Anda di halaman 1dari 6

1. Mengapa CBM terdapat pada lapisan batubara?

Gas Metana Batu bara (GMB) merupakan gas hidrokarbon nonkonvesional yang
bersumber dari batu bara dan tersimpan dalam reservoir batu bara (Gambar 1.). Reservoir
GMB sangat berbeda dengan reservoir minyak pada umumnya. GMB atau coalbed gas
adalah gas yang tersimpan karena adsorpsi dalam micropore batubara. Gas tersebut juga
disebut dengan sweet gas karena tidak ada kandungan H2S. GMB tersimpan dalam batuan
melalui proses yang disebut adsorption. Gas metana menempel pada micropore batu bara
(matrix). Fracture atau rekahan pada batu bara (cleats) dapat juga berisi gas bebas atau
gas yang tersaturasi oleh air. Sistem ini disebut dengan Dual Porosity Reservoirs.

Gambar 1. Reservoir Gas

2. Mengapa konsentrasi CBM lebih pekat pada batubara yang lebih dalam?

Coal seams biasanya mempunyai kedalaman kurang dari 1.000 m atau 4.000 ft.
Tekanan pada lapisan yang lebih dalam biasanya terlalu tinggi untuk dapat membuat gas
mengalir sekalipun seam telah selesai diproduksi airnya. Karena tekanan tinggi
menyebabkan struktur cleat menutup sehingga menyebabkan permeabilitas turun.

3. Mengapa data CBM banyak dipegang perusahaan minyak (PERTAMINA)?

Secara umum, pengusahaan GMB di Indonesia mengacu pada rejim Migas.


Karenanya, UU No 22 Tahun 2001 dan PP No.35 Tahun 2004 masih menjadi acuan umum,
terutama mengenai bentuk dan pola PSC, dengan masing-masing blok GMB harus dikelola
oleh satu badan hukum usaha.
Rancangan Keputusan Menteri tentang Pedoman Pelaksanaan Pengusahaan Gas
Metana Batu bara mengacu dan berpedoman pada PP No. 35 Tahun 2004 terutama
pengaturan tentang Wilayah Kerja dan pelaksanaan Kontrak Kerja Sama, dengan asumsi
bahwa pengusahaan Gas Metana Batu bara masih termasuk dalam bagian kegiatan minyak
dan gas bumi, sehingga ketentuan mengenai eksplorasi maupun eksploitasinya tetap
berpedoman pada PP No. 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi.

4. Bagaimana mengolah air terproduksi CBM dilapangan?

Selama masa pengurasan (dewatering), air yang terproduksi sangat besar.


Berdasarkan data Lapangan Powder River Basin di Amerika Serikat pada
tahap awal dewatering air terproduksi mencapai 800 Barel Water Per Day (bwpd),
sehingga diperlukan penanganan air terproduksi secara tepat dan ekonomis sesuai dengan
kebijakan lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Jika air ini dibuang langsung ke lingkungan maka akan menimbulkan banyak
masalah karena tingginya kandungan mineral yang terdapat didalamnya. Kualitas air
terproduksi CBM tergantung pada kondisi lingkungannya. Parameter untuk menilai
kualitas air tersebut adalah Total Dissolved Solids (TDS), Electric Conductivity (EC)
dan Sodium Adsorption Ratio (SAR), dimana secara garis besar parameter tersebut
berhubungan dengan kandungan garam dan senyawa kimia yang dapat membentuk
kandungan garam.

Dengan jumlah yang demikian besar dan kualitas yang cukup baik membuat air
terproduksi memiliki berbagai kemungkinan dalam pemanfaatannya (untuk memasok
irigasi pertanian, enhanced oil recovery dan pasokan untuk bahan baku air minum).
Kualitas air yang cukup baik dapat dibuang langsung ke lingkungan sebagai penambah
debit air untuk irigasi. Namun, untuk pasokan air minum diperlukan teknologi yang cukup
sehingga dapat memenuhi standar baku mutu air minum. Pemanfaatan air tersebut
tergantung pada kualitas air terproduksi, lokasi sumur dan pengolahan air yang
efektif. Umumnya ada 4 (empat) cara yang dilakukan oleh pelaku bisnis CBM dalam
penangan air akibat proses dewatering antara lain Surface Discharge, Infiltration
Impoundments, Shallow Re-injection dan Reverse Osmosis.

Surface Discharge (pembuangan permukaan), air terproduksi dari beberapa sumur


dipompa ke pusat pengolahan kemudian air tersebut dialirkan ke lingkungan. Pelepasan
air ke aliran sungai diatur sesuai dengan baku mutu dan mempertimbangkan erosi yang
berlebihan pada aliran sungai, sehingga debit air yang dibuang diatur sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Pada saat produksi air konstan
maka pembuangan pun akan konstant (inlet=outlet). Bila ada rencana pembuangan air
tersebut akan di buang ke sungai, maka sungai yang akan menjadi tempat pembuangan
tersebut mengalami penambahan debit airnya sekitar 10,000 Barrel Per Day (bpd), (1
barrel = 160 liter). Sebelum dibuang ke lingkungan biasanya ada beberapa treatment yang
harus dilakukan terutama dalam hal penyelidikan kandungan kimia pada air CBM tersebut,
apabila telah memenuhi ambang batas mutu air lingkungan maka, air tersebut dapat saja
dibuang langsung ke lingkungan melalui sungai terdekat atau dapat pula dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga. Umumnya daerah
pengembangan WK CBM berada di darat (onshore) dan terletak disekitar desa yang
masyarakatnya hidup dari bercocok tanam dengan mengandalkan musim. Jika air tersebut
telah layak dibuang ke sungai, maka air tersebut juga layak dimanfaatkan untuk mengaliri
lahan dan ladang untuk bercocok tanam. Air CBM dapat dimanfaatkan, antara lain:
· Sebagai pengairan pertanian atau peternakan sekitar WK CBM.
· Sebagai sumber air baku untuk pengolahan air minum daerah setempat.
· Dapat juga digunakan untuk Industri.

Demi terlaksananya program pemanfaatan buangan air produksi gas CBM perlu
dilakukan perencanaan bersama antara Pemerintah Daerah dan Perusahaan Pengelola
CBM sehingga manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan air produksi CBM dapat
digunakan bagi kepentingan masyarakat banyak, antara lain :
· Peningkatan hasil produksi tanaman, karena tidak lagi bergantung pada
musim.
· Penghematan biaya Produksi Air Minum (PDAM) karena sumber air bakunya
merupakan air bersih.
· Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.
· Terjadinya hubungan yang harmonis antara masyarakat, Pemerintah daerah
dan perusahaan Pengelola CBM

Infiltration impoundments, air terproduksi dari beberapa sumur dipompa ke kolam


untuk diuapkan (evaporasi), penguapan dibantu dengan alat penyemprot atau diresapkan
kembali kedalam akuifer. Sebelum digunakan untuk kebutuhan pertanian maupun rumah
tangga terlebih dahulu di kumpulkan dalam sebuah kolam. Kendala utama dalam
pembuatan kolam ini adalah ketersediaan lahan yang akan dipergunakan untuk membuat
kolam tersebut karena area yang dibutuhkan dalam pembuatan kolam yang cukup luas.

Contoh Kolam (Pool) Penampungan Air Produksi CBM di Australia

Jika kandungan airnya saline tentu dapat merusak vegetasi, dan jika tidak di
filteralisasi (saring) kadar garamnya tentu akan dapat mencemari air tanah. Kontroversi
pembuangan air produksi CBM di kolam (pool) yakni sebagai cara paling murah namun,
dapat merusak lingkungan karena mampu mengubah perilaku hidrologi area tersebut,
mengancam ikan dan kehidupan air lainnya, serta bisa mengubah iklim lokal karena
mengandungan moisture Batubara yang tinggi. Selain itu, juga dapat mengakibatkan erosi
atau penurunan muka air tanah dan vegetasi yang terkait dengannya. Tampungan produksi
air CBM yang mengandung garam dapat mengandung racun organik atau anorganik,
seperti amonia atau hidrogen sulfida yang secara substansial dapat merusak lingkungan.

Shallow Re-injection (Sumur Injeksi), air terproduksi dari beberapa sumur


ditampung ke kolam kemudian dipompakan ke dalam lapisan akuifer (lapisan Formasi
batuan) yang mempunyai salinitas tinggi melalui sumur injeksi ke dalam tanah pada
kedalaman tertentu. Harga sumur injeksi ini juga cukup mahal yaitu hampir sama dengan
harga sumur CBM.

Diagram Sumur Injeksi Air CBM

Reverse Osmosis (Osmosa Terbalik) atau hyperfiltration adalah proses


pengolahan yang dapat memisahkan kandungan senyawa organik dan anorganik dari air.
Teknik ini banyak digunakan untuk desalinasi air laut dan payau, pengolahan limbah
indusri dan lain-lain. Prinsip osmosa terbalik adalah memindahkan pelarut dari larutan
encer ke larutan pekat, dengan mengalirkan air (pelarut) melalui membrane
semi permeable, tekanan yang digunakan harus lebih besar dari tekanan osmotic (biasanya
kira-kira tiga kali lebih besar). Membran yang digunakan pada proses ini biasanya adalah
membran yang porinya sangat kecil atau padat. Bahan membran yang digunakan adalah
selulosa asetat, komposit, polimida dengan modul tubular, spiral wound, flat
sheet atau hallow fiber.
Pada dasarnya, pengembangan CBM tidak mempunyai risiko lingkungan
yang tinggi seperti dengan produksi gas alam dari reservoir konvensional lainnya. Selain
dampak dari air terproduksi terhadap kerusakan lingkungan, akibat dari hasil
pengembangan CBM di permukaan antara lain juga adanya gangguan dari pembangunan
jalan dan fasilitasproduksi lainnya. Demikian pula halnya, produksi CBM juga dapat
menyebabkan polusi udara yang diakibatkan dari kompresor pembuangan gas, kebocoran
gas Metana, debuserta di lain hal pengoperasian pompa dan mesin
lainnya dapat menimbulkan polusi suara(noice).

Dalam produksi CBM, air menjadi subjek utama yang harus diperhatikan karena
terdapatdalam volume yang besar dan harus dikelola dengan cara ditampung di
permukaan atau direinjeksikan ke bawah permukaan atau bahkan membuangnya langsung
ke badan air setelah di treatment. Pembuangan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
pengikisan lapisan tanah dan sedimen, membuat habitat air menjadi tidak seimbang
(unsustainable),atau dapat pula mengubah salinitas tanah.

Selain itu, kimia organik dan anorganik yang berasal dari air CBM sampai saat
ini belum diteliti secara komprehensif; yakni kandungan yang terdapat didalamnya
seperti fenol atau arsenik yang dapat merusak lingkungan. Potensi CBM terdapat pada
kedalaman yang dangkal dimana jika pada kedalaman tersebut harus mengambil air dalam
volume yang besar, maka besar kemungkinan untuk dapat mengakibatkan penurunan pada
muka air tanah di area tersebut (dengan catatan tetap memperhatikan
lapisan impermeablediantaranya (jika ada)). Penurunan muka air tanah itu
dapat menghilangkan air dari mata air dan sungai sehingga mengakibatkan produksi air
tanah dari sumur menjadi lebih sulit dan mahal dan kemungkinan pencemaran lain yang
terjadi adalah lepasnya (migrasi) gas Metana yang tidak dapat ditangkap oleh sumur CBM
selama proses produksi akan mengakibatkan air tanah tercemar.

Produksi CBM disertai dengan menghasilkan jumlah air yang besar karena air
lebih banyak diproduksi pada awal pemboran CBM. Jumlah air yang dihasilkan
oleh sumurCBM yang dihasilkan tergantung pada beberapa faktor, antar lain: life
time (durasi)produksi CBM, lingkungan pengendapan Formasi area tersebut,
kedalaman Batubara, dan jenis Batubaranya. Volume air yang diproduksi bersama dengan
CBM dapat menciptakan masalah pada pembuangannya.

Berdasarkan hal–hal tersebut diatas, air yang keluar dari CBM harus dapat sesuai
dengan peraturan yang berlaku sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.02 tahun 2011 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
kegiatan Explorasi dan eksploitasi Gas Metana Batubara

5. Bagaimana saudara menentukan gas inplace pada lapisan batubara?

Anda mungkin juga menyukai