Anda di halaman 1dari 30

ORGANISASI MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN

“ BERBAGAI MACAM KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM


BIDANG KESEHATAN”

Dosen Pembimbing : DR. Indra Supradewi, MKM

DISUSUN OLEH :
1. Annisa ayu Lestari P3.73.24.3.15.003
2. Isna Atiana P3.73.24.3.15.014
3. Ressy Farel Aulia P3.73.24.3.15.025
4. Yunita Sulistiyawati P3.73.24.3.15.040

KELAS : III REGULER A

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Organisasi
Manajemen Pelayanan Kebidanan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Dosen mata kuliah Organisasi
Manajemen Pelayanan Kebidanan yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Organisasi Manajemen Pelayanan
Kebidanan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Jakarta, Oktober 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Standar Pelayanan Minimal Kesehatan ................................................................ 4
B. Pendekatan Keluarga Dalam Pencapaian Prioritas Pembangunan Kesehatan .... 9
C. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ........................................................................ 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan kesehatan. Intinya
sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk
mempromosikan, mengembalikan dan memelihara kesehatan. Sistem kesehatan
memberi manfaat kepada mayarakat dengan distribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak
hanya menilai dan berfokus pada tingkat manfaat yang diberikan, tetapi juga bagaimana
manfaat itu didistribusikan.
Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah
kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya
yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-
langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan akan
menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan
bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja. Fakta-fakta diungkap dengan
menggunakan data untuk menunjang perumusan masalah. Perencanaan juga merupakan
proses pemilihan alternative tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan. Perencanaan
juga merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan sesuatu di masa akan datang, yaitu
suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan datang.
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang
bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai
baru dalam masyarakat,. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi
atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem
solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan (Regulation).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana standar pelayanan minimal kesehatan, prinsip dasar, ciri dan upaya
standar pelayanan minimal?
2. Bagaimana pendekatan keluarga dalam pencapaian prioritas pembagunan kesehatan?
3. Bagaimana gerakan masyarakat hidup sehat (germas)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui standar pelayanan minimal kesehatan, prinsip dasar, ciri dan
upaya standar pelayanan minimal
2. Untuk mengetahui pendekatan keluarga dalam pencapaian prioritas pembagunan
kesehatan
3. Untuk mengetahui gerakan masyarakat hidup sehat

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pembangunan Kesehatan Dalam Nawacita Presiden Republik Indonesia 2014-2019


menciptakan sembilan agenda prioritas yang disebut Nawa Cita. Program ini digagas untuk
menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta
mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Untuk menjalankan
visi pembangunan nasional yaitu: “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong.”, maka sembilan agenda prioritas tersebut
adalah:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap Bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga negara.
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor- sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial indonesia. Kementerian
Kesehatan RI berusaha menjalankan amanat nawa cita dengan terus melakukan inovasi,
kerjasama dan, kerja cerdas, sesuai dengan semangat dari Kabinet Kerja.

3
Melalui Nawa Cita Butir 5 yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
melalui peningkatan kualitas pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan, maka tercantumlah
Pembangunan Kesehatan pada periode 2015-2019 melalui Program Indonesia Sehat dengan
3 pilar yaitu:
1. Paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan kesehatan, penguatan promotif, preventif, dan pemberdayaan masyarakat.
2. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan,
menggunakan pendekatan continuum of care, dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
3. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Kartu Indonesia Sehat. Dilakukan dengan
strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.

Upaya tersebut di fokuskan pada percepatan penurunan kematian ibu dan kematian bayi,
di samping juga memperhatikan penurunan prevelensi penyakit akibat infeksi dan
pencegahan penyakit tidak menular melalui perubahan perilaku keluarga, masyarakat
khusunya dalam pengenalan diri terhadap risiko penyakit.

A. Standar Pelayanan Minimal Kesehatan


Seperti kita ketahui, kondisi kemampuan sumber daya Pemerintahan Daerah di
seluruh Indonesia tidak sama dalam melaksanakan keenam urusan tersebut, maka
pelaksanaan urusannya diatur dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk
memastikan ketersediaan layanan tersebut bagi seluruh warga negara. SPM adalah
ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal.
SPM Bidang Kesehatan Mengalami Perubahan. Kemenkes telah mengeluarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang Kesehatan
yang memuat 12 jenis pelayanan dasar yang harus dilakukan Pemerintah
Kabupaten/Kota, yaitu: 1) Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar pelayanan
antenatal; 2) Pelayanan kesehatan ibu bersalin; 3) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;

4
4) Pelayanan Kesehatan Balita; 5) Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar; 6)
Pelayanan kesehatan pada usia produktif; 7) Pelayanan kesehatan pada usia lanjut; 8)
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi; 9) Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes
Mellitus; 10) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa Berat; 11) Pelayanan
Kesehatan Orang dengan Tuberkulosis (TB); dan 12) Pelayanan Kesehatan Orang
dengan Risiko Terinfeksi HIV.

No Jenis Mutu Penerima Pernyataan


. Layanan Layanan Layanan Dasar Standar
Dasar Dasar
1. Setiap ibu hamil
Sesuai
Pelayanan mendapatkan
standar
kesehatan Ibu hamil. pelayanan
pelayanan
ibu hamil antenatal sesuai
antenatal.
standar.
2. Setiap ibu
Pelayanan Sesuai bersalin
kesehatan standar mendapatkan
Ibu bersalin.
ibu pelayanan pelayanan
bersalin persalinan. persalinan sesuai
standar.
3. Sesuai Setiap bayi baru
Pelayanan standar lahir
kesehatan pelayanan mendapatkan
Bayi baru lahir.
bayi baru kesehatan pelayanan
lahir bayi baru kesehatan sesuai
lahir. standar.
4. Sesuai Setiap balita
Pelayanan standar mendapatkan
kesehatan pelayanan Balita. pelayanan
balita kesehatan kesehatan sesuai
balita. standar.
5. Sesuai Setiap anak pada
Pelayanan standar usia pendidikan
kesehatan skrining Anak pada usia dasar
pada usia kesehatan pendidikan mendapatkan
pendidika usia dasar. skrining
n dasar pendidikan kesehatan sesuai
dasar. standar.

5
6. Setiap warga
Sesuai negara Indonesia
Pelayanan standar Warga Negara usia 15 s.d. 59
kesehatan skrining Indonesia usia tahun
pada usia kesehatan 15 s.d. 59 mendapatkan
produktif usia tahun. skrining
produktif. kesehatan sesuai
standar.
7. Setiap warga
Sesuai negara Indonesia
Pelayanan Warga Negara
standar usia 60 tahun ke
kesehatan Indonesia usia
skrining atas mendapatkan
pada usia 60 tahun ke
kesehatan skrining
lanjut atas.
usia lanjut. kesehatan sesuai
standar.
8. Sesuai Setiap penderita
Pelayanan standar hipertensi
kesehatan pelayanan Penderita mendapatkan
penderita kesehatan hipertensi. pelayanan
hipertensi penderita kesehatan sesuai
hipertensi. standar.
9. Sesuai
Setiap penderita
Pelayanan standar
Diabetes Melitus
kesehatan pelayanan Penderita
mendapatkan
penderita kesehatan Diabetes
pelayanan
Diabetes penderita Melitus.
kesehatan sesuai
Melitus Diabetes
standar.
Melitus.
10. Setiap orang
Pelayanan dengan gangguan
Sesuai
Kesehatan jiwa (ODGJ)
standar Orang dengan
orang berat
pelayanan gangguan jiwa
dengan mendapatkan
kesehatan (ODGJ) berat.
gangguan pelayanan
jiwa.
jiwa berat kesehatan sesuai
standar.
11. Pelayanan Sesuai Setiap orang
kesehatan standar dengan TB
Orang dengan
orang pelayanan mendapatkan
TB.
dengan kesehatan pelayanan TB
TB TB. sesuai standar.
12. Pelayanan Sesuai Orang berisiko Setiap orang

6
kesehatan standar terinfeksi HIV berisiko
orang mendapatka (ibu hamil, terinfeksi HIV
dengan n pasien TB, (ibu hamil, pasien
risiko pemeriksaan pasien IMS, TB, pasien IMS,
terinfeksi HIV. waria/transgend waria/transgender
HIV er, pengguna , pengguna napza,
napza, dan dan warga binaan
warga binaan lembaga
lembaga pemasyarakatan)
pemasyarakatan mendapatkan
) pemeriksaan HIV
sesuai standar.

Konsep SPM yang baru ini mengalami perubahan yang cukup mendasar dari
konsep SPM sebelumnya. Pada SPM yang lalu pencapaian target-target SPM lebih
merupakan kinerja program kesehatan maka pada SPM ini pencapaian target-target
tersebut lebih diarahkan kepada kewenangan Pemerintah Daerah. Jadi tanggung
jawabnya ada di Pemda.
Konsep SPM yang mengalami perubahan dari Kinerja Program Kementerian
menjadi Kinerja Pemda yang memiliki konsekuensi, Pemda diharapkan memastikan
tersedianya sumber daya (sarana, prasarana, alat, tenaga dan uang/biaya) yang cukup
agar proses penerapan SPM berjalan adekuat. SPM merupakan ketentuan mengenai
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang
berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. SPM merupakan hal minimal
yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk rakyatnya, maka target SPM harus 100%
setiap tahunnya.

Prinsip Dasar SPM Bidang Kesehatan:


1) Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia
2) Pemenuhan kebutuhan dasar dapat dipenuhi sendiri oleh warga negara, atau oleh
pemerintah daerah
3) Merupakan pelayanan dasar yang menjadi kewenangan daerah

7
4) Merupakan kewajiban bagi pemerintah daerah untuk menjamin setiap warga negara
memperoleh kebutuhan dasarnya
5) Berlaku secara nasional.

Ciri SPM Bidang Kesehatan:


1) Merupakan pelayanan yang diberikan di tingkat primer
2) Melibatkan lintas sektor dan masyarakat/swasta, untuk mencapai
cakupan maksimal, tidak mungkin sendiri
3) Harus cakupan total (Univesal Coverage)
4) Menggunakan sumber daya daerah dan kebijakan Pemda
5) Perlu menggunakan Pendekatan keluarga dan Germas

Upaya Mencapai SPM Bidang Kesehatan


1. Peran Pusat
a) Meningkatkan promotif-preventif terutama dalam Imunisasi dasar serta deteksi
dini berbagai penyakit
b) Mendukung peningkatan infrastruktur
c) Membantu distribusi SDM
d) Membantu peningkatan kapasitas
e) Mendorong peran lintas sektor
2. Kewajiban Kepala dan Wakil Kepala Daerah
Salah satu Kewajiban Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah :(pasal 67 UU No. 23
Tahun 2014)“Melaksanakan Program Strategis Nasional” yang dimaksud dengan
“Program Strategis Nasional” adalah program yang ditetapkan presiden sebagai
program yang memiliki sifat strategis secara nasional dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan serta menjaga pertahanan dan keamanan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

8
B. Pendekatan Keluarga Dalam Pencapaian Prioritas Pembangunan Kesehatan
Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 dalam
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi yang
ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat.
Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga.
Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah upaya
mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan
keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, untuk mendukung
keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Sebagai penjabaran dari
amanat Undang-Undang tersebut, Kementerian Kesehatan menetapkan strategi
operasional pembangunan kesehatan melalui Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga.
1. Kosep Pendekatan Keluarga
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar
gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia
Sehat karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:
a) Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk memper siapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
b) Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

9
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk
membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga.
c) Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d) Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)
adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan adalah:
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya,
2) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya,
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan

Pendekatan keluarga yang dimaksud merupakan pengembangan dari kunjungan


rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
(Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut:

a) Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan


Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.

10
b) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif
dan preventif.
c) Kunjungan keluarga untuk menindak lanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.
d) Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk
pengorganisasian /pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.

Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan


memanfaatkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (family folder).
Dengan demikian, pelaksanaan upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
harus diintengrasikan ke dalam kegiatan pendekatan keluarga. Dalam menjangkau
keluarga, Puskesmas tidak hanya mengandalkan upaya kesehatan berbasis

masyarakat (UKBM) yang ada sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga
langsung berkunjung ke keluarga. Perlu diperhatikan, bahwa pendekatan keluarga
melalui kunjungan rumah ini tidak berarti mematikan UKBM UKBM yang ada,
tetapi justru untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan masih
kurang efektif.

Dengan mengunjungi keluarga di rumahnya, Puskesmas akan dapat mengenali


masalah-masalah kesehatan (dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat-PHBS) yang

11
dihadapi keluarga secara lebih menyeluruh (holistik). Individu anggota keluarga
yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi untuk
memanfaatkan UKBM yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat
dimotivasi untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan berbagai faktor
resiko lain yang selama ini merugikan kesehatannya, dengan pendampingan dari
kader-kader kesehatan UKBM dan/atau petugas profesional Puskesmas (gambar 3).
Untuk itu, diperlukan pengaturan agar setiap keluarga di wilayah Puskesmas
memiliki Tim Pembina Keluarga.

Pentingnya pendekatan keluarga juga diamanatkan dalam Rencana Strategis


(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019. Dalam Renstra disebutkan
bahwa salah satu acuan bagi arah kebijakan Kementerian Kesehatan ada lah
penerapan pendekatan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan
(continuum of care). Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan harus dilakukan
terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia (life cycle), sejak masih dalam
kandungan, sampai lahir menjadi bayi, tumbuh menjadi anak balita, anak usia
sekolah, remaja, dewasa muda (usia produktif), dan akhirnya men jadi dewasa tua
atau usia lanjut (lihat gambar 6). Untuk dapat melaksanakan pelayanan kesehatan
yang berkesinam bungan terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia, maka fokus
pelayanan kesehatan harus pada keluarga. Dalam pemberian pelayanan kesehatan,
individu individu harus dilihat dan diperlakukan sebagai bagian dari keluarganya.

12
2. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga
Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan
anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga
terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut
dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga
sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka
pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama
untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

13
8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat


(IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator,
mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan
pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu:

a) Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.


Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut:
1) Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family
folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga
dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah
sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat).
Data individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur,
jenis kelamin, pen didikan, dan lain-lain) serta kondisi individu yang
bersangkutan: mengidap pe nyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan
jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).
2) Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masa lah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang
Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer
tentang Pertumbu han Balita untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer
tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan lain-lain.

14
b) Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa
forum-forum berikut:
1) Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
2) Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK.
3) Kesempatan konseling di UKBM UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK,
dan lain-lain).
4) Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug
desa, selapanan, dan lain-lain.
c) Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan
dengan menggunakan tenaga tenaga berikut:
1) Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader
Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.
2) Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,
pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

C. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)


1. Definisi
Suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama
oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
“Gerakan masyarakat hidup sehat” adalah gerakan bersama yang memiliki
beberapa tujuan mulai menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak
menular, baik kesakitan, kematian maupun kecacatan; menghindarkan terjadinya
penurunan produktivitas; menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan
karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan.

15
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat
2) Meningkatkan produktivitas masyarakat
3) Mengurangi beban biaya kesehatan

3. Kegiatan-Kegiatan Germas
a. Peningkatan Aktivitas Fisik
b. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan sehat
c. Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi
d. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit
e. Peningkatan kualitas lingkungan; dan
f. Peningkatan edukasi hidup sehat
GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur
dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin,
Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara
nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu:

1. Melakukan aktivitas fisik


2. Mengonsumsi buah dan sayur dan
3. Memeriksakan kesehatan secara rutin.

4. Pelaku Germas
Germas dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
a. Pemerintah baik pusat maupun daerah
b. Dunia pendidikan

16
c. Swasta dan dunia usaha
d. Organisasi kemasyarakatan
e. Individu, keluarga dan masyarakat

5. Konsep Kerangka Germas

6. Fokus Kegiatan Germas


a. Aktivitas Fisik
Setiap gerakan tubuh yang melibatkan otot rangka dan mengakibatkan
pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang teratur dan menjadi suatu kebiasaan akan
meningkatkan ketahanan fisik. Aktivitas fisik ini dapat meningkatkan ketahan
fisik, kesehatan dan kebugaran. Tujuan dari aktivitas fisik adalah untuk
meningkatkan ketahanan fisik kesehatan dan kebugaran masyarakat.
Sarananya digunakan untuk seluruh masyarakat terutama anak sekolah, ibu
hamil, pekerja dan lansia.
1) Aktivitas fisik dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja

17
2) Lakukanlah paling sedikit 30 menit setiap hari
3) Batasilah kegiatan banyak duduk seperti: menonton TV, main game dan
komputer apalagi ditambah dengan makan makanan kudapan yang manis, asin
dan berminyak.
Aktivitas fisik dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, contoh
pengimplementasian kegiatan nya adalah
1) Aktivitas Fisik Pada Anak Sekolah
Kegiatan aktivitas fisik pada anak sekolah bertujuan untuk mewujudkan
peserta didik yang sehat, bugar, berprestasi melalui pendidikan dan
pembudayaan aktivitas fisik, latihan fisik serta olahraga yang baik, benar,
terukur dan teratur di sekolah. Adapun bentuk kegiatan di sekolah :
a) GERAK BARISAN
Gerakan yang dapat dilakukan sebelum peserta didik memasuki kelas,
disertai lagu yang gembira
b) GERAK KAPITEN
Gerakan yang dapat dilaksanakan pada saat pergantian pelajaran disertai
lagu yang gembira, untuk menghilangkan rasa jenuh atau ngantuk
c) BERMAIN WAKTU
d) SENAM ANAK BANGSA
Latihan awal pada saat peserta didik berolah raga, yang dipandu oleh guru
olah raga
2) Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Dan Usia Produktif Di Tempat Kerja
Aktivitas fisik merupakan bagian dari kehidupan setiap orang dewasa
maupun pekerja. Untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran perlu
dilakukan latihan fisik dan olahraga teratur, yang dapat dilakukan secara
perorangan atau berkelompok. Dalam melakukan latihan fisik sebaiknya
memperhatikan :
a) Latihan fisik sebaiknya dilakukan 150 menit per minggu dengan interval 3-5
kali per minggu

18
b) Latihan diawali dengan pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
c) Menggunakan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman termasuk
pakaian olahraga dan alas kaki
d) Memperhatikan keseimbangan asupan nutrisi untuk mendapatkan hasil
maksimal

Aktifitas Fisik yang dapat dilakukan di tempat kerja antara lain


a) SENAM SEHAT BUGAR (SSB)
Senam Sehat bugar merupakan senam aerobic low impact yang dirancang
mengikuti ritmik, kontinuitas & durasi tertentu. Tahapan SSB,
pemanasan, latihan inti pendinginan SSB dirancang bagi pemula (jarang
berolahraga) dan direkomendasi untuk kegiatan-kegiatan senam
bersama/panduan lomba pada acara2 khusus.
b) PEREGANGAN DI TEMPAT KERJA
Gangguan kesehatan yang sering dialami pekerja adalah masalah gangguan
otot rangka (musculoskeletal) terutama dibagian leher, bahu, pergelangan,
tulang belakang dan siku. Penyebab utama masalah muskuloskeletal adalah
posisi duduk yang tidak ergonomis, leher terlalu menunduk, punggung
terlalu bungkuk/tegak, dll. Bekerja pada posisi yang sama dalam waktu
lama akan mengakibatkan otot menjadi cepat lelah dan aliran oksigen ke
otak berkurang sehingga menurunkan produkitivitas kerja. Untuk
mengurangi masalah tersebut diperlukan peregangan di tempat kerja.

Konsep peregangan di tempat kerja :


1) Peregangan dilakukan secara berkala setelah ± 1-2 jam bekerja pada
posisi sama
2) Gerakan dilakukan secara statis dan dinamis dengan menggerakkan otot
dan sendi kepala, leher, bahu, lengan, pinggang, kaki untuk
menghilangkan kekakuan tubuh

19
3) Gerakan statis dilakukan dengan menahan sendi dan otot pada posisi
teregang selama 8-10 detik
4) Gerakan dinamis dilakukan dengan meregangkan dan melemaskan sendi
dan otot secara perlahan
5) Napas seperti biasa dan pada gerakan tertentu napas diatur untuk
memaksimalkan aliran oksigen ke otak
6) Gerakan dilakukan perlahan-lahan, tidak dipaksakan dan tidak
dihentakkan

Manfaat peregangan di tempat kerja kerja :


1) Mengurangi ketegangan otot
2) Meningkatkan fleksibilitas jaringan otot
3) 3.Mengurangi risiko cedera otot (kram)
4) Mengurangi risiko nyeri/cedera punggung
5) Mengoptimalkan aktivitas sehari-hari
3) Aktifitas Fisik Di Rumah
Tujuan aktivitas fisik pada ibu hamil untuk memudahkan nanti proses
persalinan.
• Melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci,
mengepel,memasak
• Yoga dan jalan santai

b. Mengonsumsi Sayur dan Buah


Sayuran dan buah merupakan sumber berbagai vitamin, mineral dan serat
pangan. Sebagaian vitamin mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-
buahan berperan sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh
serta mencegah kerusakan sel. Serat berfungsi untuk memperlancar pencernaan
dan dapat menghambat perkembangan sel kanker usus besar. Bahwa dengan

20
mengkonsumsi sayuran dan buah yang cukup dapat menjaga kenormalan tekanan
darah,kadar gula, kolestrol darah.
Konsumsi sayur dan buah yang cukup akan menurunkan risiko sulit buang air
besar (BAB/ sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi
sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam pencegahan penyakit
tidak menular kronik.
Tujuan dari ini untuk meningkatkan kesadaran berperilaku hidup sehat
melalui mengkonsumsi buah dan sayur bagi seluruh lapisan masyarakat. Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi
sayur dan buah terutama sayur dan buah lokal.
Bentuk kegiatan yang dilakukan:
1) Kampanye makan buah dan sayur
2) Makan buah bersama (misal : di Sekolah atau institusi lainnya).
3) Membudayakan makan buah pada kudapan rapat
4) Lomba menyusun menu sayuran
5) Bazar buah dan sayuran
6) Pemanfaatan pekarangan (untuk sayuran dan buah)
Anjuran Mengonsumsi Sayur dan buah
Setiap orang dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gram
perorang perhari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 gram
perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah
anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur.

c. Pemeriksaan Kesehatan Secara Rutin


Pemeriksaan/ skrining kesehatan secara rutin merupakan upaya promotif
preventif yang diamanatkan untuk dilaksanakan oleh bupati/walikota sesuai
Permendagri no 18/ tahun 2016 dengan tujuan untuk: mendorong masyarakat
mengenali faktor risiko PTM terkait perilaku dan melakukan upaya pengendalian
segera ditingkat individu, keluarga dan masyarakat; mendorong penemuan faktor

21
risiko fisiologis berpotensi PTM yaitu kelebihan berat badan dan obesitas, tensi
darah tinggi, gula darah tinggi, gangguan indera dan gangguan mental;
mendorong percepatan rujukan kasus berpotensi ke FKTP dan sistem rujukan
lanjut.
Tujuan diadakan pemeriksaan kesehatan secara rutin ini adalah:
1) Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan mendeteksi faktor risiko
bersama yang menjadi penyebab terjadinya Penyakit Tidak Menular terutama
Jantung, Kanker, Diabetes dan Penyakit Paru kronis yaitu Diet tidak sehat
(kurang mengkonsumsi sayur dan buah, mengkonsumsi makanan tinggi garam,
gula, lemak dan diet gizi tidak seimbang), kurang beraktifitas fisik 30 menit
setiap hari, menggunakan tembakau/rokok serta mengkonsumsi alkohol
2) Mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan modifikasi
perilaku berisiko tersebut diatas menjadi perilaku hidup sehat mulai dari
individu, keluarga dan masyarakat sebagai upaya pencegahan PTM
3) Mendeteksi masyarakat yang mempunyai risiko hipertensi dan diabetes
mellitus serta mendorong rujukan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
untuk ditatalaksana lebih lanjut sesuai standar.
4) Mengurangi terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian prematur akibat
penyakit tidak menular karena ketidaktahuan/keterlambatan untuk mendeteksi
PTM utamanya Hipertensi dan Diabetes Mellitus pada tahap dini.
5) Mendorong dan menggerakkan masyarakat khususnya para ibu untuk
memeriksakan diri agar terhindar dari kanker leher rahim dan kanker payudara
dengan deteksi dini tes IVA/SADANIS.

Sasaran pada kegiatan ini adalah


1) Setiap individu/ penduduk usia > 15 tahun
2) Seluruh Desa/kelurahan di setiap kabupaten/ kota

22
Kegiatan Pemeriksaan/skrining kesehatan secara rutin sebagai upaya
pencegahan yang harus dilakukan oleh setiap penduduk usia >15 tahun keatas
untuk mendeteksi secara dini adanya faktor risiko perilaku yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit Jantung, Kanker, Diabetes dan penyakit paru
kronis, ganguan indera serta gangguan mental.
Pelaksanaan Kegiatan:
1) Kriteria:
a) Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan
pemeriksaan/ skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib memberikan Skrining Kesehatan Sesuai Standar pada
warga negara usia 15 – 59 tahun di wilayah kerjanya
b) Pelayanan pemeriksaan/ skrining kesehatan usia >15 tahun keatas diberikan,
sesuai kewenanganya, oleh : Dokter; Bidan; Perawat; Nutrisionis/Tenaga
Gizi. Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih
c) Pelayanan pemeriksaan/skrining kesehatan dilakukan di Puskesmas dan
jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah.
d) Pemeriksaan/ skrining kesehatan usia15 tahun keatas dilakukan minimal
dilakukan satu tahun sekali.
2) Pemeriksaan/ skrining kesehatan sesuai standar usia 15-59 tahun meliputi:
a) Deteksi faktor risiko riwayat penyakit PTM keluarga dan faktor risiko
perilaku (merokok dan terpapar asap rokok, diet tidak sehat, tidak
beraktifitas fisik 30 menit perhari, mengkonsumsi alkohol)
b) Deteksi kemungkinan Obesitas dilakukan dengan memeriksa Tinggi Badan
dan Berat Badan serta lingkar perut.
c) Deteksi Hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan
primer.
d) Deteksi kemungkinan Diabetes Mellitus menggunakan tes cepat gula darah.
e) Deteksi Gangguan Mental Emosional Dan Perilaku.

23
f) Pemeriksaan ketajaman penglihatan
g) Pemeriksaan ketajaman pendengaran
h) Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis dan
pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30 – 59 tahun.
i) Individu yang ditemukan mempunyai faktor risiko perilaku atau menderita
kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu menanganinya.
3) Lingkup pemeriksaan/skrining kesehatan usia > 60 tahun keatas adalah
sebagai berikut :
a) Deteksi obesitas dengan pengukuran IMT dan lingkar perut
b) Deteksi Hipertensi dengan mengukur Tekanan Darah.
c) Deteksi Diabetes Mellitus dengan pemeriksaan kadar gula darah.
d) Deteksi kadar kolesterol dalam darah
e) Deteksi kadar asam urat dalam darah
f)Deteksi Gangguan Mental Emosional dan Perilaku, termasuk Kepikunan
menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status Examination (MMSE)/Test
Mental Mini atau Abreviated Mental Test (AMT) dan Geriatric Depression
Scale (GDS).
g) Individu yang ditemukan mempunyai faktor risiko perilaku atau menderita
kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu menanganinya.
4) Langkah Kegiatan
a) Pelaksanaan skrining faktor risiko PTM dan Gangguan mental emosional
dan perilaku
b) Memberikan intervensi FR PTM dan Gangguan mental emosional dan
perilaku
c) Pelatihan teknis petugas skrining kesehatan bagi tenaga kesehatan dan
petugas pelaksana (kader) Posbindu PTM
d) Penyediaan sarana dan prasarana skrining (Kit Posbindu PTM)

24
e) Pelatihan surveilans faktor risiko PTM berbasis web
f) Pelayanan rujukan kasus ke FKTP
g) Pencatatan dan pelaporan faktor risiko PTM
h) Monitoring dan Evaluasi

Pembudayaan Perilaku Pemeriksaan/skrining kesehatan secara rutin merupakan


penerapan upaya promotif preventif yang efektif dan menjadi Pilar utama dalam
Peningkatan derajat kesehatan, meningkatkan kualitas SDM bangsa, pencapaian
target SDGs (pembangunan berkesinambungan). Investasi dalam upaya promotif
preventif dalam pencegahan penyakit tidak menular akan menghindarkan
Indonesia dari beban pembiayaan kesehatan dan beban ekonomi dikarenakan
peningkatan PTM.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep standar pelayanan minimal yang mengalami perubahan dari Kinerja Program
Kementerian menjadi Kinerja Pemda yang memiliki konsekuensi, Pemda diharapkan
memastikan tersedianya sumber daya (sarana, prasarana, alat, tenaga dan uang/biaya)
yang cukup agar proses penerapan SPM berjalan adekuat.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan
keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, untuk mendukung
keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Sebagai penjabaran dari
amanat Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Kementerian Kesehatan menetapkan strategi operasional
pembangunan kesehatan melalui Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga.
Gerakan masyarakat hidup sehat juga dapat di katakan sebagai program pemerintah
yang menerapkan pendekatan keluarga terhadap berbagai macam kegiatannya. Dalam
hal ini dapat di jabarkan bahwa gerakan masyarakat hidup sehat adalah gerakan bersama
yang memiliki beberapa tujuan mulai menurunkan beban penyakit menular dan penyakit
tidak menular, baik kesakitan, kematian maupun kecacatan; menghindarkan terjadinya
penurunan produktivitas; menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena
meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan.

26
DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/Buku%20Program%20Indonesia%20Sehat%20d.pdf. Di akses pada tanggal


15/10/2017

http://dinkes.acehprov.go.id/uploads/buku-panduan-germas-final.pdf diakses pada tanggal


14 oktober 2017

http://dinkes.kedirikab.go.id/konten/uu/15797Presentasi%20Sosialisasi%20Germas%20171
02016.pdf diakses pada tanggal 14 oktober 2017

http://dinkes.lomboktengahkab.go.id/2017/04/20/standar-pelayanan-minimal-bidang-
kesehatan diakses pada tanggal 14 oktober 2017

http://www.depkes.go.id/article/view/17022700005/inilah-perubahan-standar-pelayanan-
minimal-spm-bidang-kesehatan-.html diakses pada tanggal 14 oktober 2017

http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/rakerkesnas2017/materi_paparan_pembahasan_isu_strategis_rakerkesnas_2017
diakses pada tanggal 14 oktober 2017

http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16111500002 diakses pada tanggal 14 oktober 2017

27

Anda mungkin juga menyukai