Anda di halaman 1dari 17

KASUS PSIKIATRI

Pembimbing :

Dr. Salikur, Sp. KJ

Disusun Oleh:

Nabila Syafira Audi S.

030.09.163

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


PERIODE APRIL - MEI 2015
RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2015
I. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medik : 018572
Nama Pasien : Ny. YA
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Agustus 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Pesantren, Pondok Aren, Tangerang
No. Telp : 0812984191xx (Suami)
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak ada
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Sumatera (Padang)
DPJP : dr. Salikur, Sp.KJ
Tanggal Masuk RSJSH : 15 April 2015
Ruang Perawatan : Ruang Melati
Rujukan/Datang sendiri : Diantar Ibunya

Riwayat Perawatan
Pasien pertama kali dirawat pada tahun 2012 dan yang kedua kali selama 2 bulan pada
bulan Mei-Juli tahun 2014

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis
 Hari Kamis, 29 April 2015, pukul 09.00 - 09.30 WIB, di Ruang Melati RSJSH
Alloanamnesis
 Hari Selasa, 05 Mei 2015, pukul 19.00 – 19.30 WIB via telpon kepada suami
pasien

A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke poli jiwa RSJHS dengan keluhan suka keluyuran dan berhutang

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

2
Pasien wanita usia 26 tahun datang diantar oleh Ibu dan Adiknya ke poli jiwa
RSJHS dengan keluhan suka keluyuran sendiri sejak 2 minggu SMRS. Pasien baru
bisa diantar setelah 2 minggu karena keluarga dan suami sibuk maka dari itu saat
datang pasien tidak diantar oleh suaminya. Menurut suaminya, via telpon, sejak awal
menikah (2013) pasien memang suka kambuh, pasien gemar keluyuran ke pasar,
warung, atau indomart dan membeli juga menghutang hingga ratusan ribu rupiah.
Suami pasien merasa selama pasien tinggal dengannya kekambuhan jarang terjadi
tetapi sesaat setelah suami pasien berangkat kerja dan pasien dititipkan di rumah
orang tuanya pasien jadi suka keluyuran, tertawa-tawa sendiri dan berbicara ngaco.
Pasien gemar ke warung dan membeli keperluan rumah tangga seperti
shampoo, sabun, dsb dan berhutang. Suami pasien tahu belakangan karena
menemukan tumpukan struk belanjaan dan bon pembelian di lemari pasien. Pasien
gemar mandi apabila mandi bisa menghabiskan setengah botol shampoo untuk satu
kali mandi.
Pasien berkata bahwa pasien beberapa kali mendengar bisikan saat malam hari
seperti membanting kaca dan pintu terkadang suara laki-laki terkadang suara
perempuan tapi selalu pasien hiraukan dengan berulang-ulang berkata “tidak ada
suara, suara pergi”.
Suami pasien berkata bahwa pasien sudah tidak mengkonsumsi obat-obatan
rutin (sebanyak 5 jenis) sejak 2 bulan yang lalu.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA


1. Gangguan Psikiatrik
Gangguan sekarang sudah dialami pasien sejak SMP. Pada tahun 2012 pasien
berobat ke RS Fatmawati tetapi akhirnya dirujuk ke RSJHJ oleh dokter yang
bersangkutan. Suami pasien bercerita bahwa pasien lebih parah saat 40 hari
setelah melahirkan, pasien seperti bingung dan hilang arah bahkan pasien ingin
keluyuran sambil bertelanjang.
2. Riwayat Gangguan Medik
Menurut Suami pasien, saat pasien kelas 2 SMP pasien pernah tergelincir
jatuh dari lantai 1 rumah pamannya dengan posisi jatuh kepala membentur lantai
terlebih dulu setelah itu pasien pingsan dan setelah jatuh pasien tidak langsung
mendapat penanganan.

3
Selain terjatuh, pasien tidak penah dirawat di rumah sakit karna menderita
sakit berat atau penyakit sistemik.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, dan tidak pernah menggunakan
obat-obatan terlarang sebelumnya.
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Tingkat keparahan gangguan

2015

2012
(3 tahun SMRS)

Waktu

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak kedua dari delapan bersaudara. Riwayat infeksi dan
trauma selama kehamilan disangkal. Pasien dilahirkan di dukun secara spontan,
cukup bulan, dan selama kehamilan maupun kelahiran tidak ada masalah yang
serius.

2. Riwayat Perkembangan Kepribadian


a. Masa Kanak
i. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Masa ini dilalui dengan baik, pasien tergolong anak yang sehat, dengan
proses tumbuh kembang dan tingkah laku sesuai anak seusianya. Pasien tidak
pernah sakit yang serius (berat) dan tidak pernah mengalami kejang dan
trauma kepala saat kecil.
ii. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

4
Pasien merupakan anak yang cukup aktif, dengan banyak teman
disekelilingnya, tidak pernah tinggal kelas. Pasien tumbuh dan berkembang
dengan baik, seperti anak-anak lain sebayanya.
iii.Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Pasien mempunyai banyak teman dilingkungan sekolah dan rumahnya.
Prestasi belajar pasien dalam baik. Di saat ini juga (kelas 2 SMP) pasien
terjatuh (trauma kepala) dan sejak terjatuh keluarga pasien merasa perilaku
pasien berubah.
b. Masa Dewasa
Menurut cerita pasien, pasien berpacaran dengan suaminya selama 5
tahun dan setelah itu menikah dan memiliki 1 orang anak laki-laki.

3. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh SD selama 6 tahun, dan SMP 2 tahun. Selama menempuh
pendidikan pasien merupakan anak yang biasa saja, tidak pernah mendapat juara,
tetapi tidak pernah tinggal kelas juga.

4. Kehidupan Beragama
Pasien menyatakan beragama Islam Protestan dengan alasan pasien masih
melakukan ritual sholat tapi jarang-jarang. Pasien tidak pernah ke gereja.

5. Kehidupan Sosial dan Perkawinan


Pasien sudah menikah dan sudah memiliki satu anak laki-laki berusia 2
tahun. Pasien menyatakan bahwa hubungan dengan suami baik dan suami bisa
membahagiakan dirinya. Pasien juga menyatakan hubungan dengan keluarga baik
dengan orang tua atau saudara kandung baik dan tidak ada persaingan antar
saudara. Begitu juga terhadap tetangga-tetangga pasien di rumah tetapi menurut
cerita dari suami pasien, pasien sering diolok-olok oleh adik-adiknya sehingga
pasien merasa minder, rendah diri, dan tidak mau bergaul dengan anggota keluarga
lainnya.

6. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum, tidak pernah berurusan
dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat dalam proses peradilan.

5
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak kedua dari delapan bersaudara. Orang tua pasien dua-
duanya masih hidup. Menurut penuturan pasien, pasien tinggal bersama suami dan
anak laki-lakinya tetapi dari lahir hingga sekarang anaknya dirawat oleh adik dan
ibunya tetapi belakangan anak pasien dirawat oleh adik perempuan suami pasien di
Cililitan.
Pasien mengaku mempunyai hubungan yang baik kepada saudara-saudara
kandung pasien tetapi menurut penuturan suami pasien pasien sering diolok-olok oleh
adik-adiknya sehingga pasien merasa rendah diri, minder, dan menarik diri dari
lingkungan.
Pasien juga mengaku bahwa kakak perempuan ayah pasien juga mengalami
hal yang serupa

: Pasien
: Laki-laki

: Perempuan

6
8
F. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Pasien menilai dan tidak menyadari dirinya sakit, terutama jiwanya dan
pikirannya. Pasien sadar sedang dirawat di RSJSH, namun ia tidak merasakan bahwa
ia memiliki gangguan jiwa. Persepsi lingkungan terhadap dirinya, ia dianggap stress
dan terkena depresi berat tapi pasien selalu mengatakan bahwa adiknya merasa pasien
lebih baik apabila sedang dirawat.

III. STATUS MENTAL


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang wanita usia 26 tahun, tampak sesuai usianya, bertubuh gemuk,
postur tubuh tegap, rambut hitam, keriting, dengan panjang sebahu, kulit sawo
matang. Pada saat wawancara pasien mengenakan baju kaos berwarna coklat
muda, dengan lambang Rumah Sakit disebelah dada kirinya, dengan celana
panjang berwarna merah muda, beralas kaki sandal jepit. Pasien tidak bau badan
dan bau mulut. Kebersihan dan kerapihan diri cukup.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : Ekspresi wajah sesuai dengan apa yang
diceritakan oleh pasien dan pasien tidak tampak gelisah atau ketakutan
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Sebelum wawancara : pasien sedang tidur selonjoran di bangku depan TV.
Terdapat deformitas pada kaki pasien, yang membuat pasien sulit berjalan.
b. Selama wawancara : pasien duduk di samping kanan pemeriksa, melakukan
kontak mata. Pasien duduk tenang dan menjawab semua pertanyaan yang
diajukan dengan baik. Sesekali pasien menjawab tidak nyambung. Gerak-gerik
pasien tenang, tidak gelisah, dan tidak ketakutan.
c. Sesudah wawancara : Pasien makan siang bersama pasien lainnya.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa: kooperatif, tampak bersahabat
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan,
kuantitas pembicaraan cukup. Lancar, intonasi dan artikulasi cukup jelas.
8
b. Gangguan berbicara : Tidak ada

B. ALAM PERASAAN (EMOSI)


1. Suasana perasaan : Euthym
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Serasi
4. Pengendalian : Terkendali
5. Dramatisasi : Tidak ada

C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : Hilang timbul (riwayat halusinasi auditorik)
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)


1. Taraf Pendidikan : Sesuai dengan tingkat pendidikan (tamat SMP)
2. Pengetahuan Umum : Cukup (mengetahui nama presiden saat ini tapi tidak
mengetahui asal usul presiden sekarang)
3. Kecerdasan : Cukup
4. Konsentrasi : Baik (Pasien dapat mengeja namanya dari depan
kebelakang dan sebaliknya)
5. Orientasi
a. Waktu : Baik (dapat mengetahui waktu wawancara pada siang hari dan
mengetahui hari dan pukul berapa saat wawancara).
b. Tempat : Baik (pasien mengetahui sedang di rumah sakit, pasien juga
hapal alamat rumah pasien).
c. Orang : Baik (pasien mengetahui sedang diwawancara oleh dokter
muda, tau perawat-perawat yang ada di ruangan).
d. Situasi : Baik (Pasien mengetahui situasi sekitar, saat wawancara
berlangsung).
6. Daya Ingat
a. Jangka panjang : Baik (pasien dapat mengingat tanggal lahirnya)
9
b. Jangka pendek : Baik (Pasien dapat mengingat menu makanan yang
dimakan saat pagi).
c. Segera : Baik (Pasien dapat tiga nama benda yang disebutkan
pewawancara tetapi menurut suami pasien apabila
pasien disuruh beli barang belanjaan suka tidak sesuai dengan perintah)
7. Pikiran Abstraktif : Terganggu (Pasien tidak dapat mengerti peribahasa
“bagai telur diujung tombak” dan “ada udang di balik batu”)
8. Visuospasial : Baik (pasien dapat menggambar jam)
9. Bakat Kreatif :Pasien gemar menyanyi dan pasien spontan
menyanyikan lagu kegemarannya
10. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik (pasien makan, mandi, dan berpakaian
sendiri)

E. PROSES PIKIR
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham : Tidak ada
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS : Baik (saat pemeriksan).

G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial :
Baik (pasien tahu bahwa mencuri itu perbuatan yang tidak baik)
2. Uji daya nilai :
Baik (pasien akan mengembalikan dompet ke kantor polisi apabila menemukan
dompet yang terjatuh di jalanan)
3. Daya nilai realitas : Tidak terganggu
10
H. TILIKAN: Derajat 1 (Pasien tidak merasa bahwa dirinya sakit)

I. RELIABILITAS: Taraf dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : baik, tampak tidak sakit
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 86x/menit
Frekuensi Napas : 20x/menit
Suhu Badan : 36,5 C
Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), kering (+).
Kepala : Normocephali, rambut warna hitam, keriting, distribusi merata
Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, oedem -/-.
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-),
sekret -/-
Telinga : Normotia, membran timpani intak +/+, nyeri tarik -/-.
Mulut : Bibir merah kecoklatan, agak kering, sianosis (-), sariawan (-),
trismus (-), halitosis (+), candidiasis (-).
Lidah : Normoglosia, warna merah muda, kotor (-), tremor (-),
deviasi(-)
Gigi geligi : Baik
Uvula : Letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsil :T1/T1, tidak hiperemis
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : KGB supra klavikular tidak teraba membesar, kelenjar tiroid
tidak teraba .membesar, trakea letak normal

11
Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis maupun
dinamis, efloresensi dinding dada (-), pulsasi abnormal (-),
gerak napas simetris, irama teratur, retraksi suprasternal (-).
Palpasi : Tidak dilakukan.
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Tidak dilakukan.
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1 normal,S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
Bawah : Akral hangat, sianosis (-), edema (-), deformitas (+) kaki kanan.
Genitalia : Tidak diperiksa

B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranialis (I–XII) : Baik
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
3. Refleks fisiologis : (+) normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS : akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus
otot (N), tremor (-), distonia (-)

12
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rabu, 15 April 2015
Nama Test Hasil Flag Unit Nilai Rujukan

HEMATOLOGI

Darah Lengkap:

Hemoglobin 12.5 g/dL 11,0-16,0


Hematokrit 37 g% 30-42
Trombosit 301.000 ribu/uL 130-450
Lekosit 8.940 ribu mm3 4-10
Eritrosit 4.7 juta/mm3 3,2-4,6
LED 39 mm/1 jam <20
Hitung Jenis:

Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-3
Batang 0 % 2-6
Segmen 60 % 50-70
Limfosit 36 % 20-40
Monosit 3 % 2-8
KIMIA DARAH
GDS 93 mg/dL <180
SGOT 26 U/L <32
SGPT 10 U/L <31
Ureum 11 mg/dl 15-45
Creatinin 0,6 mg/dl 0,5-0,9

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang wanita, Ny. YA, 26 tahun, datang ke Poli Jiwa RSJSH diantar oleh
Ibunya karena keluyuran keluar rumah dan sering belanja yang tidak pening sampai
menghutan sejak 2 minggu SMRS. Perubahan perilaku dimulai sejak terjatuh dari
lantai 1 rumah pamannya saat SMP kelas 2. Keluhan bertambah parah sejak tahun
2012. Pada tahun 2012 dan 2014 pasien sempat dirawat di RSJSH. Didapatkan gejala
yang sama pada kakak perempuan dari ayah pasien.
Dari pemeriksaan psikiatri ditemukan pasien tampak cukup rapih, pasien
masih kooperatif, mood euthym, afek terbatas, serasi. Halusinasi auditorik hilang
timbul, halusinasi visual, taktil, olfaktorik saat ini disangkal. Tidak terdapat waham
atau preokupasi. Daya nilai realitanya dalam batas normal. Tilikannya derajat 1
(Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit Jiwa).
13
Pemeriksaan generalis dan neurologis dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang
dalam batas normal.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


 Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
kedalam:

1. Gangguan kejiwaan karena adanya :


 Ganguan fungsi / hendaya dan disabilitas:
Ganguan dalam fungsi pasien jadi tidak dapat melanjutkan pekerjaannya,
gangguan dalam fungsi sosial yaitu pasien menarik diri dari keluarga dan
teman-temannya, dan hendaya dalam tilikan.
 Distress / penderitaan:
Pasien suka keluyuran, tertawa-tawa dan bicara sendiri.

2. Gangguan jiwa ini tidak disebabkan pengaruh zat psikoaktif


 Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat dan zat psikoaktif yang
berefek pada episode saat ini (menurut pasien dan keluarga, pasien tidak
pernah mengkonsumsi alkohol dan NAPZA).

3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang dibuktikan
dengan adanya:
- Waham : -
- Perilaku terdisorganisasi : Keluyuran keluar
- Halusinasi : Halusinasi auditorik yang hilang timbul (riwayat
halusinasi auditorik)

Menurut PPDGJ III, gangguan psikosis ini adalah skizofrenia (memenuhi kriteria
umum skizofrenia) :
 Terdapat riwayat halusinasi auditorik

14
 Gejala "negatif" penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial, tidak merawat diri
 Adanya gejala khas tersebut diatas telah berlangsung dalam kurun waktu satu
bulan atau lebih.
 Adanya perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara
sosial.

 Aksis II: Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Tidak ada diagnosis (tidak terdapat gangguan keperibadian dan retardasi mental).

 Aksis III: Kondisi Medis Umum


Tidak ada diagnosis

 Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan


Masalah dengan primary support group
 Kurangnya kesadaran dan pengetahuan keluarga pasien terhadap penyakit
pasien (Adik-adik pasien masih sering mengolok-olok pasien)

 Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global


Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien dan observasi, maka skala Global
Assesment of Functioning (GAF) ditentukan berikut ini:
GAF current : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F20.6 Skizofrenia simpleks
Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan "primary support group"
Aksis V : GAF current : 70-61

15
IX. DAFTAR MASALAH
Organobiologik :
-Didapatkan faktor herediter pada keluarga
-Adanya trauma pada kepala saat SMP
Psikologi/psikiatri :
-
-Tilikan derajat 1
Sosial/keluarga :
- Hendaya dalam fungsi sosial
- Kurangnya dukungan keluarga dalam proses pengobatan pasien.

X. PROGNOSIS
A. Ad vitam: ad bonam
B. Ad functionam: dubia ad bonam
C. Ad sanationam: dubia ad malam

XI. TERAPI
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
 Untuk menegakkan diagnosis pasien
 Untuk penyesuaian dan stabilisasi dosis medikasi
2. Psikofarmaka
 Risperidon 2x2mg tab per oral
Risperidon adalah salah satu first-line treatment pada pasien dengan
skizofrenia. Risperidon merupakan obat anti psikotik generasi 2, yang
bekerja pada reseptor D2, 5HT2A, dengan efek samping yang relatif lebih
rendah daripada obat antipsikotik generasi pertama. Dosis optimal
ssebagai dosis terapi adalah 2-4mg per hari, dan pada pasien ini di berikan
2x2mg = 4mg per hari.
 Triheksilfenidil 2x2 mg tab per oral
Triheksilfenidil merupakan obat golongan antikolinergik. Pemberian pada
pasien untuk mengatasi gejala ekstrapiramidal yang dimiliki pasien.
Pemberian dimulai sejak hari ke lima pengobatan.
16
 Clozapine 1 x 50 mg

3. Psikoedukasi
Dilakukan psikoedukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
dialami pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang mungkin
diberikan, pilihan obat, efek samping pengobatan, prognosis penyakit, kemana harus
mencari pertolongan bila kambuh.

4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif
 Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur
 Memberikan semangat serta dukungan kepada pasien bahwa ia dapat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit.
 Memotivasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta dalam
mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan kontrol
rutin setelah pulang dari rumah sakit guna perbaikan kualitas hidup pasien
 Memberikan pengertian pada keluarga, bahwa dukungan keluarga
terhadap pasien akan membantu kesembuhan pasien secara optimal.

5. Sosioterapi
Pelatihan Ketrampilan Sosial
 Melibatkan pasien dalam kegiatan di RSJSH seperti kegiatan terapi kelompok.
 Memberikan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien di RSJSH.
 Melibatkan pasien dalam kegiatan keagamaan di RSJSH
 Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain.

17

Anda mungkin juga menyukai