Oleh :
Zainal IlmiSE.SP.M.Pd.
NIP. 196208231983031007
Ir. Bahriansyah
NIP. 19620907 1999031002
4
ABSTRAK
Kata Kunci: Traktor tangan, bajak rotari, pengolahan tanah, pola tepi,
pola tengah.
5
KATA PENGANTAR
Penulis
6
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 ... Tujuan ……………………………………………………………. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................ 2
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Kecepatan putar rotari hubungannya dengan kondisi tanah .................. 16
2. Kecepatan Maju Traktor Tangan Bajak Rotari ....................................... 42
3. Rata-rata Kapastis Lapang Efektif Pola Tepi ......................................... 43
4. Rata-rata Kapastis Lapang Efektif Pola Tengah………………………. 44
5. Perhitungan Slip Roda………………………………………………….. 45
6. Spesifikasi Traktor Tangan Bajak Rotari………………………………. 47
9
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Bajak Rotari ............................................................................................ 8
2. Posisi Bajak ke Traktor ........................................................................... 9
3. Pengolahan Pola Tengah......................................................................... 11
4. Alur Balik ............................................................................................... 11
5. Alur tepi yang tidak tertimbun................................................................ 11
6. Pola Pengolahan Tepi ............................................................................. 12
7. Traktor tangan bajak rotari ..................................................................... 17
8. Skema Pengolahan Pola Tepi ................................................................. 31
9. Skema Pengolahan Pola Tengah………………………………………. 31
10. Lebar Pengolahan Tanah ........................................................................ 32
11. Kedalaman Pengolahan Tanah ............................................................... 33
12. Hasil Perhitungan Kapasitas Lapang Efektif………………………….. 34
13. Hasil Perhitungan Kapasitas Kerja Pengolahan……………………….. 35
14. Hasil Perhitungan Efisiensi Pengolahan Tanah……………………….. 36
15. Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar ......................................... . 37
16. Jenis Tanah… ....................................................................................... 46
17. Foto dokumentasi pelaksanaan kegiatan
a. Foto lahan sebelum diolah ............................................................ 49
b. Foto proses pengolahan lahan ........................................................ 49
c. Hasil pengolahan tanah .................................................................. 50
10
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Lebar Kerja Teoritis Instrumen dan Lebar Kerja Lapang ................. 42
2. Kedalaman Kerja ............................................................................... 42
3. Kecepatan Maju ................................................................................. 42
4. Kapasitas Lapang Teoritis dan Kapasitas Lapang Efektif ................. 42
5. Konsumsi Bahan Bakar .................................................................... 44
6. Menghitung Slip ................................................................................ 45
7. Kadar Air Tanah ................................................................................ 45
8. Jenis Tanah ........................................................................................ 46
9. Spesifikasi Traktor Tangan Bajak Rotari .......................................... 47
10. Foto Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan ......................................... 49
I. PENDAHULUAN
1
2
2.1 Hortikultura
Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus yang berarti kebun
dan colare yang berarti membudidayakan, kemudian hortikultura diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun
(Sumadi, 1997).
Menurut Haryadi (1989), berdasarkan kegunaannya tanaman
hortikultura dapat dibagi sebagai berikut :
2.1.1. Tanaman pangan berupa sayuran dan buah-buahan. Untuk sayuran ada
yang berupa tanaman ditanam di bagian atas tanah: kubis-kubisan
(kubis, kubis bunga, brokoli), kacang-kacangan (buncis, kapri, kacang
tanah), tanaman solonaceac berbuah (cabai, tomat, terung), ketimun
(ketimun, melon, semangka, labu), sayuran hijau (spinasi, bayam,
kangkung) jamur (agaricus). Tanaman yang ditanamn untuk bagian
bawah tanah: tanaman akar (bit, wortel, lobak, talas, ubi jalar, tanaman
ubi (kentang) tanaman umbi lapis (bawang merah, bawang putih,
bawang bombay)
Buah-buahan untuk iklim sedang buah kecil (beri, anggur, kiwi) pohon
buah (apel, apricot, pir) untuk iklim tropik dan sub tropik, taman ternal
(pisang, pepaya, jeruk)
2.1.2.Tanaman hias, tanaman bedengan bunga: corm, umbi, tanaman lanscap,
semak, pohon, padang rumput.
Berdasarkan siklus hidupnya, tanaman hortikultura dapat digolongkan
menjadi tanaman setahun atau semusim (annuals), dwi tahun (biennials), dan
tanaman tahunan (parennials). Tanaman setahun melengkapi seluruh
hidupnya dalam satu musim tumbuh contoh kedelai, kapri, dan buncis.
Tanaman dwibulanan adalah tanaman yang memerlukan dua musim untuk
melengkapi siklus hidupnya contoh wartel, bawang bombay, sedangkan
tanaman tahunan seperti terung dan cabai terus menerus tumbuh tidak
terbatas (Janick, 1986).
3
4
Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan
utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan
penyusun tanah tersebut berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar
air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah
dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang
meliputi sifat fisik, kimia, dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang
keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanah pertanian, sifat
mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang
bekerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah
perubahan tingkat kepadatan tanah (Yuswar, 2004).
Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum tanam
untuk membuat tanah dalam keadaan sebaik-baiknya guna pertumbuhan
perakaran sampai pada keadaan siap ditanami (Mundjono, 1989).
Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum proses
penanaman. Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi
tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang
seminimum mungkin. Sebagai awal kegiatan budidaya pertanian sebelum
kegiatan lainnya dilakukan, kegiatan ini perlu diupayakan secara efektif dan
efisien, oleh karena menyangkut kualitas hasil dan ketepatan waktu
pengolahan tanah (Mundjono, 1989).
Pengolahan tanah umumnya masih didominasi oleh penggunaan
cangkul (secara manual) oleh tenaga manusia dan alat bajak yang ditarik oleh
tenaga ternak. Dengan penggunaan tenaga manusia dan tenaga ternak akan
mengakibatkan produksi pertanian rendah dan waktu yang lama bila
dibandingkan dengan penggunaan tenaga mekanis seperti traktor terutama
sebagai sumber tenaga penarik bajak dan alat pertanian lainnya. Penggunaan
traktor sebagai sumber tenaga dalam pengolahan tanah, diharapkan dapat
mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan untuk proses pengolahan tanah,
kapasitas kerja menjadi lebih tinggi dan pendapatan petani bertambah,
5
dimana :
KA = Kadar air tanah (%)
Wa = Berat tanah sebelum dikeringkan (g)
Wk = Berat tanah setelah dikeringkan (g)
2.4 Pola Pengolahan Tanah (Pembajakan) Dengan Traktor Tangan
Pada tepi lahan alur hasil pembajakan tidak tertutup oleh lemparan
hasil pembajakan disajikan pada Gambar 5 (Dahono, 1997).
Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar.
Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka
bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada
suatu poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini
banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi dan
tanaman hortikultura (Smith dan Wilkes, 1990).
Menggunakan bajak putar saat pengolahan tanah dapat dilakukan sekali
tempuh. Bajak putar atau bajak rotari dapat digunakan untuk pengolahan
tanah kering ataupun tanah sawah (Smith dan Wilkes, 1990).
Bajak rotari ini ditarik kedepan oleh traktor, namun mempunyai pisau
pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang pada rangka
bajak tersebut. Tipe bajak ini dibuat dalam ukuran 4, 5, 6 inchi dan
memerlukan daya sebesar 90 daya kuda (Smith dan Wilkes, 1990).
Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul.
Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah.
Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan
ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman
14
padi lebih kurang 18 cm bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam
lagi sekitar 20 cm (Smith dan Wilkes, 1990).
Salah satu masalah dari penggunaan bajak putar ialah apabila di dalam
tanah terdapat benda-benda keras, untuk itu biasanya diadakan pengamanan
(dilengkapi per-per pada pisaunya, adanya pengamanan slip pada mesinnya).
Berdasarkan atas sistem pengambilan daya untuk menggerakkan rotor dan
pisau dari bajak putar, jenis bajak putar secara garis besar dibedakan menjadi
dua, yaitu (Sakai dkk. 1998) :
1. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah dari
tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).
2. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari pto traktor, yang sekaligus
traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor).
Prinsip kerja bajak putar pisau-pisau dipasang pada rotor secara
melingkar hingga beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah
secara bertahap. Pada waktu rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan
memotong tanah. Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan
tergantung pada kedalaman dan kecepatan maju (Sakai dkk. 1998).
Gerakan putaran rotor yang memutar pisau-pisau diakibatkan daya dari
motor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya khusus sampai ke rotor
tersebut. Sistem penerusan daya untuk ukuran bajak putar kecil yang
digerakkan dengan traktor tangan biasanya menggunakan sistem hubungan
roda cakra dengan rantai. Untuk bajak putar ukuran besar yang digerakkan
dengan traktor besar, biasanya menggunakan universal joint
(Sakai dkk. 1998).
Bagian-bagian bajak putar adalah (Sakai dkk. 1998).
1. Pisau, berfungsi untuk mencacah saat bajak putar beroprasi. Pisau ini juga
cukup baik untuk mencacah gulma maupun seresah, namun tidak dapat
menutupnya dengan tanah secara baik seperti jika menggunakan bajak
singkal maupun bajak piringan. Besar dan jumlah pisau disesuaikan
dengan daya penggerak dan keperluannya. Cara pemasangan pisau dalam
hubungannya dengan bentuk permukaan dan hasil pengolahan tanah.
15
tanah basah, sedangkan bajak singkal lebih efektif bila digunakan pada
tanah yang basah, agak liat dibanding pada tanah kering.
6. Tingkat keterampilan operator
Operator yang berpengalaman dan terampil akan memberikan hasil
kerja dan efisiensi kerja yang lebih baik dibanding operator yang belum
terampil dan belum berpengalaman. Oleh karena itu dalam penggunaan
traktor untuk pengolahan tanah, perlu terlebih dahulu memberikan latihan
terampil kepada operator yang menjalankannya. Usaha ini untuk
memberikan hasil pekerjaan yang lebih efisien dan lebih efektif
7. Pola pengolahan tanah
Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang hilang
karena belokan selama pengolahan tanah. Pola pengolahan harus dipilih
dengan tujuan untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan alat,
karena pada waktu diangkat alat itu tidak bekerja. Oleh karena itu harus
diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama waktu operasi dilapangan.
Makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin rendah efisiensi
kerjanya. Pola pengolahan tanah yang banyak dikenal dan dilakukan
adalah pola spiral, pola tepi, pola tengah dan pola alfa. Pola spiral yang
paling banyak digunakan karena pembajakan dilakukan terus menerus
tampa pengangkatan alat.
Kapasitas lapang suatu alat/mesin dibagi menjadi dua yaitu kapasitas
lapang teoritis atau kemampuan kerja suatu alat di dalam sebidang tanah jika
berjalan maju sepenuhnya, waktunya 100% dan alat tersebut bekerja dalam
lebar maksimum (100%) serta kapasitas lapang efektif yaitu rata-rata kerja
dari alat di lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah dengan luas
lahan yang diolah dengan waktu kerja total (Darun dan Sumono, 1983).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas lapang yaitu
(Darun dan Sumono , 1983):
1. Kinerja Lapang Alat Mesin Pertanian
Dalam pengolahan tanah, kecepatan penggarapan suatu lapang
dengan sebuah mesin merupakan salah satu dasar pertimbangan
22
dapat dipakai sepanjang waktu yang sama. Antara perawatan dan kapasitas
berbagai satuannya hendaklah dapat disesuaikan dengan baik.
Kapasitas kerja dapat dibedakan menjadi kapasitas efektif dan kapasitas
teoritis. Kapasitas efektif merupakan waktu nyata yang diperlukan di
lapangan dalam menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu. Kapasitas
teoritis adalah hasil kerja yang akan dicapai alat dan mesin bila seluruh waktu
digunakan pada spesifikasi operasinya (Suastawa dkk, 2000).
Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja
teoritis mesin, persentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan
jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Kapasitas
lapang teoritis (KLT) dapat dihitung dengan persamaan 2 berikut
(Suastawa dkk, 2000).
KLT = 0.36 (v x lP)…………………………..……………………….(2)
Keterangan : KLT = Kapasitas lapang teoritis (ha/jam)
v = Kecepatan rata-rata (m/s)
lP = Lebar pembajakan rata-rata (m)
0.36 = Faktor konversi (1 m2/s = 0.36 ha/jam)
Untuk menghitung kapasitas lapang pengolahan efektif (KLE)
diperlukan data waktu kerja keseluruhan dari mulai bekerja hingga selesai
(WK) dan luas tanah hasil pengolahan keseluruhan (L).
Persamaan 3 yang digunakan untuk menghitung KLE adalah dengan
rumus sebagai berikut (Suastawa dkk. 2000).
𝐿
𝐾𝐿𝐸 = 𝑊𝐾…………………………………………………………….(3)
dimana :
KLE = kapasitas lapang efektif
KLT = kapasitas lapang teoritis
Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka
akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam
waktu tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut,
atau yang dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah persatuan waktu.
Semakin luas tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat
maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai
efisiensi tanah yang tinggi (Yuswar, 2004).
Dalam pengolahan lahan sampai lahan tersebut siap untuk ditanami
mengalami beberapa proses. Tergantung jenis lahan yang mau diolah. Ada
dua jenis lahan yang dapat diolah menggunakan traktor roda dua yaitu lahan
basah atau sawah dan lahan kering atau lahan yang biasa ditanami sayur-
sayuran. Pada lahan sawah memerlukan tiga tahapan proses perlakuan dengan
menggunakan implemen traktor roda dua hingga lahan siap untuk ditanami.
Tahapan itu adalah pembajakan, pengglebekan, dan penggaruan. Sementara
pada lahan kering hanya memerlukan dua tahapan yaitu pembajakan dan
27
dimana :
St = Slip roda traksi (%)
Sb = Jarak tempuh traktor saat diberi pembebanan dalam 5 putaran
roda (m)
So = Jarak tempuh traktor tanpa beban dalam 5 putaran roda (m)
Besarnya slip dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut
(Sembiring dkk, 1990) :
a) Beban pada roda traksi
b) Jenis, ukuran, dan kondisi roda traksi
28
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan olahan dengan
luas 10 x 10 meter, bahan bakar minyak (bensin).
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor tangan
bajak rotari, meteran, penggaris, stop watch, labu ukur, patok, timbangan dan
alat tuis.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1. Persiapan
Kegiatan meliputi observasi lahan yang akan diolah, penyediaan dan
pengecekan alat dan bahan, penyusunan matriks kerja, konsultasi teknis dan
pengarahan terhadap metode pengoprasian traktor tangan. Selain itu, untuk
menambah informasi dalam pelaksanaannya dilaksanakan studi pustaka,
penelusuran internet maupun konsultasi dengan nara sumber.
3.3.2. Pelaksanaan
Uji kinerja traktor tangan bajak rotari dilakukan di lahan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Mempersiapkan dan mengolah tanah dengan implemen traktor tangan
bajak rotari
b. Melakukan pengamatan indikator yang akan diukur
Lebar Kerja (cm)
Untuk mengetahui lebar kerja dilakukan pengukuran
pada implemen panjang rotari dan lebar olahan tanah setelah
diolah dengan traktor tangan bajak rotari.
29
30
1 2 3
10
10 m m
1010
mm
1 2 3
10 m
10 m
10 m
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
110
109
108
Lebar (Cm)
107
106
105
104
lebar bajak rotari lebar rata-rata
Lebar Pengolahan Tanah
32
33
mengontrol, operator dapat melihat kembali titik tadi apakah masih berada
lurus di depan. Mengangkat implemen, apabila implemen menabrak halangan
yang menimbulkan beban berat seperti : batu besar, tanah keras atau liat,
batang atau tanggul pohon besar dan sebagainya
Pengolahan tanah yang telah dilakukan maka selanjutnya dihitung
kedalaman olahan sehingga diperoleh kedalaman rara-rata 15 cm, hal ini
disajikan pada Gambar 11.
17.5
17
16.5
Kedalaman (Cm)
16
15.5
15
14.5
14
kedalaman Pisau Rotari Kedalaman rata-rata
Kedalaman Pengolahan Tanah
0.06
0.05
0.04
KLE (ha/jam)
0.03
KLE (ha/jam)
0.02
0.01
0
Tepi Tengah
Pola Pengolahan Tanah
25
20
15
jam / ha
0
Tepi Tengah
Pola Pengolahan Tanah
Efisiensi pola tepi adalah 58% sedangkan hasil efisiensi diperoleh pada
pola tengah adalah 72% disajikan pada Gambar 14 .
Efisensi (%)
80
60 72
40 58
Efisensi (%)
20
0
Tepi Tengah
Hasil konsumsi bahan bakar dengan luas lahan 300 m2 pada pengolahan
tepi adalah sebesar 880 ml sedangkan konsumsi bahan bakar pada pengolahan
tengah adalah 720 ml disajikan Gambar 15.
1000
900
Bahan Bakar Minyak (ml/m2)
800
700
600
500
400 Konsumsi Bahan Bakar (ml)
300
200
100
0
Tepi Tengah
Pola Pengolahan Tanah
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
Anonim II, 1980. Pembinaan industri pembuatan alat dan mesin pertanian, kertas
kerja pada pameran dan pertemuan alat dan mesin pertanian rancangan IRRI.
Jakarta.
Daywin , F.J dan R.G Sitompul dan Imam Hidayat. 1999. Mesin-mesin budidaya
pertanian lahan kering. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Gill, W.R and G.E. Vanden Berg . 1968. Soil Dynamics in Tillage and Tractor.
Agricultural Research Service United Stated Departement of Agricultural.
Haerani, A. 2001. Kajian Awal Perancangan Alat dan Mesin untuk Budidaya
Sayuran, Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, IPB. Bogor.
Janick, J.1986. Horticultural Science, W.H Freem and Compony. Ney York, USA.
Koga,Y. 1988. Farm Machinery Vol. II. Farm Machanization Course, Farm
Machinery Design Course, Tsukuba International Agricultural Training Centre.
Japan International Cooperation Agency. Tsukuba, Japan.
40
41
Lijedahl. J.B., Turnquist, P.K,. Smith, D.W., Holi, M.1989. Tractor and Their
Power Units. Fourth Edition.AVI Book, Van Nostrand Rienhold, New York.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1998. Statistik Pertanian. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat.Bogor.
Sakai,J. R.G. Sitompul., E.N. Sembiring, Radite P.A.S.,I.N. Suastawa dam Tineke
Mandang. 1998. Traktor 2 Roda. Buku Pegangan Insiyur Teknik Pertanian
Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Departemen Teknik
Pertanian FATETA-IPB. Bogor.
Sembiring, E.N.,I.N. Suastawa, dan Desrial. 1990. Sumber tenaga tarik di Bidang
Budidaya Pertanian. JICA-DGHE/IPB Project/ADEAT : JTA-9a (132). Proyek
Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi . Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Smith Harris Pearson A E, Lambert Henry Wilkes M.S. 1976. Farm Machinery
and Equipment, McGraw Hill, Inc. I Tri Purwadi, Gembong.
Yuswar, Yunus. 2004. Perubahan Beberapa Sifat FIsik Tanah dan Kapasitas Kerja
Traktor Akibat Lintasan Bajak Singkal pada Berbagai Kadar Air Tanah. Tesis.
Program Pascasarjana UNSYIAH. Banda Aceh.
LAMPIRAN
𝑚2 ℎ𝑎
1 = 0,36
𝑠 𝑗𝑎𝑚
𝑚2 ℎ𝑎 ha.m2 ha.m2
0,22 =𝑥 0,079 = 1x
𝑠 𝑗𝑎𝑚 jam.s jam.s
ℎ𝑎.𝑚2
0,079
𝑗𝑎𝑚.𝑠
𝑥= ℎ𝑎.𝑚2
= 0,079
1
𝑗𝑎𝑚.𝑠
𝑚2 ℎ𝑎
0,22 = 0,079
𝑠 𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑎
Jadi Kapasitas Lapang Teoritisnya adalah 0.079 𝑗𝑎𝑚
Jadi total KLE ketiga lahan, total luas lahan 300 m2 = 0.03 ha, lama
waktu pengolahan 39 menit : 27 detik = 0.65 jam sehingga diperoleh :
*KLE = L / WK
= 0.03 ha / 0.65 jam
= 0.046 ha/jam
Kapasitas kerja = WK / L
= 0.65 jam / 0.03 ha
= 21 jam/ha
Efisiensi = KLE / KLT × 100%
= 0.046 ha/jam / 0,079 ha/jam x 100%
= 58%
44
Jadi total KLE ketiga lahan, total luas lahan 300 m2 = 0.03 ha, lama
waktu pengolahan 31 menit : 7 detik = 0.52 jam sehingga diperoleh :
*KLE = L / WK
= 0.03 ha / 0.52 jam
= 0.057 ha/jam
Kapasitas kerja = WK / L
= 0.52 jam / 0,03 ha
= 17 jam/ha
Efisiensi = KLE / KLT × 100%
= 0.057 ha/jam / 0.079 ha/jam x 100%
= 72%
5. Komsumsi Bahan Bakar
a) Pada pengolahan lahan dengan pola tepi, seluas
300 m2 = 0.03 ha dibutuhkan waktu selama 39 menit : 27 detik untuk
menyelesaikan pengolahan tanah, sehingga diketahui jumlah
komsumsi bahan bakar minyak (bensin) yang digunakan sebanyak
880 ml.
b) Pada pengolahan lahan dengan pola tengah, seluas
300 m2 = 0.03 ha dibutuhkan waktu selama 31 menit : 7 detik untuk
menyelesaikan pengolahan tanah, sehingga diketahui jumlah
komsumsi bahan bakar minyak (bensin) yang digunakan sebanyak
720 ml.
45
6. Menghitung slip
Pada pengukuran slip roda traktor dilakukan dua kali ulangan
pengoprasian pada tempat yang berbeda, pengoprasian pertama dilakukan
pada landasan semen dan pengoprasian kedua dilakukan pada landasan
tanah, sehingga diperoleh hasil perhitungan slip roda disajikan pada
Tabel 5 berikut ini :
St = ( so – sb) / so x 100%
= (1.55- 1.12) / 1.55 X 100%
= 0.43 / 1.55 X 100%
= 0.27 x 100%
= 27%
St = ( so – sb) / so x 100%
= (1.48- 1.10) /1.48 X 100%
= 0.38 / 1.48 x 100%
= 0.26 x 100%
= 26%
7. Kadar air tanah
Diketahui sampel tanah yang diambil pada lahan adalah 500 g,
kemudian dihitung berat tanah tersebut setelah di oven didapatkan berat
tanah adalah 400 g, sehingga diperoleh :
KA = (Wa-Wk) / Wa x 100%
= (500 g – 400 g) / 500 g x 100%
= 100 g / 500 g x 100%
= 0,2 x 100%
= 20%
Jadi kandungan air yang terkandung pada tanah pada lahan yang diolah
tersebut adalah 20%
46
8. Jenis Tanah
Pada lokasi penelitian jenis tanahnya adalah inceptisol, data ini
diambil dari peta Badan Perencanaan Pembagunan Daerah (BAPPEDA).
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum
yang berarti permulaan. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga
kebanyakan dari tanah ini cukup subur.
Model Te 550 n
Posisi Stang kemudi
Uraian Satuan
Atas Tengah Bawah
Dimensi Panjang keseluruhan mm 1504 1472 1418
dengan roda Lebar keseluruahan mm 495
karet Tinggi keseluruhan mm 922 1003 1105
Berat rangka dengan
Kg 61
roda karet
Berat kosong Merk / model Robin / EY 20 B
Volume selinder Cc 183
Hp /
Tenaga maksimum 5.0 / 2000
rpm
Motor Tenaga rata-rata Hp/rpm 3.8/1800
penggerak
Sistem pendingin Udara
Berat kosong Kg 16
Puli penengang tali
Kopling utama
Penerusan sabuk
daya COGGED V-BELT
Ukuran tali sabuk
REC H-P II SB35
Ke-1 (F - 1) Km/jam 2.37
Ke-2 (F - 2) Km/jam 3.89
Kecepatan Maju
Ke-3 (F - 3) Km/jam 5.69
jalan (roda
karet ) Ke-4 (F - 4) Km/jam 9.32
Ke-1 (R - 1) Km/jam 2.50
Mundur
Ke-2 (R - 2) Km/jam 4.10
Stand kemudi Penyetelan 3 posisi
Roda karet 4.00- 8
48
Lebar mm 640
Rotari R +L Berat Kg 11
Axle rotary Jumlah
Buah 24
pisau
Bar resistence "A" Berat Kg 1.2
Lebar mm 700
Rotari R +L Berat Kg 11.4
Hexagon rotor Jumlah
Buah 18
pisau
Bar resistence "H" Berat Kg 1.2
Lebar mm 350
Berat Kg 25
` Jumlah
pisau
Buah 12
Rotary set putaran
maju
Rear rotary Jumlah
pisau
Buah 12
putaran
mundur
Diameter mm 360
Iron wheel R/L
Berat Kg 3.5
Skid Berat Kg 1.2
Lebar mm 400
Ridger
Berat Kg 7.0