KAJIAN TEORI
Prevention(CDC),2004.)
Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat yaitu, otak dan medula spinalis. Batang otak
terdiri dari pons dan medula oblongata fungsi luhur berfikir, berhitung, bermain musik,
dan mengenal wajah.
1. Medula oblongata
Terletak pada ventrikel IV, berhubungan dengan medula
spinalis yaitu bagian substansia putih yang disebut piramid menjadi
tractus piramidalis, yaitu jaras motorik antara cerebrum dengan
medula spinalis 80% serat saraf bersilang dengan garis tengah
mengatur gerakan kebagian otak gerakan sisi kiri tubuh. Medula
oblongata merupakan pusat reflek vital : frekuensi jantung, pusat
vasomotor, pusat nafas, reflek muntah, batuk, bersin, menelan di
perantarai saraf otak N.IX dan N,XII yang terdapat medula
oblongata.
2. PONS
Tonjolan anterior batang otak penghubung jembatan bagian
otak lain yang terdapat berkas saraf. Fungsi pons termasuk pusat
pernafasan yang diperantarai N.V dan N.VII.
3. Mid brain (Otak tengah)
Berfungsi sebagai pusat reflek melihat, gerakan kepala dan
bola mata, dan juga pusat pendengaran.
4. Cerebellum (Otak Kecil)
Berfungsi sebagai koordinasi yang halus pada gerakan otot
sehingga gerakannya tak menyentak dan gemetar, bila cerebellum
rusak maka aktivitas seperti berjalan, berlari, menulis dan berbicara
tidak terkoordinir. Cerebellum juga berfungsi mempertahankan
tonus otot dan sikap tubuh, dan mempertahankan keseimbangan.
Ganglia basalis terdapat pada pusat sub kortex adalah kumpulan badan sel
saraf yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan gerakan otot dalam
postur tubuh. Secara khusus, ganglia basalis membantu untuk memblokir
gerakan yang tidak diinginkan terjadi dan langsung terhubung dengan otak
untuk koordinasi. (Parent Guide for Cerebral Palsy, Sharma Alok 2014)
B. CEREBRAL PALSY
1. Definisi Cerebral Palsy
Cerebral Palsy adalah sekelompok gangguan permanen
perkembangan gerak dan postur, menyebabkan keterbatasan
aktivitas yang dikaitkan dengan gangguan non-progresif yang
terjadi di otak janin atau bayi yang berkembang (Rethlefsen
dkk,2010)
Cerebral Palsy adalah akibat dari lesi atau gangguan
perkembangan otak bersifat non-progresif dan terjadi akibat bayi
lahir terlalu dini (prematur). Defisit motorik dapat ditemukan pada
pola abnormal dari postur dan gerakan. (Bobath, 1996)
Cerebral Palsy adalah gangguan pola gerak dan sikap dan
gangguan sensomotorik, neuromuskuler akibat kerusakan otak pada
saat berkembang yang bersifat non-progresif.
b. Natal
Masa natal dimulai setelah lahir sampai 1 bulan
kehidupan. Faktor yang mempengaruhi, antara lain:Pada
saat proses kelahiran apakah mengalami partus yang
lama?apakah lahir dibantu dengan vacum,forceps?apakah
lahir cukup bulan/tidak?dimana ibu melahirkan?berapa
berat lahir dan tinggi badan lahir?langsung menangis atau
tidak?
c. Post Natal
Masa postnatal dimulai dari satu bulan sampai dua
tahun atau sampai lima tahun kehidupan, seperti: apakah
anak pernah sakit panas,kejang, jatuh?berapa lama
mengalami perawatan di rumah sakit?apa kemampuan anak
sekarang?
2. Berdasarkan Tipe
e. Tipe Spastik
Pada tipe ini gambaran khas yang dapat ditemukan
adalah paralisis spastik atau dengan paralisis pada
pergerakan volunter dan peningkatan tonus otot (hipertoni,
spastisitas, peningkatan refleks tendo dan klonus).
Gangguan pergerakan volunter disebabkan kesulitan dalam
mengkoordinasi gerakan otot. Bila anak menggapai atau
mengangkat sesuatu, terjadi kontraksi otot secara
bersamaan sehingga pada pergerakan terjadi retriksi dan
membutuhkan tenaga yang banyak.
Paralisis akan mengenai sejumlah otot-otot, tetapi
derajat paralisis berbeda¬beda, sehingga didapat
ketidakseimbangan dalam tarikan otot dan akan
menghasilkan suatu deformitas tertentu, sehingga pada
spastik Cerebral Palsy deformitas akan berupa: fleksi,
aduksi, dan internal rotasi. Gambaran khas spastic gait
berupa kekakuan dan kejang-kejang yang mengenai
anggota gerak yang terjadi di luar kontrol karena adanya
deformitas posisi dan tampak nyata pada saat penderita
berjalan ataupun berlari. Paralisis spastik yang mengenai
otot bicara menyebabkan kesulitan pengucapan kata secara
jelas. Paralisis spastik pada otot menelan menyebabkan
hipersekresi saliva yang berlebihan sehingga air liur tampak
menetes.
1) Tipe flacid
Cerebral palsy hipotonus atau flacid terkena
kerusakan pada are Cerebellum.hypotonus adalah
kelemahan otot. jika, spastisitas ada peningkatan
ketegangan pada otot tetapi kalau hipotonus ada
penurunan ketegangan pada otot. terjadi kelemahan
pada seluruh anggota gerak dan anak akan sulit untuk
meraih benda dan menahan postur tubuh membuat
pergerakannya lamban. Hypotonus membuat
mobilisasi sendi anak berlebihan. Namun jarang pada
kasus Cp flacid anak mengalami deformitas seperti
pada kasus spastisitas. Mungkin terjadi deformitas
tapi pada tulang belakang karena pada saat duduk
tidak sesuai alligment tubuh.
2) Tipe Ataxia
Tipe gejala ini dapat disebabkan oleh
kerusakan otak kecil. Bentuk ataksia kurang umum
adalah jenis cerebral palsy, terjadi di paling banyak
10% dari semua kasus. Beberapa individu memiliki
hypotonia dan tremor. Keterampilan motorik seperti
menulis, mengetik, atau menggunakan gunting
mungkin akan terpengaruh, serta keseimbangan,
terutama saat berjalan.
3) Tipe Athetoid
Cerebral Palsy Athetoid merupakan suatu
kelainan yang mempunyai karakteristik gerakan
yang menggunakan motorik halus yang tidak
terkontrol dan perlahan.
Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki,
lengan atau tungkai dan pada sebagian besar kasus,
otot muka dan lidah,menyebabkan anak
mengeluarkan air liur. Gerakan meningkat selama
periode peningkatan stres dan hilang pada saat tidur.
3. Berdasarkan topografi
1) Monoplegi
2) Diplegi
Gambar 2.4 Tipe CP Diplegi
(https://www.jgfitness.co/Life-With-Cerebral-
Palsy,2016)
3) Quadriplegi
4) Hemiplegi
C. PATOFISIOLOGI
D. GAMBARAN KLINIS
Pada kasus yang penulis bahas yaitu Cerebral Palsy Athetoid dimana
di dapati gambaran bahwa keadaan tonus untuk kasus yang penulis dapat
kaji adalah fluktuatif adanya perubahan tonus otot yang kadangbersifat
hipertonus dan kemudian akan berubah menjadi hipotonus.
Postural controlnya baik, namun jika kita tidak memberikan instruksi
atau stimulasi agar anak itu tetap tegak anak itu cenderung mem-flexikan
kepalanya, lalu dada terlihat protaksi, kepala forward, dan ankle terlihat
semi inversi namun belum terjadi deformitas.
Pada kasus yang penulis ambil ditemukan adanya problematik
Fisioterapi yaitu spastisitas pada otot-otot extensor trunk dan keadaan tonus
extremitas yang fluktuatif, adanya gerakan yang tidak terkontrol pada saat
ingin memulai gerakan,gangguan koordinasi dan keseimbangan dan
gangguang Aktivitas fungsional duduk mandiri, berdiri, dan berjalan.
E. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Assesment Fisioterapi
Adalah pemeriksaan pada perorangan atau kelompok, nyata
atau yang berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi,
ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lain dengan cara
pengambilan perjalanan penyakit (history taking), skreening, test
khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui
analisis dan sintesa dalam sebuah proses pertimbangan klinis.
a. Anamnesis Khusus
1) Post Natal
berapakah umur ibu waktu hamil, kehamilan
yang keberapa, bagaimana riwayat kelahiran ibu
apakah SC atau normal? Apakah didalam kandungan
ibu pernah meminum obat tertentu?Apakah adanya
kelainan selama kehamilan? Apakah ada trauma pada
saat mengandung?
2) Natal
Apakah anak lahir cukup bulan atau tidak?
Apakah saat dilahirkan bayi langsung menangis atau
tidak?apakah ada kesulitan pada waktu lahir?apakah
anak kekurangan oksigen waktu dilahirkan?apakah
terjadi pendarahan?
3) Pre Natal
Setekah kelahiran apakah anak pernah
terjatuh? Apakah anak pernah mengalami suhu tubuh
yang tinggi? Apakah anak mengalami kejang?
2. Pemeriksaan Fisioterapi
Pada kasus Cerebal palsy athetoid penulis melakukan
pemeriksaan fisik fisioterapi dimana di dapati tonus otot pada
cerebral palsy athetoid yang fluktuatif tidak stabil, yang
menunjukkan gejala yang tidak tetap dan selalu berubah-
ubah. Terkadang pasien mengalami spastisitas namun juga apabila
diberi stimulasi pasien menjadi rileks.
Terlihat juga scoliosis curve C pada area tulang belakang
pasien dan ankle yang menunjukkan inversi yang cenderung akan
mengalami deformitas jika tidak di inhibisi.
Adanya gerakan involuntery movement dimana anak sulit
untuk melakukan gerakan motorik halus seperti menggenggam
meraih dan menulis. Anak juga belum mampu mempertahankan
keseimbangannya.
Level Of Sitting Scale Nilai VII: Shift Trunk Position
Laterally Re-erects yaitu anak dapat mempertahankaan duduk
selama 30 detik tanpa bantuan (tingkat V) dan mampu
menggerakkan badan ke samping kiri dan kanan (bisa menggunakan
mainan untuk memancing anak untuk bergerak) serta kembali ke
posisi semulanya.
3. Problematik Fisioterapi
Berisikan tentang gangguan pada pasien yang berhubungan
dengan kondisi penyakitnya, yang mencakup impairment
(gangguan/ kelemahan), activity limitation (keterbatasan aktivitas),
dan partisipation yang ditemui saat pemeriksaan. Problematik
fisioterapi pada kasus ini yaitu:
5. Intervensi Fisioterapi
a. Stimulasi dan Fasilitasi
Tujuan : Agar anak mampu mengontrol gerakan dan
edukasi posisi gerakan head control, anak mampu
mempertahankan head control dengan baik
Persiapan tempat dan alat :Bed, suhu ruangan sejuk,
nyaman
Posisi Pasien :supine lying
Posisi terapis :di belakang kepala pasien, handling
area occiput
Pelaksanaan Fisioterapi :
1) Instruksikan kepada anak untuk rilex, lalu
handling area occiput arahkan kepala untuk
lateral bending kanan dan kiri, side flexi
kanan dan kiri lakukan 8-10 x pengulangan
lalu tanyakan kepada anak apakah nyaman
atau tidak.
2) Pada intervensi ini posisi terapis berada di
samping pasien, lalu
Berikan rangsangan pada area sela sela costae
secara gentle, lakukan penekanan maka
kepala anak akan bergerak lakukan
pergerakan sampai ke arah perut
3) Pada intervensi ini, kaki anak di sanggah di
paha terapis, terapis handling area betis lalu
lakukan gerakan maju dan mundur usahakan
area pelvic tidak bergerak namun yang
bergerak adalah kepala menyentuh dada
b. Bridging exercise
Posisi pasien : tidur terlentang, kedua kaki ditekuk
Posisi terapis : berada disamping pasien
Pelaksanaan terapi :
Instruksikan anak untuk mengangkat panggulnya dan
minta anak untuk menahan selama 8 detik
c. Postural control
Posisi pasien : duduk tegak
Posisi terapis : di depan pasien
Pelaksanaan terapi :
Pada saat posisi duduk instruksikan pasien agar tetap
tegak atau beri stimulasi untuk kepala agar mengarah
kedepan, dan kedua knee posisi 90 derajat, lalu kedua
telapak kaki menumpu dan kedua tangan diminta untuk
menyanggah, jika posisi sudah berhasil dilakukan maka
minta pasien untuk bergeser ke kanan dan kekiri untuk
melatih keseimbangannya.
6. Evaluasi