Anda di halaman 1dari 7

HALUSINASI

1. DEFINISI
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014)
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara.(Kusumawati & Hartono, 2012)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (Damaiyanti, 2012)

2. JENIS/MACAM
Haluinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
a) Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara
orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b) Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya, gambaraan
geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan komplesk. Bayangan
bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
c) Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau busuk, amis,
dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau
harum. Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d) Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
e) Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan
menjijikkan.
f) Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. (Yosep
Iyus, 2007)
g) Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
 Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah
tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis. Misalnya sering merasa
diringa terpecah dua.
 Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang dialaminya seperti
dalam mimpi. (Damaiyanti, 2012)

3. TANDA DAN GEJALA


Perilaku paisen yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
 Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
 Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon verba lambat
 Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari orang ain
 Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
 Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah
 Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
 Curiga, bermusuhan,merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya) dan
takut
 Sulit berhubungan dengan orang lain
 Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung,jengkel dan marah
 Tidak mampu mengikuti perintah
 Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton. (Prabowo,
2014)
4. FASE
5. PROSES TERJADINYA MASALAH
Terjadinya Halusinasi dimulai dari beberapa fase.Hal ini dipengaruhi oleh intensitas
keparahan dan respon individu dalam menanggapi adanya rangsangan dari luar.Menurut
(Stuart, 2007) tahapan halusinasi ada empat tahap. Semakin berat tahap yang diderita
klien, maka akan semakin berat klien mengalami ansietas. Berikut ini merupakan tingkat
intensitas halusinasi yang dibagi dalam empat fase.
a) Fase I :
Comforting : Ansietas tingkat sedang, secara umum halusinasi bersifat
menyenangkan.
 Karakteristik:
Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas,
kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada
penenangan pikiran untuk mengurani ansietas, individu mengetahui bahwa
pikiran dan sensori yang dialaminya tersebut dapat dikendalikan jika
ansietasnya bisa diatasi (Nonpsikotik).
 Perilaku klien:
o Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
o Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
o Gerakan mata yang cepat.
o Respons verbal yang lamban.
o Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
b) Fase II :
Complementing : Ansietas tingkat berat, Secara umum halusinasi bersifat
menjijikan.
 Karakteristik :
Pengalaman sensori yang bersifat menjijikan dan menakutkan. Orang yang
berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin
merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain
(Nonpsikotik).
 Perilaku klien
o Peningkatan syaraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya,
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
o Penyempitan kemampuan konsentrasi.
o Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
c) Fase III :
Controling : Ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menjadi penguasa.
 Karakteristik :
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi
dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya.Isi halusinasi dapat berupa
permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori
tersebut berakhir (Psikotik).
 Perilaku klien
o Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya.
o Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
o Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
o Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
d) Fase IV :
Conquering panic : Ansietas tingkat panic, Secara umum halusinasi menjadi lebih
rumit dan saling terkait dengan delusi.
 Karakteristik:
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila
tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik).
 Perilaku klien
o Perilaku menyerang seperti panik.
o Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
o Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,
menarik diri, atau katatonik.
o Tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks.

6. PEMERIKSAAN DAN PENGKAJIAN


Menurut (Stuart, 2007) data pengkajian keperawatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi
pengkajian perilaku, faktor predisposisi, faktor presipitasi , penilaian terhadap stressor,
sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Pengkajian tersebut dapat
diuraikan menjadi:
a) Pengkajian perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan persepsi mengacu pada identifikasi dan
interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indra perilaku tersebut digambarkan dalam rentang respon neurobiologis dari
respon adaptif, respon transisi dan respon maladaptif.
b) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang berpengaruh pada pasien halusinasi dapat mencakup:
 Dimensi biologis
Meliputi abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis maladaptif yang ditunjukkan melalui hasil penelitian
pencitraan otak, zat kimia otak dan penelitian pada keluarga yang melibatkan
anak kembar dan anak yang diadopsi yang menunjukkan peran genetik pada
skizofrenia.
 Psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologis yang maladaptif
belum didukung oleh penelitian.
 Sosial budaya
Stres yang menumpuk dapat menunjang awitan skizofrenia dan gangguan
psikotik lain, tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
c) Faktor presipitasi
Stresor pencetus terjadinya halusinasi diantaranya:
 Stresor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif
meliputi gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatu
proses informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus.
 Stresor lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis berinteraksi
dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
 Pemicu gejala
Pemicu merupakan perkusor dan stimuli yang menimbulkan episode baru
suatu penyakit.Pemicu biasanya terdapat pada respons neurobiologis
maladaptif yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan
perilaku individu.
d) Penilaian stresor
Tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukkan bahwa stres menyebabkan skizofrenia.
Namun, studi mengenai relaps dan eksaserbasi gejala membuktikan bahwa stres,
penilaian individu terhadap stresor, dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan gejala.
e) Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh
gangguan otak pada perilaku.Kekuatan dapat meliputi modal, seperti intelegensi atau
kreativitas yang tinggi.
f) Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif meliputi:
 Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup
seharihari.
 Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
 Menarik diri.

Menurut (Keliat, 2006) tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan, atau masalah klien.Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) aspek, yaitu fisik,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk dapat menjaring data yang diperlukan,
umumnya dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar
memudahkan dalam pengkajian.
Diagnosa keperawatan (Rasmun, 2001) yang dapat diangkat adalah :

 Isolasi Sosial
 Resiko Perilaku Kekerasan
 Harga Diri Rendah
 Perubahan sensori persepsi: halusinasi b/d menarik diri
Tujuan Umum
Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tujuan Khusus
a) TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya
Bina hubungna saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
b) TUK 2 : pasien dapat mengenal halusinasinya
Bantu mengenal halusinasi
Jika pasien tidak sedang berhalusinasi klarivikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan pasien isi, waktu, dn frekuensi halusinasi pagi,
siang , sore, malam atau sering, jarang )
Diskusikan tentang apa yang dirasakaan saat terjadi hausinasi
Diskusikan tentang dampak yang akan dialami jika pasien menikmati
halusinasinya
c) TUK 3 : pasien dapat mengontrol halusinasinya
Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi
Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol halusinasi
Bantu pasien memiih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya
d) TUK 4 : pasien dapat dukungan dari keluarga daam mengontrol hausinasi
Diskusikan dengan keluarga : pemgertian halusianasi, tanda gejala, proses
terjadi, cara yang bisa diakukan oleh pasien dan keluarga untuk memutus
halusinasi, obat-obat halusinasi, cara merawat pasien halusinasi dirumah, beri
informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
e) TUK 5 : pasien dapat menggunakan obat dengan benar
Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, dosis, nama,
frekuensi, efek samping minum obat
Pantau saat pasien minum obat

Anda mungkin juga menyukai