Anda di halaman 1dari 30

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan kebutuhan

terhadap bahan pangan terutama protein hewani yang berasal dari ikan juga

semakin meningkat. Salah satu sumber protein hewani adalah ikan (ikan air tawar

maupun air laut). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, banyak upaya yang

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya adalah dengan

budidaya secara intensif, dimana pakan yang diberikan berupa pakan buatan dan

tingkat kepadatan yang tinggi. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan

kesehatan pada ikan yang dibudidayakan, berupa serangan parasit, bakteri, jamur

dan virus.

Ikan gurami (Osphronemus gorami) adalah jenis ikan air tawar yang

populer dan disukai sebagi ikan konsumsi di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Disamping itu, di negara lainnya gurami juga dipelihara didalam akuarium. Ikan

gurami juga adalah ikan air tawar yang ekonomis yang banyak digemari

masyarakat yang banyak dipilih petani untuk dipelihara.

Pada tanggal 30 Maret 2015 yang lalu Kementrian Kelautan dan Perikanan

telah menetapkan Keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor 19/Kepmen-Kp/2015 Tentang Pelepasan Ikan Gurami Batanghari.

Pelepasan ikan ini bertujuan guna lebih memperkaya jenis dan varietas ikan

gurami yang berada dimasyarakat, telah dihasilkan ikan Gurami Batanghari

sebagai jenis ikan baru yang merupakan hasil domistikasi yang dilakukan oleh

Balai Perikanan Budidaya Ait Tawar (BPBAT) Jambi.


2

Timbulnya serangan penyakit merupakan hasil interaksi tidak serasi antara

ikan, kondisi lingkungan dan organisme atau agen penyebab terjadinya penyakit.

Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme

pertahanan tubuh yang dimiliki ikan menjadi lemah, akhirnya agen penyebab

penyakit mudah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan penyakit (Afrianto dan

Liviawaty, 1992).

Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dengan

inangnya dan merugikan organisme yang ditempati (inang). Parasit merugikan

inangnya karena mengambil makanan serta dapat menyebabkan kerusakan pada

tubuh inangnya. Pada umumnya tiap jenis parasit mempunyai inang tertentu

(inang spesifik). Parasit yang menyerang ikan dapat dibedakan dalam dua

kelompok yakni Ektoparasit dan Endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang

hidupnya ditubuh ikan bagian luar seperti pada kulit, sisik, sirip, anus, mata,

operculum dan ingsang. Sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidupnya

diorgan dan tubuh ikan bagian dalam seperti saluran pencernaan, hati, otot dan

darah (Aryaniet al, 2011)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

praktek magang tentang Pengamatan Ektoparasit pada Ikan Gurami Batanghari

(Osphronemus gouramy, Lac) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT)

Jambi.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis

ektoparasit yang menginfeksi ikan Gurami Batanghari dan cara pencegahan

terhadap infeksi ektoparasit di Balai Perikanan Air Tawar (BPBAT) Jambi.


3

Sedangkan manfaat dari praktek magang ini adalah dapat memberikan informasi

tentang jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan Gurami Batanghari di Balai

Perikanan Air Tawar (BPBAT) Jambi. Serta cara pencegahan dan penanganan

terhadap ikan Gurami Batanghari yang terrinfeksi Parasit.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gurami Batanghari

Klasifikasi (Osphronemus gouramy, Lac) tergolong dalam Filum Chordata,

Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Subordo Belontiidae, Famili

Ospronemidae, Genus Osphronemus dan Spesies Osphronemus gouramy, Lac.

Ikan gurami semula menyebar di pulau-pulau Sunda Besar (Sumatra, Jawa dan

Kalimantan), namun kini telah dipelihara sebagai ikan konsumsi di berbai negara

di Asia (terutama Asia Tenggara dan Asia selatan) serta Australia.

Morfologi ikan Gurami mempunyai bentuk badan agak panjang,pipih

kesamping (compressed) dan lebar serta tipe sisik (ctenoid). Mulut ikan gurami

berukuran kecil, letaknya miring dan dapat disembulkan sehingga tampak

monyong. Waktu masih diusia muda atau benih kepala ikan gurami meruncing

setelah dewasa kepalanya menjadi tumpul (Rukmana, 2011).

Gambar 1. Ikan Gurami Batanghari (Osphronemus gouramy, Lac)


Sumber :https://id.m wikipedia.org/wiki/Gurami
5

Ikan Gurami memiliki sirip punggung dan dubur (anal) ikan gurami

panjangnya dapat mencapai pangkal ekor, ikan gurami memiliki sepasang sirip

perut yang telah bermodifikasi menjadi seperti cambuk yang berfungsi sebagai

alat peraba. Sirip ekor ikan gurami berbentuk membulat (rounded). Panjang badan

ikan gurami dialam dapat mencapai 65 cm dengan berat badan lebih dari 10 kg.

Warna tubuh ikan gurami muda umumnya berwarna biru kehitam-hitaman dan

bagian perut berwarna putih (Mahyuddin,2009).

2.2. Habitat dan Distribusi

Ikan gurami menyukai tempat hidup atau habitat berupa perairan tawar yang

airnya tidak terlalu dalam airnya tidak terlalu deras, seperti dipinggiran sungai

atau dananu (Adnan, 2002). Walaupun tergolong ikan air tawar, ikan gurami

kadang-kadang juga ditemukan diperairan payau atau muara sungai dengan

salinitas mencaoai 25-30 ppt.

Ikan gurami adalah ikan asli Indonesia, karena ukurannya dianggap besar,

maka mendapatkan julukan Indonesia Giant gurami. Awalnya, ikan gurami

banyak ditemukan di Pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Tetapi karena sangat

digemari masyarakat, maka ikan ini menyebar ke beberapa pelosok tanah air.

Bahkan sejak abad 18, ikan gurami sudah di ekspor ke negara lain, diantaranya

Madagaskar, Mauritius, Australia, Srilangka, Guyane, Martinique dan Haiti

(Robert, 1992).

2.3. Pakan dan Kebiasaan Makan

Pakan ikan Gurami terdiri dari pakan alami (tumbuh-tumbuhan) dan pakan

buatan (pellet). Pakan alami yang diberikan pada ikan yang masih stadia larva
6

atau benih adalah Artemia sp, kutu air (Daphnia sp) dn Tubifex sp. Ikan gurami

juga pemakan tumbuh-tumbuhan seperti daun keladi, sente (Alokacia

macrrobiza), genjer, kangkung, kimpul, ubi jalar, ketimun dan labu (Prihartono,

2004).

Ikan gurami tergolong jenis ikan Omnivora, yakni ikan yang dapat

memakan banyak jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun

binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan plakton yang

terdapat di dasar perairan (Khoiruman dan Khoirul A, 2003).

Ikan gurami pada masa benih memakan zooplankton dan setelah tumbuh

lebih besar ikan ini mulai berkembang sebagai ikan pemakan jasad-jasad renik air

yang hidup didsar perairan (benthos) seperti larva , cacing Oligochaeta, Tubifex

sp dan beberapa jenis moluska. Larva ikan ini mulai kehabisan kuning telur

setelah berumur 2-4 hari. Ikan gurami juga sangat tanggap terhadap pakan buatan

dengan kadar protei 25-30% (Cholik, 2005). Ikan gurami aktif mencari makan

pada siang hari dan bagi ikan gurami yang berukuran besar juga aktif menangkap

serangga yang keluar pada malam hari. Selain itu gurami bisa diberi pakan berupa

pellet (Khoiruman et al., 2008).

2.4. Parasit dan Penyakit

Parasit pada ikan terbagi menjadi dua yaitu parasit yang hidup dibagian luar

permukaan tubuh ikan (Ektoparasit) dan parasit yang hidup didalam tubuh ikan

seperti pada otak, gonad, saluran pencernaan dan darah (Endoparasit). Parasit

adalah organisme yang menumpang hidup pada tubuh organisme lain yang

bersifat merugikan organisme yang ditumpagi (Brotowidjoyo, 1987).


7

Penelitian Argionon(2012), dilaporkan bahwa lima jenis ektoparasit yang

menyerang pada benih ikan gurami, yaitu: Trichodina sp, Chilodonella sp,

Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp dan Ichthyophthirius multifiliis sedangkan

endoparasit tidak ditemukan pada benih ikan gurami.

2.5. Jenis-Jenis Ektoparasit yang Menyerang Ikan Gurami Batanghari

2.5.1. Trichodina sp

Trichodina merupakan protozo dari kelompok ciliata, memiliki bulu getar

peritrikha. Trichodina merupakan agensi pemyebab penyakit Tricodiniasis. Sel

Trichodina berbentuk bundar seperti cawan, dengan diameter 50 µm, bulu getar

terangkai dikedua sisi sel dan memiliki makro serta mikronukleus (Irianto, 2005).

Menurut Kordi (2004) parasit Trichodina berbentuk bundar seperti topi,

berukuran lebih dari 100 mikron, pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran

pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan diri ketubuh ikan atau benda-benda

lainnya. Parasit ini menempel pada bagian kulit, sirip dan ingsang serta

menyebabkan iritasi.

Trichodina ini mempunyai ciri khas antara lain: bentuk tubuh bulat dengan

ujung tumpul dan sisi lateral seperti lonceng, mempunyai dentakel (cincin) yang

berfungsi untuk bergerak cepat di permukaan tubuh, sirip dan ingsang ikan. Ikan

yang terinfeksi oleh parasit ini menunjukkan tingkahlaku yang aneh dan terjadi

perubahan warna pada tubuh ikan. Nafsu makan berkurang, sehingga ikan

menjadi lemas dan kurus. Produksi lendir meningkat sehingga tubuh nampak

mengkilat (Aryani et al, 2011). Serangan dengan intensitas yang tinggi dapat
8

menyebabkan hiperlasia pada sisik dan kerusakan struktur ingsang, yang pada

akhirnya menyebabkan kematian pada ikan.

Tricodinasis terjadi pada ikan ait tawar maupun ikan air laut, secara klinis

ikan yang sakit akan letargik, produksi mucus meningkat, borok bisa terjadi di

kulit, sirip rusak dan jika infeksi terjadi pada ingsang ikan maka akan terjadi

gangguan pernafasan. Trichodina melekat pada tubuh dan menyebabkan nekrosis

pada bagian pelekatan tersebut. Penularan Trichodiniasis melalui kontak langsung

dengan ikan atau air yang terkontaminasi (Irianto, 2005). Penanggulangan

terhadap penyakit ini dapat dilakunga dengan mengurangi padat tebar yang terlalu

tinggi, air yang masuk kedalam wadah pemeliharaan harus melalui penyaringan

dan menjaga kebersihan sarana budidaya. Pengobatan terhadap ikan yang

terinfeksi dapat dilakukan perendaman dalam larutan formalin 40 ppm selama 24

jam (di kolam), 150-200 ppm selama 15 menit. Biasanya juga menggunakan

Malachie green 0,1 gram/m3 selama 24 jam (Kordi, 2004).

2.5.2. Ichtyophthirius multifiliis

Parasit ini menyebabkan timbulnya penyakit Ichthyophthiriasis atau

penyakit ini disebut juga White spot (bintik putih). Parasit ini berbentuk bulat dan

disekeliling tubuhnya terdapat silia.Memiliki makronukleus berbentuk seperti

tapal kuda dan sekurang-kurangnya satu mikronukleus yang berbentuk bulat

(Anshary, 2008). Aryani et al (2011) menyatakan bahwa I. multifiliis mempunyai

ciri-ciri antara lain : bentuk oval, bundar dengan diameter 50 – 1000 mm, tubuh

dikelilingi oleh silia kecuali bagian interior yang berbentuk lingkaran yang disebut

sitostoma. Di dalam sitostoma terdapat inti yang besar seperti tapal kuda dan

sejumlah vakuola.
9

Ichthyophthirius multifiliis merupakan protozoa berbulu getar, parasit

obligat pada ikan air tawar yang harus menemukan inang baru dalam 48 jam

(pada suhu 25-27 OC). I. multifiliis dikenal sebagai penyebab penyakit bintik

putih atau Ich dan sangat umum terjadi pada ikan-ikan peliharaan dalam akuarium

atau tangki pembenihan (hatchery).Penyakit Ich sangat menular dan menyebar

dengan cepat. Secara klinis ikan yang terinfeksi menjadi hiperaktif dan berenang

sambil menggosokkan tubuhnya pada bebatuan atau dinding akuarium, ikan

mengalami penurunan nafsu makan dan ikan menjadi lemah atau penurunan

aktivitasnya (Irianto, 2005).Menurut Anshary (2008) Ikan yang terserang penyakit

bintik putih memiliki gejala klinis berupa adanya beberapa atau banyak bintik

keputih-putihan atau keabu-abuan pada kulit dan insang ikan. Ikan yang sakit

kehilangan nafsu makan, lethargik, keruh atau hemorhage pada mata.Ikan

terinfeksi berat memproduksi mukus yang banyak dan menggosok-gosokkan

badannya pada substrat atau dinding wadah pemeliharaan.

Penanggulangan ikan yang terserang penyakit ini antara lain, ikan diberok

dalam air mengalir, kurangi padat penebaran, pemberian makanan yang cukup,

parasit dapat dirontokkan dengan menaikkan suhu air di atas 28 OC. pengobatan

dapat dilakukan dengan perendaman dalam larutan yang mengandung formalin 25

cc/meter3 ditambah Malachite green oksalat 15 gram/ meter3 selama 24 jam atau

NaCl 10-15 gram/L selama 20 menit. Formalin 25 ppm diulang 3 kali selama

beberapa hari, atau pencelupan dengan dosis 200 ppm selama 15 menit (Kordi,

2004). Menurut Irianto (2005) penggunanaan kalium permanganat yangefektif

sebesar 2 mg/L selama 2-3 hari. Penggunanaan larutan garam 3% (NaCl) untuk
10

perendaman ikan yang terinfeksi I. multifiliis selama 30 detik hingga beberapa

menit sudah cukup efektif dalam mengendalikan infeksi.

2.5.3. Gyrodactylus sp

Gyrodactylus ini ditemukan pada kulit dan sirip ikan, menyebabkan

penyakit Gyrodactyliasis. Parasit ini bentuk tubuhnya kecil dan memanjang,

bagian posterior terdapat ophisthaptor dengan 16 kait tepi dan sepasang kait

tengah (anchor), serta tidak mempunyai bintik mata, pada ujung anterior terdapat

dua tonjolan atau cuping. Penularan parasit ini melalui kontak langsung antar

individu ikan yang gejala klinisnya, yaitu bintik-bintik merah di daerah tertentu,

kulit berwarna putih keabu-abuan, produksi mucus (lendir) tidak normal, warna

lebih gelap di sebagian atau seluruh tubuh, sisik dan kulit terkelupas, proses

respirasi dan osmoregulasi terganggu, sel darah putih meningkat. Nafsu makan

ikan berkurang dan pergerakkan menjadi lamban, sehingga ikan terganggu

pertumbuhannya (Aryani et al, 2011)

Pengobatan ikan yang terserang parasit ini dapat dilakukan dengan

perendaman dalam larutan garam dapur/ NaCl 12,5-13 gram/m3 selama 24-36 jam

atau NaCl 2% selama 30 menit. Juga dapat menggunakan larutan formalin 40

ppm selama 24 jam (di kolam/bak) atau 250 ppm selama 15 menit atau Methylene

blue 3 gram/m3 selama 24 jam dan atau KMnO4 0,01% selama 30 menit (Kordi,

2004).

2.5.4. Dactylogyrus sp

Dactylogyrus cenderung melekat pada insang dengan haptor, menginfestasi

hampir semua ikan air tawar, menyebabkan penyakit dactylogiriasis. Cacing ini
11

bentuknya pipih dan pada ujung badannya dilengkapi dengan alat yang berfungsi

sebagai pengait dan alat penghisap darah.Dactylogyrus lebih suka menyerang

insang ikan (Kordi, 2004). Parasit inimempunyai ciri khas, yaitu : bentuk pipih

dorsoventral dan bilateral simetris, mempunyai ophisthaptor yang dilengkapi

dengan 14 kait tepi dan sepasang kait pusat (anchor), warna transparan,

mempunyai bintik mata dua pasang, panjang tubuh 1-2 mm, pada bagian anterior

mempunyai empat lekukan (aryani et al, 2011).

Menurut Kordi (2004) ikan yang terserang parasit ini biasanya menjadi

kurus dan kulitnya tidak kelihatan bening lagi. Kulit juga terlihat pucat, bintik-

bintik merah di bagian tubuh tertentu, produksi lendir tidak normal dan pada

sebagian atau seluruh tubuh berwarna lebih gelap, sel darah putih berlebihan, juga

sering terlihat ikan menggosokkan badannya ke dasar atau pematang kolam serta

benda-benda keras lainnya. Cara mendiagnosanya adalah dengan cara mengikis

lamella insang atau mengambil satu lembar lamella insang kemudian letakkan di

atas kaca objek dan diperiksa atau diamati dibawah lensa mikroskop (Aryani et al,

2011).

Pengobatan ikan yang terserang parasit ini dapat dilakukan dengan

perendaman dalam larutan garam dapur/ NaCl 12,5-13 gram/m3 selama 24-36 jam

atau NaCl 2% selama 30 menit. Juga dapat menggunakan larutan formalin 40

ppm selama 24 jam (di kolam/bak) atau 250 ppm selama 15 menit atau Methylene

blue 3 gram/m3 selama 24 jam dan atau KMnO4 0,01% selama 30 menit (Kordi,

2004).
12

2.6. Pengobatan Parasit

Pengobatan untuk mencegah terjadinya serangan parasit dalm kolam atau

tambak dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan-bahan

kimia yang sering dijadikan obat antara lain yaitu Formalin, Hidrogen peroksida,

Antibiotik (prefuran), Methylen blue dan Malacyte green. Alternatif lain yang

sering dilakukan adalah vaksinasi atau indikasi kekebalan. Selain vaksin juga

dilakukan tindakan pemberian imunostimulan berupa vitamin C (Ilmiah, 2007).

Namun dilain pihak pemakaian bahan kimia dan antibiotik secara terus-menerus

dengan dosis atau konsentrasi yang kurang atau tidak tepat, akan menimbulkan

masalah baru berupa meningkatnya resistensi terhadap organisme terhadap bahan

tersebut. Selain itu, masalah lainnya adalah bahaya yang ditimbulkan terhadap

lingkungan sekitar, ikan bersangkutan dan manusia yang mengkonsumsi.

Berdasarkan masalah tersebut, perlu ada alternatif bahan obat yang lebih

aman yang dapat digunakan dalam pengendalian penyakit ikan. Salah satu

alternatifnya adalah menggunakan tumbuhan obat tradisional yang bersifat anti

parasit, anti jamur, anti bakteri dan anti viral. Keuntungan menggunakan

tumbuhan obat tradisional antara lain relatif lebih aman, mudah diperoleh, murah,

tidak menimbulkan resistensi dan relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan

sekitarnya. Beberapa tumbuhan obat tradisional yang diketahui dapat bermanfaat

dalam pengendalian beberapa penyakit iakn yaitu daun sirih (Piper betle L), daun

jambu biji (Psidium guajava L) dan sambiloto (Andrographis paniculata Ness).

2.7. Kualitas Air

Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurami harus bersih dan tanah dasar

kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia
13

beracun dan minyak atau limbah pabrik lainnay. Menurut Sitanggang (2004), suhu

yang ideal untukikan gurami 24-28 oC, pH 6,5-8,5 dan oksigen terlarut 4-6 mg/L.

Suhu dan CO2 yang tinggi padapat menyebabkan sistem enzim tidak dapat

berfungsi dengan baik, yang menyebabkan ikan menjadi stress dan penyakit dapat

berkembang dengan cepat sehingga ikan menjadi mudah terserang penyakit

terutama yang disebabkan oleh bakteri dan protozoa (Afrianto dan Liviawaty,

1992).
14

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek magang ini dilaksanakan pada tanggal 25 januari sampai 25 februari

2016 di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sei Gelam jambi yang

terletak di Jl. Sungai Gelam. Kec. Kumpeulu. Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktek magang ini adalah beberapa ekor ikan

Gurami (Osphronemus gouramy. Lac) berukuran 5-20 cm yang berasal dari Balai

Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Jambi. Ikan uji adalah ikan yang

menunjukan tanda-tanda berupa tingkah laku ikan tidak normal, tidak respon

terhadap makanan, berenang lambat, mengap-menggap di permukaan air dan juga

tidak respon terhadap gangguan. Tanda lain yang dapat dilihat yaitu sirip ikan

rusak, terdapat borok atau luka dan mata menonjol (exophthalmus).

Alat yang digunakan berupa mikroskop, gunting bedah, scalpel, cover glass,

objek glass, kertas label, pipet tetes. Selain itu juga diperlukan termometer untuk

mengukur suhu, pH meter / hand refraktometer untuk mengukur pH, DO–meter,

spectrofotometer, alat-alat tulis seperti buku tulis, pena, pensil, penggaris dan

kuisioner serta kamera sebagai dokumentasi dari kegiatan magang ini.

3.3. Metode Praktek

Metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu melakukan praktek

atau pengamatan terhadap ikan yang sakit, mengidentifikasi parasit yang

menyerang ikan Gurami Batanghari serta penanganan dan pengobatan terhadap


15

ikan yang terinfeksi parasit. Kemudian juga melakukan wawancara langsung

dengan staff pegawai di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sei

Gelam, Jambi.

3.3.1. Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam pengamatan ini adalah ikan Gurami

Batanghari (Osphronemus guramy. Lac) yang berasal dari Balai Perikanan

Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sei Gelam, Jambi. Sampel ikan yang diambil

menunjukkan gejala klinis terserang parasit, sampel harus dalam keadaan hidup,

karena sifat parasit yang hidupnya menempel pada inang yang masih hidup.

Pengukuran parameter kualitas air pada kolam pemeliharaan ikan Gurami

Batanghari (Osphronemus guramy. Lac) yang diukur adalah suhu, pH, DO dan

NH3.

3.3.2. Pengamatan Ektoparasit Pada Ikan Gurami Batanghari

Pengamatan Ektoparasit secara mikroskopis pada organ tubuh seperti kulit,

sirip dan insang, sebelum diperiksa ikan terlebih dahulu dilumpuhkan dengan cara

menusukkan jarum penusuk di bagian kepalanya. Kemudian dilakukan

pemeriksaan pada kulit dan sirip dengan cara mengerok (scrapping) lendir yang

terdapat pada kulit dan sirip dengan menggunakan scalpel. Hasil scrapping

diletakkan pada objek glass yang telah diteteskan akuades, selanjutnya tutup

dengan cover glass dandiamati di bawah mikroskop. Hasil pengamatan diambil

gambarnya untuk diidentifikasi dan sebagai dokumentasinya.

Pemeriksaan insang diperhatikan dahulu warna dan bentuknya, dengan cara

melakukan pemotongan tutup insang dan diamati keadaannya.Beberapa lamella

insang dipotong, hasil pemotongan diletakkan pada objek glass yang telah
16

diteteskan akuades kemudian tutup dengan cover glass.Preparat yang telah dibuat

selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop dan diambil gambarnya untuk

diidentifikasi serta sebagai dokumentasinya.

3.4. Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam praktek magang ini adalah:

3.4.1. Prevalensi

Tingkat Prepalensi parasit terhadap ikan Gurami Batanghari, dihitung

dengan menggunakan rumus berikut:

Jumlah ikan yang terinfeksi


Prevalensi = × 100%
Jumlah ikan yang diperiksa

3.4.2. Itensitas

Tingkat Itensitas serangan Parasit terhadap ikan Gurami Batanghari,

dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Jumlah parasit yang ditemukan


Itensitas =
Jumlah ikan yang terinfeksi

3.5. Analisis Data

Data yang dikumpulkan meliputi data Primer dan data Sekunder. Data

perimer diperoleh langsung dari hasil praktek magang dan wawancara dengan

pegawai Balai Perikanan Budidaya Air Tawar provinsi Jambi. Sedangkan data

sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan data yang

diperlukan, serta ditambahkan melalui studi pustaka dari buku-buku, jurnal dan

literatur lainnya.
17

Data yang diperoleh dari Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi,

dikumpulkan dan ditabulasikan dalam bentuk tabel serta dianalisis secara

deskriptif untuk memberikan gambarantentang keadaan umum Balai Perikanan

Budidaya Air Tawar (BPBAT) Jambi dan jenis-jenis ektoparasit yang menyerang

ikan Gurami Batanghari (Osphronemus gouramy. Lac).

3.5.1. Data Primer

Data primer yang dapat dikumpulkan pada praktek magang ini, yaitu

parameter kualitas air. Kualitas air merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan dalam usaha budidaya. Beberapa parameter kualitas air dapat dilihat

pada Tabel 1:

Tabel 1. Parameter Kualitas Air di BPBAT Jambi


No Parameter Kualitas Air Satuan Kisaran
O
1 Suhu C
2 pH Unit
3 Oksigen terlarut (DO) Ppm
4 Karbondioksida (CO2) Ppm
5 Ammoniak (NH3) Ppm

Faktor yang menyebabkan kematian pada ikan Gurami Batanghari

(Osphronemus gouramy. Lac) salah satu faktor tersebut iyalah serangan parasit

pada ikan Gurami. Parasit pada ikan Gurami dapat disebabkan oleh faktor

lingkungan yang kurang baik, adanya mikroorganisme patogen yang

menyebabkan timbulnya penyakit, kualitas pakan yang diberikan pada ikan

rendah, adanya luka pada tubuh ikan dan stress pada ikan juga mampu

menimbulkan penyakit. Jenis parasit yang menginfeksi ikan gurami dapat di

tabulasikan pada Tabel 2. Tingkat prevalensi dan itensitas ektoparasit dapat


18

ditabulasikan ke dalam Tabel 3 serta teknik pencegahan dan pengobatan pada ikan

Gurami batanghari dapat ditabulasikan ke dalam Tabel 4 :

Tabel 2. Jenis-Jenis Ektoparasit yang Menginfeksi Ikan Gurami Batanghari


(Osphronemus gouramy. Lac) di BPBAT Jambi
Ukuran Ikan
Ikan Jenis Parasit yang Organ yang
TL Berat Jumlah
Sampel ditemukan diserang
(cm) (gr)
1
2
3
4
5
Dst

Tabel 3. Tingkat Prevalensi dan Itensitas Ektoparasit pada Ikan Gurami


Batanghari (Osphronemus gurami. Lac) di BPBAT Jambi
Jumlah Ikan
Prevalensi
No Spesies Ektoparasit yang Terinfeksi Intensitas
(%)
(ekor)
1
2
3
Dst

Tabel 4. Teknik Pencegahan dan Pengobatan Parasit pada Ikan Gurami


Batanghari (Osphronemus guramy. Lac) di BPBAT Jambi
Jenis parasit Pencegahan Dosis Pengobatan Cara pemberian

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil wawancara kepada istansi terkait yang

berhubungan dengan data yang diperlukan, serta ditambahkan melalui studi

pustaka dari buku-buku, jurnal dan literatur lainnya yang dapat mendukung

kesempurnaan laporan akhir praktek magang.


19

Data skunder yang dibutuhkan pada pelaksanaan praktek magang bertujuan

untuk mendukung data-data yang telah ada. Beberapa data skunder yang

menunjang seperti tingkat pendidikan pegawai di Balai Perikanan Budidaya Air

Tawar (BPBAT) Jambi. Data mengenai tingkat pendidikan tenaka pelaksana atau

pegawai di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Jambi dapat dilihat

pada Tabel 5:

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Tenaga Plaksana di BPBAT Jambi


No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak Sekolah
2 SD
3 SMP
4 SMA
5 Sarjana Muda
6 S1
7 S2
8 S3

Dengan adanya tingkat pendidikan tenaga pelaksana di Balai Perikanan

Budidaya Air Tawar (BPBAT) Jambi, maka nanti akan terdapat perbedaan

keahlian yang akan ditabulasikan pada Tabel 6:

Tabel 6. Tingkat Keahlian Tenaga Pelaksana di BPBAT Jambi


No Tingkat Keahlian Jumlah Persentase (%)
1 Tenaga Pembantu
2 Tenaga Terampil
3 Tenaga Ahli

Tabel 7. Jumlah Pegawai dan Status Kepegawaian di BPBAT Jambi


No Status Kepegawaian Jumlah Persentase (%)
1 Teknisi
2 Pegawai
3 Tata Usaha
4 Dll
20

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui setatus kepegawaian dan jumlah

pegawai yang ada di Balai Perikanan Air Tawar (BPBAT) Jambi. Setatus

kepegawaian yang meliputi teknisi, pegawai, tata usaha dan lain-lainnya. Dari

Tabel 6 juga dapat diketahui jumlah keseluruhan pegawai yang ada dan

persentasinya di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Jambi.

Tabel 8. Keadaan Sarana dan Prasarana yang Ada di BPBAT Jambi

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) Keadaan

1
2
3
Dst

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui keadaan sarana dan prasaran yang ada

di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Jambi.


21

DAFTARA PUSTAKA

Adnan. 2002. Pembenihan Ikan Gurame di Akuarium. Argomedia Pustaka. Cet. 1.


Bogor.

Afrianto E dan Liviawaty E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.


Kanisius. Yogyakarta. 89 hal.

Afrianto E dan Liviawaty E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.


Penerbit Kanisius: Yogyakarta. 20 hal.

Anshary H. 2008. Modul Pembelajaran Parasitologi Ikan. Program


StudiBudidaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin.Makassar.

Argiono, Satwika Fajar. 2012. Inventarisasi Parasit pada Benih Ikan Gurami
dalam Kolam Terpal di Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta. Universitas Institut Pertanian Bogor.

Aryani N. H Syawal. I Lukistyowati dan M Riauwaty. 2011. Parasit dan Penyakit


Ikan. Unri Press : Pekanbaru.114 hlm.

Brotowidjoyo. M.D. 1987. Parasit dan Parasitisme. Media Sarana Press. Jakarta.
330 hal.

Cholik, F. 2005. Akuakultur Tumpuhan Harapan Masa Depan Bangsa.


Masyarakat Perikanan Nusantar (MPN). Jakarta.

Ilmiah, 2007. Peranan Imunostimulan dalam Meningkatkan Sintasan Benur


Windu (Penaeus monodon. Fab) Terhadap Serangan Virus Wssv.
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Muslim Indonesia. 73 hal.

Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Universitas Terbuka Press : Jakarta.128


hlm.

Khoiruman dan Khoirul, A. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Gurami Secara


Intensif. Argomedia Pustaka. Jakarta Selatan.

Khoiruman dan Khoirul, A. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.


Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.

Kordi MG. 2004.Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT. Rineka Cipta :
Jakarta.190 hlm.
22

Mahyuddin, Kholish. 2009. Paduan Lengkap Agribisnis Ikan Gurami. Penebar.


Swadaya. Jakarta.

Prihartono. 2004. Permasalahan Gurami dan Solusinya. Penebar Swadaya.


Sukabumi.

Robert, 1992. Systematic Revision of The Souteasth Asian Anabantoid Fish Genus
Osphronemus, With Description of Two New Species. Ichthyol Explor,
Freshwater, 2(4) : 351-360.

Rukmana, R. 2011. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Gurami. Kanisius.


Yogyakarta.

Sitanggang, M dan B Sarwono. 2007. Budidaya Gurami. Cetakan ke XXVIII.


Penebar Swadaya : Jakarta.
23

LAMPIRAN
24

ORGANISASI PRAKTEK MAGANG

1. PelaksanaPraktekMagang

NamaLengkap : Roi Anderson.S

NIM : 1404120756

Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Riau

Jurusan : Budidaya Perairan

Alamat : Jl. Swakarya, Gang. Permata, No 13. Panam

Pekanbaru.

2. DosenPembimbing

Nama Lengkap : Dr.Ir. Henni Syawal, M.Si

NIP : 196203121989032001

Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Riau

Jurusan : Budidaya Perairan

Alamat : Prum. Pondok Permata/Primkopad Blok E

no 15, Kelurahan Sidomulyo Barat,

Kec.Tampan, Pekanbaru
25

ANGGARAN BIAYA MAGANG

1. Biaya Persiapan:
1. Pengerjaan Proposal Rp. 50.000
2. Memperbanyak Proposal Rp. 100.000
3. Kertas dan Alat Tulis Rp. 50.000
Rp. 200.000

2. Biaya Pelaksanaan:
1. Transportasi Rp. 500.000
2. Sewa Kamar Selama Magang Rp. 200.000
3. Konsumsi Rp. 1.000.000
4. Dokumentasi Rp. 50.000
Rp. 1.750.000

3. Biaya Penulisan Laporan:


1. Laporan Rp. 100.000
2. Perbanyak Laporan Rp. 200.000
3. Biaya Ujian Rp. 400.000
Rp. 700.000

4. Biaya Tidak Terduga Rp. 500.000

Total Biaya Magang: Rp. 3.150.000

Terbilang: “Tiga Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah”


26

OUTLINE SEMENTARA

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan dan Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gurami Batanghari
2.2.Habitat dan Distribusi
2.3.Pakan dan Kebiasan Makan
2.4.Parasit dan Penyakit
2.5.Jenis-Jenis Ektoparasit yang menyerang Gurami Batanghari
2.5.1. Trichodina Sp
2.5.2. Ichtyophthirius multifiliis
2.5.3. Gyrodactylus Sp
2.5.4. Dactylogirus Sp
2.6.Pengobatan Parasit
2.7.Kualitas Air
III. METODE PRATIKUM
3.1.Waktu dan Tempat
3.2.Bahan dan Alat
3.3.Metode Praktek
3.4.Analisis Data
3.4.1. Data Primer
3.4.2. Data Sekunder
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN
27

JADWAL PELAKSANAAN PRAKTEK MAGANG

Praktek magang ini direncanakan selama 1 bulan. Adapun jadwal praktek


dari awal sampai akhir sebagai berikut:
Bulan
No Kegiatan Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan √ √ √
2 Pelaksanan √ √ √ √
3 Penyelesaian √ √ √ √ √
Laporan
28

DAFTAR QUSIONER

1. SUMBER DATA :
2. LUAS DAERAH : Km
O O
3. LETAK GEOGRAFIS : LU LU
O O
BT BT
4. BATAS DAERAH
 Sebelah Barat :
 Sebelah Timur :
 Sebelah Utara :
 Sebelah Selatan :
5. SEJARAH BERDIRINYA BPBAT SEI GELAM, JAMBI.
 Sejarah berdirinya
 Apa latar belakang dan tujuannya
 Alasan pemilihan lokasi
 Hasil penelitian apa saja yang sudah didapat
 Dan bidang apa saja
6. LOKASI PRAKTEK MAGANG
 Lokasi BPBAT terletak di desa Kecamatan
 Kabupaten Provinsi
 Bagaimana topo grafi lokasi balai budidaya
 Curah hujan dan temperatur di lokasi
 Jarak dari jalan raya
 Dari pemukiman penduduk
 Bagaimana prospek usaha budidaya air tawar didaerah tersebut
Dan bagaimana luas area budidayanya .Km
7. SARANA DAN PRASARANA
 Alat-alat apa saja yang digunakan
 Apa saja peralatan laboratorium yang disediakan

 Ada berapa kolam dan bak yang digunakan untuk tempat pemijahan
29

 Berapa luas area yang diperuntukan untuk budidaya


 Berapa jumlah bangunan yang ada apa fungsinya
 Sumber listrik yang dipakai berasal dari biyaya per bulan
 Sumber air yang digunakan berasal dari
 Sarana transportasi yang ada berapa jumlahnya
8. PARAMETER KUALITAS AIR
 Parameter kualitas air yang diukur Suhu o
C, Salinitas Ppt
DO Ppm, Warna air ,pH ,Kekeruhan cm
 Alat yang digunakan
 Berapa kali pengukuran dalam kurun waktu tertentu
9. PEMBERIAN PAKAN
 Jenis pakan yang diberikan
 Bagaimana pengadaan pakan alami
 Berapa kali pemberian pakan dalam sehari
 Waktu pemberian pakan
 Penyakit yang disebabkan oleh pakan
 Sumber bahan baku pakan
10. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
 Penyakit yang sering muncul di BPBAT Jambi
 Tanda-tanda kelinis penyakit yang disebabkan oleh parasit
 Bagaimana cara pengidentifikasian dan penanggulangannya
 Organ yang terinfeksi
 Jenis parasit yang sering menyerang
 Penyebabnya
 Apa pengaruh negatif selain kematian
 Bagaimana cara penularannya
 Ciri-ciri yang terinfeksi
 Dari semua penyakit manakah yang penyebarannya paling cepat
 Faktor-faktor penyebab timbulnya parasit
 Pencegahan yang dilakukan
 Jenis obat yang digunakan
30

 Berapa dosisnys
11. KENDALA YANG DIHADAPI
 Apa saja kendala yang dihadapi dalam pencegahan dan pengobatan terhadap
serangan parasit pada ikan Gurami Batanghari di BPBAT jambi

Anda mungkin juga menyukai