Anda di halaman 1dari 9

1.

Latar Belakang Penelitian

Kanker kolon dan rektum sekarang ini merupakan kanker internal

kedua yang paling sering di Amerika Serikat. Kanker kolon terjadi dua kali

lebih sering dari kanker rektal (Baughman, 2000). Di indonesia kanker

kolorektal termasuk dalam sepuluh besar jenis kanker yang banyak

diderita, yaitu umumnya ke-6 terbesar. Penatalaksanaan kanker kolon

meliputi penatalaksanaan medis, bedah dan keperawatan. Salah satu

tindakan bedah yang dilakukan adalah dengan pembentukan kolostomi.

Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen

kedalam kolon iliaka (ascenden) sebagai saluran untuk mengeluarkan feses

(Pearce, 2009). Tindakan pemasangan kolostomi dapat menyebabkan

terganggunya kebutuhan dasar manusia baik dari aspek biologis,

psikologis, sosial maupun spiritualnya.

Manusia merupakan makhluk bio-psiko-socio dan spiritual

merupakan kesatuan dari aspek jasmani dan rohani yang memiliki sifat

unik dengan kebutuhan yang berbeda sesuai dengan tingkat

perkembangannya (Achir Yani H, 2008). Sedangkan kebutuhan dasar

manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk

mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, guna

mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Sumber: A Aziz Alimul

Hidayat, 2008). Salah satu kebutuhan dasar manusia yang saat ini sering

terabaikan ketika seseorang dalam kondisi sakit yaitu kebutuhan

spiritualnya.

1
Spiritual merupakan bagian dari pengalaman manusia yang

komplek dan multi dimensi yang memiliki 3 aspek, yaitu aspek kognitif

atau aspek filosofis (meliputi pencarian arti, tujuan, dan kepercayaan

hidup, serta keyakinan dan nilai tentang kehidupan seseorang), aspek

experiensial atau aspek emosional (meliputi perasaan tentang harapan,

cinta kasih, connection, rasa damai, kenyamanan dan perlindungan), aspek

behavior (meliputi bagaimana seseorang menyatakan keluar dari

kepercayaan spiritualnya dan keadaan inner spiritualnya) (Supratman,

2007). Spiritualitas dalam suatu tataran klinik dapat dimanifestasikan

sebagai spiritual distress ataupun sebagai sumber kekuatan, sehingga

spiritual pasien dapat berpengaruh terhadap diagnosis dan pengobatan

(Puchalski, Lunsford, Mary H dan Miller, 2006).

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan

keyakinan, mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama

serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf, mencintai, menjalin hubungan

penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan

mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai,

serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier, 2004).

Pengkajian kebutuhan spiritual di Indonesia baru sedikit, ini terbukti dari

format pengkajian keperawatan medikal bedah yang hanya terdapat poin

agama dalam biodata. Kondisi ini menurut Burton (1998) merupakan

fenomena perawat menghindari memberikan asuhan spiritual karena

merasa tidak nyaman dan kurang siap dalam memberikan asuhan spiritual

padahal kebutuhan tersebut besar/potensial (Kemp 2010).

2
Hubungan keyakinan dengan pelayanan kesehatan tergambar

apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya

pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi

lemah dalam segala hal. Dalam pelayanan kesehatan, seharusnya perawat

memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan baik aspek biologis,

psikologis, maupun spiritual (Hidayat, 2006). Hal ini menjadi sesuatu yang

penting bagi perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritual termasuk pada

pasien yang terpasang kolostomi.

Rumah Sakit Hasan Sadikin dijadikan sebagai tempat untuk

melakukan penelitian ini karena Rumah Sakit Hasan Sadikin adalah rumah

sakit rujukan Jawa Barat. Sebagai pusat rujukan, Rumah Sakit Hasan

Sadikin menerima banyak pasien dengan berbagai penyakit terutama

pasien kanker kolorektal yang dipasang kolostomi. Selain itu, Rumah

Sakit Hasan Sadikin kurang menekankan pada aspek spiritual pasien

khususnya pasien kolostomi. Hal ini terbukti dengan kurangnya

pendidikan kesehatan yang diberikan oleh seorang perawat terkait

kebutuhan spiritualnya. Salah satu pasien yang terpasang kantong

kolostomi menyatakan bahwa dirinya merasa bingung dalam melakukan

ibadah shalat ketika kantong kolostominya kotor. Oleh karena itu, peneliti

merasa tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran kebutuhan spiritual

khususnya pada pasien muslim yang terpasang kantong kolostomi di

Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

3
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dikemukakan

diatas, maka peneliti ingin mengetahui “Bagaimana Gambaran Kebutuhan

Spiritual pada Pasien dengan Kolostomi” di Rumah Sakit Hasan Sadikin

Bandung.

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

gambaran kebutuhan spiritual pada pasien yang terpasang kolostomi di

Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spiritual shalat pada

pasien yang terpasang kantong kolostomi di Rumah Sakit Hasan

Sadikin Bandung.

b. Untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spiritual dari aspek

bersuci pada pasien yang terpasang kantong kolostomi di Rumah

Sakit Hasan Sadikin Bandung.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Manfaat Teoritis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberi gambaran tentang kebutuhan spiritual pada pasien dengan

4
kolostomi sehingga dapat menjadi acuan dalam menyusun asuhan

keperawatan serta pendidikan kesehatan terkait pemenuhan

kebutuhan spiritual pasien yang terpasang kolostomi.

4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

peneliti selanjutnya terkait kebutuhan spiritual pada pasien dengan

kolostomi.

5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya menggambarkan kebutuhan spiritual pasien

yang dipasang kolostomi tanpa melihat faktor-faktor yang mempengaruhi

kebutuhan spiritual pasien yang terpasang kolostomi.

6. Kajian Teori

7. Metode Penelitian

a. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa

membandingkan atau menghubungkan antar variabel (Sugiyono,

2010). Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional

dimana peneliti melakukan pengambilan data dalam satu waktu pada

saat yang bersamaan.

5
b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

c. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu semua pasien yang terpasang

kolostomi yang menjalani rawat inap periode 1 Januari 2015- 31

Desember 2015 sebanyak 224 pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin

Bandung. Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling

yaitu memilih siapa saja yang kebetulan ditemui dan memenuhi

kriteria untuk dijadikan sumber (Sugiyono, 2010). Pengambilan

sampel dilakukan dalam kurun waktu 4 minggu dengan sampel

minimal 30 pasien.

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan

kuesioner. Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan memberi beberapa pertanyaan tertulis kepada responden

untuk dijawab oleh responden (Sugiyono, 2014). Penelitian ini dilakukan

di ruang rawat inap Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Peneliti

memulai pengumpulan data dengan menjelaskan maksud penelitian dan

memaparkan pentingnya penelitian. Setelah itu peneliti melakukan

informed consent dengan cara memberikan surat permohonan menjadi

responden yang sudah disediakan peneliti kepada para calon responden.

Pasien yang bersedia menjadi responden selanjutnya mengisi kuesioner

dengan didampingi oleh peneliti sehingga jika ada pertanyaan yang kurang

dimengerti dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.

6
Kuesioner yang diberikan kepada responden diisi dan dikumpulkan

pada hari yang sama. Responden dengan usia lansia atau yang tidak

mampu untuk mengisi kuesioner akan dibantu oleh peneliti dengan

membacakan tiap-tiap pernyataan sehingga responden hanya memberikan

pendapatnya yang selanjutnya akan diisikan pendapatnya didalam

kuesioner oleh peneliti.

e. Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisa data bertujuan mengubah data menjadi

informasi (Wasis, 2008). Dalam proses pengolahan data dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing
Peneliti memeriksa daftar pertanyaan yang telah

diserahkkan kembali oleh responden seperti kelengkapan jawaban

dan kesalahan pengisian.


2. Coding
Peneliti memberi kode pada setiap instrumen untuk

mempermudah pengolahan data. Coding yang digunakan dalam

pengkodean data demografi dan pada instrumen.


3. Transfering
Pada tahap ini data yang sudah dimasukkan ke dalam

komputer diproses dengan cara dianalisis.


4. Cleaning
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali antara data yang

sudah dimasukkan ke dalam komputer dengan data hasil penelitian

asli untuk mengurangi kesalahan dalam penampilan data hasil

penelitian. Setelah itu data hasil penelitian akan dihancurkan

dengan cara dibakar untuk melindungi privasi responden.

7
5. Tabulating
Peneliti mengelompokkan data sesuai dengan tujuan

penelitian, kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah

disiapkan.

8
Komunikasi antara perawat dengan dokter :
Perawat dan Dokter di  Saling pengertian Komunikasi efektif ≥ Mean
Ruang Rawat Inap RSUP  Keterbukaan
M. Djamil Padang  Frustasi dengan interaksi Komunikasi tidak efektif < Mean
 Relevansi dan kepuasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi


komunikasi :
 Pengalaman kerja
 Kredibilitas
 Sikap interpersonal
 Jenis kelamin

Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Sumber :
Aghamolaei, Tavafian S. S., Hasani L, Moerni, B, (2012)
Blais, K, K., Hayes, J. S., Erb, 6, (2006)

Anda mungkin juga menyukai