan pemasyarakatan serta
pembinaan keimigrasian. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
antara lain perluasan/rehabilitasi sejumlah pengadilan negeri
dan pembangunan beberapa tempat sidang di kota-kota kecil.
Sementara itu akan dilanjutkan pula pembangunan 2 rumah ta-
hanan negara (RUTAN), pembangunan sejumlah rumah penitipan
benda-benda sitaan negara (RUPBASAN), dan perubahan sejumlah
lembaga pemasyarakatan menjadi RUTAN serta rehabilitasi/per-
luasan sejumlah kantor kejaksaan negeri.
Dalam pengembangan yurisprudensi, termasuk kasus hukum
adat, akan lebih ditingkatkan kerjasama dengan Universitas
Gajahmada. Demikian pula dalam meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat termasuk generasi mudanya akan ditingkatkan kegi-
atan penyuluhan hukum. Selanjutnya dalam rangka memberikan
kesempatan memperoleh keadilan dan perlindungan hukum, penye-
lenggaraan pemberian bantuan hukum bagi anggota masyarakat
terutama bagi mereka yang kurang mampu akan lebih dimantap-
kan. Dalam rangka penegakan hukum akan ditingkatkan pula pe-
laksanaan operasi yustisi.

Dalam rangka peningkatan daya tampung di bidang pendidik-

372
an untuk tingkat sekolah dasar akan dibangun tambahan sekitar
4.560 ruang kelas baru, perbaikan sekitar 1.940 gedung seko-
lah, serta rehabilitasi TK dan SLB yang telah ada. Pada ting-
kat SMTP, untuk SMP akan dibangun sekitar 100 unit sekolah
baru, penambahan sekitar 780 ruang kelas baru, rehabilitasi
46 sekolah, serta pengembangan sejumlah SMTP kejuruan dan
teknologi. Pada tingkat SMTA akan dibangun sekitar 10 unit
SMA baru, 1 STM, penambahan 415 ruang kelas baru untuk SMA
dan pengembangan 6 SPG, serta rehabilitasi. 14 gedung SMA, 11
STM dan SMT Pertanian, 9 SMEA, 1 SGO serta 5 sekolah kejuruan
dan teknologi swasta. Untuk pelaksanaan dan pemantapan wajib
belajar akan dibangun Kantor Pengelolaan Pembinaan Pendidikan
Dasar pada 18 kecamatan.

Untuk meningkatkan mutu pada TK, SLB, SD, SMTP, dan SMTA,
akan disediakan buku pelajaran serta alat-alat. Di samping
itu akan diadakan penataran guru, kepala sekolah, dan pembi-
na. Khusus pada tingkat SMTP dan SMTA akan dibangun 48 ruang
laboratorium ilmu-ilmu alam untuk SMP, dan 47 ruang untuk
SMA, ruang ketrampilan 94 ruang untuk SMP dan 55 ruang untuk
SMA. Dalam hal ini, penelusuran bakat dan kemampuan siswa
akan terus ditingkatkan.

Di dalam peningkatan pendidikan tinggi, Universitas Gajah


Mada akan ditingkatkan dan dikembangkan khususnya bidang tek-
nik, ekonomi/manajemen, sains dan pertanian; IKIP Yogyakarta
akan ditingkatkan untuk melaksanakan program pengadaan guru
khususnya guru kejuruan; sedangkan AMI, ASKI, dan ASTI Yogya-
karta akan ditingkatkan dan dikembangkan menjadi IKI (Insti-
tut Kesenian Indonesia) dan diarahkan untuk melestarikan ke-
budayaan daerah. Di samping itu pembinaan perguruan tinggi
swasta akan ditingkatkan.

373
Di bidang kebudayaan akan terus ditingkatkan antara lain
dalam bidang kepurbakalaan, kesejarahan, dan permuseuman. Di
samping itu dikembangkan kesenian meliputi kegiatan pembina-
an, pemeliharaan, penyebarluasan dan pemanfaatan kesenian da-
erah termasuk kesenian daerah yang hampir punah, dan fungsio-
nalisasi taman budaya, sedangkan pengembangan bahasa dan sas-
tra akan dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan bahasa dae-
rah dan pembinaan pengembangan bahasa Indonesia. Kecuali itu
akan dikembangkan perbukuan dan perpustakaan, inventarisasi
dan dokumentasi kebudayaan daerah, penelitian bahasa dan sas-
tra Indonesia dan daerah, penelitian purbakala, penerbitan
serta penyebarluasan hasil penelitian. Sedangkan dalam rangka
pemugaran peninggalan sejarah dan purbakala akan dilanjutkan
pemugaran Candi Prambanan dan pemugaran bekas keraton lama
Ratu Boko di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan masya-
rakat melalui Puskesmas akan dilakukan pembangunan 5 Puskes-
mas dan 42 Puskesmas Pembantu terutama di daerah padat pendu-
duk dan daerah terpencil, serta mengadakan 2 buah Puskesmas
rawat tinggal. Untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan
jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan diting-
katkan pula penyuluhan kesehatan masyarakat dengan mengguna-
kan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD).
Selain itu akan ditingkatkan berbagai kegiatan yang ditujukan
terutama kepada kelompok ibu dan anak serta usaha kesehatan
sekolah.

Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, akan


diusahakan peningkatan dan pengembangan RS dr. Sarjito, pemba-
ngunan 1 buah rumah sakit baru dan peningkatan 3 buah RS ke-

374
las D menjadi kelas C serta ditingkatkan pula pelayanan kese-
hatan jiwa terutama melalui pelayanan rawat jalan dan pening-
katan laboratorium kesehatan.
Untuk menjamin tercapainya sistem pengadaan dan distribu-
si obat pada unit pelayanan kesehatan akan dibangun 3 buah
sarana penyimpanan obat, alat dan perbekalan kesehatan.

Peningkatan upaya kesehatan lainnya adalah pencegahan dan


pemberantasan penyakit menular, serta peningkatan pengendali-
an, pengadaan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika, alat
kesehatan dan bahan berbahaya. Selain itu juga dilakukan pe-
ningkatan perbaikan gizi melalui usaha perbaikan gizi keluar-
ga (UPGK), peningkatan pencegahan dan penanggulangan keku-
rangan vitamin A dan anemia gizi serta pencegahan gondok en-
demik. Di samping itu pula akan ditingkatkan usaha kesehatan
lingkungan bagi semua penduduk serta diusahakan penambahan
jumlah sarana air bersih. Dalam rangka meningkatkan pemba-
ngunan sarana air bersih, terutama untuk penduduk di daerah
pedesaan, akan dibangun 20 buah penampungan air dengan perpi-
paan, 5 buah sumur artesis, 35 buah perlindungan mata air,
2.000 buah penampungan air hujan, 15.155 buah sumur pompa ta-
ngan dangkal dan dalam serta sejumlah sarana air bersih jenis
lainnya.

Untuk memenuhi kekurangan tenaga kesehatan khususnya te-


naga paramedik akan dilakukan peningkatan jumlah lulusan, de-
ngan melipat gandakan jumlah penerimaan melalui kelas paralel
dan pendidikan cepat pekarya kesehatan. Sarana pendidikan se-
kolah/akademi yang ada akan ditingkatkan, dan akan dilakukan
pembangunan berbagai sekolah/akademi kesehatan sesuai keper-
luan.

375
Di bidang kesejahteraan sosial akan dilakukan kegiatan
antara lain: pembinaan tenaga-tenaga pekerja sosial masyara-
kat untuk memberikan pelayanan umum pada bidang kesejahteraan
sosial di daerah-daerah pedesaan; memberikan bimbingan, la-
tihan dan fasilitas untuk menunjang usaha pemugaran rumah de-
sa dan lingkungan di antaranya Kabupaten Gunung Kidul dan Ka-
bupaten Sleman; meningkatkan pembinaan organisasi yayasan
yang bergerak di bidang sosial untuk meningkatkan partisipasi
sosial masyarakat; pembinaan karang taruna akan ditingkatkan
dan kegiatannya dipadukan dengan program pembinaan generasi
muda, dan di samping itu meningkatkan jumlah karang taruna
baru; meningkatkan peranan dan fungsi wanita diberbagai kegi-
atan sosial; meningkatkan penyantunan dan pengentasan kepada
gelandangan, korban narkotika, tuna susila, bekas narapidana
dan anak nakal; memberikan pelayanan kepada lanjut usia, ya-
tim piatu, anak terlantar, para cacat dan fakir miskin.

Pembangunan di bidang perumahan mencakup kegiatan-kegiat-


an pembangunan rumah sederhana dan rumah inti yang akan dila-
kukan antara lain di kota-kota Yogyakarta, Bantul dan Sleman.
Sedangkan perbaikan lingkungan perumahan kota akan ditangani
antara lain di Yogyakarta dan Bantul, sementara perintisan
pemugaran perumahan desa akan dilakukan di sekitar 150 desa.

Di bidang penanganan air bersih akan dilanjutkan kegiatan


yang telah dimulai dalam Repelita III serta perluasan/peman-
faatan dan peningkatan penyediaan air bersih antara lain di
Yogyakarta dan pelayanan air bersih pada beberapa IKK.

Usaha perintisan pembangunan drainase kota dan masalah


persampahan akan dilakukan antara lain di Yogyakarta.

376
Untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dan meningkat-
kan kesejahteraan keluarga, kegiatan program keluarga beren-
cana dilanjutkan. Diharapkan dapat dicapai sejumlah kurang
lebih 636.000 peserta baru dan sekitar 347.000 peserta lesta-
ri. Di samping itu dilanjutkan pembinaan untuk menjaga ke-
langsungan peserta keluarga berencana yang sudah ada.

Di bidang penerangan akan dilanjutkan tugas-tugas pene-


rangan operasional antara lain melalui sarasehan dengan me-
manfaatkan Puspenmas sebagai pusat pelayanan informasi, pa-
meran, kegiatan sosio-drama dan pertunjukan tradisional yang
komunikatif. Untuk meningkatkan penyebaran arus informasi ke
pedesaan, kegiatan koran masuk desa (KMD) dilanjutkan dengan
mengikutsertakan secara aktif peranan pers daerah setempat.
Dalam pada itu akan dilaksanakan rehabilitasi/pembangunan
stasiun RRI dan peningkatan siarannya.

Di bidang pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup


serta guna mempertahankan keseimbangan ekologi, terutama da-
lam rangka rehabilitasi tanah kritis, akan dilanjutkan kegi-
atan penghijauan dan reboisasi. Pelaksanaannya akan diutama-
kan pada daerah-daerah kritis terutama pada DAS Gunung Kidul.
Demikian pula pencegahan pencemaran lingkungan, baik di desa
maupun di perkotaan, pembinaan suaka alam dan hutan-hutan
lindung, akan dilanjutkan.

Dalam rangka mengkoordinasikan dan menyerasikan pelaksa-


naan kegiatan pembangunan yang dilakukan secara sektoral da-
lam berbagai program, baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun yang dilakukan oleh masyarakat, penyusunan rencana ta-
ta ruang kota dan wilayah akan dilanjutkan. Kualitas rencana
kota dan rencana wilayah akan ditingkatkan dan disempurnakan

377
hingga dapat dipergunakan secara efektif baik sebagai landas-
an pelaksanaan pembangunan kota dan wilayah maupun pembinaan
tertib tata ruang kota dan tata ruang wilayah. Prioritas akan
diberikan kepada kota-kota pusat pembangunan dan wilayah-wi-
layah yang berkembang dengan cepat.

Untuk mengusahakan keserasian dan pemerataan pembangunan


di seluruh daerah, maka pembangunan sektoral ditunjang dengan
program-program bantuan kepada daerah. Program-program terse-
but dimaksud adalah Bantuan Pembangunan Desa, Bantuan Pemba-
ngunan Daerah Tingkat II, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat
I, Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar, Bantuan Pembangunan Sa-
rana Kesehatan, Bantuan Pembangunan Reboisasi dan Penghijau-
an, Bantuan Penunjangan Jalan Kabupaten dan Bantuan Kredit
Pembangunan/Pemugaran Pasar.

378
TABEL
LUAS WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
TAHUN 1980

Luas Jumlah Jumlah Kepadatan


Jumlah
No. Kabupaten/Kotamadya Wilayah Kecama- desa/Ke- Penduduk
Penduduk
(km2) tan lurahan per km2

1. Kodya Yogyakarta 32,5 14 163 398.727 12.252

2. Kab. Bantul 506,9 17 75 634.481 1.328

3. Kab. Sleman 575,3 17 86 677.368 1.280

4. Kab. Gunung Kidul 1.485,1 13 144 659.531 458

S. Kab. Kulon Progo 542,7 12 88 380.706 701

DAERAH TINGKAT I : 3.142,7 73 556 2.750.813 868

379
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROPINSI JAWA TENGAH

Keterangan :

= PUSAT WILAYAH PEMBANGUNAN

381

Anda mungkin juga menyukai