Konseling Naskah
Konseling Naskah
Seorang pria berusia 28 tahun biasa menebus obat di “Apotek Wacana” untuk istrinya yang sedang
menderita Hipertensi. Suatu ketika pria tersebut mengeluh kepada Apoteker di Apotek tersebut mengenai
kondisi istrinya. Beberapa hari terakhir, istrinya sering merasa pusing, istrinya juga susah untuk
mengkonsumsi obat secara teratur. Kemudian Apoteker tersebut menawarkan untuk melakukan visit home
care, sehingga dapat memberikan konselling kepada pasien diharapkan dengan konselling tersebut dapat
meningkatkan kepatuhan minum obat pasien. Pria tersebut menyetujui dan mulai mengatur jadwal
kedatangan Apoteker tersebut. Setelah menyetujui jadwal tersebut, pria itu pulang. Di rumah ia menceritakan
kepada istrinya bahwa besok, Apoteker dari Apotek langganannya akan datang ke rumah, untuk menjenguk
istrinya. Sang istri pun menyetujui keputusan suaminya.
Apoteker pun datang ke rumah pasien sesuai dengan waktu yang telah mereka setujui. Apoteker
datang dengan membawa buku catatan konselling, karena memang Apoteker tersebut sudah sering
melakukan Home Care, selain membawa buku ia juga membawa alat tensi digital, untuk mengukur TD
pasien. Percakapan antara pasien, suami pasien dan Apoteker pun dimulai setelah Apoteker masuk ke dalam
rumah pasien.
Suami pasien : “Waalaikumsalam, eh mba silahkan masuk sudah saya tunggu dari tadi.”
(Y)
Apoteker dan suami pasien sampai di kamar pasien, anak mengetuk pintu
Suami pasien : “Bu… Ini ada Mba X, Apoteker yang saya ceritakan kemarin itu loh, boleh masuk
kan?”
Pasien : “Oh… iya-iya masuk aja”
(Z)
Suami pasien : “Normalnya TD ibu itu 170/100 mmHg mba, paling tingginya sampai 210/120 mmHg
mba”
Apoteker : “Berarti TD ibu hari ini termasuk lumayan tinggi, hati-hati lho bu. Kalau ibu tidak
minum obat secara rutin nanti penyakitnya tambah parah, TDnya tidak turun-turun.
Dan bisa komplikasi juga lho bu. Benar ibu minum obatnya tiap hari?”
Pasien : “Iya kok mba!”
Apoteker : “Coba sini lihat obatnya, bisa tolong diambilkan pak?”
Suami pasien langsung mengeset alarm atau pengingat di HPnya sesuai dengan saran Apoteker.
Pasien : “Mba badan saya lemes, soalnya saya gak nafsu makan, masakannya hambar gak ada
asin-asinnya”
Suami pasien : “Kan emang gak boleh pake garam ya mba?”
Apoteker : “Sebenarnya boleh pak pakai garam, tapi harus dibatasi, jangan terlalu banyak. Kalau
biasanya 1 sendok makan, dikurangi aja jadi ½ sendok makan, misal rasanya kurang
enak bisa dibanyakin bumbunya”
Suami pasien : “Kalau masak buat ibu gak pernah tak kasih garem”
Pasien : “Iya mba makanya masakannya gak enak”
Apoteker : “Iya, mulai nanti/besok kalau masak tetap dikasih garam sesuai penjelasan saya tadi
pak, oh iya jangan lupa harus banyak makan sayur dan buah, minum air putih yang
banyak kalau bisa ditambah dengan olah raga ringan”
Pasien : “Olah raga? Olah Raga apa?”
Apoteker : “Misalnya jalan-jalan pagi selama kurang lebih 15 menit, kalau bisa 3 kali seminggu”
Suami pasien: :“Mulai besok,saya ajak ibu jalan-jalan pagi”
Apoteker : “Gimana mbak, bu? Sudah jelas? Atau ada yang mau ditanyakan lagi?”
Pasien dan : “Tidak mba, sudah jelas kok”
Suami pasien
Apoteker : “Bisa coba diulang tentang aturan pakai obat-obatnya?”
Suami pasien : “Yang ini (sambil menunjukkan HCT) 1 kali sehari, pagi, sesudah makan. Kalau yang
ini (menunjukkan ARB) dua kali sehari, yang satu bareng yang tadi, yang satu malam
sesudah makan, bener kan mba?”
Apoteker : “Iya benar pak, jangan lupa tentang pola makan dan Olah raganya yaaa…”
Suami pasien : “Insya Allah ndak lupa mba”
Apoteker : “Kalau obatnya tinggal sedikit kontrol lagi ya pak, bu”
Pasien dan : “Iya mas sudah mengerti, terimakasih”
Suami pasien
Apoteker : “Sebentar saya catat dulu di buku saya (Apoteker mencatat tanggal kunjungan, serta
hasil konseling terhadap pasien dan keluarga pasien, selesai mencatat Apoteker
berpamitan) sudah bu, kalau begitu saya pamit dulu (bersalaman dengan pasien)
semoga lekas membaik ibu”
Pasien : “Trimakasih ya mba udah kesini”
Suami pasien : “Mari mba, saya antar kedepan”
Anak pasien dan Apoteker keluar kamar menuju halaman. Setelah sampai di pintu depan