3.1 Transportasi
Besi (Fe) ditemukan oleh John Martin pada akhir tahun 80-an dan awal
tahun 90-an. Martin mengajukan hipotesis pada tahun 1990 bahwa pemupukan Fe
di alam dapat menyebabkan perubahan iklim pada skala geologi.
Air hujan yang turun jatuh ke tanah dan mengalami infiltrasi masuk ke
dalam tanah yang mengandung FeO akan bereaksi dengan H2O dan CO2 dalam
tanah dan membentuk Fe (HCO3)2 dimana semakin dalam air yang meresap ke
dalam tanah semakin tinggi juga kelarutan besi karbonat dalam air tersebut.
Konsentrasi besi terlarut yang masih diperbolehkan dalam air bersih adalah
sampai dengan 0,1 mg/l. Fe sebagian besar berasal dari kontaknya dengan tanah
dan pembentukan batuan. Pada umumnya kandungan Fe berasal dari daerah di
mana lapisan humusnya (top soil) agak tebal. Kandungan besi dalam air minum
dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+ atau Fe3+ tersuspensi sebagai butir kolodial
atau lebih besar seperti FeO, dan yang tergabung dengan zat organik/anorganik.
Besi juga berperan pelaksanaan transport oksigen dari paru-paru ke jaringan
begitu pula dalam proses respirasi sel, pembentukan hemoglobin juga memerlukan
adanya ion besi
3.2 Transformasi
Oksidasi dan reduksi mineral-mineral besi,
Presipitasi mineral-mineral Fe2+dan Fe3+
Kelarutanmineral-mineral besi menjadi bentuk-bentuk tersedia bagi
tanaman,
Mineralisasi besi yang terikat secara organik
Transformasi Fe
1. Bakteri tertentu mampu mengoksidasi besi fero menjadi bentuk feri, feri
dipresipitasi sebagai feri hidroksida
2. Banyak spesies heterotrof menyebabkanpresipitasigaram besi anorganik
yang terdapatdidalamlarutan tanah.
3. Mikroorganisme mengubah potensial oksidasi-reduksi lingkungannya.
Penurunan potensial oksidasi reduksi menyebabkan mikroba
membentuk fero yang lebih larut daripada ion feri yang sangat tidak
larut.
4. Bakteri dan fungi menghasilkan asam seperti asam-asam karbonat, asam
nitrat, asam sulfur, dan asam-asam organiksehinggamenyebabkanbesi
larutke dalam larutantanahakibatmeningkatnya kemasaman.
5. Pada kondisianaerob, sulfida dibentuk dari sulfat dan senyawa-senyawa
S organik membentukfero sulfida
6. Pembebasan asam-asam organik tertentu oleh mikroorganisme dan
produk-produk berkarbon lain dari metabolisme sering mengakibatkan
pembentukan kompleks besi organik yang larut.
1. Oksidasi Besi
Pada kondisi beraerasibaik, bakteri memperoleh energi dari oksidasi
Fe2+. 2Fe2+½ O2+ 2H+ ` 2Fe3+ + H2O
2. Reduksi Besi
Reduksi besi feri oleh mikroba menjadi besi fero merupakan cara
utama pelarutanbesi.
FeCO3+ CO2 + H2O Fe2+ + 2HCO3-
Status reduksi-oksidasi
3. Kelarutan Besi
Besi feri umumnya tidak larut, tetapi dapat dilarutkan denga
pemasaman dan kompleksasi dengan bahan organik.
Proses pemasamanini di tanah disebut podsolisasi.
- Besi feri berkombinasi dengan asam-asam organik pada tanah-
tanah hutan, menjadi lebih larut, dan berperkolasi ke dalam profil
tanah.
- Akhirnya Fe3+berpresipitasi pada horizon B dengan membentuk
lapisan yang jelas.
3.3 Dampak Besi Terhadap Kesehatan Manusia
Kelebihan zat besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi
muntah, kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, mudah marah,
radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, diabetes, diare, pusing, mudah
lelah, kulit kehitam – hitaman, sakit kepala, gagal hati, hepatitis, mudah emosi,
hipertensi, infeksi, insomania, sakit liver, masalah mental, rasa logam di mulut,
mudah gelisah dan iritasi, rematik, sariawan,sakit perut, keras kepala, gangguan
penyerapan vitamin dan mineral. Gangguan kesehatan Senyawa besi dalam jumlah
kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel- sel darah merah ,
dimana tubuh memerlukan 7 -35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air . Tetapi
zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan
masalah kesehatan (Said, 2003).
Kelebihan Mangan (Fe) gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf:
insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga expresi muka
menjadi beku dan muka tampak seperti topeng (Slamet, 1994)
BAB IV
2. Dampak Industri Besi dan Baja dan Insinerator Sampah pada Paparan Manusia
terhadap Dioksin, PCB, dan Logam Berat
(Impact of Iron and Steel Industry and Waste Incinerators on Human Exposure to
Dioxins, PCBs, and Heavy Metals : Results of a Cross-Sectional Study in Belgium,
Sebastian Fierens, Page 222-226)
Kami mengevaluasi dampak dari dua pabrik besi dan baja dan dua
insinerator limbah padat perkotaan (MSWI) di Wallonia (Belgia) pada paparan
penduduk terhadap dioxin, polychlorinated biphenyls (PCBs), dan logam berat.
Secara total, 142 relawan yang tinggal di sekitar fasilitas ini direkrut dan
dibandingkan dengan 63 referensi dari daerah pedesaan tanpa sumber industri
polusi. Informasi tentang kebiasaan merokok, kebiasaan diet, karakteristik
antropometrik, riwayat tempat tinggal, dan status kesehatan diperoleh dari
kuesioner yang dikelola sendiri. Para relawan menyediakan darah dalam kondisi
puasa untuk mengevaluasi beban tubuh dioksin (17 polychlorinated dibenzo-p-
dioxins / dibenzofuran [PCDD / Fs] congeners) dan PCB. Sampel darah dan urin
juga diambil untuk penentuan kadmium, merkuri, dan timbal. Setelah penyesuaian
untuk kovariat, konsentrasi kadmium, merkuri, dan timbal dalam urin atau darah
tidak meningkat pada subjek yang tinggal di sekitar tanaman MSWI atau sinter
dibandingkan dengan referensi. Penduduk di sekitar pabrik sinter dan MSWI yang
berlokasi di kawasan industri memiliki konsentrasi dioksin dan PCB dalam serum
yang mirip dengan rujukan. Sebaliknya, subjek yang tinggal di sekitar MSWI di
daerah pedesaan menunjukkan kadar dioksin serum yang lebih tinggi secara
signifikan (mean geometrik, 38 vs 24 pg TEQ / g lemak) dan PCB coplanar (mean
geometrik, 10.8 vs. 7.0 pg TEQ / g gemuk). Meskipun tingkat dioksin yang
disesuaikan usia dalam referensi tidak bervariasi dengan konsumsi lemak hewani
lokal, konsentrasi dioksin pada subjek yang tinggal di sekitar insinerator
berkorelasi positif dengan asupan lemak hewani lokal, dengan hampir dua kali lipat
pada subjek dengan asupan lemak tertinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa dioksin
dan PCB coplanar yang dipancarkan oleh MSWIs memang dapat menumpuk di
tubuh warga yang secara teratur mengonsumsi produk hewani asal lokal.
Daftar pustaka
Said, Nusa Idaman. 2003. Metoda Praktis penghilangan Zat besi dan Mangan Di Dalam
Air Minum. Jakarta : Kelair – BPPT
http://slideplayer.info/slide/2874129/