Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini
Disusun Oleh:
Wastu Widya
1610104025
A2
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion
dankorion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel
seperti selepitel, sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam
metrics kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan
melindungi janin terhadap infeksi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian ketuban pecah dini ?
2. Tanda gejala ketuban pecah dini ?
3. Penyebab terjadinya ketuban pecah dini ?
1
4. Patofisiologi terjadinya ketuban pecah dini ?
5. Diagnosis ketuban pecah dini?
6. Komplikasi ketuban pecah dini ?
7. Pengaruh ketuban pecah dini ?
8. Penatalaksanaan ketuban pecah dini ?
9. Tinjauan islam ?
10. Kebijakan pemerintah ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatkannya makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi Forum Group Discussion (FGD) mata kuliah
patologi kebidanan
2. Untuk menganalisis masalah pada asuhan kebidanan resiko tinggi
ketuban pecah dini.
3. Untuk mengetahui definisi ketuban pecah dini, penyebab ketuban
pecah dini, tanda dan gejala ketuban pecah dini, penatalaksanaan
ketuban pecah dini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
KPD adalah keluarnya air-air dari vagina setelah usia kehamilan 22
minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada
kehamilan preterm maupun aterm.
KPD atau dikenal juga Prematur Rupture Of the Membrane (PROM)
adalah Keluarnya air-air per vaginam akibat pecahnya selaput ketuban
secara spontan pada usia ≥ 34 minggu.
Ketuban pecah yang berkepanjangan/Prolonged Rupture of
Membrane adalah ketuban yang pecah lebih dari 24 jam atau disebut juga
Ketuban Pecah Lama (KPL)
B. Tanda Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
C. Penyebab
Penyebab Ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini
3
merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :
4
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram
kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus
yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan
pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput
ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi
teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,
menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro,
2006)
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan
amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam
jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah
peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-
angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-
tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu
beberapa hari saja.
4. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
5. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk
PAP (sepalo pelvic disproporsi).
6. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh
penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi
terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan
lama.
7. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
5
8. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
9. Riwayat KPD sebelumya
10. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
11. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu.
D. Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai
infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi
(sampai 65%).
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan
prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
E. Diagnosis
6
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki
hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah,
semen, lendir leher rahim, dan air seni.
6. Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan
amniom dan gambaran daun pakis.
7. Tentuka usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
8. Tentukan ada tidaknya infeksi.
9. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan
ketuban keruh dan berbau.
10. Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
11. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
12. Tentukan tanda-tanda persalinan.
13. Tentukan adanya kontraksi yang teratur
14. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (
terminasi kehamilan )
Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly
janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin.
d. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis.
7
F. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC,
atau gagalnya persalinan normal.
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam
24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50%
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada
ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten.
3. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya
gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.
4. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan
janin, serta hipoplasi pulmonal
G. Pengaruh KPD
1. Terhadap Janin
8
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin
sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi
(amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan
meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi
bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi
puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan
merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama,
maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi
lainnya.
H. Penatalaksanaan
Jika tidak ada infeksi dalam kehamilan < 37 minggu :
9
Penisilin G 2 juta unit I.V. setiap 6 jam sampai persalinan
2. Nilai serviks :
Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan
dengan oksitosin,
Jika serviks belum matang,matangkan dengan
prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan
seksio sesarea.
I. Tinjauan Islam
Rahim adalah organ reproduksi yang memiliki fungsi utama sebagai
tempat perkembangan sebuah janin hingga Ia lahir ke dunia. Proses
perkembangan janin di dalam rahim ini biasa disebut dengan masa
kehamilan. Keistimewaan rahim dan masa kehamilan sejatinya telah tersirat
dalam alquran Surat Al Mursalaat, Ayat 21-23 yang artinya :
“Kemudian kami letakkkan dia ditempat yang kokoh (rahim). Sampai waktu
yang ditentukan. Lalu kami tentukan bentuknya, maka Kami lah sebaik-
baiknya yang menentukan ”. (QS. Al Mursalaat, Ayat 21-23).
Dalam Alquran Air ketuban telah terisrat dalam surat Az-Zumar Ayat 6.
“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam
tiga kegelapan” (QS. Az-Zumar, Ayat 6)
Kegelapan ini diartikan sebagai kegelapan di dalam perut, kegelapan
di dalam rahim dan kegelapan selaput yan menutup anak dalam rahim.
Kegelapan terakhir inilah yang dikaitkan dalam proses kehamilan.
J. Kebijakan Pemerintah
Permenkes No 28 tahun 2017 pasal 18 menjelaskan Dalam
penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan:
1. Pelayanan kesehatan ibu;
10
2. Pelayanan kesehatan anak; dan
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
4. Keluarga berencana.
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak
perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurus
sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala
korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi
persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan (melalui vagina atau SC)
bergantung pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis.
B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode
tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita
dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting
untuk kelanjutan kehamilan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Volume 2. Jakarta: EGC.
13