Anda di halaman 1dari 4

Analisis Artikel Gangguan Sistem Pernafasan

Oleh : Alfina Rosyida (07)

1. Bibliografi

Marianti, 2016. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut),(Online,


http://www.alodokter.com/ispa . Diakses 20 Januari 2018.)

2. Tujuan Penulisan

Agar pembaca dapat mengetahui secara lanjut mengenai penyakit ISPA, mengetahui
gejalanya, cara pengobatannya, dan cara pencegahannya.

3. Fakta Unik

. ISPA merupakan penyakit yang sangat mudah menular

. ISPA dapat menyerang segala usia

.ISPA dapat menular ketika seseorang menghirup udara yang mengandung virus atau
bakteri

. ISPA menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling banyak diderita
masyarakat

. Dari data WHO didapatkan bahwa angka kejadian ISPA pada balita di Indonesia
cukup tinggi, yakni 10-20% per tahun.

. Gejala awal ISPA dapat berupa batuk, sering bersin yang berlangsung selama 1
minggu yang mayoritas penderitanya mengabaikan gejala awal tersebut.

. ISPA disebabkan oleh mikroorganisme Adenovirus ,Rhinovirus ,Pneumokokus.

. Diagnosis ISPA umumnya ditegakkan melalui anamnesa (wawancara seputar


riwayat penyakit dan gejala), pemeriksaan fisik, dan apabila diperlukan, pemeriksaan
laboratorium

. Diagnosis dapat juga dilakukan dengan prosedur pulse oxymetry.

. ISPA dapat diobati dengan Obat anti inflamasi non-steroid ,Obat antihistamin ,Obat
batuk antitusif

. ISPA dapat dicegah dengan mencuci tangan sesudah beraktivitas, menghindari rokok
dan berolahraga secara teratur.
4. Pertanyaan yang mucul

. Mengapa mayoritas penderita ISPA mengabaikan gejala awal yang muncul di


minggu pertama?

. Apakah ISPA dapat disembuhkan tanpa mengonsumsi obat?

. Mengapa ISPA menjadi penyakit nomor 1 yang paling sering diderita masyarakat?

5. Hubungan Antar Konsep


Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan
heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran
pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300
lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus
Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis,
dan Korinebakterium Diffteria
Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri ini menyerang anak-anak
yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim
hujan (PD PERSI, 2002).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di
dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus.
Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan,
bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas.Untuk virus influensa
bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali
hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza
merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas
daripada saluran nafas bagian bawah.
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah
faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut
gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan
(Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,
1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga
terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang
berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk. Adanya
infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang
merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri
sehingga memudahkan bakteri- bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan
atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus
menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi
sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat
menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk
yang produktif.
Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan
malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu
serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada
bayi dan anak (Tyrell, 1980). Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat
menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan
kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980).
Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah
terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri (Shann, 1985). Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak
harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem
imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan
sistem imun sistemik pada umumnya.
Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,
merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA
memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.
Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan
integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994). Dari uraian di atas, perjalanan klinis
penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam
dan batuk.
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia
6. Review
a. Kelebihan
. Penjelasannya memakai bahasa yang mudah dicerna orang awam
. Memiliki kelengkapan yang bagus, terdapat pengertian, gejala, diagnosis hingga
cara pengobatan.
. Dapat menambah pengetahuan pembaca akan ISPA
. Dapat dijadikan literatur atau referensi, karena ditulis dan ditinjau oleh seorang
profesional
. Dapat memberikan edukasi kepada pembaca akan penyakit ISPA
b. Kekurangan
. Tidak terdapat skema pemantauan penyakit setelah pengobatan
. Tidak terdapat rencana perawatan penyakit.

7. Nilai IMTAQ

. Saya akan membantu untuk mengedukasi teman teman disekitar saya mengenai
bahaya penyakit ISPA

. Memperbanyak berdoa untuk diri sendiri dan orang – orang disekitar agar terhindar
dari penyakit ISPA

. Menjauhi hal – hal negatif yang dapat memicu ISPA

Anda mungkin juga menyukai