Anda di halaman 1dari 5

Definisi Neuritis Optik

Neuritis optik merupakan peradangan saraf optik dengan visus mendadak menurun

(Yogiantaro dan Soehartono, 2006). Penglihatan turun mendadak tanpa tanda radang

ekstraokuler dapat disebabkan oleh beberapa kelainan (Ilyas dan Yulianti, 2013).

Patofisiologi

Dasar patologi penyebab neuritis optik paling sering adalah inflamasi demielinisasi dari

saraf optik. Patologi yang terjadi sama dengan yang terjadi pada multipel sklerosis (MS) akut,

yaitu adanya plak di otak dengan perivascular cuffing, edema pada selubung saraf yang

bermielin, dan pemecahan mielin (Osborne and Balcer, 2015).

Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat mendahului demielinisasi dan terkadang

terlihat sebagai retinal vein sheathing. Kehilangan mielin melebihi hilangnya akson.

Dipercaya bahwa demielinisasi yang terjadi pada neuritis optik diperantarai oleh imun, tetapi

mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum diketahui. Aktivasi sistemik sel T

diidentifikasi pada awal gejala dan mendahului perubahan yang terjadi didalam cairan

serebrosipnal. Perubahan sistemik kembali menjadi normal mendahului perubahan sentral

(dalam 2-4 minggu). Aktivasi sel T menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi

yang lain. Aktivasi sel B melawan protein dasar mielin tidak terlihat di darah perifer namun

dapat terlihat di cairan serebrospinal pasien dengan neuritis optik. Neuritis optik juga

berkaitan dengan kerentanan genetik, sama seperti MS. Terdapat ekspresi tipe HLA tertentu

diantara pasien neuritis optik (Osborne and Balcer, 2015).

Klasifikasi

Neuritis Intraokuler/papilitis
Papilitis Merupakan radang pada serabut retina saraf optik yang masuk pada papil saraf optik

yang berada dalam bola mata. Penglihatan pada papilitis akan terganggu dengan lapang

pandangan menciut, bintik buta melebar, skotoma sentral, sekosentral dan altitudinal (Ilyas

dan Yulianti, 2013).

Terdapat tanda defek pupil aferen bila pada kedua mata. Pada papil terlihat perdarahan ,

eksudat, dengan perubahan pada pembuluh darah retina dan arteri menciut dengan vena yang

melebar. Kadang-kadang terlihat edema papil yang berat yang menyebar ke daerah ke retina

sekitarnya. Edema papil tidak melebihi 2-3 dioptri. Ditemukan eksudat star figure yang

menyebar dari daerah papil ke daerah makula. Papil saraf optik berangsur-angsur menjadi

pucat yang kadang-kadang menjadi putih seperti kertas dengan tajam penglihatan masih tetap

normal. Terlihat sel radang di dalam kaca, di depan papil saraf optik (Ilyas dan Yulianti, 2013).

Penyulit papilitas yang dapat terjadi yaitu ikut meradangnya retina atau terjadinya

neuroretinitis. Bila terjadi atrofi papil pascapapilitas akan sukar dibedakan dengan atrifi papil

akibat papil edema. Kedua atrofi ini memperlihatkan papil pucat dengan batas yang kabur

akibat terdapatnya jaringan fiborsis atau gila disertai dengan arteri yang menciut berat dengan

selubung perivaskular (Ilyas dan Yulianti, 2013).

Pada proses penyembuhan kadang-kadang tajam penglihatan sedikit menjadi lebih baik atau

sama sekali tidak ada perbaikan dengan skotoma sentral menjadi lebih baik atau sama sekali

tidak ada perbaikan dengan skotoma sentral yang menetap (Ilyas dan Yulianti, 2013).

Rekuran dapat terjadi berakhir dengan gangguan fungsi penglihatan yang lebih nyata.

Diagnosis banding adalah iskemik optik neuropati, papil edema akut, hipertensi sistemik aku,

leher optik neuropati, dan optik neuropati, dan optik neuropati toksis dan metabolik (Ilyas dan

Yulianti, 2013).

Neuritis Retrobuler
Neuritis retrobulbar adalah radang saraf optik dibelakang bola mata. Biasanya berjalan akut

yang mengenai satu atau kedua mata mata. Neuriti retrobulbar dapat disebabkan sklerosis

mutipel, penyakit mielin saraf, anemia pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi (Ilyas dan

Yulianti, 2013).

Bola mata bila digerakkan akan terasa berat di bagian belakang bola mata. Rasa sakit akan

bertambah bila bola mata ditekan yang disertai dengan sakit kepala. Neuritis retrobulbar

mempunyai gejala seperti neuritis akan tetapi dengan gambaran fundus yang sama sekali

normal. Pada keadaan lanjut didapatkan reaksi pupil yang lambat. Gambaran fundus pasien

normal dan diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan lapangan pandang dan turunnya tajam

penglihatan yang berat. Walaupun pada permulaan tidak terlihat kelainan fundus, lama

kelamaan akan terlihat kekaburan batas papil saraf optik dan degenerasi saraf optik akibat

degenerasi saraf optil akibat degenerasi serabut saraf, disertai atrofi desenden akan terlihat

papil pucat dengan batas yang tegas (Ilyas dan Yulianti, 2013).

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksan lapang pandangan dan turunnya tajan penglihatan

yang berat . pada pemeriksaan lapang pandan dengan ditemukn skotoma sentral, parasentral

dan cincin (Ilyas dan Yulianti, 2013)

Penatalaksanaan (Yogiantaro dan Soehartono, 2006).

A. Visus 20/40 ≥ : observasi

B. Visus 20/50 ≤ :

1. Observasi atau

2. Methylprednisolon 250 mg-iv tiap 6 jam – 3 hari, dilanjutkan prednison

oral/mg/kgBB/hari- 11hari, tappering dosis.


Komplikasi

Kehilangan penglihatan pada neuritis optik dapat terjadi permanen. Neuritis retrobulbar

mungkin terjadi walaupun merupakan suatu neuritis optik yang terjadi cukup jauh di

belakang diskus optikus (Ergene, 2016)

Neurits optik yang disebabkan oleh sklerosis multipel memiliki ciri khas kekambuhan dan

remisi. Disabilitas yang menetap cenderung meningkat pada setiap kekambuhan. Peningkatan

suhu tubuh dapat memperparah disabilitas (fenomena Uhthoff) khususnya gangguan

penglihatan (Ergene, 2016).

KESIMPULAN

Neuritis optik merupakan peradangan saraf optik dengan visus mendadak menurun. Penyebab

neuritis optik paling sering adalah inflamasi demielinisasi dari saraf optik. Berdasarkan

lokasinya dapat dibedakan menjadi Neuritis Intraokuler dan Neuritis Retrobuler.

Penatalaksanaannya dapat dibedakan tergantung tingkat visus, visus 20/40 ≥ dilakukan

observasi sedangkan visus 20/50 ≤ dilakukan observasi dan dapat pula diberikan obat

golongan kortikosteroid. Jika tidak tertangani dengan baik kehilangan penglihatan pada

neuritis optik dapat terjadi permanen.


Yogiantaro, M. dan Soehartono, G. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu

Penyakit Mata. RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Hal. 51-63.

Osborne B, Balcer LJ. 2015. Optic neuritis: Pathophysiology, clinical features, and

diagnosis.

Ilyas, S. dan Yulianti, S. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. FKUI. Jakarta. Hal. 183-

186.

Ergene, E. 2016. Adult Optic Neuritis. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1217083 tanggal 29 April 2017

Anda mungkin juga menyukai