Tugas Uas CBM
Tugas Uas CBM
Gas Metana Batu bara (GMB) merupakan gas hidrokarbon nonkonvesional yang
bersumber dari batu bara dan tersimpan dalam reservoir batu bara (Gambar 1.). Reservoir
GMB sangat berbeda dengan reservoir minyak pada umumnya. GMB atau coalbed gas
adalah gas yang tersimpan karena adsorpsi dalam micropore batubara. Gas tersebut juga
disebut dengan sweet gas karena tidak ada kandungan H2S. GMB tersimpan dalam batuan
melalui proses yang disebut adsorption. Gas metana menempel pada micropore batu bara
(matrix). Fracture atau rekahan pada batu bara (cleats) dapat juga berisi gas bebas atau
gas yang tersaturasi oleh air. Sistem ini disebut dengan Dual Porosity Reservoirs.
2. Mengapa konsentrasi CBM lebih pekat pada batubara yang lebih dalam?
Coal seams biasanya mempunyai kedalaman kurang dari 1.000 m atau 4.000 ft.
Tekanan pada lapisan yang lebih dalam biasanya terlalu tinggi untuk dapat membuat gas
mengalir sekalipun seam telah selesai diproduksi airnya. Karena tekanan tinggi
menyebabkan struktur cleat menutup sehingga menyebabkan permeabilitas turun.
Dengan jumlah yang demikian besar dan kualitas yang cukup baik membuat air
terproduksi memiliki berbagai kemungkinan dalam pemanfaatannya (untuk memasok
irigasi pertanian, enhanced oil recovery dan pasokan untuk bahan baku air minum).
Kualitas air yang cukup baik dapat dibuang langsung ke lingkungan sebagai penambah
debit air untuk irigasi. Namun, untuk pasokan air minum diperlukan teknologi yang cukup
sehingga dapat memenuhi standar baku mutu air minum. Pemanfaatan air tersebut
tergantung pada kualitas air terproduksi, lokasi sumur dan pengolahan air yang
efektif. Umumnya ada 4 (empat) cara yang dilakukan oleh pelaku bisnis CBM dalam
penangan air akibat proses dewatering antara lain Surface Discharge, Infiltration
Impoundments, Shallow Re-injection dan Reverse Osmosis.
Demi terlaksananya program pemanfaatan buangan air produksi gas CBM perlu
dilakukan perencanaan bersama antara Pemerintah Daerah dan Perusahaan Pengelola
CBM sehingga manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan air produksi CBM dapat
digunakan bagi kepentingan masyarakat banyak, antara lain :
· Peningkatan hasil produksi tanaman, karena tidak lagi bergantung pada
musim.
· Penghematan biaya Produksi Air Minum (PDAM) karena sumber air bakunya
merupakan air bersih.
· Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.
· Terjadinya hubungan yang harmonis antara masyarakat, Pemerintah daerah
dan perusahaan Pengelola CBM
Jika kandungan airnya saline tentu dapat merusak vegetasi, dan jika tidak di
filteralisasi (saring) kadar garamnya tentu akan dapat mencemari air tanah. Kontroversi
pembuangan air produksi CBM di kolam (pool) yakni sebagai cara paling murah namun,
dapat merusak lingkungan karena mampu mengubah perilaku hidrologi area tersebut,
mengancam ikan dan kehidupan air lainnya, serta bisa mengubah iklim lokal karena
mengandungan moisture Batubara yang tinggi. Selain itu, juga dapat mengakibatkan erosi
atau penurunan muka air tanah dan vegetasi yang terkait dengannya. Tampungan produksi
air CBM yang mengandung garam dapat mengandung racun organik atau anorganik,
seperti amonia atau hidrogen sulfida yang secara substansial dapat merusak lingkungan.
Dalam produksi CBM, air menjadi subjek utama yang harus diperhatikan karena
terdapatdalam volume yang besar dan harus dikelola dengan cara ditampung di
permukaan atau direinjeksikan ke bawah permukaan atau bahkan membuangnya langsung
ke badan air setelah di treatment. Pembuangan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
pengikisan lapisan tanah dan sedimen, membuat habitat air menjadi tidak seimbang
(unsustainable),atau dapat pula mengubah salinitas tanah.
Selain itu, kimia organik dan anorganik yang berasal dari air CBM sampai saat
ini belum diteliti secara komprehensif; yakni kandungan yang terdapat didalamnya
seperti fenol atau arsenik yang dapat merusak lingkungan. Potensi CBM terdapat pada
kedalaman yang dangkal dimana jika pada kedalaman tersebut harus mengambil air dalam
volume yang besar, maka besar kemungkinan untuk dapat mengakibatkan penurunan pada
muka air tanah di area tersebut (dengan catatan tetap memperhatikan
lapisan impermeablediantaranya (jika ada)). Penurunan muka air tanah itu
dapat menghilangkan air dari mata air dan sungai sehingga mengakibatkan produksi air
tanah dari sumur menjadi lebih sulit dan mahal dan kemungkinan pencemaran lain yang
terjadi adalah lepasnya (migrasi) gas Metana yang tidak dapat ditangkap oleh sumur CBM
selama proses produksi akan mengakibatkan air tanah tercemar.
Produksi CBM disertai dengan menghasilkan jumlah air yang besar karena air
lebih banyak diproduksi pada awal pemboran CBM. Jumlah air yang dihasilkan
oleh sumurCBM yang dihasilkan tergantung pada beberapa faktor, antar lain: life
time (durasi)produksi CBM, lingkungan pengendapan Formasi area tersebut,
kedalaman Batubara, dan jenis Batubaranya. Volume air yang diproduksi bersama dengan
CBM dapat menciptakan masalah pada pembuangannya.
Berdasarkan hal–hal tersebut diatas, air yang keluar dari CBM harus dapat sesuai
dengan peraturan yang berlaku sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.02 tahun 2011 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
kegiatan Explorasi dan eksploitasi Gas Metana Batubara